Jumat, 31 Maret 2017

[RESENSI] Il Tiramisu by Dy Lunaly

“Dalam manisnya terselip sebutir pahit, seperti cinta.”







Judul: Il Tiramisu
Penulis: Dy Lunaly
Penyunting: Dila Maretihaqsari
Perancang & Ilustrasi Sampul: Nocturvis
Ilustrasi Isi: Dy Lunaly
Pemeriksa Aksara: Pritameani
Penata Aksara: Anik Nurcahyati
Penerbit: Bentang Pustaka (2016)
Jumlah halaman: 334 hlm




Blurb:

Gytha terpaksa menerima tawaran kerja sebagai host chef di salah satu acara televisi. Ia memenuhi utang budi kepada teman lama meski sebenarnya tidak yakin bisa melakukannya. Ditambah lagi Gytha tidak sendiri. Executive Chef di Olive Garden itu akan menjadi host bersama Wisnu, seorang penyanyi yang sedang naik daun.

Meski rupawan dan mutlak digandrungi para wanita, pria itu memberi kesan pertama yang buruk kepada Gytha. Wisnu Kanigara, tidak lebih dari seorang selebritas yang angkuh dan menyebalkan. Lebih menyebalkan lagi karena mereka harus sering bersama dan terlihat akrab.

Sejak itu, kehidupan Gytha tidak lagi tenang. Ia menjadi incaran media gosip Tanah Air yang haus berita akan kedekatannya dengan Wisnu. Media terus berusaha mengorek apa pun tentangnya. Sampai-sampai hal yang paling dirahasiakan Gytha, tentang masa lalu kelamnya, berhasil diungkap media. Gytha sungguh menyesali keputusannya mengambil pekerjaan ini. ia menyesal mengenal Wisnu. Ia juga menyesal telah terjebak dalam rasa yang tak seharusnya ia simpan untuk pria itu.





Well, ini adalah buku karya Dy Lunaly yang pertama aku baca. Sejak munculnya novel Table For Two yang tiap kali aku liat resensinya selalu bagus, aku mulai penasaran sama penulis ini, khususnya novel itu. Dan kebetulan, Kakak yang baik hati mengirimkanku buku karya Dy Lunaly ini, yang lihat kovernya saja aku langsung lapar. #hala

Dari sinopsisnya, aku merasa bahwa buku ini adalah romance young adult yang cukup berat, entah kenapa, pikiran itu langsung saja muncul. Aku membayangkan isi dari novel ini adalah drama panjang kisah cinta yang..yah, cukup menuntut untuk diresapi bukan hanya sebagai hiburan.

Namun, ketika membaca bab-bab awal, aku mengubah kembali pandanganku itu. Apalagi karakter Wisnu yang cukup bikin jengkel. Karakternya bikin aku ingat sama novel So I Married The Antifan (tentang artis dan orang biasa yang harus menjalani kegiatan syuting bersama).

Nggak tahu kenapa aku juga jadi ikutan kesal sama si Wisnu ini di bab-bab awal. Dia memang menyebalkan, sombong, arogan bla bla seperti yang diucapkan Gytha, hanya saja kupikir itu hanya pandangan Gytha yang diceritakan penulis. Tetapi ternyata benar. Aku juga menganggap Wisnu itu menyebalkan, sombong, arogan, bla bla.

Seperti pada blurb, Gytha dan Wisnu ini harus menjalani syuting bersama untuk sebuah acara masak: ‘Everyone Can Be a Chef’ sayangnya, Gytha nggak pengalaman disorot kamera, syuting jadi kacau dan itu bikin Wisnu kesal.

Aku menemukan sedikit humor di sini, terutama ketika Wisnu bilang bahwa Gytha sudah menghabiskan 18.000 detik miliknya yang berharga. Nah, di sini kukira kisah mereka akan menjadi konyol dan penuh humor. Dilihat dari sifat Wisnu yang nyebelin setengah mati dan Gytha, yang sifatnya lebih umum ditemui (cewek tegar, selalu stay positive, dia baik dan pekerja keras).

Namun lagi, kedekatan mereka yang lambat laun (pasti) terjadi, membuatku harus putar balik lagi pandanganku soal apa yang kurasakan soal blurb-nya. Novel ini full drama banget, menurutku.

Aku suka tentang bagaimana cara Wisnu jatuh suka dengan Gytha (maupun sebaliknya) yang terasa sangat mengalir dan tidak dipaksakan (ykwim), terasa lebih realistis aja gitu. Dan walau aku ikut kesel sama sikap Wisnu di awal, aku justru aku makin kecewa ternyata Wisnu aslinya tidak memiliki sifat itu.

Semua sifatnya adalah sebuah topeng yang harus dia pakai ketika dia menjadi seorang Wisnu Kanigara. Perubahan sifat dan sikap Wisnu itulah yang membuatku kehilangan mood karena menganggap cerita ini akan membosankan.

Sepertinya akhir-akhir ini aku selalu berurusan dengan kisah yang begitu lekat dengan masa lalu. Menurutku, esensi novel Il Tiramisu ini juga adalah masa lalu. Baik antar Gytha maupun Wisnu. Mereka sama-sama punya sebuah rahasia kelam yang membentuk mereka menjadi diri mereka yang sekarang, yang membuat mereka punya pandangan yang sama tentang banyak hal.

Aku terhanyut. Seriously, meskipun masih awal tahap yang adem-ayem antara mereka, aku menikmati novel ini sampai-sampai aku lupa kalau Wisnu itu penyanyi!
Ngakak banget waktu halaman 133 dan aku merasa diri aku sendiri bodoh. WKWK.

Setelah itu, aku hampir-hampir kehilangan humor di sini (atau mungkin aku lupa) tapi aku itu orangnya selalu nandai halaman yang menurut aku ngakak, sedih banget, seneng banget, marah banget bla bla. Dan aku tidak menemukan halaman yang kucatat sebagai adegan ngakak selain itu.

Selain mereka berdua, di sini juga banyak tokoh lain seperti Arianne dan David (sepasang tunangan, sahabat baik Gytha) yang di mana menurutku Arianne cukup konyol dan bisa jadi hiburan kalau dia diberikan lebih banyak porsi di novel ini.

Jujur aku merindukan sosok yang humoris di novel ini. Kurasa, kalau bukan Arianne, mungkin Chandra (manager Wisnu) tapi lagi-lagi Chandra digambarkan sebagai sosok yang serius. Lalu ada Nakhla, dia ini anaknya Gytha, yang awalnya dia nggak pernah muncul tapi selalu disebut-sebut. Bikin penasaran banget sama sosok Nakhla, apalagi dengan dimuatnya percakapan lewat surel antara Gytha dan seorang pria bernama Ernest yang tinggal di Roma.

Gytha dan Ernest kelihatan sangat akrab, mereka tahu latar belakang masing-masing dan ya, aku berpikir seperti yang kau pikirkan soal dia:)
Sedangkan dari sisi Wisnu, dia hanya punya Chandra, adik perempuan bernama Lala dan seorang ibu yang juga mempunyai porsi yang sedikit.

*sedikit curhat: kebetulan yang ngakak, nama tokoh-tokoh di sini ada yang sama seperti di lingkungan kehidupanku. Rasanya aneh membaca nama diriku sendiri di sebuah novel. Ya, nama babysitter Nakhla adalah Rosi. Aku juga punya temen yang namanya Gita, terus sahabatku juga namanya Lala.

Setelah mereka berdua yang mulai nyaman satu sama lain, mulai dekat, dan memulai hubungan, nyatanya masa lalu nggak bisa diem aja liat mereka bahagia. Selalu ada tantangan dari setiap kisah cinta. Apalagi cowokmu itu artis macam Wisnu, hhh! Aku jadi rada ngeri tiap kali penulis bahas kehidupan di entertainment. Apa memang seperti itukah?? Kasian juga ya, para artis.

“Kenangan adalah campuran dari berkah dan kutukan, tidak ada yang tahu apa yang kamu dapatkan ketika mengingatnya.” – hal 144

Hubungan mereka tentu dihadang para hiena-hiena haus berita (red: wartawan) yang mulai mengusik hidup Gytha, khususnya. Menyeret dia, bahkan Nakhla ke dunia entertainment yang mengerikan.

Memasuki puncak konflik ini dan penyelesaiannya jujur aku mulai lelah #hala dramanya sangat berasa di sini. Tapi seperti jargonnya, cinta nggak selalu manis. Harus ada pahitnya. Perasaan Gytha dan Wisnu yang sama-sama berjuang demi mempertahankan hubungan mereka bikin aku baper.

Pengorbanan mereka demi bersama itu.. ach, sweet tiada akhir pokoknya. Aku hanya bosan dengan alur yang digunakan, makin ke belakang, makin aku bisa menebak jalan ceritanya. Makin ke belakang, entah kenapa ceritanya justru berjalan lambat, aku nggak bisa menikmatinya senyaman ketika di awal.

Nggak tahu karena aku lagi kurang mood atau gimana, aku coba balik lagi dan baca ulang pun rasanya tetap sama. Rasanya aku begitu terburu-buru untuk membalik halamannya, agar menemukan tulisan ‘end’ dengan cepat. WKWK.


Overall, aku tetap suka cerita ini. Realistis. Bukan tipe novel yang cuma ngandelin baper buat para pembaca. Meskipun terkesan drama, tapi bukan drama yang dibuat-buat.
Ilustrasi yang ada di dalam novel ini juga bagus. Selaluuuu iri sama novelis yang bisa bikin ilustrasi untuk novelnya sendiri! Aku pasti udah ngerasa lapar berkali-kali ketika melihat ilustrasi makanan dalam novel ini (yang namanya aneh-aneh) jika saja gambarnya berwarna. (syukurnya nggak! HAHA).

Aku juga jadi lebih tahu banyak soal makanan, yang sebenarnya aku nggak tahu asalnya dari mana, namanya terlalu aneh sampai-sampai aku lewat aja bacanya tiap kali nemu. HAHA.
Aku suka latar belakang yang diambil, anti-maintream. Dua dunia berbeda yang dipertemukan, Yang satu dunia entertainment dan yang satunya dunia kuliner.. Keren pokoknya, nambah wawasan.
Terakhir, aku kasih rating 3.75 dari 5 bintang untuk novel Il Tiramisu.

P.s Aku masih penasaran kenapa Wisnu pertama kali tertarik dengan Gytha karena tungkainya! Seriously ini nggak dibahas lagi. Huhu. Penasaran aja sih karena baru pertama kali aku baca tokoh cowok yang tertarik sama tungkai cewek, bukannya sifat/sikap/wajah.wkwkwk XD

Selasa, 28 Maret 2017

[RESENSI] Carlos by Erin Cipta

“Seekor Anjing, Sebuah Kehidupan”

sumber:google





Judul: Carlos
Penulis: Erin Cipta
Penyunting: Gunawan Tri Atmodjo
Tata Sampul: Ferdika
Tata Isi: Ika Setiyani
Pracetak: Antini, Dwi, Wardi
Penerbit: Diva Press
Jumlah Halaman:152 hlm
Rating: 3.5 of 5 stars



Blurb:

   CARLOS adalah anjing ras akita yang diadopsi oleh Ye Feng semenjak masih bayi. Di rumah ini Carlos bukan sekadar hewan piaraan. Ia adalah anggota keluarga yang semenjak tiga belas tahun yang lalu menemani Ye Feng tumbuh dan melalui hari-harinya. Kedekatan Ye Feng dengan Carlos melebihi kedekatannya dengan anggota keluarga yang lain. Cinta telah melampaui segala sekat antara keduanya.
   Anda bayangkan!
   Maka, sungguh tak masuk akal ketika di suatu hari, dalam papah dan lelahnya, ada anggota keluarga yang mengusulkan agar Carlos dieutanasia. Sungguh kejam –seperti tidak muncul dari lidah manusia yang disebut-sebut menyimpan hati!
   Kisah Carlos bukan sekadar kisah tentang seekor anjing, melainkan kisah tentang sebuah cinta, 
sebuah hubungan batin yang tak tepermanai, sebuah keagungan yang denyar-denyarnya mampu mengguncang jiwa manusia yang masih merawat kelembutan hatinya.
   Bacalah, dan tahanlah air mata Anda bila mampu!

dok.pribadi




Dulu, saat aku masih SD, aku pernah mempunyai marmut. Sepasang. Kakak perempuanku mencap si betina sebagai miliknya, aku merengek, aku juga ingin yang betina. Tapi kakakku tidak mau mengalah, dan orangtuaku juga tidak ada yang membelaku.

Tapi aku bersyukur karena itu, aku bisa merasakan cinta yang begitu besar pada marmut jantanku. Awalnya, aku menolak menyukai marmut itu, tapi lama-kelamaan rasa sayangku tumbuh dan Ref (nama marmutku) menjadi satu-satunya sahabat yang kusayangi.

Seperti Carlos dan Ye Feng, aku dan Ref seperti mempunyai ikatan batin yang tak kasat mata. Tapi sayangnya, setelah aku benar-benar mencintai Ref, dia sakit. Kata ibuku, dia memakai rumput yang beracun. Ketika betina dan anak-anak marmut makan, Ref-ku diam saja. Ketika yang lain sibuk mondar-mandir di kandang, kepala Ref malah terkulai lemah.

Sakit sekali melihat Ref dalam kondisi seperti itu. Aku pernah menangisinya. Suatu hari, ibuku bilang padaku bahwa lebih baik Ref disembelih saja daripada harus menderita akan sakitnya. Tentu saja aku menolak! Aku bahkan marah kepada ibuku tentang gagasan itu.

Tapi, tanpa persetujuanku, ketika pulang sekolah aku sudah mendapati tubuh Ref yang sudah dipotong-ptong dan dibersihkan bulunya ada di dalam ember kecil di dapur,

Aku berteriak, memanggil-manggil ibuku. Lalu menangis seharian di dalam kamar. Hampir seminggu lamanya, setiap pulang sekolah aku selalu menangisi Ref. Sampai malam, tak peduli bahwa mataku akan sembap dan besoknya harus masuk sekolah.

Ibuku menyesal melihat bocah kecil sepertiku kelihatan merana seperti itu, dan mengatakan andai saja Ref tidak pernah disembelih dan dibiarkan saja mati dengan sendirinya kalau memang dia akan mati. Tapi siapa yang tahu kalau Ref akan sembuh? Dulu aku selalu mempercayainya.
Ref akan baik-baik saja. Ref akan bertahan di sampingku. Tapi semuanya sudah terlambat.

---

Sejujurnya berat menulis resensi novel ini, kepalaku jadi penuh dengan Ref. Kejadian itu memang sudah bertahun-tahun yang lalu, dan aku sudah move-on. Tapi membaca cerita ini, khususnya bagi pecinta binatang, akan kupastikan kalian semua akan kembali merasakan kerinduan pada binatang piaraan kalian di masa lalu, seperti aku.

Tidak disangka, ternyata Carlos juga sakit. Seorang dokter hewan keluarga Ye Feng menyarankan agar Carlos dieutanasia (suntik mati tanpa rasa sakit) agar dia tidak terus-terusan menanggung derita akibat sakitnya diusia tua itu. (Benar-benar kisah yang mirip dengan Ref-ku! Hiks!)

Umur Carlos 13 tahun, biasanya anjing ras akita paling tua itu berumur 12, tapi karena Carlos dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang berlebih dari Ye Feng, dia mampu bertahan lebih dari itu.
Ye Feng sendiri adalah pemuda berusia dua puluh enam tahun yang menyandang down syndrome. Dia tinggal bersama kedua orangtua, nenek, serta perawat neneknya yang bernama A Ling di Taiwan. Dia juga mempunyai adik lelaki yang bekerja sebagai polisi.

“Seorang anjing yang senang bermain dan seorang dengan jiwa bocah yang abadi, apa lagi yang lebih manis dari ini?” – hal18

Meski dia mempunyai kekurangan, tidak satupun keluarganya yang berhenti memberikannya kasih sayang. Ye Feng tumbuh menjadi pemuda baik hati, penyayang dan berbakat. Ia bisa memainkan piano dengan baik meski tidak pernah hafal not balok. Dia bahkan mengajar piano untuk anak-anak sepertinya setiap hari Rabu.

Cerita ini memakai sudut pandang orang ketiga, dari sisi Ye Feng, tetapi kebanyakan adalah dari sisi A Ling sang Perawat Ama (neneknya). Hal yang membuatku sadar bahwa Kak Erin Cipta adalah sosok A Ling. Kisah ini adalah kisah nyata. Carlos pernah ada dan kesedihan yang terjadi adalah murni.

Itulah mengapa butuh waktu lebih daripada yang kuprediksi untuk menamatkan novel tipis ini. Aku begitu terhanyut pada setiap kalimat yang Kak Erin rangkai. Jika biasanya aku mencerna sebuah novel dengan otak dan hati, tapi kisah Carlos seutuhnya kucerna dengan hatiku.
Gaya bahasa yang dipakainya agak mirip terjemahan, dan aku menyukainya. Seolah-olah aku benar-benar membaca cerita terjemahan Taiwan. Beberapa dialog dalam bahasa cina pun turut ada di novel ini, aku suka membaca bahasa asing, aku suka mencoba melafalkannya sendiri. *olahraga lidah*

“Tui ni shen re khuai le, Champion!” (selamat ulang tahun, Champion!) – hlm 38

Ditulis dari penulis yang memang benar-benar tinggal di sana dan merasakannya sendiri, aku cukup bisa membayangkan latarnya. Rumah-rumah di pesisir pantai, dermaga, dan badai Soudelor di khayalanku terasa nyata.

Kisah ini benar-benar lekat dengan kehidupan sehari-hari, aku setuju novel ini dibuat tipis. Karena disitulah letak keistimewaannya. Kesan yang disampaikan jadi pas dan tidak berlebihan. Cara bagaimana Ye Feng begitu mengasihi Carlos, pun dengan keluarganya yang sangat mencintai binatang, menganggapnya sebagai bagian dari keluarga cukup manis bagiku.

Seperti yang kubilang, aksi lucu dan kenakana Ye Feng bersama Carlos harus berhenti mewarnai keseharian di rumahnya karena Carlos sakit. Lambung dan paru-parunya sudah tidak bekerja dengan baik.

Aku dibuat terharu ketika Ye Feng menemani Carlos menghabiskan makanannya yang lebih lama dari biasanya. Bahkan membawanya masuk ke dalam rumah setiap malam, tidur di sofa sambil berpelukan. Aku jadi teringat bagaimana aku memaksa Ref makan tetapi dia bahkan tidak mau membuka mulutnya.

“Banyak perumpamaan yang bisa digunakan untuk mengibaratkan ikatan antara Ye Feng dan Carlos. Sejak dipertemukan, mereka laksana jantung dengan degupnya, api dengan panasnya. Mereka adalah cinta. Cinta tanpa syarat yang menebarkan kebahagiaan bukan saja untuk mereka berdua, melainkan juga pada orang-orang di sekitarnya.” – hlm 52

“Ia punya cinta yang sangat besar pada sahabat anjingnya. Cinta yang membuatnya mampu menerobos batas-batas kemampuan diri. Cinta yang membuatnya mampu melakukan hal-hal yang tak terbayangkan.” – hlm 58

Hingga soal kabar euthanasia itu sampai kepada Ye Feng, dia memutuskan untuk kabur dari rumahnya membawa Carlos. Tentu saja dia tidak setuju soal itu, aku juga! Tindakan yang benar-benar tidak binatangwi.

Selanjutnya adalah cerita-cerita penuh air mata saat membacanya, aku ikut menangis ketika dengan tertatih-tatih Ye Feng menggendong Carlos yang sudah kurus dan kumal. Berdoa di sebuah kuil, di sana Ye Feng meminta yang terbaik apapun untuk Carlos.

Juga bagaimana ikatan keluarga yang terbentuk membuatku terharu. Semua orang peduli, semua orang saling menyayangi. Bahkan A Ling, pekerjaan menjadi perawat di negeri orang, aku sangat menyukai karakternya karena kebanyakan sudut pandang melalui dia.

---

Overall, aku sangaaaaat menyukai kisah ini. Penuh kesedihan yang mendalam. Tapi sedikit banyak novel ini agak membuatku bosan dengan kisah sendu mengalirnya, juga tipis sekali, membuatku tidak puas membacanya tapi kalau lebih panjang dari ini, tentu saja aku akan sangat kebosanan. Berhubung kisah ini adalah kisah nyata, aku juga nggak mungkin mengharapkan ada kejadian ‘unik’ yang hadir mewarnai.

Ada dua hal yang membuatku paling terenyuh dalam novel ini yaitu:

Kak Erin Cipta memberiku sebuah pesan di atas tanda tangannya pada halaman pertama buku ini
:



Kedua, sebuah lagu yang dinyanyikan Ye Feng untuk Carlos

“Jangan takut, sakitmu akan hilang
Tidur saja, aku akan memelukmu
Esok pagi, matahari akan datang
Berlari, melompat, bermainlah lagi dengan gembira.” – hlm 82

P.s Bagi kalian yang juga punya hewan peliharaan atau sayang banget sama hewan, wajib banget baca novel ini. high recommended!

Kamis, 23 Maret 2017

[Giveaway's Winner] UPABDLR BY YAYAN D

Halo semuanya!
Nggak kerasa 3 hari udah berlalu dan saatnya aku ngumumin pemenang giveaway dari booktour pertamaku.
Pertama-tama aku mau ucapin terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Mbak Gita, Redaksi KataDepan dan semua partner host Booktour Cerita Masa Lalu. Ini merupakan kesempatan pertamaku menjadi host yang sangat berarti. Banyak pengalaman yang kudapatkan. Terimakasih banyak! *bow*



Dan tentunya untuk kalian, para penggiat giveaway di mana pun kalian berada. Jujur, pengalaman keduaku milih seorang pemenang dan itu sulit, rasanya aku ingin memenangkan kalian semuaaaa *hiksss

Jawaban kalian ada yang membuatku tersenyum haru, geleng-geleng saking panjangnya (terimakasih udah mau curcol panjang lebar di blogku!) dan ikut sedih bacanya. Tapi, pemenang hanya ada 1. Sebenarnya aku punya dua jawaban yang bikin hati aku ikutan 'jleb' dari penyampaiannya yang luar biasa bagus.

Setelah membandingkan dan membaca ulang, hanya satu jawaban yang membuatku kembali merasakan hal yang sama.

Dan jawaban itu adalah milik..

Didi Syaputra
Twitter: @DiddySyaputra

Selamat untuk pemenang! *yeayyy*

Silakan kirim data diri kamu: nama, alamat lengkap dan no.hp ke email penerbit: penerbitkatadepan@gmail.com dengan subjek "Pemenang Kuis UPABDLR dari Host Rosi Eksa"

Buat yang lain, jangan patah semangat, bukan berarti cerita kalian jelek atau aku nggak punya hati nurani buat ngerasain apa yang kalian rasain. #hala
Aku juga tahu banget ada yang bener-bener menginginkan buku ini dan ikut terharu sama perjuangannya. Tapi namanya juga giveaway. Harus selalu siap sama hasil akhirnya, okeee?

Akan ada suatu hari nanti kalian memenangkan buku yang sangat kalian harapkan kok. Jangan kecewa ya! Kesempatan masih banyak!

Semoga aku bisa ngadain booktour lagi ke depannya dan ngasih kalian peluang lain. ^_^



-stay strong and stay positive


Senin, 20 Maret 2017

[Book Tour] Une Personne Au Bout De La Rue by Yayan D



Aku sedang tidak ingin berdakwah.

Serius nih, lupakan soal nasihat-nasihat bijak atau gelombang positif yang mencekokimu soal makna dari masa lalu.

Sekarang, aku mau bertanya, apa kau menyukai masa lalumu?
Konsepnya adalah kejujuran, meski temanya adalah ‘Cerita-cerita masa lalu’. Aku tidak akan menghakimi siapapun yang mengatakan: aku benci masa laluku!

Ayolah. Sejenak kita mengeluarkan sisi kekanakan kita, berubah menjadi seorang bocah yang bisa dengan gamblang menyebutkan suka atau tidak suka pada suatu hal. Sebentar saja, keluarkan emosi terpendammu yang tidak ingin dikoreksi, seluruh emosi yang kau simpan rapat-rapat karena otakmu sudah mengetahui mana hal yang salah dan yang benar.

Lepaskanlah sesuatu yang menekan jiwamu bahwa ada yang salah tentang perasaanmu pada masa lalu.

Terlepas dari pelajaran yang kau dapat, aku hanya menginginkan kau mengeluarkan emosimu, bahwa kau menyesali beberapa hal yang terjadi, bahwa keadaan hidupmu yang sekarang mungkin akan berbeda jika kau memilih pilihan lain di masa lalu.

Misalnya, kau menyesal tidak pernah begitu menikmati masa muda? Tidak pernah berbuat kekacauan yang akan membuatmu tersenyum ketika mengingatnya sekarang? Atau banyak kegagalan yang mengusik hatimu?

Aku sendiri, aku tidak menyukai masa laluku. Banyak hal-hal yang kusesali meski aku sudah tahu apa yang kudapatkan dari semua itu. tetapi ego itu selalu ada, bersembunyi, tak mau disalahkan.

Salah satu masa lalu yang paling kubenci adalah kenyataan bahwa aku tidak punya sesuatu yang menakjubkan untuk kuceritakan, dan bahwa aku tidak menjadi sesuatu yang menakjubkan karena masa lalu itu.

Bahkan, alasan aku membahas tulisan yang seperti ini adalah karena aku bukanlah orang yang pandai mengekspresikan luapan emosiku yang paling dalam, aku sering bertanya-tanya apakah ada orang yang sama sepertiku?

Masa lalu adalah paradoks. Kau bebas untuk mengingat atau melupakan, tapi kau nggak pernah bebas dari konsekuensinya atas dua pilihan itu.

Daiva di dalam buku ini, ia tidak menyukai masa lalunya yang pernah mencampakkan seseorang dan ditinggal menikah seseorang yang dicintainya. Lalu Tristan yang tidak menyukai masa lalunya juga; ia pernah membawa racun ke dalam keluarganya dengan tangannya sendiri.

Tapi masa lalu tidaklah benar atau salah. Yang perlu dinilai adalah pilihan kita. Jadi tidak apa kalau kau tidak menyukai masa lalumu, kau hanya memilih jalan yang salah. Namun saat itu, jalan itulah yang membuatmu merasa benar. Hidup terus berlanjut dan pilihan-pilihan semakin banyak.

Dan tentunya, aku sangat menyukai perjalanan mereka, aku menyukai pilihan-pilihan mereka, aku senang menampung kisah Daiva-Tristan sebagai bagian dari memoriku suatu hari nanti. Kisah yang membuatku tidak bisa berhenti tersenyum bahkan ketika baru membaca prolognya saja.

Kak Yayan benar-benar hebat dalam menciptakan suasana yang hidup. Daiva yang sudah terlalu lama melajang, bossy, dan sejuta tingkah konyolnya dipertemukan dengan sosok Tristan yang tenang, dan tampan, tentu saja.

Kekuatan kedua karakter yang saling melengkapi membuatku betah lama-lama membaca novel ini. Juga judulnya yang terkesan begitu dalam: Seseorang di Ujung Jalan. Daiva mengajak kita untuk menanti dengan senyuman meski masa lalu yang dialaminya begitu pahit. Tapi dia percaya.

Tristan sendiri merupakan sosok yang menurutku sangat lovable. Dia penyayang dan perhatian, tipe atasan yang didambakan semua karyawan. Tapi bahkan bisa terlihat begitu kekanakan jika sedang jatuh cinta.

Masa lalu menyatukan mereka berdua. Sebagai bos dan sekretaris, mereka membagi banyak hal, termasuk masa lalu. Tapi, kemudian seseorang dari masa lalu Daiva muncul, sementara Tristan juga sudah menantinya.

Siapakah sebenarnya sosok yang menunggu Daiva di ujung jalannya?

Seandainya saja aku sudah hidup lebih lama dari ini, mungkin aku lebih bisa menuliskan masa lalu yang lebih berarti, seperti kisah Daiva dan Tristan.





---GIVEAWAY TIME---
Kesempatan terakhir kamu yang belum dapet novel UPABDLR dari GA sebelumnya!

banner BookTour


Oke sebelumnya aku bakal bilang kalau novel ini adalah novel dewasa yhaa! Kesadaran sendiri bagi yang merasa di bawah umur. Kecuali penasaran, nggak apa-apa sih, hal lumrah. (konsekuensi ditanggung masing-masing). *ketawa jahat*

Ada satu orang beruntung yang bakal mendapatkan satu eks novel Une Personne Au Bout De La Rue. 

Persyaratannya:

1. Memiliki alamat pengiriman di Indonesia

2. Follow blog ini via GFC atau E-mail (liat paling bawah)

3. a. Follow twitterku @Arthms12 dan penerbit @KataDepan_
           atau
        b. Follow instagramku @Arthms12, penulis @yzacx dan penerbit @penerbitkatadepan

4. Share/repost info GA ini lewat:
        a. Twitter: share link BookTour ini, tag akun-akun di atas, dan tambahkan hastag
                 #BookTourKataDepan dan #CeritaMasaLalu
           atau
        b. Instagram: repost banner, tag akun-akun di atas, dan tambahkan hastag
                #BookTourKataDepan dan #CeritaMasaLalu

5. Jawab tantangan ini:

Apa kamu menyukai masa lalumu?

6. Tulis nama akun tempat kalian share info GA ini (twitter/IG), link share, beserta jawaban di
        kolom komentar.


Giveaway berlaku dari tanggal 20 Maret 2017 sampai 22 Maret 2017 pukul 23.59. Pengumuman pemenang sehari setelahnya, yang bakal aku umumin di IG, Twitter dan blog.



Tambahan: Yang baca tulisanku di awal pasti ngerti bagaimana jawaban yang aku mau dari kalian. Jawaban paling emosional menjadi poin utama penilaian. Mau perasaan kesal, sedih, atau bahagia, tulislah dengan hati yang paling dalam.


Good luck!

Minggu, 19 Maret 2017

[RESENSI] PERCY JACKSON’S GREEK GODS BY RICK RIORDAN

(GreekGodsChallenge with Noura Books and iJakarta)

Peringatan: tulisan ini ditulis oleh seorang fangirl.


***


“The book was fiction, but the feels were not.”


sumber: google




Judul: Percy Jackson’s Greek Gods
Penulis: Rick Riordan
Penerbit: Noura Books
Ilustrasi: John Rocco




dok.pribadi




Pertama-tama, aku ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Noura Books dan iJakarta yang telah membuatku bisa membaca buku ini dengan gratis… *saya terharu* *yang baik-baik untuk kalian semua*


Jadi gini, teman, aku ini udah jadi demigod selama kurang lebih empat tahun. Semuanya berawal dari temenku ketika SMP yang ‘ngefangirl’ juga, dia bikin status di facebook dan bertanya-tanya apakah dia adalah salah satu dari 7 pahlawan yang disebutkan ramalan?

Oke, jadi aku tertarik dengan statusnya, dan aku menanyakan padanya di sekolah lalu TADA! Dia meminjamkanku buku ajaib itu untuk pertama kalinya, judulnya adalah The Lost Hero.
Sebagai pencinta kisah fantasi, tidak butuh waktu kurang dari satu detik untuk mencintai buku itu. Aku mampu menyelesaikan buku itu dalam satu hari, dan langsung berubah jadi gila (bahkan aku menahan buku itu beberapa hari lebih lama agar bisa memeluknya setiap malam) Apa? Aku gila? Katakan saja begitu. *untuk Rere, maafkan aku menahan TLH begitu lama*

Setelah masuk SMA pun aku benar-benar tidak bisa melupakan kisah paling menakjubkan yang pernah kubaca seumur hidup menjadi seorang reader. Sampai-sampai aku putus asa untuk bisa mengetahui kelanjutan ceritanya. (uang jajan pas-pasan, boro-boro nabung, main ke tokbuk aja jarang).

Tapi Tuhan maha mendengar bukan? Akhirnya aku bisa meneruskan seri buku-buku itu dan syukur, aku sama sekali tidak menyesal menjadi tambah gila atau semacamnya.





Kisah ini diambil dari sudut pandang Percy Jackson yang ceritanya dia itu lagi disuruh penerbit untuk menceritakan kisah-kisah dewa-dewi Yunani. Bab-bab awal dibuka dengan pembukaan, cerita soal dewa pertama di semesta bernama Chaos. Dari dia, muncullah Gaea sang Ibu Bumi lalu Ouranus, Tartarus dan lain-lain.

Setelah itu, satu bab berikutnya diisi para Titan yang sempat memimpin dunia. Aksi saling bunuh anggota keluarga pun terjadi dan akhirnya Zeus-lah yang menjadi Raja Semesta. Bab-bab selanjutnya baru Percy akan menceritakan semua dewa-dewi utama di Olympus.



Bahkan jauh sebelum buku Percy Jackson’s Greek Gods ditulis oleh Paman Rick *sotau banget*, aku telah lebih dulu mencari-cari seluk beluk mitologi Yunani lewat google. Aku membaca semuanya, menyimpannya dalam otakku dan men-copasnya ke dalam hati.

Aku hapal betul (secara garis besar) bagaimana awal mula semuanya terjadi, pada Ibu Bumi dan Ouranus. Bagaimana Kronos mencincang ayahnya dan mengambil alih kekuasaan ataupun tentang menelan para dewa.

sumber: google


Namun di buku ini aku menemukan versi paling lengkap dan versi paling lucu. Dengan semua kejadian gila yang dilakukan makhluk-makhluk di mitologi Yunani, Paman Rick bisa menyampaikannya lewat Percy menjadi suatu kisah yang mudah dicintai dan jauh dari kata ‘mengerikan-yang-terjadi-pada-kisahnya’.

Tidak peduli seberapa tidak masuk akal dan keanehannya, aku selalu bisa jatuh cinta pada kisahnya berkali-kali ketika membacanya. Apalagi versi yang ditulis di buku ini langsung dari pakar utamanya.

Rick Riordan selalu tahu bagaimana cara menyenangkan para pembacanya dan aku suka dengan gaya bahasanya. Segala humor-humornya adalah faktor paling tinggi kenapa aku bisa begitu mencintai tulisannya. Rick Riordan (bahkan ketika aku hanya baru membaca satu bukunya) telah kunobatkan menjadi satu-satunya penulis luar favoritku.



Omong-omong, aku ini adalah penggemar dewi Arthemis (bisa lihat, kan, nama blog ini?) tapi merupakan salah satu demigod cabin 3 bersama kakakku, Percy, meski dia nggak mengetahuinya. Satirku belum datang, dan aku keburu tua, jadi aku sengaja memakai medsos.

sumber: fanspage PJO


Sebenarnya aku ini lebih memfavoritkan Paman Hades ketimbang Poseidon. Di seri PJO dan HoO, Hades diceritakan bukan sebagai dewa yang menyenangkan seperti di PJGG ini, dunia kelamnya dan titel ‘Dewa Kematian’ mengusikku untuk menyukainya.

Dan setelah membaca PJGG, aku semakin jatuh cinta saja sama dewa paling kurang beruntung itu.

(meanwhile Uncle Rick be like)


Tapi di lain waktu, aku juga merasa mungkin sebenarnya aku ini anak Zeus. Bukan apa-apa, aku ini tidak lancar berenang (meskipun aku sangat suka laut) tetapi aku juga mengagungkan langit dan aku penyuka angin (bukan Aelous atau Boreas atau saudara-saudaranya, percayalah, ini semua karena Zeus!)

Dan di buku ini, jelas saja Zeus paling menghiburku karena paling sering muncul di setiap bab (maksudku, ayolah, dia itu raja langit! Semua dewa-dewi bersangkut paut dengannya). Namun, aku ternyata aku lebih suka kisah Hades dan Poseidon.

Hades itu, kalau dia manusia, pasti akan terlihat seperti pria ‘setia’ yang lucu. Dia mencintai Persephone sampai-sampai menculiknya tanpa tahu kalau itu adalah gagasan yang huruk (tahu siapa yang menyuruhnya begitu? Ya, ayah Persephone sendiri, si Zeus).

Bagaimana cara dia berusaha menyenangkan Persephone dengan kegelapan dunia bawahnya membuatku mencurahkan segala bentuk rasa simpatiku pada Hades. Dia pria lucu yang sangat lovable!

Lalu ada Poseidon, si Tengah. Aku suka saat posisi dia memang selalu setengah beruntung dan setengah-setengah yang lainnya. Adegan favoritku ketika dia berseteru dengan Athena untuk mendapatkan kota Athena. Kayak, yah, Percy bilang dia itu tidak sehebat Zeus tapi dia lebih baik dari Hades.

Aku juga suka ketika membahas soal istrinya, Amphitrite, dia adalah salah satu sosok cewek dengan sikap yang paling hebat, menurutku. Dan betapa beruntungnya Poseidon bisa mendapatkannya. Dia mau menikahi Poseidon hanya jika Poseidon tidak mengekangnya.

Mereka pasangan favoritku setelah Zeus dan Hera (tentunya favorit karena terlalu seringnya adegan selingkuh-balas dendam-selingkuh-balas dendam yang terjadi. Dan itu ngakak, tahu?)
Tapi sejujurnya, dari kedua belas kisah para dewa-dewi Olympia, sebenarnya adalah sosok Aphrodite yang ada di urutan pertama di hatiku.

Kenapa?

Kenapa tidak?

Dia membuatku hampir ngakak sepanjang waktu ketika membaca kisahnya. Sebelas-dua belas dengan kehidupan Zeus-Hera yang menggelikan. Ilustrasinya paling cantik, dan aku suka karakternya yang meledak-ledak seperti anak ABG. Cocok sekali dengannya.

sumber: fanspage PJO



Baru beberapa puluh menit yang lalu menyelesaikan buku Percy Jackson’s Greek Gods dan langsung menuliskan resensi ini dengan sedikit, um, sedih, dan.. sedikit menggila.



Pertama-tama, aku nggak mengaitkan ini dengan lomba tapi, aku benar-benar mencintai kisah Percy Jackson dan berterima kasih untuk semua ini.

Membaca buku ini adalah kesenangan lain buatku, pertama bahwa ini adalah tulisan Rick Riordan dan sedang sudut pandang Percy (yang membuatku kangen dia) dan kedua, kisah dewa-dewi di buku ini diceritakan dengan humor khas Rick dalam setiap buku-bukunya (sejauh ingatanku), membuatku sangat menikmati setiap halaman demi halaman buku ini.

Aku membaca buku ini dengan segenap perasaanku, jadi ketika membaca halaman pertama pun, rasa rindu langsung menyeruak, membuatku tidak bisa berhenti tersenyum sampai halaman terakhir. Di bagian penutup, rasa rindu itu makin menjadi-jadi karena aku merasa akan ditinggalkan lagi.

(Rick Riordan be like)



Untuk kekurangannya ketika membaca lewat aplikasi iJakarta, aku menemukan beberapa kalimat yang muncul lagi di halaman berikutnya (nggak tahu hapeku yang eror atau gimana). Tapi serius, pertama kalinya kenal aplikasi keren ini karena GreekGodsChallenge. Setelah ini aku pasti bakal ketagihan baca-baca novel di iJakarta. (Gretong pula). *Yang belum tahu iJak, cepet download!*
Dan untuk kelebihannya, aku bahkan nggak tahu harus pakai kalimat pujian yang mana lagi. Tulisan-tulisan Rick Riordan selalu sempurna di mataku.

Kisah ini sudah berakhir.. dan aku tidak tahu kapan lagi bisa membaca buku-buku karya Rick Riordan. Seolah-olah aku tidak ingin semuanya tamat begitu saja dan ingin terus membacanya tanpa henti.

(aku merasa ingin menangis sekarang)


Kalau seluruh jariku bisa kujadikan jempol, akan kuberikan semuanya kepada Rick Riordan yang mampu menghadirkan kisah-kisah mereka dengan cara yang unik dan menyenangkan hati. Ah, terima kasih untuk segala-galanya. Aku cinta kisah ini untuk sekarang dan selamanya. Aku bahkan akan beri rating seluruh bintang di galaksi dari seluruh bintang di galaksi yang ada.[]


Salam sayang untuk semua Demigod di seluruh dunia!

sumber: google

 - Dari demigod kabin 3^^

Rabu, 08 Maret 2017

Ikutan BookCrossingID Yuk!

Halo semuanya!

Kali ini aku mau ceritain pengalaman aku kemarin, tepatnya tanggal 2 Maret 2017 yang menjadi salah satu tempat pemberhentian Book Crossing ke-2.



Oke, apa itu Book Crossing? Belum pernah denger? Pernah denger tapi nggak peduli?

Dunia literasi adalah dunia yang berpengaruh untuk kehidupan kita. Banyak membaca buku adalah salah satu cara untuk menambah ilmu dan wawasan kita. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan rasa cinta kita terhadap dunia literasi.

Ya, salah satunya adalah dengan Book Crossing ini. Memang, istilah ini sangat awam keberadaannya di Indonesia. Istilah ini sendiri pertama kali digagas oleh situs BookCrossing.com yang berpusat di Sandpoint, Idaho, Amerika Serikat. Info lengkap bisa dilihat di www.bookcrossing.com/about.

Nah, orang Indonesia sendiri (maksudnya, aku) tahu istilah ini dari salah satu novel yang pertama kali kurensensi di blog ini. Yap, novel The Girl On Paper-nya Penerbit Spring adalah sumber pertama yang mengenalkanku pada Book Crossing.

Setelah novel itu terbit, aku melihat ada sebuah Giveaway bertemakan BookCrossing, jadi aku menduga kalau semuanya berawal dari novel TGOP. (maaf kalau daku salah XD)
Sebuah komunitas berpusat di Ponorogo, Jawa Timur, bernama Mocco Bukku (IG: moccobukku) adalah pencetus istilah BookCrossingID, kegiatan Book Crossing versi Indonesia. Aku dapet informasi ini langsung dari instagram Moccobukku:








Paham? :D Kalau nggak paham langsung meluncur ke IG-nya Moccobukku aja yaaaa!

Untuk permulaan, Moccobukku menyediakan 4 buah novel cikal bakal BookCrossingID dengan jalur giveaway. Waktu itu, aku ikut gelombang pertama, dari keempat novel (So I Married The Antifan, Cinderella Teeth, Serendipity, dan Cheeky Romance) aku pilih Serendipity-nya Penerbit Inari. Alasannya, aku sudah baca kedua buku K-Iyagi-nya, dan novel
Serendipity bikin aku penasaran :D

Sayangnya di gelombang pertama aku gagal dapetin Serendipity. Dan yang memenangkan novel itu adalah Kak Vina ( IG: orybun ). Setelah itu aku langsung follow Kak Vina untuk standby kalau-kalau ada pengumuman estafet selanjutnya.

Dan syukur, Alhamdulillah, rejeki anak sholehah nggak kemana, aku berhasil memenangkan GA dari Kak Vina dan menjadi pemegang kedua novel Serendipity. Selama tiga hari menunggu, akhirnya novel sampai dengan selamat dari Solo ke Bandung. (Nggak bosan kubilang, terima kasih paket++ nya ya, Kak Vina :D)

Suatu kebanggaan tersendiri bisa ikut berpartisipasi. Booklovers pasti tahu rasanya, deh. BookCrossing ini masih baru dan informasinya belum menyebar luas. Mungkin kalau aku adalah tangan ke-100 yang pegang novel ini pasti lebih kerasa senangnya. Secara, buku ini pernah jalan-jalan ke berbagai kota, dari tangan ke tangan!

Mencoba hal-hal baru juga sebenarnya sangat ingin aku lakukan dan aku selalu penasaran. Book Crossing ini menurutku adalah kegiatan yang sangat bermanfaat. Kayak perpustakaan keliling. Kita juga jadi bisa kenal sama banyak orang karena kita berurusan langsung sama pemegang buku sebelumnya, begitupun sama calon-calon tuan baru si buku yang mendadak nangkring di IG kita buat nungguin info GA! Hihi seru kan? :D

Kedepannya aku harap BookCrossingID bisa menyebar luas di seluruh Indonesia dan bukan lagi hal baru. Semakin banyak buku yang dilabeli stiker BookCrossing dan semakin banyak yang tertarik untuk ikutan kegiatan ini.

*Jangan mau kalah sama orang luar* Sebenarnya aku lebih tertantang kalau harus meninggalkan buku itu di sembarang tempat, mengunggah info terakhir buku itu di situs web daripada harus lewat GA dan kirim paket.

Tapi apa daya, karena tidak banyak orang yang bisa dipercayakan untuk meneruskan buku yang tergeletak begitu saja tanpa nama pemilik. Salah-salah, nanti dijadiin bahan buat bakar-bakaran di tong sampah, jadiin ganjelan pedagang kaki lima, atau dikilo sama orang yang kurang ngerti apa fungsi buku itu. Hihi :D

Tapi tentu lebih serem sama orang yang ngerobek stikernya… dan membawa pulang buku itu untuk
diri sendiri. Hiiii~ (Salah satu adegan di novel TGOP).

Nah, buat kalian yang penasaran gimana sih BookCrossingID dan pengin jadi salah satu tempat pemberhentian, boleh deh kalian follow IG moccobukku buat informasinya. Soalnya setiap pendonor baru ataupun pemegang buku yang terakhir diharuskan memposting foto buku tersebut ke IG dan men-tag moccobukku hingga bisa direpost oleh moccobukku.

Sejauh ini sudah lumayan banyak pendonor baru untuk kegiatan BookCrossingID. Tunggu apa lagi? Siap bersenang-senang dengan buku yang sudah jalan-jalan ke sana-sini? Yuk, ikut BookCrossingID!

*penampakan novel Serendipity yang sedang ada di tanganku*




Minggu, 05 Maret 2017

[RANDOM] DAY3 - Writing Challenge Kampus Fiksi (last)

Writing Challenge Bersama Kampus Fiksi #DAY3

---

Untuk aku, beberapa tahun kemudian.

Tolong ingat-ingat lagi hari-hari di mana kamu rasa kamu telah memperjuangkan segalanya dengan tertatih-tatih. Kamu akan baik-baik saja setelahnya. Baca kata-katamu sendiri di bawah ini dan kuharap kamu akan menampilkan ekspresi yang selalu kunantikan; tersenyum lebar.

---

DAY 3




Jelaskan tentang keinginan atau cita-citamu yang belum tercapai hingga hari ini dan seberapa keras usaha kalian untuk mewujudkannya!

---

Writing Challenge pertama yang kuikuti, terima kasih banyak atas kesempatannya. Aku mungkin berharap menang, tapi lebih daripada itu, aku senang bisa mulai menulis kisahku sendiri dan membiarkannya dilihat banyak orang. Nggak apa-apa, aku nggak malu, semuanya adalah proses belajar.

Tolong, tolong bantu aku cara membuat tulisan yang pendek XD *abaikan*


Pada dasarnya, setiap manusia selalu nggak puas dengan apa yang mereka miliki, dan naluri terus menggiringnya untuk tetap menginginkan sesuatu yang lebih. Menurutku pribadi, keinginan berbeda dengan cita-cita. Keinginan bisa berupa hal sehari-hari atau daftar wishlist yang kita simpan di notes ponsel. Tapi cita-cita, maknanya lebih kuat, hal yang kita impikan sejak dulu, yang mampu menentukan status kita kelak.

Jadi di sini keinginanku banyak sekali. Pertama-tama aku mulai dengan ingin mengoleksi banyak novel, dan sekarang yang sedang kuusahakan adalah mengumpulkan satu-persatu lewat GA ataupun menabung.

Aku ingin barang-barang baru, entah itu baju, ponsel, laptop, alat-alat menggambar. Dan untuk mendapatkan itu, aku harus bekerja, kan? Nah, keinginanku selanjutnya adalah cepat-cepat dapat pekerjaan XD Untuk mendapatkan pekerjaan, aku juga sedang mengusahakan melamar ke sana-sini bahkan sampai ikut walkin interview yang penuhnya kayak pembagian sembako. *derita jobseeker*

Lalu ada dua hal lain, aku ingin kurus dan aku ingin punya followers yang banyak.

Bercanda! Keinginan terbesarku daripada itu semua adalah aku ingin kuliah. Lulus sekolah tahun kemarin dan nggak lolos SBMPTN jalur beasiswa membuatku terpaksa tidak melanjutkan dulu dan harus cari kerja. Biasalah, masalah ekonomi. Meskipun ada banyak beasiswa, tapi ada masalah lain yang membuatku nggak bisa memperjuangkan itu tahun kemarin.

Sampai sekarang, aku sangat ingin melanjutkan kuliah kelas regular seperti teman-temanku, walaupun hal itu mustahil. Aku bakal kepayahan menghidupi diriku sendiri, jadi sepertinya aku akan mengambil kelas karyawan saja. Tapi tetap, tekadku kuat, aku ingin kuliah, tahun ini!

Sementara untuk cita-citaku, yang paling utama adalah aku ingin jadi orang sukses tentunya. Dalam bidang yang kusukai, hidup damai dan sejahtera. Aku bercita-cita ingin menjadi seorang penulis dan menerbitkan novelku suatu hari nanti. Aku bercita-cita ingin menjadi seorang desainer interior atau menjadi seorang psikolog.

Untuk seberapa keras usahaku dalam meraih semua itu, kurasa aku nggak bisa menilainya untuk diriku sendiri. Yang jelas yang sedang kulakukan adalah, semenjak lulus SMA dan punya banyak waktu luang, aku mulai mendalami segala hal yang kusukai. Aku belajar me-review, aku mempublikasikan tulisanku di wattpad, aku belajar menggambar bahkan sekarang mencoba handlettering, bahkan aku ikut writing challenge seperti ini :’D

Aku juga sedang giat-giatnya bekerja untuk masa depanku, dan masa depan ibuku, serta untuk menyenangkan semua orang yang kusayangi.[]


p.s udah pendek kan? Nggak kepanjangan kayak dua hari kemarin, kan?


Bandung, 5 Maret 2017

Sabtu, 04 Maret 2017

[RANDOM] DAY2 - Writing Challenge Kampus Fiksi

Writing Challeng Bersama Kampus Fiksi #DAY2

---

Untuk Ayah, di Surga.


---
DAY 2


Seandainya ada mesin waktu dan bisa kembali ke masa lalu, kesalahan apa yang paling ingin kamu perbaiki? Ceritakan!

---

Butuh berpikir banyak untuk ‘nekat’ mengikuti challenge ini, sampai-sampai aku harus telat nyetor di hari pertama. Dua pertanyaan yang dimaksudkan untuk dua hari, aku menyelesaikannya dalam satu waktu. Dan bukan main-main flashback-nya. Aku berhasil kembali ke masa itu, masih dengan perasaan yang sama ketika aku mengalaminya waktu itu.

Mungkin di hari pertama aku mengingat banyak yang bagus tentang masa lalu, tetapi sebetulnya aku ini bukanlah orang yang senang menyimpan kenangan, terlebih kenangan masa laluku, bagiku, banyak yang tidak menyenangkan.

Seringnya aku berusaha melupakan semuanya yang pernah terjadi, baik itu yang baik atau buruk, karena entah kenapa aku selalu menganggapnya adalah beban tersendiri buatku.

Jadi sekarang aku memaksa lagi, menggalinya, terluka lagi, dan untuk pertama kalinya menuliskannya, berniat mempublish kesalahan yang paling kubenci kepada dunia.
Seandainya ada mesin waktu, sejujurnya aku pernah berpikir tentang hal ini dulu sekali, aku ingin kembali ke hari di mana aku lahir, dan… mencegahnya terjadi.

Tapi bukan itu sekarang, justru yang aku ingat adalah Ayahku. Betapa rasa bersalah yang sering kucoba lupakan itu, seringkali hadir tanpa permisi, membuat aku secara mendadak membenci dunia, membenci diriku sendiri dan membenci apa yang kurasakan saat itu.

Ayahku berpulang ketika aku kelas 9, pada tanggal 5 September 2012. Sedari kecil, aku tidak dekat dengan Ayah. Ayahku itu orang yang sulit mengekspresikan perasaannya kecuali rasa marah. Jadilah, aku yang kecil, menganggap ayahku adalah orang yang galak. Aku jarang mengobrol dengannya, tapi beliau juga sosok yang bisa terlihat hangat, biasanya mengobrol kalau kami berkumpul sekeluarga.

Ayahku adalah seorang yang sangat disiplin dan taat pada aturan, aku baru menyadari juga bahwa aku menuruni sifatnya itu, bahkan sifat dingin, cuek, emosian dan keras kepala kami juga sama. Jadi, di usianya yang sudah tua dan sakit-sakitan sementara aku yang masih kecil dan terbiasa dengan jarak di antara kami, membuat aku tidak memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik-baiknya.

Ayah sakit parah. Awalnya kanker prostat, menyebabkannya harus memasang selang di kantung kemihnya. Lalu kemudian fisiknya semakin lemah, Ayah jatuh di kamar mandi dan tidak bisa berdiri lagi. Di rumah sakit, Ayah mendapat diagnosa lagi bahwa dirinya terkena gagal ginjal.

Sempat untuk beberapa waktu, ayah dirawat di rumah sakit, setengah sadar, tidak bisa berbicara dengan jelas, tidak tahu siapa-siapa yang datang menjenguk. Kemudian ayah sembuh, kembali seperti sedia kala secara mental.

Aku dan kakakku masih menjaga jarak, seperti biasa, hanya menghampiri ketika ayah butuh sesuatu. Ketika kakakku sekolah di Bandung, ibuku pergi bekerja, akulah yang ada di rumah bersama ayah.

Jarang sekali aku menengok ke kamarnya, sekedar menanyakan bagaimana keadaannya, apa yang dia rasakan atau apa yang dia butuhkan. Aku sibuk dengan diriku sendiri; menonton tv, bermain, mengerjakan tugas atau hal-hal lain.

Ayah hanya memanggil kalau beliau ingin mengisi lagi gelasnya, meminta dibuatkan bubur instan, atau minta diguntingkan kukunya. Di hari ulangtahunku, ayah sudah tidak bisa lagi menyiapkan kado yang biasanya kulihat di pagi hari, beliau hanya mendoakan dan memberi uang. Di hari Lebaran pun, tidak banyak waktu yang kuluangkan untuk ayah.

Lalu pada suatu hari, ketika aku sedang mengerjakan tugas, ayahku memanggil-manggil namaku. Menyuruhku mengambilkan pencukur jenggot. Tanpa berpikir panjang, aku hanya menyerahkan benda itu dan kembali ke PR-ku.

Tentu saja ayah kembali memanggil, menyuruhku membasahi sapu tangannya. Aku kembali ke PR-ku sekali lagi, dan ayah masih memanggil. Katanya, basahi dengan sabun. Entah kenapa, saat itu aku merasa sangat kesal, situasiku di sekolah juga membuat mood-ku jelek sekali. Aku kesal ayah terus-menerus memanggilku.

Bukannya membantunya cukur tanpa mengeluh agar semuanya cepat selesai, aku malah menangis dan keluar dari rumah. Berdiri di beranda, dengan suara ayah yang berteriak memanggil.

Ya, aku mengabaikannya. Aku mengabaikan ayahku dan terus menangis sampai akhirnya aku pergi ke rumah Wulan. Ayah mengirim SMS, mengatakan aku untuk menghampirinya tapi aku mengabaikannya.

Sampai hal itu berlalu. Ayah tak lagi membahasnya dan aku juga bersikap seolah-olah tindakanku benar.

Hingga suatu hari, seperti biasa ayah harus menjalani cuci darahnya. Malam sebelumnya ayah memanggilku ke kamarnya, dengan lembut dia meminta aku untuk ikut menemaninya cuci darah, menyuruhku bolos sekolah, karena selama ini, hanya aku yang belum pernah ikut ke rumah sakit karena sekolah.

Aku hendak menolak, tapi tidak berani. Kubilang itu pada ibu, aku minta padanya agar menjelaskan kepada Ayah kalau aku tidak bisa bolos sekolah karena sudah kelas 9. Ibu menyetujuiku, dan mengatakan pada ayah soal hal itu. Kata Ibu, Ayah bilang, “Oh yaudah nggak apa-apa. Masuk sekolah aja lebih penting.”

Aku senang mendengarnya.

Kesenangan terakhir sebelum semuanya terenggut, terkubur dalam dengan kesakitan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Jam sebelas siang aku dipanggil ke ruang tamu sekolah karena ada Ibu dan kakakku datang. Mereka membawa kabar bahwa ayahku meninggal karena serangan jantung.

---

Nah, itulah kesalahan terbesar yang kurasakan seumur hidupku. Kalau aku bisa menemukan mesin waktu, aku ingin memperbaiki kesalahanku kepada Papa. Aku tidak akan kabur mendengarnya berteriak memanggil. Aku akan ikuti kemauannya untuk bolos dan mengantarnya cuci darah.

Kalau aku melakukan itu, aku tidak akan semenyesal ini. Aku juga mungkin tidak akan pernah menemukan pencukur milik Papa di meja kamarnya dengan darah yang mengering karena dagunya terluka. Saat aku kabur.[]




Bandung, 4 Maret 2017

[RANDOM] DAY1 - Writing Challenge Kampus Fiksi

Writing Challenge Bersama Kampus Fiksi #DAY1
---

Didedikasikan:
Untuk, sahabatku. Atau yang pernah merasa begitu.

Selanjutnya, Kak Ika Vihara dan Admin Kampus Fiksi, serta semua yang nggak sengaja mampir. HE.

---

DAY 1


Ceritakan mengenai sahabat masa kecilmu dan bagaimana persahabatan kalian sekarang!


---

Ini dia, sepenggal kisah masa laluku yang aku sendiri nggak tahu apakah ini murni terjadi di dunia nyata atau separuh kuciptakan sendiri di dalam otakku.

Waktu itu adalah tahun antara 2006/2007. Namanya Wulan. Ya, aku memilihmu, Sobat, sayangnya kau nggak pernah berselancar di Blog. Aku kenal dia tepat di depan rumahku. Dia tetangga baruku, yang punya dua adik perempuan kecil. Tiap harinya bulak-balik untuk mengasuh.

Adiknya itu, suka lihat marmutku yang kutaruh di kandang depan halaman rumah. Kami kenal dari sana, dan kami ternyata satu sekolah dan satu angkatan. Namanya Wulan. Eh? Aku sudah bilang ya? Dia ada di kelas 3A sementara aku 3C.

Kami suka main bareng semenjak hari itu. Pergi sekolah saling tunggu, begitu pula ketika pulang sekolah. Dia anaknya kurus, tinggi, kulitnya hitam, cantik, dan rambutnya selalu di model bob ‘nungging’. Dia bilang ibunya nggak suka lihat dia berambut panjang.

Jadi begini, awalnya kami nggak terlalu sering main di luar jam sekolah, tapi semenjak marmutku ada yang mati dan sisanya dipulangkan, aku sering sekali main sampai lupa waktu. Sebenarnya, bukan hanya ada Wulan. Ada beberapa anak cewek dan cowoknya. Kami main banyak hal, sampai aku lupa harus menyebutkan apa saja; petak umpet, main karet (semacam lompat tali pakai untaian karet), bersepeda keliling komplek, atau main boneka.

Bertahun-tahun kemudian kami masih berteman baik. Sedang sedikit pertengkaran, kadang kami bisa musuhan sampai satu-dua hari. Tanpa bicara. Karena di sini aku yang anak rumahan, kadang suka iri melihat Wulan punya banyak teman yang lain atau bermain bersama adiknya. Aku cuma bisa lihat dari jendela rumah. Tapi cara kami berbaikan cukup aneh, tidak ada kata maaf atau apa. Besoknya, dia menyamperku, ngajak main seolah-olah kami tidak pernah bermusuhan sehari sebelumnya. Dan aku juga tidak ambil pusing, aku hanya ingin main.

Yang paling berkesan selama bersahabatan dengan Wulan adalah ketika kami menginjak kelas enam SD, baru 7 tahun yang lalu sih, jadi diumur itu kami sudah mulai ngeceng cowok. Dan setahun setelahnya semua berubah jadi bencana. Sebuah status Facebook Wulan tanggal 23 Maret 2011 memicu terjadinya ‘perang’ yang tidak akan pernah kami lupakan selamanya bersama geng para cowok di belakang rumah kami.

Aku dan Wulan itu, bisa dikatakan sudah seperti adik-kakak, seperti dua saudara kandung. Kami banyak melakukan hal-hal bersama, kami juga saling membantu, dan terlihat sangat kompak. Bahkan untuk pergi ke warung yang tidak jauh letaknya, kami selalu nyamper satu sama lain untuk mengantar.

Jadi, hal itu berkaitan dengan perang kami. Setiap kami berjalan bersama untuk ke warung, selalu saja para anak cowok itu menganggu, dari mulai mengejek sampai mengejar-ngejar kami keliling dua blok sekaligus. Mungkin kalau diceritakan semua itu nggak ada artinya, tapi bagiku dan Wulan yang sampai sekarang masih sering membahasnya, hal itu sangat berkesan bagi kami yang bocah ini untuk berurusan dengan anak lelaki.

Dan semua itu hanya kami berdua yang tahu rasanya. Hanya kami berdua yang mengalaminya. Teman-teman cewek tetanggaku yang lain terlihat iri mendengar kisahku dan Wulan, mereka berusaha melibatkan diri dengan ikut ‘caper’ tetapi ternyata para anak cowok itu diam kalau bukan hanya kami berdua yang ada di sekitar mereka.

Aku menulis ini sambil tersenyum, lho.

Setelah reda perang antara aku dan Wulan dengan para cowok itu, kami tak lantas melupakan semua itu dan kembali ke awal. Ternyata, salah satu cowok di sana suka padaku (iya, aku ke-GR-an, tapi aku yakin itu). Dan ternyata Wulan menyukai cowok yang sama. Kalau dia adalah tipe cewek emosian dan iri hati, sudah pasti Wulan akan langsung memusuhiku dan berbalik menyerang.

Nyatanya, dia marah-marah di depanku, tapi dia masih main denganku. Dia bilang aku centil, dia bilang bahwa aku tidak perlu dandan kalau terus mengeluh karena cowok itu melihatiku terus (sejujurnya aku hanya merapikan rambut, mengurai dan mengepangnya kecil).

Lambat laun semua itu berubah, dia akhirnya suka dengan teman dari cowok yang kusukai itu. Kami jadi sering mengobrolkan cowok-cowok itu, lalu terpikir untuk menjahili cowok yang dia sukai; pura-pura salah kirim SMS, membuat facebook palsu–

Ah. Harusnya aku tidak menceritakan ini. Itu rahasia kami berdua yang sampai sekarang tidak pernah ada kata pengakuan.

Persahabatan kami yang erat bertahan hanya sampai akhir tahun di SMP saja, setelahnya, kami tidak bersekolah di sekolah yang sama lagi. Aku pergi sekolah ke kota, tepatnya di SMAN 6 Bandung, setiap hari harus naik kereta untuk ke sana. Sementara Wulan ada di SMA Negeri yang ada di daerahku.

Rumahku juga pindah setelah ayahku meninggal ketika aku kelas 9, masih di perum yang sama hanya saja berbeda blok. Kami jadi jarang bermain bersama lagi setelah semua itu. Lalu, setahun setelah berpetualang setiap hari dengan kereta, aku sekeluarga pindah ke Bandung. Makin jaranglah kami bertemu. Hanya chat via BBM atau Line dan FB waktu itu.

Kepindahanku adalah akhir segalanya. Intensitas mengobrol via IM pun jarang lagi kami lakukan. Kami sibuk dengan urusan masing-masing. Jangan tanyakan kemana geng para cowok itu, kami sudah tidak pernah bertemu mereka lagi setelah lulus SMP (tapi salah satunya jadi kakak kelasku di SMA).

Sekarang, Wulan juga sudah pergi dari rumah lamanya, rumah blok 6 yang pernah jadi tetanggaku, dan sekarang berada di Bandung juga. Hanya saja rumah kami tetap berjauhan. Sedikitnya interaksi antara kami, membuat kami juga tidak begitu ngotot untuk mengadakan reuni. Kami santai-santai saja, mengaku saling rindu tapi tak ada usaha untuk bertemu, hanya beberapa kali chat singkat dalam sebulan dan hanya membahas masalah pekerjaan.

Setelah itu semua kembali normal, kehidupan kami yang biasa, seakan-akan kenangan masa kecil yang hampir seharian selalu bermain bersama tidak pernah terjadi. Aku bahkan merasa kami seperti orang asing, tidak bisa bercerita dengan bebas tentang apa yang terjadi di hidup kami.

Dulu, ketika aku sedang menangisi sesuatu yang tidak bisa kubicarakan pada Wulan, dia juga langsung ikut menangis bersamaku, hanya saja dia menangis tanpa alasan. Dia hanya mau menemaniku menangis.

Aah. Aku benar-benar rindu masa-masa itu. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi keinginan kuat untuk bertemu. Mungkin kami butuh suatu kebetulan untuk saling bertemu suatu hari nanti.

Wulan adalah sahabat, teman, saudara, partner-in-crime, dan masa lalu yang paling berkesan buatku. Lan, kalau kamu nggak ada, aku nggak mungkin pernah ngerasain masa kecil semenarik itu. Kau yang membuatku sadar bahwa aku ternyata punya hal indah yang perlu dikenang.


Bandung, harusnya 3 Maret 2017.

Rabu, 01 Maret 2017

[RESENSI] Then She Smiles by Makna Sinatria


“Lo nggak perlu memaksakan senyum di depan gue.”






Judul: Then She Smiles
Penulis: Makna Sinatria
Penyunting: Adeliany Azfar
Proofreader: Titish A.K.
Ilustrasi: Makna Sinatria
Layout Kover: @fadiaaaa_
Penerbit: Haru, 2017
Jumlah halaman: 244 hlm



Blurb:

“Lo nggak perlu memaksakan senyum di depan gue.”

Alena tidak pernah menyangka kata-kata tersebut akan keluar dari mulut Hexa, tetangga barunya.
Lembaran foto mempertemukan mereka. Jepretan shutter sedikit demi sedikit mengikis tembok yang Alena bangun sejak lama.

Lambat laun, kesendirian Alena pun terisi oleh momen-momen baru bersama Hexa.
Alena terbuai, hingga kedekatan mereka membuat Hexa menyadari sebuah rahasia yang Alena sembunyikan di balik senyumnya.

Ketika sisi gelap paling rapuh Alena terkuak, siapkah Hexa untuk tetap berada di samping Alena?





Huah! Setelah ikutan Pre-ordernya dari bulan Januari, aku baru bisa menyelesaikan novel TSS ini tanggal 20an XD hampir sebulan lamanya. Padahal novelnya tipis, dan isinya sangat ringan HEHE. Alasannya dulu masih ada novel yang ngantri, tapi karena bosen, aku coba baca TSS, tapi karena nggak mood juga, aku lanjutin deh yang udah ngantri duluan :D

Tadinya aku pengin ngereview-nya pendek, kayak blogger lainnya yang sempet aku baca. Tapi kayaknya aku emang kebanyakan omong orangnya :( Yauda sih ya...

Nah, pertama, sebenarnya novel-novel lokal bukanlah tipeku. Dulu, waktu masih sering minjem buku temen dan perpus sekolah, aku lahap apapun novel yang ada. Aku menyukainya, beberapa, tapi nggak pernah ada yang sampai ‘jleb’ ke hati. Hanya ada dua penulis lokal yang karyanya kusukai yaitu Ilana Tan yang pertama, aku dibuat nangis kejer karena novelnya yang berjudul Sunshine Becomes You. Yang kedua, adalah Clio Freya. Aku langsung jatuh cinta ketika membaca novel Eiffel, Tolong! Ceritanya bener-bener seru, menantang, idenya hebat, dan yang terpenting di novelnya itu nggak full romance remaja yang menye.

Karena sulitnya aku menyatu dengan cerita-cerita penulis lokal, padahal aku ini juga lagi belajar nulis novel dan penerbit incaranku yaitu Penerbit Haru (eh!) Aku agak malas mencari novel-novel Haru dari penulis lokal, tapi pas waktu Haru ngumumin novel baru yang berasal dari penulis Indo, aku langsung ikut PO-nya. Soalnya aku penasaran dan ingin tahu tipe cerita gimana sih yang Haru mau (aku seringnya baca terjemahan Haru, yang Indo belum pernah sama sekali).
Tapi sayangnya, (meskipun aku tahu nggak cukup cuma nilai dari satu novel), novel TSS ini sangaaaaat jauh dari tipe novel yang aku tulis. Yang memang aku udah pernah kirim, dan ditolak HEHE. Sekarang sepertinya aku nggak bisa kirim ke Haru lagi~ 

***

Berlatarkan di Bandung yang mana adalah kota tempatku tinggal, novel ini bercerita tentang Hexa (namanya artinya enam *anak ipa*), seorang fotografer asal Prancis (blasteran Indo-Prancis) yang baru pindah rumah karena urusan pekerjaannya.

Hexa mempunyai tetangga namanya Alena. Di sanalah kisah mereka dimulai. Alena yang nggak sengaja Hexa liat dari balkon kamarnya dan Alena yang nggak sengaja nginjek foto milik Hexa.
Dimulai dari hal-hal kecil itu, dari situ udah keliatan kalau Hexa tertarik sama Alena, dibilang mirip Louise Bourgoin pula (padahal nggak tahu siapa tuh?) (pas searching: wihhh cantikkk)

Lalu karena kesukaan mereka pada fotografi, Hexa dan Alena pertama kali berinteraksi lebih jauh adalah waktu mereka di Taman Foto Bandung. Hexa nggak sengaja liat Alena lagi foto tanah dari jarak sangat dekat. Hexa nganggep itu lucu dan dia langsung foto Alena dalam posisi begitu XD
Lama-kelamaan, secara tetanggan, dan balkon kamar mereka juga sebrangan, dan sama-sama suka fotografi, jadilah Hexa sering ngajak Alena ngobrol dan ngasih saran-saran gitu.

Cuma ada satu hal yang dicurigai Hexa soal Alena dan ayah tirinya. Tapi Alena menyembunyikan itu semua selama kedekatan mereka. Hexa sering ngajak Alena hunting foto bareng; pertama nyari kamera instan dulu di Braga lanjut foto-foto di New Majestic dan sekitarnya. Terus ada mereka yang ke Saung Angklung Udjo dan Bukit Moko.

Oh ya, di sini Hexa itu serumah sama sepupunya, namanya Riou (dan di ilustrasinya, menurutku dia paling ganteng XD) sementara Alena tinggal bersama Mama, Ayah tiri, dan Kakak tirinya yang bernama Altair (seorang Chef yang punya bistro di Dago; La Cuisine)

Di sini peran mereka nggak terlalu banyak menurutku, bener-bener cuma pendukung konfliknya aja. Kecuali Riou, dia sering muncul. Ih gemes banget sama dia WKWK. Kebanyakan semua bab hanya fokus ke Hexa dan kerjaannya, atau Alena dan kuliahnya, atau mereka berdua. *yaiya orang novelnya tipis*

---

Kita mulai dari hal-hal yang kurang kusukai dari novel ini ya.

♠ Ini yang paling membuatku terganggu. Karena Alena itu orang Bandung, dan sebagai orang Bandung, tentu di sini nggak akan pakai percakapan ‘lo-gue’ sehari-hari. Kecuali di chat mungkin ya, anak sok gaul bilangnya lo-gue (nunjuk diri sendiri). Sementara Hexa pernah tinggal di Jakarta dan dia pakai bahasa lo-gue. Dan satu tokoh yang agak sering muncul (Riou) dia karena orang Prancis tulen, bahasa Indonesianya formal banget.

Aku cuma heran aja kok mereka betah ngobrol campur-campur gitu. Aku punya temen orang Jakarta dan dia biasa pakai lo-gue. tapi kalau ngomong sama orang luar Jkt, dia selalu pakai aku-kamu. Biar klop, biar nyambung gitu loh. Mungkin aku masih bisa tolerir kalau yang ngobrol Alena-Hexa atau Hexa-Riou. Nah, ada scene yang mereka bertiga semua ada. Lah pusing dah tuh XD

♠ Jujur, yang kurang kusukai dari novel lokal adalah cara penulisnya menimbulkan ketertarikan antara dua tokoh yang emang udah dipairing sejak awal. Salah satunya ada di novel TSS hal. 53

“Tiba-tiba dia merasakan sensasi aneh yang membuatnya ingin melompat ke seberang dan menarik gadis itu ke pelukannya.”

Seriously, ini baru di bab 4 dan membuatku agak merinding. Atau mungkin aku (yang masih bocah ini) nggak begitu paham bagaimana cara orang dewasa jatuh cinta. Cuma disenyumin, ngomong beberapa kalimat, nggak kenal-kenal amat pula. Sesungguhnya ini too much, menurutku.

♠ Hal. 90. “Kalau senyum lenyap dari bibirnya, orang-orang akan mulai bertanya macam-macam kepadanya.”

Diceritakan bahwa Alena ini selalu menyembunyikan lukanya dengan cara terus tersenyum. Aduh Kaklen sayang banget punya orang-orang sepeduli itu tapi lebih milih senyumin aja hanya karena males buat nanggepinnya:(. Ng..mungkin yang kurang kusukai adalah alasan yang dipakai Alena XD

♠ Jujur aja, aku nggak begitu penasaran dengan masa lalu Hexa-Alena. Apalagi di bab-bab awalpun aku sudah bisa menebak apa yang terjadi pada Alena. Cuma, sebagai pembaca dengan ekspetasi tinggi yang aneh, aku selalu mikirin hal-hal terburuk yang bisa penulis kasih ke tokohnya, aku mulai mikir macem-macem dan senyum-senyum nggak jelas karena pikiranku. Nyatanya konfliknya sangat biasa menurutku.

♠ Alasan kenapa Alena menyembunyikannya bikin aku pengen nangis kejer karena kesel sumpah WKWK nggak abis pikir aja Alena kok bisa yah punya pikiran kek gitu. Aku suka karakter Alena kecuali alasan dia yang satu itu, nggak masuk akal, dan malah nyakitin diri sendiri. Aah, aku frustrasi baca hal. 113. Aku tahu sih penulisnya emang penginnya bikin karakter Alena kayak begitu, tapi aku nggak suka aja:(

Alena itu menurutku agak polos, udah mau ending, dan dia udah keliatan banget suka sama Hexa, tapi masih bilang ‘perasaan aneh’ #gereget

Hal-hal yang aku sukai:

♠ Sudut pandang orang ketiga dari sudut Alena di halaman 57 sangat nyata dan aku bener-bener dapet feel-nya. Ini ceritanya adegan Hexa-Alena mau kencan pertama uhuy!

♠ Mulai dari halaman 100, aku udah bisa nemu inti dari cerita ini dan bukannya perkenalan awalan hubungan Alena-Hexa yang datar (dan bikin aku bosan). Konflik berat mulai muncul dan aku sangat menikmati tulisan yang menantang di halaman-halaman itu, bikin ikut ngerasa tegang. Aku suka gimana penulisnya bikin suasana, karena emang sejak awal mengalir lancar seperti sungai, jadi pas ada riak sedikit pun kerasa banget.

♠ Ada scene di mana Hexa bikin aku kesel di halaman 106. Tapi aku masukin ini ke hal-hal yang kusukai karena perasaanku bilang: penulisnya hebat bikin pembaca ikut emosi XD

♠ Di halaman 109-110 Aku suka sekaligus gereget sama karakter Alena. Mungkin karena aku keseringan baca fantasi, aku jadi gereget sama karakter cewek yang lemah lembut kayak Alena dan lebih suka yang strong (secara fisik dan mental). Tapi aku udah bilang kan, aku suka karakter Alena meskipun dia bukan tipeku banget (kecuali alasan dia menyimpan rahasia), apalagi pas dia cemburu unchhh gemessss!

♠ Kalau kebanyakan pembaca lain yang kuamati lebih seneng sama Chef ganteng aka Altair (dan minta lebih banyak scene-nya) tapi aku lebih suka Riou! Dia bener-bener bikin cerita yang datar dan penuh cinta (yang lagi-lagi bukan tipeku) antara Alena-Hexa jadi lebih berwarna :)) Jadi pengin nyubit Riou! Jadi pengin banyak scene Riou! Riou aku padamuuuuu *kisskiss*

♠ Mendekati akhir, di halaman 180 lagi-lagi aku dibuat merinding dan ikut ketakutan membaca kisah Alena. Feel ngerinya dapet banget dan aku jadi ngebayangin kalau aku sendiri yang ngalamin kejadian itu. Ya Tuhan~ the best part menurutku. Setelah Riou di beberapa bab sebelumnya.

♠ Yang terakhir...ILUSTRASINYA! Astagaaa nggak nyangka aja itu ilustrasi bikinan penulisnya sendiri. Keren bangeeet. Kebetulan aku juga emang suka menggambar, aku pernah bikin ilustrasi untuk ceritaku sendiri (yang sekarang masih tersimpan rapi dalam dokumen) meskipun gambarnya nggak bagus-bagus amat dan cenderung mengarah ke anime XD



Qoute fav-ku:

"Kerinduan. Hujan selalu mengirimkan kerinduan." - hal 71
"Semakin dia membiarkan dirinya tenggelam, dia bisa menemukan sisi gelap yang anehnya membuatnya diselimuti rasa aman." - hal 72
"Sometimes, it's okay not to be okay."

"Namun, lama-kelamaan pertahanan itu berbalik mencekiknya. Penderitaannya tidak juga berhenti." - hal 144

"Jawaban dari pertanyaan 'mengapa?' lebih mudah dijawab dengan 'karena ini salahku'. Terkadang pemikiran itu muncul begitu saja, membuat segalanya terasa lebih mudah." hal 116



Sekarang aku mau cuap-cuap lagi. Jadi kan novel ini fokus utamanya adalah soal fotografi, dan aku yang nggak tertarik sama dunia itu, kadang dibikin bosen itu karena terlalu banyak scene tentang hobi mereka itu, dan beberapa footnote istilah fotografi yang sama sekali nggak bisa kubayangin. HEHE.

Lalu di bagian blurb ada kalimat yang bilang ‘Ketika sisi gelap paling rapuh Alena terkuak, siapkah Hexa untuk tetap berada di samping Alena?’ Sejujurnya aku sempat menaruh tinggi ekspretasiku pada konfliknya dan sampai nanya ke admin Haru di fb tentang genre novel ini? Sisi gelap gitu kayak yang thriller. Ternyata kata miminnya ini romance. Satu lagi too much. Dan aku sama sekali nggak nemu scene Hexa di mana dia pantas mendapatkan pertanyaan ‘Siapkah?’

Sedikit hal yang aku gagal paham. Di halaman 216 dikatakan: “Altair juga kehilangan ibu kandungnya karena ayahnya.”

Tapi di hal 233 dikatakan kalau ibu kandungnya Altair ada kok, sehat walafiat. Aku kira di kalimat itu ceritanya Ibu Altair meninggal ya, makanya dia terpaksa ikut ayahnya. Tapi kalau ternyata masih ada, kenapa Altair nggak ikut ibunya? .___.

Bagian tipikal banget: Balkon yang bersebrangan XD emang banyak sih, dan baru-baru juga aku baca hal kayak gitu di novel Everything, Everything-nya Nicola Yoon. Terus tipikalnya Alena di hal. 173 “Apa Hexa juga tersenyum seperti itu pada cewek yang dia suka?” Hadeuh XD

Dan untuk endingnya, yup, aku puas sekali. Diakhiri dengan sangat manis semanis covernya. Berharap Alena bisa kedepannya bisa lebih baik menyikapi masalahnya, jangan kek gitu lagi. HEHE.
Terakhir, aku kasih 3 dari 5 bintang untuk Riou novel debut Kak Makna yang sekarang lagi di New York!



P.s ngiri deh liat foto-fotonya Kak Makna di IG. Jadi pengen nyusul. Hihi :D
P.s.s maaf jika masih banyak kekurangan, mohon kritik dan sarannya :D
Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)