Minggu, 13 Mei 2018

[RESENSI] Di Tanah Lada by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

IG: @arthms12



Judul: Di Tanah Lada
Penulis:Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
ISBN: 9786020318967
Jumlah halaman: 244 hlm

Blurb:


Namanya Salva. Panggilannya Ava. Namun papanya memanggil dia Saliva atau ludah karena menganggapnya tidak berguna. Ava sekeluarga pindah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal. Kakek Kia, ayahnya Papa, pernah memberi Ava kamus sebagai hadiah ulang tahun yang ketiga. Sejak itu Ava menjadi anak yang pintar berbahasa Indonesia. Sayangnya, kebanyakan orang dewasa lebih menganggap penting anak yang pintar berbahasa Inggris. Setelah pindah ke Rusun Nero, Ava bertemu dengan anak laki-laki bernama P. Iya, namanya hanya terdiri dari satu huruf P. Dari pertemuan itulah, petualangan Ava dan P bermula hingga sampai pada akhir yang mengejutkan.


-----

Review (from my goodreads)


Um, sebenernya bingung mau kasih rating 2 atau 3. Tapi karena aku orgnya gak tegaan, aku kasih 3 aja deh hehe.😳🔫

Well, banyak yg bilang novel ini bagus, sedih lah, bla bla, pernah denger juga katanya ini novel Ziggy yang paling bagus dibanding novel-novelnya yang lain.

Aku pribadi sih sejauh ini lebih suka Jakarta Sebelum Pagi.

Mulai dari gaya bahasa, lagi-lagi, Ziggy emang punya gaya bercerita yang khas, yang bisa membedakan novel-novelnya dengan novel lain. Kalau di antara novel Ziggy yang lain yang pernah aku baca, rasa flat di awal cerita pasti ada, tapi untuk Di Tanah Lada, aku merasa seluruh isi buku ini flat. Banget.😳

Belum lagi narasinya, yang meskipun khas, tapi aku dibuat capek karena 'racauan' Ava dan setiap kali dia harus menjelaskan suatu kata (yang pada dasarnya aku udah tau) tapi karena Ava yang cerita, jadi dia harus menjelaskan apa arti kata itu. Ini bikin aku capeeeek. Sumpah.

((sepertinya aku memang nggak cocok sama buku ini))

Konfliknya...hggg. konflik yang udah sering banget ada di dunia fiksi maupun dunia nyata. Diceritakan oleh seorang anak umur enam tahun. Sudut pandang anak kecil memang bikin semuanya tampak sederhana dan 'harusnya' bikin terharu atau bla bla. Tapi sayangnya aku gak merasakan itu. Konfliknya flat. Tentang Ava yang ketemu P, sama-sama punya ayah yang jahat, kabur, dan *tuut*. Not special enough for me. Aku gak bisa ikut ngerasa sedih waktu Ava tidur di kamar mandi atau di koper. Soalnya sih, Avanya sendiri (karena dia anak kecil), dia gak terlalu meresapi kalau yang terjadi sama dia adalah hal yang menyedihkan. Jadi ya gitu.

Karakternya, adalah hal yang paling mengganggu. Well, Ava itu bocah 6 tahun, dia kadang-kadang masih harus cari arti kata-kata yang udah umum diketahui orang yang lebih tua darinya tapi narasinya dan cara dia berpikir atau menyusun kalimat tuh kayak bukan anak kecil. Emang sih katanya Ava anak yang pinter, katanya Ava udah sohib sama kamus kemana-mana. Tapi aku tetep merasa aneh kalau anak kecil punya pikiran yang sekompleks itu. Hm.

Lalu ada lagi P. Sama-sama anak kecil, umurnya baru 10 tahun, keadaan yang mendewasakan dia, dia terlihat lebih normal daripada Ava, tapi sama aja sih P ini punya pikiran yg lebih kompleks.

Belum lagi obrolan Ava dan P yang kadang lucu kayak anak kecil pada umumnya (dan bikin aku ketawa) tapi kadang obrolannya kayak obrolan remaja yang sosoan udah gede. ((mereka ngobrolin menikah duhhh))

Ah ya, kadang aku juga heran sama kelakuan tokoh-tokohnya yang lain, kayak Mama Ava terutama bikin aku geleng-geleng kepala. Sayangnya bukan pov 3 sih jadi aku nggak tau sebenernya Mama Ava kenapa sih😂

Hal-hal yang aku suka: percakapan lucu Ava dan P, aku bisa reuni sama Alri huhuhu seneng bangettt (bagi yg gak tau, Alri ini tokoh utama di novel Seaside-nya Ziggy), aku juga nemu nama Suri, agak yakin kalau ini adalah Suri yang di novel JSP soalnya Suri dijelaskan rambut panjang dan hitam dan matanya sipit kalau senyum hehe, dan satu lagi yang aku suka adalah twist-nya hehehehe twist soal 'kebenaran' atas P ya, bukan endingnya.

Hal-hal yang aku kurang suka kayaknya udah aku sebutin di atas.

Overall, novel ini mengingatkanku dengan novel The Boy In The Stripped Pyjamas. (ada yg udah baca?) so, aku bisa nebak endingnya kayak gimana. Dan aku bener. Jadi gak kaget lagi pas baca endingnya hoho. Ketauan duluan:(

Tadinya mau kasih 2 bintang aja, 1 bintang buat Alri, satu bintang lagi buat twistnya yg cukup bikin tercengang😂💕
 Tapi tambahin jadi 3 buat percakapan P dan Ava yang gemesin serta ilustrasinya yang lucuuuu :3

Bookstagram yang Dulu, Bukanlah yang Sekarang~


*First of all, I don’t blame anyone, this post is just my opinion^^ ((udah lama banget pengin nulis ini >.<))

© 2018 by @arthms12


Kamu kenal komunitas Bookstagram di instagram? Atau malah nggak tau sama sekali apa itu Bookstagram?

So, Bookstagram adalah suatu istilah untuk mereka para pencinta buku yang sekaligus hobi fotografi. Di instagram, mereka fotoin buku sedemikian rupa dan di caption biasanya mengandung review dari buku tersebut. Tapi banyak juga kok yang cuma ngobrol basa-basi nyapa followers-nya atau nyantumin qoute doang.

Aku sendiri, udah kenal dunia bookstagram kira-kira akhir tahun 2016, mulai jadi bookstagrammer awal tahun 2017. Dan menurut pengamatanku, di Indonesia sendiri belum banyak bookstagrammer (jangan dipercaya). Awal mula aku kenalnya, karena dulu sering banget ikutan giveaway blogtour, tapi anehnya lama-lama syarat giveaway ada yang harus follow IG segala (biasanya twitter) trus lama-lama share banner-nya (info GA) harus repost di IG dan akhirnyaaaa review-nya pun pindah dari blog ke instagram.

Dulu, aku cuma suka ikutan giveaway-nya aja, tapi lama-lama liat postingan buku para host, aku jadi kepikiran buat bikin foto buku-bukuku juga. Setelah itu, aku jadi ketagihan ngambil foto yang bagus (meskipun gak pernah bagus, abis susahhhhh).

Fenomena giveaway inilah yang membuat para pencinta buku bermunculan dengan label bookstagram. Dan juga, karena biasanya syarat giveaway adalah mengharuskan pemenangnya untuk meresensi bukunya. Gak tanggung-tanggung, lima hari!

Setelah itu, aku mulai banyak mengenal para bookstagrammer dari yang dulunya foto abal sampai fotonya cakep, bahkan ternyata ada yang udah sejak lama jadi bookstagrammer cuma karena baru booming jadi ya aku baru tau heu.

Bookstagram yang dulu, bukanlah yang sekarang?

Yap, ini yang aku sering aku pikirin akhir-akhir ini. Akun-akun yang dulu sama-sama newbie denganku, sekarang udah jadi pemain lama; followers-nya banyak, dikenal editor, penerbit dan penulis, dikenal banyak orang, dan sering dapet nge-host suatu buku yang baru terbit.

Dulu, penerbit suka buka lowongan peresensi buat buku yang baru terbit, biasanya diminta ngadain giveaway juga selain posting daily review selama lima hari. Dan aku pun pernah ngerasain gimana jadi host yang cukup mengemban tanggung jawab yang berat.

Dulu aku berpikir, nggak ada yang salah dengan meresensi buku yang sama selama lima hari, sekarang pun gak ada yang salah sebenarnya, tapi aku sekarang jadi mikir.. apa followers-ku nggak bosen cuma liatin foto buku yang sama selama lima hari? Karena aku juga tau, jarang banget ada orang yang rajin bacain caption. Yegak? :D

Aku pun mulai malas kalau harus meresensi buku selama lima hari, takutnya followers-ku bosan WKWK. (malas bukan berarti aku menolak loh, kalau ada yang ngajak kerja sama sih, aku dengan senang hati©)

Tapi tidak buat share banner!

Aku bener-bener nggak mau share banner (bukannya songong XD), alasannya cukup sederhana, aku nggak mau merusak tujuan awalku gabung di komunitas ini. Aku nggak mau kehilangan kenyamanan diriku di dunia bookstagram. Aku ada di sini, buat mem-posting buku-buku, bukan banner. Feed-ku–yang aku coba susun dengan rapi (meskipun gak bisa rapi)–hanya aku khususkan untuk buku saja. Aku lebih suka membantu penerbit mempromosikan bukunya dengan mem-posting foto buku tersebut, bukan banner.

Nah, inilah yang baru-baru ini sedang terjadi di komunitas bookstagram Indonesia. Penerbit/editor bukan hanya sekadar meminta mereka merensensi bukunya, melainkan meminta mereka mem-posting banner promosi sebelum bukunya terbit. Aku sih, masih anggap wajar kalau banner-nya cuma lima atau sepuluh, tapi rasanya.. kalau ada 30...?

Kebanyakan following-ku adalah bookstagram lama yang sudah berbakat meresensi buku di instagram, mereka juga sering kali diajak bekerja sama untuk share banner. Jadi, sekarang coba bayangkan rasanya jadi aku: pada jam yang sama, lima bookstagrammer mengunggah satu banner yang sama, dan mereka melakukannya kurang lebih sebulan (atau sesuai kebutuhan) belum lagi lima bookstagrammer lainnya yang share banner novel yang beda lagi.

Timeline-ku isinya banner semuaL

Dan karena adanya algoritma instagram, aku juga jadi kesulitan melihat postingan bookstagrammer lain yang bukan promosi. Jadi agaknya.. aku mulai sedih melihat timeline-ku XD

Nah, sekali lagi, di sini aku nggak nyalahin siapa pun. Nggak nyalahin temen-temenku yang dapet amanah dari penerbit ataupun nyalahin penerbit yang kalau minta share banner gak kira-kira XD

Toh semuanya demi marketing, alhamdulillah juga kalau memang banyak yang tertarik dengan dunia literasi karena promosi besar-besaran ini. Aku ikut senang kalau makin banyak yang suka baca buku apalagi gabung menjadi bookstagrammer dan mencoba mengapresiasi penulis dengan meresensi bukunya. (daripada ngelakuin hal yang gak bermanfaat, mending jadi peresensi, yegak?)

That’s all! So, guys, ini murni cuma keluh-kesahku sebagai seorang pengguna instagram hehe. Cuma agak sedih aja gitu :D tapi aku tetap suka jadi bagian dari komunitas ini dan kenal banyak orang yang suka baca buku juga, terutama ketemu sama fandom yang sama. Rasa-rasanya aku jadi punya dunia kedua :’)

Buat kalian yang mau coba gabung di bookstagram, jangan ragu! Mulai coba foto-foto aja dulu, resensinya belakangan (karena nggak semua bookstagrammer yang peresensi juga sih), atau bisa juga belajar liatin resensi dari para senior di sana :D

Kalian juga jangan ragu untuk berteman sama aku di instagram hehe, aku orangnya emang agak sinting tapi gak gigit kok, aku suka temenan sama banyak orang :D akun instagram-ku sama kayak nama blog ini: @arthms12

Jadi, tunggu apa lagi? Aku tunggu kehadiran kalian :D

Selasa, 08 Mei 2018

[RESENSI] Illuminae by Amie Kaufman & Jay Kristoff

IG: @arthms12


Judul: Illuminae (The Illuminae Files 01)
Penulis: Amie Kaufman & Jay Kristoff
Penerjemah: Brigida Ruri
Pemeriksa Bahasa: Orinthia Lee
Penyunting: Mery Riansyah
Proofreader: Selsa Chintya
Penata Letak & Sampul: @fadiaaaa_
Penerbit: Spring (2017)
ISBN: 9786026682093
Jumlah halaman: 576 hlm.

Blurb:

Pagi ini, Kady kira putus dengan Ezra adalah keputusan terberat yang pernah gadis itu buat. Siang harinya, planetnya diserang.

Sekarang tahun 2575. Ketika musuh menembaki mereka dari udara, Kady dan Ezra–yang sudah tidak bicara satu sama lain lagi–terpaksa harus memperjuangkan jalan mereka menuju pesawat evakuasi.

Namun, pesawat tempur musuh yang memburu bukanlah masalah terbesar. ----- mematikan menyebar. Belum lagi AI pesawat evakuasi yang seharusnya melindungi mereka bisa saja menjadi musuh. Tidak ada seorang pun dari pihak berwenang yang mau memberi tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.


Saat Kady mulai mencari tahu dengan meretas timbunan data, gadis itu sadar, satu-satunya orang yang mungkin bisa membantunya adalah Ezra. Padahal Kady sudah bersumpah tidak akan berhubungan lagi dengan Ezra, mantan pacarnya itu.

Catatan singkat: buku ini diceritakan dalam bentuk hasil sadap dokumen, termasuk E-mail, skema, dokumen militer, pesan pribadi, laporan medis, wawancara, dan lain-lain.

---

Pencinta science fiction akan jatuh cinta sama novel ini. Maybe it won’t be a very detail review, I just wanna share what I have thought about this novel. Let’s check it out:

Honestly, aku benar-benar ingin membaca novel ini karena hype-nya yang tinggi di kalangan bookstagram yang aku kenal. Begitu liat judulnya, aku juga langsung tertarik dengan judulnya yang aneh ini. Kover dan blurb juga gak akan bisa lepas dari salah satu alasan kenapa aku mau baca novel ini.

Alasan terkuat kenapa aku ingin baca novel ini adalah karena formatnya! Yes. Seperti yang udah banyak nyebar atau disebutkan di blurbnya, novel ini diisi dengan format hasil sadapan, wawancara, dokumen, e-mail dan lain-lain, yang mana ini adalah pengalaman pertamaku membaca novel seperti ini. Dan lagi, latarnya adalah di luar angkasa, tepatnya di pesawat bernama Alexander dan Hypatia.

Bingung? Pasti. Tapi karena liat video dari salah satu bookvlogger favoritku, Kak Maggie, aku makin semangat buat ‘makan’ Illuminae. (5 Reasons Why You Should Read Illuminae by Maggie Chen)

Jujur, aku bener-bener gak bisa ngulas tentang gimana gaya bahasa penulisnya, selain karena mereka ada dua, di novel ini minim sekali narasi. Aku diajak berpetualang ke banyak sudut pandang. Ada sudut pandang Kady, AIDAN, percakapan kru pesawat, bahkan sudut pandang yang diambil dari rekaman CCTV.

Sudut pandang inilah yang bikin aku justru cepat menangkap karakteristik setiap tokoh. Aku lebih mudah mengenal sosok Kady, AIDAN dan Ezra (walaupun tetep ketipu sama twistnya HAHA) aku tetep punya feel yang kuat sama mereka bertiga. Kesimpulannya adalah, I really love this form. Poin plusnya adalah, novel ini tebal dan karena formatnya, aku jadi gak ngabisin waktu lama buat bacanya, tapi gak dibikin bosen karena saking tebelnya! Dijamin novel ini tidak akan sama sekali bikin kalian bosan. Aku puas©

Belum lagi konfliknya yang apik banget! Well, aku juga mau kasih tau satu hal, kalau kalian gak begitu tertarik sama science fiction, sebaiknya jangan ambil resiko dengan baca novel ini takutnya nyesel karena udah beli mahal tapi gak paham isinya HAHA. It happened to me, actually. Aku memang pencinta fantasi dan suka genre yang berhubungan dengan something full of imagination. Tapi Illuminae ini beneran bikin kepalaku hampir pecah! Bahasanya berat terutama ketika menjelaskan konflik yang sedang terjadi. Belum lagi istilah-istilah scifi yang sama sekali gak aku paham, rasanya ada footnote pun nggak membantu karena aku bener-bener ‘blank’ with those kind of stuff L

Yeah, rasa penasaranku gak bikin aku nyerah baca novel ini. Lama-kelamaan, aku mulai bisa mengikuti alurnya. Aku bisa mendapatkan feel antara Ezra dan Kady yang gemesinnya luar biasa ini. Aku bisa dapet feel ketegangan yang terjadi di pesawat Alexander dan Hypatia. Aku juga mulai bodo amat sama istilah scifi yang muncul karena aku udah bener-bener ‘masuk’ ke cerita yang disampaikan. Istilah scifi jadi gak begitu berarti lagi buatku;)

Trust me or not, konflik novel ini bener-bener luar biasa hebat, bisa dibilang, di luar ekspektasiku, apalagi twistnya yang bikin aku susah bernapas dengan benar seperempat akhir dari novel ini. Nggak, nggak, aku gak lagi berusaha jadi lebay, ini beneran sesuai apa yang aku rasain waktu baca novelnya. Because I really really love reading so I took too seriously to every good book. I’m sorry if I’m such a weirdo.

Okay, let’s talk about characters:

1.     Kady Eleanora Grant. She’s actually my type of heroin! Dia pintar, badass, fun, dan nekat! Tapi di balik semua itu, Kady juga punya banyak kekhawatiran yang dia tuangkan di diary ‘digital’nya. Aku bener-bener bisa memahami Kady karena dia punya banyak porsi di novel ini.
“Aku paling benci menangis. Perasaan itu merayap di dalam dirimu entah dari mana, lalu tiba-tiba kau berada di tengah-tengah melakukan sesuatu dan menyadari mata sialanmu basah lagi dan kau tidak tahu bagaimana itu terjadi. Dan hal terakhir–hal TERAKHIR– yang kau inginkan adalah seseorang melihatnya. Karena hal berikutnya, mereka mulai berbicara lembut dan mengasihanimu, dan mereka ingin agar kau berbicara, dan semua itu lebih dari apa yang bisa kuterima.” – Kady (hlm 74)
“Kenapa, aku tidak tahu, kecuali karena semakin besar kau kehilangan, semakin kau sadar tidak banyak lagi milikmu yang tersisa.” – Kady (hlm 75)
2.      Ezra Mason. Yeah, sejauh ini Ezra ‘belum’ terlihat ‘gagah’nya, tapi trust me, he’s soooo cute. Tapi meskipun gagahnya belum keliatan, Ezra adalah Letnan Dua, dia jadi pilot di pesawat di Alexander dan sosok yang menurutku sangat solid kepada rekan-rekannya. Dia, sebagaimana remaja cowok yang baru diputusin sama ceweknya juga suka curhat ke temennya tentang Kady, and that was warming my heart© Ezra ini tipe cowok yang romantis dan lucu. Masa di tengah-tengah tegangnya pertempuran luar angkasa, dia masi sempet gombalin Kady HAHA. What a lovely guy©
“Menakjubkan apa yang dilakukan waktu enam bulan dan beberapa ribu kilometer ruang hampa udara sehingga hati kita semakin dekat.” – Ezra (hlm 115)
“Kau punya aku. Sampai bintang terakhir di galaksi ini mati. Kau punya aku.” – Ezra (hlm 222)
(Kalian meleleh gakkkk sihhhh woyyy gue meleleeehh nggggg)

3.      AIDAN. Tapi kayaknya aku gak boleh nulisin dia deh XD aku cuma mau bilang kalau AIDAN ini istimewa banget buat aku, buat yang penasaran, silakan temukan sendiri keistimewaan dia. Kesanku buat AIDAN adalah “kamu itu cute tp brngsk hehe.”
“Bukankah aku murah hati? (Am I not merciful?)” – AIDAN
Overall, yes, the conclusion is.. I love this story. Aku memang sempet ingin lempar bukunya, ingin robek-robek bahkan, tapi karena gak mungkin aku lakukan, aku jadinya cuma ingin langsung jual buku ini dan gak akan baca Gemina maupun Obsidio. Kenapa? HAHA baca aja deh sendiri. Tapi setelah menyelesaikan novel ini, aku berubah pikiran, sekarang aku punya OTP kedua setelah Percabeth, aku punya seri yang aku favoritin setelah buku-bukunya Rick Riordan.

Hal-hal yang aku suka dari novel ini: hampir SEMUANYA aku suka. Heu.

Hal-hal yang aku kurang suka: istilah scifi *cry*, dialog AIDAN yang berwarna abu pada kertas berlatar hitam (woy pusing woy bacanya harus deket banget sama cahaya *cry*), dan halaman yang isi tulisannya melingkar kebanyakan kehimpit sama laminasi di tengah buku. (aku kira terbitan Spring doang yang begini, ternyata setelah gak sengaja cek Goodreads, ada juga yang sama, tulisannya tenggelam ke tengah buku *sad*)

Maybe that’s all. Rating akhirku adalah full stars. Disamping hal-hal yang membuat otakku serasa mau pecah dan kekurangan yang aku rasakan, semua itu udah ketutupin sama betapa cerita ini sangat berkesan buatku. Aku maafin kamu, Sayang. I think I have fallen in love with this series. Can’t wait to read the second book, Gemina. Penerbit Spring, ayo cepetan terbitin :D

Buat yang mau mulai coba-coba baca scifi, kayaknya gak ada salahnya coba baca Illuminae, karena novel ini punya format yang asik deh pokoknya, siapa tau jadi ketagihan sama scifi XD

Sabtu, 05 Mei 2018

[RESENSI] Departure by Resti Dahlan

Instagram: @arthms12


Judul: Departure
Penulis: Resti Dahlan
Ilustrasi Sampul: Orkha Creative
Proofreader: Kavi Aldrich
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)
ISBN: 9786020378794
Jumlah halaman: 224 hlm.

Blurb:

Gifty sangat membenci Lei Han. Sejak menginjakkan kaki di Foshan, dia langsung menyusun rencana untuk menghancurkan hidup putra tunggal pemilik perusahaan software terbesar di Cina itu. Gifty sudah menyiapkan perangkap dengan matang, meski harus mengorbankan hal penting di hidupnya. 

Lei Han selalu menjaga Gifty dari jauh. Melindungi gadis itu menjadi prioritasnya di sela-sela kegiatan kuliah dan bisnis yang baru dia rintis. Akan tetapi, Gifty telanjur berprasangka buruk terhadapnya. Satu-satunya cara menepis kesalahpahaman itu dengan masuk ke perangkap Gifty.

Secara tak terduga, Lei Han menawari Gifty menjadi asisten pribadi pemuda itu. Tentu saja gadis itu tak menolaknya karena dia bisa mengetahui kelemahan Lei Han dan langsung menghancurkan hidup pemuda itu.

Sayangnya, justru dia yang terjebak oleh sikap Lei Han yang sulit ditebak. Lantas, benarkah tuduhan yang Gifty lontarkan pada Lei Han? Atau sebenarnya ada hal tersembunyi yang tidak dia ketahui?

---

Review

Novelnya cukup ringan untuk young adult dan gak bikin degdegan atau gimana. Konfliknya emang unik, cukup menantang dan bikin penasaran XD aku selalu suka latar di luar negeri, orang-orang luar, ditambah konflik kayak gini bikin aku jatuh cinta waktu bacanya: prolog yang asik, bab-bab awal yang langsung menemukan konflik.

Keseharian Gifty di Foshan bikin aku iri *cry* di hidupnya banyak terjadi sesuatu yang bikin aku semangat bacanya. Mulai dari Kai yang neror dia buat nambah poin di universitas, terus ada Lei Han yang diam-diam menjaga Gifty dan juga berhubungan dengan 'masa lalu' yang disembunyikan.  Memang di blurb ceritanya tentang Gifty yang ingin menghancurkan hidup Leihan, seolah-olah cuma ada Gifty dan Leihan. Tapi ternyata isinya lebih banyak porsi Gifty dan Kai beserta tugas-tugas mereka.

Tapi mungkin itu karena buku ini bakal ada lanjutannya, jadi kayak cuma semacam prolog dari suatu 'rencana' penulis yang lebih misterius lagi dan mendebarkan lagi. Dan sejujurnya aku benar-benar tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari setiap teka-teki makanya aku yakin pasti buku ini bakal ada lanjutannya. Belum lagi epilognya jelas banget tanda bahwa akan ada lanjutan XD

Aku juga merasa sedang membaca naskah drama korea di novel ini :D Gifty yang terbang ke Foshan, Cina untuk 'membalas dendam' sementara orang yang ditargetkan malah diam-diam melindungi, juga ada Kai yang awalnya deketin Gifty buat ngebantu masalah akademik malah tumbuh benih-benih uhuk. sebenernya ada satu lagi laki-laki di hidup Gifty yaitu JinRu yang masih misterius di sini. Dia tipe badboy yang gak mentingin kuliah dan cuma maen game.

Aku penasaran apa peran JinRu nanti setelah konfliknya makin besar di buku kedua XD  Karakter-karakternya juga aku suka semua! Mereka semua misterius dan 'licik' dalam sisi yang berbeda-beda.

Aku juga paling suka sosok utama cewek yang badass kayak Gifty, dia berani dan kadang nekat XD  Visual Leihan mungkin lebih enak buat dibayangin secara dia cowok 19 tahun yang udah jadi CEO dan anak konglomerat, dia juga keren dan kalem. Tapi kenapa aku lebih suka Kai yang menurutku lebih gagah :D mungkin daripada Leihan yang harusnya jadi tokoh utama(?) Kai lebih banyak ditampilkan di novel ini.

Soal gaya bahasa, aku pikir gak berat sih, cuma kadang-kadang aku perlu mengulang suatu paragraf biar bener-bener ngerti apa yang penulis maksud XD tapi aku enjoy banget bacanya, setiap scene yang ada selalu seru!

Aku merasa alurnya juga gak maju dan baru maju ketika mendekati akhir, mungkin memang sengaja (kan mau ada buku kedua hehe). Terlalu banyak teka-teki yang belum terungkap dan setiap tokoh pun belum ada yang dijabarkan sampai detail. Aku sukaaaa pokoknya sukaa banget😆

Anyway, aku suka penggambaran suasana kampus di sana, sistem mereka, kegiatan mereka, aku bener-bener ngerasa diajak ke Cina XD overall, aku sangat menantikan buku keduanya!
4 bintang dariku✨

Selasa, 01 Mei 2018

[RESENSI] Un Treno Per Non So (Kereta Tanpa Tujuan) by Ifa Inziati

IG: arthms12



Judul: Un Treno Per Non So (Kereta Tanpa Tujuan)
Penulis: Ifa Inziati
Ilustrasi sampul: Sukutangan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)
ISBN: 978-602-03-8083-4
Jumlah halaman: 312 hlm.

Blurb:
Jadi, Alita, ketika hujan emas turun, berdoalah. Karena perasaan bahagia kita sedang menyatu dengan alam.”

Sebelum kepergian ibunya, Alita mendapat kenang-kenangan istimewa, yaitu dongeng berjudul Hujan Emas. Alita memegang erat dongeng karangan ibunya itu selama sembilan tahun, bahkan sampai ayahnya menikah lagi dan gadis itu tak punya waktu untuk peduli pada ibu tirinya. Dongeng itu juga mengikuti Alita ke Turin, Italia, saat dia menjalani program pertukaran pelajar.

Di Turin, Alita tinggal bersama suami-istri pemilik penginapan dengan masakan lezat tiap hari, berteman dengan murid sekelas yang heboh, serta bertemu teman seperjuangan satu program. Ketika Alita berpikir bayangan ibu tirinya tak lagi mengganggu dan dongeng hujan emas masih tersimpan baik di hatinya, Pier datang membawa ide hujan emas yang persis sama, yang mengusik jiwa gadis itu.

Alita lantas mencari tahu bagaimana Pier bisa mengetahui dongeng satu-satunya itu. Namun, Pier justru memberikannya jawaban lain. Pemuda itu malah menunjukkan Turin pada Alita dengan caranya sendiri, membuat Alita menemukan sisi lain kota itu. Tak disangka, seiring menjelajahi sudut Turin, Alita juga menemukan sisi lain Pier, apa yang pemuda itu sembunyikan, dan konsekuensi yang harus Alita tanggung karena telah menaiki kereta tanpa tujuan.
---
Ketika pertama kali aku membaca judulnya yang asing, aku nggak begitu tertarik. Justru, judul dalam bahasa Indonesianya yang membuatku tertarik setengah mati. Kereta Tanpa Tujuan, memang terlihat biasa tapi bagiku, penggemar kereta, judul ini membuatku menyimpulkan bahwa kisah ini sangat dalam dan hangat. Belum lagi kovernya yang hijau segar dengan pemandangan rel kereta yang berkelok. Aku tahu pasti novel ini bakal bener-bener hebat!

And I wasn’t wrong. Yes. This book is very amazing!

Bicara soal plot, mungkin aku harus mengatakan ini. Plotnya lambat. Seratus halaman awal jujur aku bosan, tapi aku nggak ada sedikitpun niat untuk menunda buku ini apalagi selingkuh sama novel lain XD. Seratus halaman awal hanya berupa pengenalan Alita dengan lingkungan barunya di Italia yang digambarkan dengan apik oleh penulis.

Aku merasa benar-benar berada di Italia XD Terus, kok aku bosen? Karena aku tipe yang lebih suka langsung berhadapan dengan konflik. Namun, karena aku sadar ini novel teenlit, jadi aku rasa wajar dan memang terasa pas kalau awalan novelnya seperti itu. Terlepas dari itu, gaya penulisannya enak buat dibaca, nggak berat, detail dan pastinya ‘ngena’. Bikin aku tertohok di mana-mana XD

Konfliknya memang tidak berat, sama sekali, ringan dan sangat bisa membuat aku merenung lama. Alita bertemu Pier yang ternyata tahu soal cerita Hujan Emas membuatnya merasa bahwa dia menemukan kepingan diri ibunya yang hilang di diri Pier. Meski awalnya Alita mengaku kesal karena dia merasa ada yang mencuri satu-satunya kenangan dari ibunya, tapi aku bisa merasakan bahwa bagaimanapun, Alita suka kenyataan itu.

Tapi setelah sering melakukan banyak hal dengan Pier, dia menemukan sisi lain Pier yang sejujurnya aku juga kaget :D selain itu ada konflik lain yang berhubungan dengan Pier, aku suka bahwa Pier menampar Alita dengan kenyataan yang sesungguhnya.

“Tak ada yang ingin dijadikan pelarian, Alita. Bahkan kota ini.”

Well, bukan hanya Alita yang tertohok sampai menangis. Aku juga tertohok. Sampai-sampai aku harus menutup buku ini sebentar hanya untuk merenung. Kebanyakn konflik memang berpusat pada konflik batin Alita sendiri, karena novel ini mempunyai sudut pandang orang pertama.
Ditinggal ibunya saat berusia delapan tahun, memiliki ibu tiri, giat belajar hanya karena ingin melarikan diri dari ibu tirinya dengan cara pertukaran pelajar ke Italia, dan di Italia, dia menemukan seluruh jawaban yang tidak didapatnya di Bandung.

Tokoh. Sejujurnya aku tidak terlalu suka Alita. Bukan dalam artian yang buruk. Tapi penulis berhasil membuat sosok anak gadis berusia tujuh belas tahun. Setiap tingkah laku Alita, ucapannya, caranya berpikir dan keputusan-keputusan yang diambilnya membuatku benar-benar percaya dia berusia tujuh belas tahun. Terutama ketika dia baperan sama Pier, itu bikin aku pengin nyentil Alita👌

Dani karena dia yang bercerita di novel ini, itu membuat Alita lebih mudah kukenal. Belum lagi, karena aku pun hampir memiliki sifat-sifat yang sama ketika seusia Alita, makanya aku tidak terlalu suka Alita, tapi dia adalah karakter yang berhasil!

Lalu ada Pier. Awalnya aku pikir Pier akan jadi anak lelaki seusia Alita yang tidak cuma akan mengganggunya di sekolah tapi akan membawanya menjelajahi Turin. Nol besar. Aku salah. Novel ini bukan teenlit cinta semasa remaja yang penuh drama. Pier adalah sosok mahasiswa sastra(?), kalem, dewasa dan tentunya tampan XD Dia adalah tokoh yang paling aku suka di novel ini. 

Kedewasaannya terutama. Gimana cara Pier menghadapi sosok Alita yang belum dewasa, caranya bicara, dan ciri khas uniknya: tidak pernah menjawab pertanyaan, tapi mengalihkan ke jawaban lain. AKU SUKA.

Setelah semuanya, aku juga punya satu hal yang disayangkan, ada banyak kata dalam bahasa Italia tapi nggak ada footnote-nyaL Meskipun mungkin cuma satu kata atau satu frasa, tapi aku tetap suka kalau ada footnote-nya.

Aku juga penasaran sama cerita akhir Hujan Emas yang dikarang Pier :(

Hal yang paling aku suka: interaksi Pier dan Alita. Mereka menggemaskan huhu. Tapi bakal lebih suka kalau Alita nggak jatuh cinta pada Pier. Hubungan mereka bener-bener alami. Tanpa perasaan suka-sukaan, novel ini udah sangat-sangat bagus! Aku juga suka cara Mami berbicara sama Alita, sampai nangis dibuatnya😭

Overall, aku sangat suka novel ini. Inilah bukti novel teenlit yang sesungguhnya. Percaya atau nggak, aku beneran nangis waktu baca ucapan Mami (ibu tiri Alita) di telepon. Disamping cerita Alita, Pier dan Hujan Emas mereka, novel ini juga mengenalkan banyak hal soal Italia, tradisinya, suasananya, keadaan anak-anak remaja di sekolah, halloween, serta novel ini adalah novel realistis yang bikin merenung. Banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari setiap keputusan Alita, meskipun masalahnya nggak sama persis, jalan keluarnya bisa menyentil setiap masalah yang umum dialami remaja pada umumnya.

Aku suka endingnya. SANGAT. Sesuai ekspektasi. Aku berterimakasih kepada penulis karena membuat ending Pier-Alita yang seperti itu. MAKASIH BANYAK. Aku mungkin akan merasa sedikit kecewa seandainya Pier dan Alita tidak berakhir seperti itu huhuhu. Ending-nya bener-bener bikin aku rela nggak rela novel ini selesai. Alita udah belajar banyak, begitupun aku. Novel ini menyadarkanku tentang banyak hal. Tentang hidup.

Ini novel teenlit paling OKE sejauh yang pernah aku baca selama ini. Untuk penulis, terima kasih sudah menulis novel ini. Terima kasih udah nyiptain bacaan yang benar-benar sesuai untuk remaja. Terima kasih untuk nggak menghadirkan romance yang terlalu kental. Un Treno Per Non So adalah novel remaja terkeren dan high recommended bagi semua orang, nggak cuma remaja! 4,5 stars.

Qoute yang paling aku suka:

"Namun, seiring waktu, semakin aku mengerti tak semua doa dikabulkan, dan aku merasa meniup lilin adalah sia-sia."
Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)