Rabu, 13 Mei 2020

[RESENSI] Vengeful by V.E Schwab

source: google


Judul: Vengeful (Villain #2)

Penulis: V.E Schwab

Alih Bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Kemasacil

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

ISBN: 9786020635224 (digital)

Jumlah halaman: 600 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Lima tahun telah berlalu, Eli Ever ditangkap dan Victor Vale dikuburkan. Eli mengira berhasil membunuh Victor, tapi Sydney Clarke ternyata menghidupkan kembali pria itu.

Lalu muncullah Marcella Riggins. Marcella akhirnya memperoleh kekuaran yang diidam-idamkannya dan bertekad memanfaatkan kekuatan tersebut untuk membuat seantero Merit bertekuk lutut. Dia bersedia melakukan apa saja, termasuk mengadu domba dua LB paling terkenal, Victor Vale dan Eli Ever.

Dan sekali lagi, Merit City mejadi panggung untuk aksi pembalasan akhir benak-benak luar biasa yang penuh dendam.

----

Pertama-tama, mari kita appreciate dulu kover cakep ini! Meskipun aku masih gak tau, gambar cewek di kover ini Marcella atau June. Haha. Cuma satu yang mau kukeluhkan, kenapa punggung bukunya beda sama Vicious? Jadi nggak cakep buat disejajarin kan... :( padahal gue ngga punya bukunya dua-duanya cuma baca di GD, tapi siapa tau tar mau koleksi lagi sih.

Aku nggak bakal panjang-panjang di sini, karena nyaris 400 halaman yang kubaca itu bosen luar biasa. Aku bahkan sampe ngeluh kenapa Vicious harus ada lanjutannya sih, padahal ending Vicious itu udah perfect banget buatku.

Hal yang pertama, dari segi bahasa, aku gak tau apakah memang begini aslinya atau efek terjemahan, yang jelas aku pusing. Kesan-kesanku hampir sama kayak Vicious, ngantuk di awal, seger di akhir. Narasi di kedua buku ini menurutku membosankan, ditambah emang belom masuk konflik, awal-awal buku ini bertele-tele banget.

Bedanya, di Vengeful ini kebanyakan nyeritain orang lain, Marcella, June dan Eli. Dan, alurnya lambaaaat banget. Yang makin bikin aku bosen dan ngantuk banget karena aku lebih suka baca pov Sydney atau Victor huhu. Pokoknya tiap ada karakter baru muncul, selalu aja dijelasin latar belakangnya. Jujur aku banyak skip-skip pas baca cerita tentang mereka, yang penting aku nggak lost track sama plotnya haha. Menurutku, cerita mereka tuh nggak penting-penting amat. maafkan :( yang kuinginkan cuma Victor.

Menurutku, tokoh-tokoh baru dan konflik baru ini lumayan seru, asal nggak dijadikan bertele-tele gini. Padahal harusnya mungkin Vengeful bisa lebih ringkas dari ini, nggak perlu sampe 600 halaman. Toh, inti yang sebenarnya ada di 200 halaman terakhir. 400 halaman awal semacam intro doang buatku haha.

Balik lagi ke selera sih, kalau yang suka karakter cewek villain, kalian pasti bakal demen sama Marcella dan kemampuan LB-nya.

Setelah berdarah-darah sepanjang 400 halaman, akhirnya konflik sesungguhnya dimulai. Di sini mendadak aku gak bosen lagi, nggak ngantuk lagi, narasi tiba-tiba jadi jelas dan bercahaya pokoknya mah.

Vicious, Vengeful, dua-duanya nggak bisa nggak bikin tegang. Aku suka gimana konflik dan plotnya bener-bener bisa bikin aku masuk ke ceritanya dan gereget sendiri. Jadi kuputuskan bukan gaya bahasanya yang bikin bosen di awal, tapi memang intro di awal nggak menarik.

Dan untuk karakter tambahan, pertama Marcella, aku cukup kasian sama perannya di novel ini, setelah bikin Victor dan Eli reuni dan novel Vengeful tercipta, bisa-bisanya penulis bikin Marcella kayak gini:)

Kedua, June. Aku masih curiga sama dia sampai sekarang, nggak tau dia baik apa nggak sebenernya, tapi karena dia sayang Sydney, aku bisa agak tenang :)

Dan buat Eli, di sini diceritain tentang masa lalunya dan jujur kalau bagian ini aku suka :’) sedih banget Eli...tapi aku tetap #TeamVictorForever.

Karakter favoritku masih tetap, kuartet Victor, Sydney, Mitch, dan Dom, plus si anjing, Dol. Dari dulu, aku selalu jatuh cinta sama novel yang punya kelompok tersendiri kayak gini. Mereka semua orang asing, saling cuek, padahal sebenernya sayang dan perhatian. Tiap nyeritain kisah mereka, aku selalu seneng bacanya. Makanya aku gak suka banget saat harus baca 400 halaman yang dikit merekanya.

Overall, apakah buku ini recommended? OF COURSE! Meskipun cuma 200 halaman terakhir, tapi itu sangat membekas buatku dan aku pun melupakan kebosananku pada buku ini, aku bahkan kasih 5 bintang saking geregetnya novel ini:’) jujur, novel ini menurutku punya open ending yang terbaik sekaligus ternyesek buatku. Gak tau kalau kalian.

Dan legaaa banget kalau tau buku ini nggak akan jadi duology, tapi trilogi. Entah kapan buku ketiga bakal keluar, but, I WOULD WAIT A THOUSAND YEARS FOR VICTOR VALE.

Sesuka itu aku sama karakter-karakter di Villain series.

“Eli tidak tahu bagaimana dia sampai rusak, tapi dia ingin disembuhkan. Dia ingin diselamatkan.” – hlm 187

“Tuhan tidak pernah memberikan ujian lebih daripada yang mampu kita tanggung. Tugas kitalah untuk menemukan tujuan dalam penderitaan itu.” – hlm 218

“Kita tidak bisa membentuk masa lalu, hanya masa depan.” – Eli (hlm 231)

“Pengetahuan boleh saja kekuasaan, tapi uang membeli dua-duanya.” – Marcella (hlm 351)

“Nasib buruk itu seperti karet. Mitch hanya bisa menjauh sedikit sebelum tangan tak kasat mata menyelinap dan dia kembali bertabrakan dengan masalah.” – hlm 417

“Keterikatan itu sesuatu yang menjengkelkan, sama merusaknya seperti rumput liar.” – hlm 426

“... selalu ada yang lebih kuat daripada kau. Begitulah cara kerjanya dunia. ... kau melakukan aoa yang kau bisa. Kau melawan, dan kau menang, sampai kau tidak lagi menang.” – hlm 434-435


[RESENSI] A Conjuring of Light by V.E Schwab

 

source: google

Judul: A Conjuring of Light – Pemanggil Cahaya (Darker Shade of Magic #3)

Penulis: V.E Schwab

Alih bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Narendra Bintara Adi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020637259 (Digital)

Jumlah halaman: 768 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Holland berhasil pergi ke London Merah membawa Osaron, London Merah diserang, untuk itu, Kell, Lila dan Alucard bersama-sama menjalani misi untuk menghentikan Osaron.

----

Kira-kira begitu saja inti dari cerita ini. Simpel, tapi banyak yang terjadi. Gimana nggak, 700 halaman. Aku sempat meragukan novel ini, takutnya sama kayak AGoS, tapi karena konflik di novel kedua dilanjut di sini dan sebagai penutup, aku berusaha positive thinking XD

Awal novel ini sudah tegang soalnya hasil cut dari novel sebelumnya. Dan aku merasa bisa mulai kembali menikmati ceritanya. Pertempuran yang sebenarnya dimulai. Tapi baru kira-kira di halaman 300an petualangan Kell, Lila dan Alucard dimulai. Sebelumnya, masihl liat-liat sikon dulu di Arnes heuheu.

Belum lagi, aku merasa di novel ini banyaaak banget sudut pandang. Selain ketiga pelaku utama, ada Holland serta masa lalunya yang cukup panjang, ada Emira sang Ratu, ada Rhy, ada Maxim sang Raja, banyak opini dah pokoknya. Plotnya memang masih agak lambat, tapi setidaknya yang ini nggak separah agos. Walaupun menurutku masih sama aja buang-buang detail, harusnya bisa agak dipersingkat gitu yaaa.

Awalnya kukira petualangan mereka nyari benda yang bisa menjadi rencana mengalahkan Osaron bakal wow banget tapi ternyata biasa aja, lumayan doang menurutku, tegang tapi nggak setegang adsom, entah mungkin karena aku masih terpengaruh sama agos.

Untuk karakternya, aku agak sebel sama cara author bikin karakter Kell, aku merasa dia kurang banget porsinya dan bukan pusat lagi. Lila lebih menonjol meskipun tetap aja aku nggak terima Kell kayak terasingkan wkwk. Kayaknya semua masalah datengnya ke Kell, tapi bukan dia yang nyelesain. Hufff.

Yang paling bikin aku jatuh cinta sama novel ini adalah bagian klimaks dan antiklimaksnya!! Rasanya aku mendadak nggak nyesel pokoknya udah baca agos wkwk, novel ini bener-bener seru, tegang, sedih, segala macem lah pokoknya.

Meskipun bagian raja dan ratu entah kenapa menurutku rada maksa. Tapi sedih juga sih. Yang paling bikin perasaanku mulai tertaut sama novel ini dimulai dari situ, terus pas Alucard tinggal di kapal, pas Holland juga.....oh no i was a little bit sobbing here. Dan mendadak aku sukaaaa banget sama Rhy, dalam artian aku simpati banget sama dia.

Kell masih tersingkirkan, tapi mereka semua jadi lebih kuat perannya buatku. Pokoknya novel ini seruuuuu dan penuh rasa nyesek. Aku pengen banget protes buat apa banyak flashback Holland kalau akhirnya.....i ran out of words. Skip.

Overalllllll, i loved this book so much! Aku suka feelnya, suka konfliknya, suka karakternya, suka endingnya :’))))) terharu aku tuh sampe nangis :’)))) kesan yang ditinggalkan bener-bener ngena di aku. Aku sayang Kell dan Lila bagaimanapun akhirnya :’)) ADSOM series bakal jadi salah satu series favoritku. Aku kasih 5 bintang!

“...tapi kepengecutan datang lebih mudah dibandingkan harapan.” – hlm 14

“Terkadang kau harus berpura-pura, semua tahu itu. Berpura-pura bahagia. Berpura-pura berani. Berpura-pura kuat. Kalau kau berpura-pura cukup lama, akhirnya itu akan menjadi kenyataan.” – hlm 169

“Sebab, ide buruk itu favoritku.” – Lila (hlm 250)

“Kadang-kadang lebih mudah menjadi sosok yang diremehkan, dilupakan, diabaikan.” – hlm 385

“Tapi satu-satunya cara menghindari kehilangan adalah menghindari cinta. Dan betapa menyedihkannya dunia yang seperti itu.” – Tieren (hlm 462)

“Orang mati tidak bisa menyimpan dendam.” – hlm 465

“Dari berbagai cara untuk mati, hanya orang bodoh yang memilih harga diri.” – hlm 468

“Kita tidak memilih siapa kita, tapi kita memilih apa yang kita lakukan.” – hlm 571

“Kau benar, banyak yang harus membayar keputusan yang diambil segelintir orang. Tapi penguasalah yang memutuskan, dan kamilah yang membayar untuk itu.” – hlm 650

“Dan strategi hanya istilah canggih untuk jenis akal sehat yang spesial, kemampuan untuk melihat pilihan-pilihan, menciptakannya bila tidak ada. Itu bukan soal mengetahui aturan. Tapi soal mengetahui cara melanggarnya.” – Lila (hlm 688)

 

 


[RESENSI] A Gathering of Shadows by V.E Schwab

source: google



Judul: A Gathering of Shadows – Penguasa Bayangan (Darker Shade of Magic #2)

Penulis: V.E Schwab

Alih bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Narendra Bintara Adi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

ISBN: 9786020633633 (Digital)

Jumlah halaman: 648 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: 4 bulan berlalu setelah petualangan Kell dan Lila dalam mengembalikan batu sihir ke London Hitam, kini jalan hidup mereka berbeda. Kell tetap di istana, sementara Lila berlayar. Mereka menemukan kesempatan untuk kembali bertemu saat pertandingan elemen di London dimulai. Saat semua orang fokus pada Essen Tasch itu, di sisi lain, seseorang kembali dan mempersiapkan perebutan takhta.

---

Well, begitulah sinopsisku buat novel kedua series ADSOM ini, soalnya menurutku blurb di belakang buku itu nipu banget :) no offense sih, tapi aku udah naruh ekspektasi yang tinggi buat novel keduanya soalnya aku suka banget sama novel pertamanya kan.

Udah cukup lama aku nyelesain buku ini dan nggak langsung bikin review, jadi aku sebenarnya udah agak lupa haha. Lupa, soalnya buku ini menurutku...meh. Sisa-sisa sensasi ADSOM yang tertinggal bikin aku masih bisa menikmati awal-awal buku ini.

Aku udah nggak kagok sama gaya terjemahannya, bisa langsung ngerti, meskipun nggak terlalu menikmati. Lila, karakter favoritku, kadang-kadang menghibur, kadang nggak. Dan Kell, lumayan lah. Di sini juga ada karakter baru bernama Alucard, kapten kapal yang Lila tumpangi, yang ternyata ada sejarah dengan Rhy.

Di sisi lain, aku pengen nulisin soal POV ketiga selain mereka berdua, tapi jatohnya spoiler buku 1. Pokoknya, di buku dua ini ada kejutan :)

Novel ini selama hampir seluruhnya, ya, 600an halaman, isinya cuma kehidupan sehari-hari Kell dan Rhy, betapa beratnya hidup Rhy, antara hidup enggan mati tak mau, dan Lila dan petualangannya di laut. Part Lila lebih mudah buatku, seenggaknya, ada yang menarik.

Konfliknya adalah hal yang paling bikin aku sakit hati :’) karena konflik utamanya baru muncul di bab-bab akhir. Tepatnya di hlm 625/648 bayangkaaaan. Setelah nahan-nahan bosen demi baca lanjutan adsom, aku kecewa banget. Sebenernya di halaman 500an aku udah feeling ending novel ini bakal gini, tapi tetep aja pas kejadian aku kesel wkwk.

Cerita tentang Essen Tasch ini pun buat aku kurang menarik. Padahal di sini, dunia London Merah lebih dieksplor. Pertandingan ini mengundang rakyat(?) lain selain orang-orang Arnes, yaitu bangsa Faro dan Vesk. Di sini juga dijelasin karakteristik mereka gimana, terus para penyihir yang ikut bertanding juga diceritain. Belum lagi soal Kell dan Lila yang nekat.

Tapi sekali lagi itu gak mempan buatku full menikmati cerita ini, karena apa? Karena blurbnya terlalu menggoda, aku jadi cuma ngarepin konflik utamanya aja yang muncul. Lagipula, Essen Tasch ini seperti cerita Avatar The Legend of Aang buatku. Udah nggak spesial lagi.

Overall, kalau aku nggak naruh ekspektasi tinggi karena blurbnya, mungkin aku lebih bisa menikmati cerita ini. Entahlah huff. Yang jelas di sini nggak ada berantem ama musuh dan nggak ada petualangan, POV di sisi lain pun sebenarnya menarik tapi entah aku malah jadi bosen seluruhnya.

Dan aku juga agak nggak mudeng sama judulnya A Gathering of Shadows – Penguasa Bayangan, siapa penguasa bayangan? Apa penguasa bayangan? Mungkin ke karakter si itu, tapi tetep aja aku merasa nggak menemukan korelasinya. Mungkin saking nggak konsennya jadi nggak ngeuh, who knows lah.

Akhirnya aku cuma ngasih 3 bintang aja buat novel ini. Ada bagian-bagian yang menarik nyempil, ada perasaan-perasaan yang nyesek juga nyempil, kovernya cakep, dan Lila masih jadi favoritku meskipun jadi agak berkurang dikit. Mau mara banget sama endingnya, tapi aku bisa apa hiks. Aku juga agak menyayangkan karakter Kell di akhir, menurutku dia bukan tipe yang bakal mau ngambil keputusan itu, tapi dibuat gitu biar konfliknya jadi. Sayang sekali.

Setelah namatin novel ini, aku langsung baca buku ketiga karena aku gak bisa diginiin. Sekian dan terima kasih :)

“...tapi kekuatan mudah diperoleh, sedangkan ketepatan tidak.” – hlm 462

“Tapi aku tidak ingin mati–mati itu gampang. Tidak, aku ingin hidup, tapi mendekati kematian menjadi satu-satunya cara untuk merasa hidup.” – Lila (hlm 563)

“Sebut saja aku gila, tapi menurutku kita menjalani hidup yang terbaik ketika taruhannya besar.” – Lila (hlm 563)

“Kau bisa saja...” bisiknya, “tinggal.”
“Atau kau bisa saja pergi,” balas Lila. “denganku.”

“Aku tidak bisa terus-terusan menebus kesalahan. Aku memberinya hidupku, tapi Paduka tidak bisa memerintahku berhenti hidup.” – Kell (hlm 620)

“Lila sudah lama sekali tidak memercayai Tuhan –dia tak lagi berdoa setelah jelas terlihat bahwa tidak ada yang akan mengabulkannya.” – hlm 641

“Apa pun aku, semoga itu cukup.” – Lila (hlm 643)


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)