Sabtu, 05 Agustus 2017

[RESENSI] Let Me Be With You by Ria N. Badaria




Judul: Let Me Be With You
Penulis: Ria N. Badaria
Editor: Nuriyah Amalia
Desain cover: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
Jumlah halaman; 352 hlm.
ISBN: 978-602-1326-9

Blurb:

   Tidak tahan karena terus didesak menikah oleh keluarganya, Kinanti akhirnya menerima ide gila Rivan Arya, sahabat kakaknya yang telah ia kenal sejak SMA. Mereka akan menerima perjodohan yang diatur tersebut, menikah, dan tinggal bersama demi menyenangkan keluarga sambil menjalani aktivitas masing-masing. Tetapi, bila suatu saat salah satu pihak terganggu dan merasa tidak cocok bersama, mereka akan bercerai baik-baik.
   Tak disangka, perjodohan bisa juga menyenangkan. Kebersamaan yang mulanya kaku dan canggung, perlahan mulai menumbuhkan perasaan nyaman, sayang dan saling membutuhkan kehadiran masing-masing.

   Namun sayangnya, bayang kelam masa lalu terus mengendap-endap mengikuti. Satu demi satu rahasia yang disembunyikan Rivan terancam menghancurkan keping-keping perasaan cinta yang pelan-pelan Kinanti serahkan untuk pria itu. Akankah mereka terus bersama, atau berakhir seperti kisah-kisah yang ditulis Rivan Arya, sang penulis novel best seller itu? Terpaksa mengakui bahwa cinta adalah rasa yang selalu mengguratkan luka dan menyisakan air mata.

---

Cerita ini bermula dengan adegan pertunangan kakak dari Kinanti yang bernama Harlan. Keduanya dipertemukan di acara itu meski awalnya Kinanti lupa pada sosok Rivan, cinta monyetnya dulu.

Pertemuan mereka setelah bertahun-tahun itu justru menjadi senjata bagi Kinanti yang sudah sekian lama dituntut untuk segera menikah. Kehadiran Rivan beserta segala ‘kualifikasi’-nya sebagai calon suami membuat keluarga Kinanti dengan senang hati menginginkan pria itu menjadi sosok pendamping Kinanti.

Keduanya mulai sering dipertemukan secara sengaja, Kinanti tentu saja merasa tidak enak hati kepada Rivan atas tingkah laku keluarganya sementara Rivan sendiri, sosoknya yang baik hati itu menyatakan bahwa dia sama sekali tidak terganggu.

Hingga suatu hari Rivan menyatakan keinginannya untuk menerima ‘perjodohan’-nya bersama Kinanti, meski awalnya gadis itu menganggap ide tersebut adalah hal gila, dia tetap menerima tawaran Rivan dengan alasan keduanya saling ‘memanfaatkan’ situasi.

Siapa sangka perjodohan konyol dan tawaran gila itu berubah menjadi hari-hari yang menyenangkan, namun semua berubah karena kehadiran orang lain di antara mereka berdua, juga kehadiran ‘rahasia’ Rivan yang dia sembunyikan rapat-rapat dari Kinanti.

Konflik mulai terjadi, keretakan mulai datang, kesalahpahaman tersebar. Bagaimana Rivan memenangkan kembali hati Kinanti? Apa dia harus merelakan Kinanti demi menjaga gadis itu ataukah jujur dan memulai semuanya dari awal?

---

Jangan anggap ini novel menye dramatis banget, nggak deh! Serius. Aku kira awalnya begitu, apalagi novel ini diterbitkan cukup lama, dua tahun lalu, yang dulu kan ngetren tema begini. Terus, aku juga ‘menuduh’ novel ini klise awalnya dan karakter Rivan yang akan dibuat badboy lalala gitu hahaha taunya, nggak! Serius, banyak ketipu deh :D

Awalnya aku kira novel ini akan berjalan mendayu-dayu dan penuh melow, tapi setelah aku baca bab-bab pertama, wow, aku suka narasinya. Kesannya tuh, narasi ini fresh, mengalir, setiap adegan yang diceritakan itu asik dan nggak monoton. Mirip kejadian sehari-hari. Aku juga suka karena perbandingan narasi dan dialognya seimbang jadi nggak bosan.

Satu lagi yang aku suka adalah pemilihan waktunya, beberapa awal bab baru diceritakan sudah sebulan kemudian, dua bulan kemudian, entah kenapa, aku jadi suka. Ceritanya kerasa panjang dan ini membuatku lebih masuk ke feel ceritanya.

Lalu soal karakter, astaga aku jatuh cinta sama Rivan Arya! Dia ini seorang adopsi, tetapi saat umurnya tujuh belas tahun, orangtua angkatnya bercerai dan dia jadi ikut ayahnya yang bule pindah ke Kanada. Beda dari yang lain, broken home justru nggak membuat Rivan jadi anak badboy yang suka main cewek (apalagi dia ini seorang penulis yang diidolakan banyak cewek karena novel romance-nya).

Rivan ini manis banget, ucapan dan tingkah lakunya. Penulis membuatku merasakan ketulusan seorang Rivan Arya. Meskipun digambarkan dengan sosok baik-baik, senada dengan pasangannya, Kinanti, kisah cinta mereka nggak ‘kaku’.

Memang Rivan adalah sisi kalemnya, dan Kinanti adalah sisi yang ceria, perpaduan yang pas menurutku. Keseharian mereka yang entah kenapa menurutku cukup ‘polos’ di umurnya yang dewasa justru lucu. Interaksi mereka juga bikin senyam-senyum sendiri. Aku paling suka adegan cincin:

“Pasangan cincin.” 
“Iya... pasangan cincin.” Hlm 65.

Lalu hal-hal kecil seperti kenapa Rivan jadi ingin memakai kacamata untuk beberapa hari lagi, itu, duh, kesenangan Rivan jadi kesenanganku juga :D

Tetapi setelah masuk ke konflik utama, kebaikan Rivan justru membuatku ingin ‘menampar’ sosoknya. Rahasia Rivan yang harus hadir di tengah hubungan mereka yang baru akan memasuki tahap mesra harus tertahan. Dan rahasia itu hanya diketahui Sherly, sahabat Rivan, tentu saja akan membuat segala hal yang berhubungan dengan mereka menjadi kesalahpahaman bagi Kinanti.

Mulai dari kebohongan-kebohongan Rivan yang akhirnya diketahui Kinanti, membuatku gemas ingin masuk ke dalam buku dan memberitahu Rivan bahwa yang dia lakukan salah! XD

Namun jangan salah sangka, Sherly bukanlah sosok antagonis. Justru, dialah yang menggantikanku untuk berbicara seperti itu pada Rivan. Reaksi Rivan? Dijamin bikin pengen– argh!

Belum lagi muncul sosok Rino, karyawan baru di kantor Kinanti, yang dijelaskan bahwa dia mirip dengan seseorang di masa lalu Kinanti. Jujur! Aku benar-benar tertipu banyak hal, sesuatu yang udah kutebak bakal begini akhirnya (klisenya sih gitu), ternyata berbeda dari yang kupikirkan.

Kalau bicara soal konflik, memang kurasa fokus utamanya cukup klise, tapi bumbu-bumbu yang diracik lumayan menyegarkan, ditambah lagi tokoh-tokohnya, terutama sang Penulis Bestseller a.k.a Rivan! Aku nggak nyangka dia ternyata konsisten sampai akhir dengan wataknya itu. XD

((cinta tidak semudah itu merubah seseorang guysss)).

Well, kalian nggak akan menemukan antagonis di sini, satu-satunya antagonis dalam novel ini adalah takdir. Ya. Takdir. Endingnya pun, astaga, aku nggak tahu aku harus nangis, senang atau gimana. Aku... frustrasi XD

Ah ya, sejauh ini aku nggak merasa terganggu oleh apa pun, kecuali satu hal ini: halaman 304-305 aku merasa dalam narasinya terlalu banyak nama Kinanti tanpa kata pengganti seperti dia atau gadis itu, atau wanita itu dst. Itu aja sih, yang lain fineeeee :)

Overall, aku ngasih 3.5 bintang untuk novel cukup menguras emosi ini. Percayalah kalau kalian hanya melihat kover dan sinopsis, pasti bakal bilang: ah ketebak. Mungkin memang begitu, tapi jelas kalian akan terkejut dengan isinya HAHA.

---

Terakhir, qoutes-qoutes favoritku~

“Ia tak pernah menduga cerita sedihnya akan disukai banyak orang. Membuatnya bertanya-tanya, begitu menarikkah kesedihan bagi banyak orang?” – hlm 24

“Aku hanya ingin berada di sebuah tempat yang akan mengingatkanku bahwa aku pernah melalui hal yang lebih sulit dari ini semua.” – hlm 269

“Semua tidak pernah berjalan sesuai rencana dalam hidupku.” – hlm 295

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)