Rabu, 15 April 2020

[RESENSI] A Darker Shade of Magic by V.E Schwab

source: google




Judul: A Darker Shade of Magic – Sihir Kelam (Shades of Magic #1)
Penulis: V.E Schwab
Alih Bahasa: Angelic Zaizai
Editor: Mery Riansyah
Desain Sampul: Narendra Bintara Adi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020623320 (digital)
Jumlah Halaman: 488 hlm
Baca via: Gramedia Digital

Blurb:

London tidak hanya ada satu, melainkan empat. London Merah, kemakmuran dan sihir. London Kelabu, kotor dan membosankan. Londoh Putih, kota yang nyaris mati karena sihir. Yang terakhir, London Hitam, yang sudah hilang.

Kell adalah pengelana dari London Merah, salah satu penyihir terakhir yang dapat bepergian di antara dunia-dunia. Sekaligus, seorang penyelundup, dan tidak sengaja menemukan benda terlarang dari London Hitam.

Saat kabur ke London Kelabu, Kell bertemu Lila, seorang pencopet lihai yang memaksa Kell bertualang menantang bahaya ke dunia lain.

----

Kira-kira, begitulah blurbnya.

Pertama-tama, aku mau bilang kalau aku SUKA sama novel ini karena semua ciri yang bisa bikin aku tertarik sama sebuah novel, ada semuanya di novel ini T_T

1. Judulnya cakepP
2. Kovernya CAKEPP
3. Blurbnya apalagiiiiP

Nggak mikir dua kali buat masukin novel ini di wants-to-read ku pastinya. Salahnya, aku baca duluan Vicious karya penulis yang sama. Di Vicious itu sebenernya aku suka ceritanya, cuma agak berat buatku soalnya tentang sains tapi ide cerita dan konfliknya bagus T_T jujur setelah baca Vicious tuh aku agak males sama ADSOM soalnya takut 11 12 sama Vicious mana ada 3 buku pulak.






Tapi akhirnya, kerinduan baca fantasi dan petualangan akhirnya membawa aku kembali ke buku ini daaaaan aku nggak menyesal sama sekali. ADSOM >>>>> Vicious. Jauh beda. Dan aku sukaaaaa bangetttt sama ADSOM!

Di awal-awalnya efek Vicious masih ada di benakku, aku ngerasa novel ini terlalu berat trus aku harus mikir dua kali buat mencerna. Tapi semua berubah saat aku nemu pov 3 Lila. Lila ini bagaikan oase di tengah gurun buatku wkwk aku yang tadinya gersang dan ngga paham sama dunia Kell akhirnya tertarik buat melek.

Ditambah lagi, Lila ini punya karakter tipe girl-crush ku bangetttt. Gak susah buat jatuh cinta sama karakter Lila. Setelah ketemu Lila, aku mulai bisa ‘connect’ sama novel ini. Narasinya tiba-tiba asik, ngalir, gaya bahasanya tiba-tiba enak dibaca dan gak bikin mikir bahkan aku nemu humor huhu sukaaaa, konfliknya jelas, nggak samar lagi, aku bahkan baru ngerti world building-nya setelah ketemu Lila hahaha.

Konfliknya pun sebenernya cukup sederhana. Kell dan Lila berpetualangan untuk mengembalikan ‘benda’ yang berasal London Hitam itu. Dan tentunya banyak rintangan buat mereka. Tapi V.E Schwab bisa banget bikin cerita ini menarik dengan plotnya. Aku nggak berenti senyam-senyum selama baca ini. Terutama di sini ada sedikit bumbu romance-nya ehe.

Nyaris semua karakternya aku suka. Kell yang baik, loyal dan berani. Lila yang urakan, naif dan badass, dua raja ratu kembar Athos dan Astrid dari London Putih bikin aku inget Jaime dan Cersei Lannister! Astrid dan Cersei setipe banget. Ditambah Pangeran Rhy yang kekanakan tapi kharismatik dan terlalu baik. Suka banget perpaduan karakter-karakternya, favorit banget.

Overall, dua hal yang aku suka dari isi cerita ini adalah karakter dan world building-nya. Cerita tentang London-London itu kayak fairy-tale versi modern, meskipun aku rasa dunia sihirnya belum terlalu dalam. Aku pasti harus kudu wajib baca lanjutannya yaitu A Gathering of Shadows.

Highly recommended buat kalian yang suka fantasi, petualangan, dan plot twist. ADSOM ngasih itu semua dan tidak mengecewakan sama sekali buatku. Aku kasih 5ó

“Masalah itu pencari. Terus mencari sampai menemukanmu. Sekalian saja kita cari duluan.” – hlm 74
“Sihir jahat. Bukan, sihir cerdas. Dan cerdas lebih berbahaya daripada jahat dalam kondisi apa pun.” – hlm 184
“Aku lebih senang mati dalam petualangan daripada mati saat berdiri diam.” – Lila (hlm 241)
“Kasih sayang tidak membelikan kita apa-apa, jadi bersyukurlah atas apa yang kaumiliki dan siapa yang kaumiliki karena kau mungkin kekurangan sesuatu tapi kau tidak membutuhkan apa-apa.” – Lila (hlm 286)
“Sebagian orang mencuri agar tetap hidup, dan sebagian lagi mencuri agar merasa hidup. Sesederhana itu.” – hlm 325
“Kau siap?”
“Tidak.”
“Bagus. Orang yang berpikir sudah siap selalu berakhir mati.” – hlm 422
“Dia menginginkan kebebasan. Dia menginginkan petualangan. Dan dia merasa tak keberatan mati untuk itu. Dia hanya berharap sekarat tidak terlalu menyakitkan.” – hlm 448
“... maka dia hanya berkata, “Jauh-jauhlah dari masalah,”. Lila memberi Kell senyum yang menyiratkan tentu saja dia tak akan melakukan itu.” – hlm 485.



[RESENSI] Finn by Honey Dee

source: google


Judul: Finn
Penulis: Honey Dee
Editor: Anastasia Aemilia & Putri Wardhani
Desain sampul: Liffi Wongso
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020634876 (digital)
Jumlah halaman: 312 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

---

Novel ini bercerita tentang Liz, mahasiswa semester dua yang memutuskan untuk kabur dari rumahnya di Jakarta ke Balikpapan untuk bekerja, tapi sebenarnya Liz hanya ingin kabur dari keadaan di sana setelah kematian adiknya, Arthur yang mengidap autisme.

Pekerjaannya di Balikpapan bermula dari pencarian terapis untuk adiknya oleh seorang pemuda bernama Andika. Akhirnya, Liz bekerja menjadi terapis Finn, pemuda berusia 21 tahun. Pertemuan mereka bertiga menjadi sebuah kesempatan untuk menyembuhkan diri dari luka.

---

Novel mbak Honey Dee selalu memikat mataku entahhh kenapa. Pertama Rooftop Buddies dan yang kedua novel Finn. Keduanya punya kover dan blurb yang menggoda. Sayangnya, aku nggak cocok sama RB dan DNF di bab 3 haha. Coba lagi peruntungan sama novel Honey Dee, aku baca Finn. 
Dan...kaget sih, tapi aku suka banget novel ini sampe ngasih full stars ga ngerti lagi T_T





Aku nggak bakal panjang-panjang nulis reviewnya, soalnya bakal bingung juga nulis apa aja kalau aku udah fix suka banget sama ceritanya wkw bagiku kekurangannya dimaafkan lah ya!

Pertama dari gaya bahasa, enak banget, ngalir, enjoyable, nggak bikin pusing, nggak bikin bosen haha. Tapi mungkin karena ini pake pov pertama, Liz, yang mana aku suka banget karakter dia jadi buatku enak banget sih narasinya buat dibaca. Page turner!

Terus konfliknya juga memang sebelumnya belum pernah aku baca, tentang autisme. Di novel ini juga banyak pelajaran tentang apa itu autisme dan gimana cara menghadapi penderitanya, dan lagi di sini ada pov kedua dari Finn. Suka banget sama pov-nya Finn, beneran kayak lagi masuk ke dalem kepalanya penderita autisme, meskipun aku juga gatau beneran gitu apa ngga ya, pokoknya mah 
kayak nyata aja gitu T_T

Konflik di sini selain tentang kisah hidup Liz yang kabur dari rumahnya dan kerja jadi terapis Finn, juga ada konflik dari keluarga Andika dan Finn juga. Ayahnya yang abusive dan Andika yang sangat disayangkan XD

Alur di sini menurutku pas, nggak kecepetan atau kelambatan. Dan yang paling aku suka di antara semuanya adalah karakternya. Nggak ngerti lagi pokoknya aku merasa semua penempatan dan pemilihan karakteristiknya pas banget. Liz yang keras kepala dan tipikal cewek strong, Andika yang nggak tegas dan penakut, ayah Agus yang tukang nyiksa, semuanya passss.

Aku paling suka Liz, karakter cewek badass selalu jadi favoritku, ditambah pikiran-pikirannya di pov-nya banyak relate sama aku sendiri. Baca pov Liz selalu bikin aku semangat dan berasa punya temen :(

Andika bukan favoritku, tapi karakternya yang penakut itu emang bikin kesel, tapi menurutku dia realistis banget. Nggak semua cowok pemberani :’) walaupun ngeselin, tapi aku nggak benci Andika kok hehe.

Dan untuk Finn, sejujurnya aku gabisa bayangin bule ganteng dengan wajah autis mon maap, aku suka pov nya tapi aku cenderung biasa aja sih sama karakter dia. Nggak ada yang spesial, malah kadang di beberapa scene tuh aku kesal sama Finn tapi kasian juga bingung dah maafkan aku, aku jahat.

Overall, yang bikin aku betah baca ini adalah karena Liz dan pov nya, lalu tema autisme-nya. Apakah ada romance? Ada, minor. Nggak begitu kerasa. Aku sih setuju-setuju aja, tapi aku baca banyak review di goodreads yang bilang “nggak suka ada romancenya” dan “kena second lead syndrome” huehue jujur aja, aku juga biasanya tim sekenlid, tapi kalau kasusnya kayak gini ya aku dukung-dukung aja sama lead male nya lah :(

Mon maap lagi aku jahat. Tapi..realistis lah yah ahahaha. Mungkin karena aku merasa aku adalah bagian dari Liz, karakter cowok tidak penting-penting amat buatku. Dan romance yang dimasukan juga gak ngaruh sama kesukaanku ke ceritanya kok.

Highly recommended buat yang mau baca cerita tentang autisme! Sisanya, sesuai selera. Sekali lagi, karena aku relateee banget sama karakter Liz dan pikiran-pikirannya, makanya aku suka novel ini dan ngasih bintang penuh 5/5ó

Sekarang aku mau bagiin banyak quotes dari Liz yang aku suka banget.

“Terkadang para dosen terlalu lelah untuk mengoreksi begitu banyak tulisan. Jadi, mereka hanya melihat kalimat pertama dan terakhir. Kalau kau bisa menuliskan kata kunci yang mendekati kebenaran dengan bahasa berbelit-belit agar terlihat cerdas, nilaimu pasti bakal bagus. Ini yang kupelajari selama dua semester di kampus ini.” – hlm 15
“Sebenarnya, aku kangen bisa ngobrol dengan orang sungguhan. Aku pengin ribut seperti cewek remaja di film, keinginan yang nggak mungkin bisa terkabul.” – hlm 32
“Tuhan memang Mahabesar, Rom. Bisa banget bikin kamu hidup sampai selama ini walau tanpa otak. Kamu keajaiban penciptaan.” – hlm 35
“Kata Ibu Montik, kepala adalah bagian terpenting dari manusia. Saya harus melindungi kepala sekalipun kata Ayah Agus di dalam kepala saya tidak ada apa-apa. Ini cara untuk tetap hidup.” – Finn (hlm 58)
“Nggak ada yang mengerti beratnya hari yang kulalui karena memiliki nama ini. Nggak ada yang mengerti betapa aku benci nama ini.” – hlm 106
“Aku bukan hanya nggak suka namaku, aku juga nggak suka takdir hidupku dan segala yang menempel padaku. Kalau boleh, aku ingin sekali pindah ke tempat baru, mengganti nama, dan menghilangkan semua memori yang kupunya.” – hlm 107
“Hidup tanpa ada niat untuk hidup. Kita hidup hanya karena memang harus hidup. Kamu hidup untuk memenuhi keinginan orang lain. Aku hidup karena takut mati.” – hlm 152
“Rasanya ada bom di dalam diriku yang ingin meledak. Aku ingin hancur bersama bom itu.” – hlm 188
“Kuharap otakku rusak biar aku nggak perlu merasakan rasa sakit lahir-batin begini. Pasti menyenangkan hidup tanpa merasakan tekanan di belakang kepala saat menahan amarah. Sekalipun seluruh dunia nggak menganggapku, mungkin rasanya nggak sesakit ini.” – hlm 209
“Ah, andai aku nggak sekuat ini. Andai aku punya keberanian untuk mati.” – hlm 210
“Ah, hidup memang seenggak adil ini. Hidup memilih orang-orang tertentu untuk diberi kemewahan dan kebahagiaan, lalu menimpakan semua sisa kesialan pada orang lainnya.” – hlm 221
“Walaupun saya adalah tragedi, saya bahagia. Saya ingin menjadi tragedi yang tidak sedih. Saya ingin menjadi tragedi yang bahagia.” – Finn.
Jangan lupa masukin e-mail kamu di bawah atau klik tombol follow kalau mau dapetin notif review atau tulisan terbaru dari aku. See you in the next review!
Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)