*First of all, I don’t
blame anyone, this post is just my opinion^^ ((udah lama banget pengin nulis
ini >.<))
© 2018 by @arthms12 |
Kamu kenal komunitas Bookstagram
di instagram? Atau malah nggak tau sama sekali apa itu Bookstagram?
So, Bookstagram adalah suatu istilah untuk
mereka para pencinta buku yang sekaligus hobi fotografi. Di instagram, mereka
fotoin buku sedemikian rupa dan di caption biasanya mengandung review dari buku tersebut. Tapi banyak
juga kok yang cuma ngobrol basa-basi nyapa followers-nya
atau nyantumin qoute doang.
Aku sendiri, udah kenal dunia bookstagram kira-kira akhir tahun 2016, mulai jadi bookstagrammer awal tahun 2017. Dan
menurut pengamatanku, di Indonesia sendiri belum banyak bookstagrammer (jangan
dipercaya). Awal mula aku kenalnya, karena dulu sering banget ikutan giveaway blogtour, tapi anehnya lama-lama syarat giveaway ada yang harus follow IG segala (biasanya twitter) trus
lama-lama share banner-nya (info GA) harus
repost di IG dan akhirnyaaaa review-nya pun pindah dari blog ke
instagram.
Dulu, aku cuma suka ikutan giveaway-nya aja, tapi lama-lama liat postingan buku para host, aku
jadi kepikiran buat bikin foto buku-bukuku juga. Setelah itu, aku jadi
ketagihan ngambil foto yang bagus (meskipun gak pernah bagus, abis susahhhhh).
Fenomena giveaway
inilah yang membuat para pencinta buku bermunculan dengan label bookstagram. Dan juga, karena biasanya
syarat giveaway adalah mengharuskan pemenangnya untuk meresensi bukunya. Gak
tanggung-tanggung, lima hari!
Setelah itu, aku mulai banyak mengenal para bookstagrammer dari yang dulunya foto
abal sampai fotonya cakep, bahkan ternyata ada yang udah sejak lama jadi bookstagrammer cuma karena baru booming jadi ya aku baru tau heu.
Bookstagram yang dulu, bukanlah yang sekarang?
Yap, ini yang aku sering aku pikirin akhir-akhir ini.
Akun-akun yang dulu sama-sama newbie
denganku, sekarang udah jadi pemain lama; followers-nya
banyak, dikenal editor, penerbit dan penulis, dikenal banyak orang, dan sering
dapet nge-host suatu buku yang baru
terbit.
Dulu, penerbit suka buka lowongan peresensi buat buku yang
baru terbit, biasanya diminta ngadain giveaway
juga selain posting daily review selama lima hari. Dan aku
pun pernah ngerasain gimana jadi host
yang cukup mengemban tanggung jawab yang berat.
Dulu aku berpikir, nggak ada yang salah dengan meresensi
buku yang sama selama lima hari, sekarang pun gak ada yang salah sebenarnya,
tapi aku sekarang jadi mikir.. apa followers-ku
nggak bosen cuma liatin foto buku yang sama selama lima hari? Karena aku juga
tau, jarang banget ada orang yang rajin bacain caption. Yegak? :D
Aku pun mulai malas kalau harus meresensi buku selama lima
hari, takutnya followers-ku bosan
WKWK. (malas bukan berarti aku menolak loh, kalau ada yang ngajak kerja sama
sih, aku dengan senang hati©)
Tapi tidak buat share
banner!
Aku bener-bener nggak mau share banner (bukannya songong XD), alasannya cukup
sederhana, aku nggak mau merusak tujuan awalku gabung di komunitas ini. Aku
nggak mau kehilangan kenyamanan diriku di dunia bookstagram. Aku ada di sini, buat mem-posting buku-buku, bukan banner.
Feed-ku–yang aku coba susun dengan
rapi (meskipun gak bisa rapi)–hanya aku khususkan untuk buku saja. Aku
lebih suka membantu penerbit mempromosikan bukunya dengan mem-posting foto buku tersebut, bukan banner.
Nah, inilah yang baru-baru ini sedang terjadi di komunitas bookstagram Indonesia. Penerbit/editor
bukan hanya sekadar meminta mereka merensensi bukunya, melainkan meminta mereka
mem-posting banner promosi sebelum bukunya terbit. Aku sih, masih anggap wajar
kalau banner-nya cuma lima atau
sepuluh, tapi rasanya.. kalau ada 30...?
Kebanyakan following-ku
adalah bookstagram lama yang sudah
berbakat meresensi buku di instagram, mereka juga sering kali diajak bekerja
sama untuk share banner. Jadi,
sekarang coba bayangkan rasanya jadi aku: pada jam yang sama, lima bookstagrammer mengunggah satu banner yang sama, dan mereka
melakukannya kurang lebih sebulan (atau sesuai kebutuhan) belum lagi lima bookstagrammer lainnya yang share banner novel yang beda lagi.
Timeline-ku isinya
banner semuaL
Dan karena adanya algoritma instagram, aku juga jadi
kesulitan melihat postingan bookstagrammer
lain yang bukan promosi. Jadi agaknya.. aku mulai sedih melihat timeline-ku XD
Nah, sekali lagi, di sini aku nggak nyalahin siapa pun.
Nggak nyalahin temen-temenku yang dapet amanah dari penerbit ataupun nyalahin
penerbit yang kalau minta share banner
gak kira-kira XD
Toh semuanya demi marketing,
alhamdulillah juga kalau memang banyak yang tertarik dengan dunia literasi
karena promosi besar-besaran ini. Aku ikut senang kalau makin banyak yang suka
baca buku apalagi gabung menjadi bookstagrammer
dan mencoba mengapresiasi penulis dengan meresensi bukunya. (daripada ngelakuin
hal yang gak bermanfaat, mending jadi peresensi, yegak?)
That’s all! So, guys,
ini murni cuma keluh-kesahku sebagai seorang pengguna instagram hehe. Cuma agak
sedih aja gitu :D tapi aku tetap suka jadi bagian dari komunitas ini dan kenal
banyak orang yang suka baca buku juga, terutama ketemu sama fandom yang sama.
Rasa-rasanya aku jadi punya dunia kedua :’)
Buat kalian yang mau coba gabung di bookstagram, jangan ragu! Mulai coba foto-foto aja dulu, resensinya
belakangan (karena nggak semua bookstagrammer yang peresensi juga sih), atau
bisa juga belajar liatin resensi dari para senior di sana :D
Kalian juga jangan ragu untuk berteman sama aku di instagram
hehe, aku orangnya emang agak sinting tapi gak gigit kok, aku suka temenan sama
banyak orang :D akun instagram-ku sama kayak nama blog ini: @arthms12
Jadi, tunggu apa lagi?
Aku tunggu kehadiran kalian :D