Tampilkan postingan dengan label Penerbit Haru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penerbit Haru. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Agustus 2019

[RESENSI] Confession by Minato Kanae

Resensi Confessions karya Minato Kanae

IG: @arthms12

Judul: Confession
Penulis: Minato Kanae
Penerjemah: Clara Canceriana & Andry Setiawan
Penyunting: Prisca Primasari
Penyelaras Aksara: Titish A.K
Desain Sampul: Pola
Penata Sampul: @teguhra
Penerbit: Haru (Agustus 2019)
Jumlah halaman: 304 hlm

Blurb: Moriguchi Yuko adalah seorang guru SMP. Saat anaknya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal, semua orang mengira itu cuma kecelakaan nahas.
Akan tetapi, Moriguchi yakin anaknya dibunuh oleh dua dari anak didiknya. Karena itu, dia tidak akan membiarkan kedua anak itu bebas. Dia ingin membalas dendam, dan balas dendam yang dia lakukan itu hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk.

----





Cerita dibuka dengan cerita Moriguchi sebagai penutup tahun ajaran di sekolah tempatnya bekerja sekaligus berpamitan karena dia tidak akan lagi mengajar di sana. Tapi, kisah-kisahnya merujuk kepada satu kejadian, kematian anaknya, Manami, yang dilakukan oleh dua orang muridnya. Dia juga membocorkan balas dendam apa yang baru saja dia mulai itu.

Awalnya aku mengira akan menemukan bacaan yang cukup berat terutama karena genrenya iya-misu aka psychological thriller. Ternyata, aku menemukan gaya bahasa yang enak sekali dibaca. Aku salut dengan penerjemah dan editornya yang membuat kisah ini mudah dicerna dan bahkan sampai aku nggak sabar untuk membalik halamannya.

Novel ini cukup tipis dan hanya terdiri dari 6 bab saja. Isinya, kurang lebih menceritakan hal yang sama, kronologis kejadian pembunuhan tersebut tetapi melalui sudut pandang yang berbeda—eda.
Kita diajak menyelami berbagai kejadian yang menimpa para tokoh setelah aksi balas dendam Moriguchi. Lebih daripada konflik dan alur, menurutku di sinilah titik berat novel ini. Yaitu pada penggambaran karakter-karakternya, pengembangan dan perubahannya, pikiran-pikiran mereka yang gelap dan membuat kita mempertanyakan lagi banyak hal.

Apa yang membuat manusia bisa bersikap dan bersifat seperti itu? Kenapa semua orang nggak bisa hanya cukup bersikap baik terhadap satu sama lain?

Jujur aku lebih tertarik dengan Naoki yang menurutku sudah kehilangan kewarasan, tetapi yang paling menyedihkan memang Shuya meskipun mereka memang sama-sama gila. Kelakuan orang-orang di sana cenderung bar-bar dan bikin merinding. Lagi-lagi, pertanyaan itu muncul: kenapa mereka semua bisa sampai melakukan hal-hal keji?

Bagian yang paling aku suka adalah plot twist di bab pertama, menurutku itulah daya tarik yang paling utama yang bikin aku pengen cepet-cepet selesaikan novel ini. Penasaran apa yang bakal terjadi. Dan di setiap bab selalu aja dikagetkan dengan berbagai adegan.

Untuk keseluruhan, konfliknya lumayan menarik buatku. Nggak ada rasa lelah sama sekali meskipun banyak narasi. Banyak pelajaran yang bisa diambil demi memahami sesama manusia. Dan jangan lupakan kover yang cakep ini astaga!

Pokoknya, novel ini bakal mengaduk-aduk pikiran dan hatimu. Apa kamu masih memiliki hal-hal yang lazim dimiliki manusia atau tidak?

4ó

“Orang dewasa cuma bisa mengukur dengan penggaris mereka sendiri, dan tidak bisa mengukur dunia anak-anak. Mereka memberikan nasihat-nasihat yang tidak bisa kita lakukan.” Hlm 212

“Saat aku membuka mataku pada pagi hari, pertama, aku menangis karena hari ini aku masih hidup.” – hlm 213

Kamis, 26 Oktober 2017

[RESENSI] Yawning is Delicious by Kang Ji Young

Yawning Is DeliciousYawning Is Delicious by Kang Ji Young

My rating: 3 of 5 stars



Judul: Yawning is Delicious
Pengarang: Kang Ji Young
Penerjemah: Putu Pramanka Adnyana
Penyunting: K.P Januwarsi
Proofreader: Arumdyah Tyasayu
Desain Kover: Pola 😍
Layout Kover: @teguhra
---
Blurb:

Lee Kyeong

Aku bermimpi aneh kemarin. Tubuh gemukku menjadi langsing. Wajahku berubah menjadi cantik. Tapi semua kejadian itu terasa nyata. Rasanya bukan seperti mimpi. Aku melihat, mendengar, dan merasakan langsung, seolah memang aku yang terjebak di dalam tubuh itu.

Tanggal di situ menunjukan musim panas tahun lalu.

Da Woon

Aku bermimpi aneh kemarin. Mimpi menjadi perempuan jelek yang gendut dan pendek. Aku pergi bersama beberapa paman ke suatu tempat dan sibuk bersih-bersih. Membersihkan tempat kejadian pembunuhan. Korbannya... apa itu AKU?

Tanggal di situ menunjukan musim dingin tahun depan.
---

Sebenernya 3.5🌟
Aku suka ide ceritanya, paling utama. Tentang Lee Kyeong yang bisa memimpikan masa lalu Da Woon. Sementara Da Woon bisa memimpikan masa depan Kyeong. Tapi ini bukan sembarang mimpi, karena mereka benar-benar "bangun" di tubuh itu. Unik dan menarik. Blurbnya juga keren banget, meskipun sekarang aku berpikir blurbnya agak menipu di satu bagian😂

Novel dibuka dengan adegan Kyeong yang membersihkan tempat kejadian pembunuhan bersama rekan-rekannya, dilanjut dengan pertama kalinya dia memimpikan masa lalu Da Woon, yang tidak lain tidak bukan, korban pembunuhan di tempat yang baru saja dibersihkannya.

Nah di sini agak bingung soal sudut pandang. Sebenarnya sudut pandang di sini adalah orang pertama (Lee Kyeong) tapi ketika Kyeong bermimpi jadi Da Woon, sudut pandang 'aku' jadi bercampur antara Da Woon dan Kyeong. Oke, ini poin paling mengganggu karena meskipun bisa bedain mana akunya Da Woon mana yang akunya Kyeong, tetep aja dibuat nggak nyaman.

Kedua, plotnya, aku suka. Nggak bosenin karena misteri, jadi aku dibuat bertanya-tanya siapa pembunuh Da Woon? Apa yang sebenarnya terjadi? Tiap kali Kyeong tidur dan mimpiin Da Woon, aku selalu semangat buat tau apa yang terjadi di masa lalu Da Woon. Dan ternyata lumayan banyak juga plot twist yang bikin gregetan, benang merah mulai terurai.

Tapi, aku juga merasa ada yang nggak begitu penting untuk diceritakan terlalu panjang. Misalnya ketika Kyeong mau 'mengangkat' telepon di dalam taxi, adegan harus flashback dulu ketika ayahnya mengucapkan mantra agar menang lotre. Dan itu malah bikin pengen skip aja deh, kan lagi tegang si Kyeong bisa ngangkat telepon apa nggak? Yang gini ada beberapa.

Untuk karakternya, aku suka karakter Da Woon. Cantik cantik ngeri😂 nggak bisa nulis banyak banyak takutnya spoiler. Yah, pokoknya aku suka karakter dia yang kelam. Kalau Kyeong sendiri, karakternya biasa aja sih menurutku. Tipe-tipe orang baik kebanyakan.

Menuju ending, ada beberapa bagian yang aku nggak ngerti, mungkin berhubungan dengan latar budaya korea, atau mungkin kurang fokus bacanya. Intinya mah nggak ngerti dah, kejadian yang seharusnya 'wow' malah datar aja karena aku nggak ngerti😂. Karena ketidakmengertian ini, bikin aku pengen cepet-cepet ending soalnya penasaran gimana eksekusinya. Kejadian mengerikan masih bertahan sampe akhir tapi aku nggak begitu menikmatinya, jadi biasa aja nggak heboh. Tapi kalimat terakhir endingnya bikin greget dan merinding.

Soal judul, hm, agak nggak srek karena ternyata judulnya nggak mewakili keseluruhan cerita atau bukan merupakan poin penting dalam ceritanya. Judulnya cuma diambil dari keadaan 'kritis'.

Terakhir, kovernyaaaa😍 yes, suka banget kovernya yang bisa dibolak-balik😚
---
"Kuberi tahu ya, uang itu adalah bukti dari akal sehat. Orang yang kehilangan uang dan tetap menjaga akal sehat... tidak ada di dunia ini." - hlm 45

Orang yang banyak rahasia biasanya punya banyak masalah. - hlm 58

"Aku memang takut akan kematian, tapi aku tidak memikirkan alasan kenapa aku harus hidup." - hlm 232





View all my reviews

Senin, 17 Juli 2017

[RESENSI] Holy Mother by Akiyoshi Rikako





Judul; Holy Mother
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerjemah: Andry Setiawan
Penyunting: Arumdyah Tyasayu
Proofreader: Titish A.K.
Design cover: Pola
Penerbit: Haru (2016)
Jumlah halaman: 284 hlm

Blurb:

Terjadi pembunuhan mengerikan terhadap seorang anak laki-laki di kota tempat Honami tinggal. Korban bahkan diperkosa setelah dibunuh.

Berita itu membuat Honami mengkhawatirkan keselamatan putri satu-satunya yang dia miliki. Pihak kepolisian bahkan tidak bisa dia percayai.

Apa yang akan dia lakukan untuk melindungi putri tunggalnya itu?



Novel dewasa asal Jepang ini aku baca hampir akhir tahun yang lalu, eits, jangan salfok karena novel ini berlabel dewasa dan berasal dari Jepang ya! Dulu, belum aktif blog lagi, dan belum punya akun bookstagram, jadi aku nggak update tentang novel ini. Ah ya, novel ini juga merupakan hadiah giveaway pertamaku dari Haru Grup :) Arigatou gozaimasu dan maaf baru sempet nulis review sekarang :3

Sempet mau nulis, tapi sebagian besar udah lupa ceritanya dan belum ada waktu untuk reread, udah reread, tapi malah bingung harus nulis review seperti apa karena sangat mungkin untuk menyinggung spoiler.

Holy Mother bercerita tentang seorang ibu bernama Honami yang mempunyai seorang anak perempuan. Di daerah tempat mereka tinggal ada kasus pembunuhan anak kecil yang sadis, hampir-hampir dijelaskan secara gamblang dan menjijikan makanya novel ini berlabel dewasa.

Umur Honami tidak lagi muda, dan dia sempat mengalami kesulitan hamil, untuk itu, dia pasti akan melakukan apa saja untuk melindungi putrinya karena dia mengingat betapa besar perjuangannya untuk bisa memiliki seorang anak.

Sebelumnya, ini adalah novel thriller terjemahan Jepang yang pertama kali kubaca, nggak hapal-hapal juga siapa itu Akiyoshi Rikako dan ciri khas dalam tulisan-tulisannya.

Kisah ini mengambil sudut pandang orang ketiga dari beberapa tokoh. Ada Honami, ibu yang khawatir tentang keselamatan putri tunggalnya, lalu ada Tanaka Makoto seorang murid SMA, dan sepasang detektif yang menangani kasus pembunuhan di kota Aiide bernama Sakaguchi dan Tanizaki.

Sejak awal kisah, menceritakan keseharian Honami yang mengurus Kaoru si bocah yang masih TK, lalu disuguhi berita pembunuhan, awal yang membuatku agak berpikir kalau cerita ini ringan, lambat, dan cenderung bergenre keluarga. Tapi ketika memasuki POV milik Makoto, semuanya mendadak berubah menjadi gelap.

Di sisi lain Honami yang kalang kabut memikirkan cara untuk melindungi anaknya dan naluri alamiah sosok keibuan yang terasa sangat nyata, sosok sang pembunuh justru sedang merencanakan berbagai macam niat buruk dipikirannya, menculik dan mempersiapkan calon korbannya untuk dibunuh dan dibuang begitu saja tanpa meninggalkan jejak.

Sementara itu, kita akan disuguhkan dengan suasana kepolisian, hal yang cukup menarik buatku karena jarang membaca novel dengan deskripsi sebuah profesi. Melihat bagaimana kedua detektif itu mengunjungi rumah saksi satu persatu dan cara mereka untuk membongkar pelaku kejahatan itu menurutku keren. Nggak bisa kulupakan, aku sampai menjadikannya salah satu referensi bagi tulisan-tulisanku.

Psst, di sini juga dijelaskan cara-cara membunuh tanpa ketahuan XD tapi, ini berbahaya dan jangan sampai coba di rumah yah! XD

Setelah menikmati dengan ‘anteng’ cara ketiga POV dalam menyelaraskan kisah ini (yang cenderung sendiri-sendiri) meski kadang aku ikut degdegan di beberapa bagian, akhirnya aku dibuat menganga membaca masa lalu yang tersimpan di akhir kisah juga ending-nya.

Kutelusuri tentang sosok penulis ini, ternyata Akiyoshi Rikako adalah penulis yang terkenal dengan twist ending-nya. Merasa ini agak mustahil karena aku benar-benar membaca kisah ini dengan serius, aku merasa sombong dan mencoba kembali lagi membaca ke halaman awal untuk menemukan kesalahan Akiyoshi-sensei. Hasilnya apa? Nol besar. Aku malah jadi merutuki diriku sendiri yang pada bab pertama pun sudah terkecoh, membuatku tidak menduga-duga ending yang seperti ini dan malah santai menikmati ceritanya.

Aku ini tipe pembaca yang senang menebak-nebak suatu kisah, tapi Akiyoshi-sensei begitu apik dan sempurna dalam menyembunyikan clue, membuatnya luput dari otakku, seolah-olah membawaku berlayar di sungai yang tenang dan gelap untuk akhirnya dijatuhkan begitu saja ke dalam air terjun yang suara gemuruhnya tersembunyi.

Untuk beberapa saat selesai membaca buku ini, aku masih terbengong-bengong sambil menatap kover buatan Kak Pola yang kelam ini. Aku bener-bener nggak bisa ngoceh panjang lebar soal jalan ceritanya, yang jelas, jangan ragukan tulisan Akiyoshi-sensei. Membaca Holy Mother membuatku penasaran dua novel sebelumnya yang berjudul Girl in The Dark dan The Dead Return, belum lagi yang terbaru berjudul Schedule Suicide Day. Aku merasa benar-benar harus mengoleksinya.

Untuk hal-hal lain seperti terjemahan atau gaya bahasa, aku tidak menemukan keluhan or anything. Rapi, jelas karena aku membaca novel ini dengan serius, tentu saja terjemahannya begitu apik dan mudah dipahami, tidak ada typo dan lain-lain. kovernya ‘menusuk’, ala-ala lukisan yang keren abis.

High recommended  buat kalian pecinta thriller yang mempunyai twist keren.  Overall, 4 dari 5 bintang buat Holy Mother. Kenapa gak lima? Menurutku, bintang empat itu sudah sangat tinggi bagi genre diluar genre paliing favoritku yaitu fantasi hehe #plak.
Beberapa quote fav-ku dari Holy Mother

“Pintu keluar tidak ada, dasar untuk memijakkan kaki pun tidak ada. Sekali dia memijakkan kaki ke lumpur itu, dia hanya akan tenggelam dan terus tenggelam.” – hlm 9

“Tapi, aku tidak bisa membayangkan bahwa benar-benar ada orang jahat yang tinggal di bawah langit ini.” – hlm 72

“Ada banyak mukjizat yang terlahir di sana sini. namun, mukjizat itu tidak terjadi kepada dirinya….” – hlm 233

Kamis, 06 April 2017

[RESENSI] So I Married The Anti-Fan by Kim Eun Jeong

“Dia itu bagaikan mimpi buruk. Selalu menimbulkan masalah.”





Judul: So I Married The Anti-Fan
Penulis: Kim Eun Jeong
Penerjemah: Putu Pramania Adnyana
Penyunting: Nyi Blo
Proofreader: Dini Novita Sari
Ilustrasi isi: Frendy Putra, @teguhra
Cover: Chintya Yanetha
Penerbit: Haru Media ( cetakan ke-3 2016)
Jumlah halaman: 525 hlm



Blurb:

Aku tinggal dengan idola paling terkenal se-Korea. Tapi.. Aku adalah antifan-nya.

H, salah satu bintang pemicu hallyu wave akan tinggal dengan antifan-nya dalam sebuah variety show.

Mr. H: Tentu saja aku bisa menangani antifan-ku. Aku ini pria yang penuh dengan kejutan.

Ms. L: Sebagai antifan-nya, aku akan membuka semua rahasia busuknya. Lihat saja nanti.

Begitu berita itu keluar, para fans Mr. H segera membentuk pertahanan untuk melindungi idolanya.

Dan jika Ms. L melukai Mr. H barang sedikit pun maka mereka tidak segan-segan untuk bertindak.



Siapa yang suka korea???

Sebagai pecinta korea baik drakor/kpop or whatever, belum lengkap dong kalau nggak baca novel asal negeri ginseng sana. Iya kan??

Bahkan, sebelum benar-benar suka baca novel, aku itu awalnya udah suka duluan sama hal berbau korea. Semua bermula karena Endless Love yang sering kakakku tonton. *kakak berkuasa, yang pegang remot*

Sampai sekarang aku memang masih menyukai Korea.  Khususnya drama korea dan soundtrack-nya. Playlist ponselku isinya lagu korea semua, bahkan di laptop pun paling banyak file lagu korea XD

Kalau untuk kpop, aku sebenarnya pernah suka beberapa girlband dan boyband, tapi nggak sampai fanatik bangetlah, sebatas suka aja. Boyband terakhir yang kusukai adalah EXO. Di SMA ketemu temen yang sama-sama suka EXO yauda deh jadi ngebiasin mereka. Sekarang sih biasa-biasa aja meski masih follow Chanyeol XD

---

So I Married The Antifan bercerita tentang seorang wanita muda bernama Lee Geunyong yang bekerja sebagai reporter. Suatu hari, Geunyong bersama rekan kerjanya disuruh untuk mendatangi sebuah launching Klub Benny milik seorang rapper bernama JJ. Sebenarnya dia malas untuk menerima job itu karena ingin berlibur tahun baru.

Tanpa disangka, pekerjaan itulah yang membuat dia bertemu dengan Hujoon, seorang artis tampan yang merupakan rekan dari JJ. Konflik dimulai ketika Geunyong memutuskan untuk mabuk karena kesal dengan pekerjaannya, lalu dia melihat Hujoon sedang berbicara dengan seorang gadis.

Tentu saja Geunyong menganggap hal itu sebagai keuntungan karena bisa menyaksikan langsung informasi pribadi seorang artis. Sayangnya saat itu dia agak mabuk. Yang dia ketahui selanjutnya adalah bahwa Hujoon memperlakukan gadis itu dengan kasar.. tentu berita buruk untuk kariernya kalau sampai publik mengetahuinya, bukan?

Hal tidak terduga lainnya adalah Geunyong harus mengalami kesialan karena berurusan dengan Hujoon. Akibat mabuk, dia tidak sengaja muntah di sepatunya Hujoon. Lalu untuk kedua kalinya, Geunyong harus muntah di mobil Hujoon. Tentu saja itu membuat Hujoon kesal, double kesal, dan dia menunjukan hal itu dengan cara mengabaikan permintaan maaf Geunyong.

Diperlakukan seperti itu oleh public figure, tentu saja Geunyong merasa kesal. Dia malah membocorkan apa yang dilihatnya di dalam klub ketika Hujoon memperlakukan seorang gadis dengan kasar.

Mulutmu harimaumu, pepatah yang tepat untuk Geunyong setelah kalimat itu terlontar dari mulutnya. Dia dipecat dari pekerjaannya. Dan itu semua karena Hujoon..

Lalu, dimulailah Klub Anti-fan Resmi Pertama, Lee Geun Yong.

---

Drakor banget! Bagi kalian yang suka nonton drama korea, nggak ada salahnya coba deh baca buku yang berasal dari korea. Yang jelas lebih kerasa aja feel-nya, terus kita bisa bayangin sesuka hati tokoh utama cowoknya! *yes bisa bayangin bias*

Sebenarnya, K-Iyagi pertama yang kubaca itu sama-sama tulisannya Kim Eun Jeong, judulnya Cheeky Romance. Aku juga udah pernah baca My Boyfriend Wedding Dress, kecuali yang terbaru, Puzzle of Lies. Dari ketiga novel karya KEJ itu, aku paling suka yang Cheeky Romance.
Lebih kocak! Suka banget, bikin baper juga. Mwahaha XD

Jadi entah kenapa karena mungkin Cheeky Romance ditulis setelah SIMTA, aku jadi kurang nge-feel sama SIMTA. Ceritanya sih bagus, banget malah, cuma udah kekalahin aja sama CR.

Drama korea kan terkenal dengan ‘kejadian-tidak-terduga’-nya. Salah satu yang aku sukai khasnya korea. Ternyata dalam bentuk novel pun sama, aku masih suka ketawa sambil geleng-geleng kepala kalau liat scene yang nggak abis pikir. Antimainstream dan belum pernah sekalipun aku lihat di novel-novel romance lokal.

Geunyong memang punya karakter cewek kebanyakan. Dia agak petakilan dan galak. Tapi dia juga manis kalau lagi jinak. Dipasangkan dengan si artis sombong; Hujoon. Meski di depan kamera dia selalu tampak sempurna, Hujoon ini punya sifat asli yang nyebelin tingkat Zeus. Arogan, seenaknya sendiri, tukan remehin orang lain. Tapi bukan tanpa alasan seseorang punya sikap buruk, bukan?

Dia memang nyebelin tapi KEJ bisa membuatnya mudah dicintai dengan susunan kalimat indah dan hal-hal yang terjadi khususnya ketika berurusan dengan Geunyong. Bukannya bikin pembaca ikut kesel seperti Geunyong, justru mengundang tawa.

Aku selalu suka bagaimana alur cerita dari korea yang mempertemukan dua tokoh utamanya dengan unik, atau hubungan antara mereka berdua yang nggak pernah terpikir sebelumnya.

Lalu aksi konyol keduanya saat membintangi variety show So I Married The Antifan membuatku ngakak. Selama ini nonton drakor, romcom asal korea memang terbaik! Aku suka scene saat Geunyong harus nyetir mobilnya Hujoon. Pokoknya selama variety show berlangsung, nggak ada hentinya Hujoon bikin Geungyong sial.

Scene lain favoritku adalah ketika Hujoon harus syuting iklan bir. Yatuhan ngakak banget sama kelakuan Geunyong yang tadinya mau balas dendam malah gagal. XD

Lalu Geunyong yang dipecat dan juga diusir dari indekosnya, terpaksa tinggal di apartemen Hujoon yang dipakai sebagai tempat syuting. Dan pastinya lama-lama Hujoon tahu hal itu. Menghabiskan waktu yang cukup lama dan dekat, tentu membuat perasaan Hujoon dan Geunyong berubah. Mereka berbagi cerita dan akhirnya mulai mengenal satu sama lain.

Setelah semua yang manis-manis ala romcom korea, tentunya kurang afdol kalau masa lalu nggak diangkat sebagai konflik kan? Dalam perjalanan mereka berdua, lama-kelamaan Genyong tahu kalau Hujoon punya seseorang yang sangat berarti untuknya.

Aku sebenarnya nggak suka banget sama konflik orang ketiga, tapi untungnya si cewek itu adalah masa lalu Hujoon, meski Hujoon masih menyayanginya, semua sudah telambat karena cewek itu udah jadi milik orang lain. Tapi cewek itu, In Hyong, sempat juga mengusik perasaan Geunyong.

Hujoon dan cinta masa lalunya yang cukup menyedihkan menurutku, juga ada Geunyong dan keluarganya. Mereka masih menolak kehadiran ‘perasaan’ itu dan masih kayak Tom and Jerry. Lambat-laun, dari romcom yang mengundang tawa, datang juga saat-saat romantis yang datang dari Hujoon.

Scene-scene saat Hujoon sudah menyadari bahwa dia menyukai Geunyong dan itu.. ah, so sweet banget. Dijamin pecinta kebaperan pasti suka sama cerita ini di bagian akhir-akhirnya. Meski ada plot-twist penyelesaian konflik yang bikin cukup merinding juga bacanya. Tentang segala tragedi yang pernah terjadi di masa lalu Hujoon.

---

Beberapa quotable versiku:

“Kalau makan sebanyak ini, maka kau akan punya tenaga untuk menjalani hidup ini kan? Atau, apa kau tidak butuh banyak tenagamu sehari-hari?” - 302

“Memangnya aku harus menjelaskan sedetail apa lagi? Memangnya penting berapa sendok krim, berapa sendok gula saat membuat kopi? Yang penting kan rasanya enak!” – hlm. 476 

“Aku senang karena dirimu. Aku tidak menyadari hal ini sebelumnya. Aku dulu tidak menyadari kehadiranmu di dekatku, dan aku terlambat menyadarinya. Bahwa kau selama ini telah menghiburku, telah membuatku kuat…” – hlm 477

“Aku rindu padamu. Sangat… Aku ingin mulai… mencintaimu. Cinta yang tidak berakhir dengan tragis.” – hlm 508

---


Overall, aku suka banget kisah ini. Apalagi filmnya yang mainnya Chanyeol *padahal belum nonton*. Tapi buku selalu lebih baik dari filmya, right? Aku rekomendasikan novel ini bagi kalian yang suka baca buku tapi dengan plot ala drakor yang keren abis.

4 dari 5 bintang buat So I Married The Antifan ^_^

Rabu, 01 Maret 2017

[RESENSI] Then She Smiles by Makna Sinatria


“Lo nggak perlu memaksakan senyum di depan gue.”






Judul: Then She Smiles
Penulis: Makna Sinatria
Penyunting: Adeliany Azfar
Proofreader: Titish A.K.
Ilustrasi: Makna Sinatria
Layout Kover: @fadiaaaa_
Penerbit: Haru, 2017
Jumlah halaman: 244 hlm



Blurb:

“Lo nggak perlu memaksakan senyum di depan gue.”

Alena tidak pernah menyangka kata-kata tersebut akan keluar dari mulut Hexa, tetangga barunya.
Lembaran foto mempertemukan mereka. Jepretan shutter sedikit demi sedikit mengikis tembok yang Alena bangun sejak lama.

Lambat laun, kesendirian Alena pun terisi oleh momen-momen baru bersama Hexa.
Alena terbuai, hingga kedekatan mereka membuat Hexa menyadari sebuah rahasia yang Alena sembunyikan di balik senyumnya.

Ketika sisi gelap paling rapuh Alena terkuak, siapkah Hexa untuk tetap berada di samping Alena?





Huah! Setelah ikutan Pre-ordernya dari bulan Januari, aku baru bisa menyelesaikan novel TSS ini tanggal 20an XD hampir sebulan lamanya. Padahal novelnya tipis, dan isinya sangat ringan HEHE. Alasannya dulu masih ada novel yang ngantri, tapi karena bosen, aku coba baca TSS, tapi karena nggak mood juga, aku lanjutin deh yang udah ngantri duluan :D

Tadinya aku pengin ngereview-nya pendek, kayak blogger lainnya yang sempet aku baca. Tapi kayaknya aku emang kebanyakan omong orangnya :( Yauda sih ya...

Nah, pertama, sebenarnya novel-novel lokal bukanlah tipeku. Dulu, waktu masih sering minjem buku temen dan perpus sekolah, aku lahap apapun novel yang ada. Aku menyukainya, beberapa, tapi nggak pernah ada yang sampai ‘jleb’ ke hati. Hanya ada dua penulis lokal yang karyanya kusukai yaitu Ilana Tan yang pertama, aku dibuat nangis kejer karena novelnya yang berjudul Sunshine Becomes You. Yang kedua, adalah Clio Freya. Aku langsung jatuh cinta ketika membaca novel Eiffel, Tolong! Ceritanya bener-bener seru, menantang, idenya hebat, dan yang terpenting di novelnya itu nggak full romance remaja yang menye.

Karena sulitnya aku menyatu dengan cerita-cerita penulis lokal, padahal aku ini juga lagi belajar nulis novel dan penerbit incaranku yaitu Penerbit Haru (eh!) Aku agak malas mencari novel-novel Haru dari penulis lokal, tapi pas waktu Haru ngumumin novel baru yang berasal dari penulis Indo, aku langsung ikut PO-nya. Soalnya aku penasaran dan ingin tahu tipe cerita gimana sih yang Haru mau (aku seringnya baca terjemahan Haru, yang Indo belum pernah sama sekali).
Tapi sayangnya, (meskipun aku tahu nggak cukup cuma nilai dari satu novel), novel TSS ini sangaaaaat jauh dari tipe novel yang aku tulis. Yang memang aku udah pernah kirim, dan ditolak HEHE. Sekarang sepertinya aku nggak bisa kirim ke Haru lagi~ 

***

Berlatarkan di Bandung yang mana adalah kota tempatku tinggal, novel ini bercerita tentang Hexa (namanya artinya enam *anak ipa*), seorang fotografer asal Prancis (blasteran Indo-Prancis) yang baru pindah rumah karena urusan pekerjaannya.

Hexa mempunyai tetangga namanya Alena. Di sanalah kisah mereka dimulai. Alena yang nggak sengaja Hexa liat dari balkon kamarnya dan Alena yang nggak sengaja nginjek foto milik Hexa.
Dimulai dari hal-hal kecil itu, dari situ udah keliatan kalau Hexa tertarik sama Alena, dibilang mirip Louise Bourgoin pula (padahal nggak tahu siapa tuh?) (pas searching: wihhh cantikkk)

Lalu karena kesukaan mereka pada fotografi, Hexa dan Alena pertama kali berinteraksi lebih jauh adalah waktu mereka di Taman Foto Bandung. Hexa nggak sengaja liat Alena lagi foto tanah dari jarak sangat dekat. Hexa nganggep itu lucu dan dia langsung foto Alena dalam posisi begitu XD
Lama-kelamaan, secara tetanggan, dan balkon kamar mereka juga sebrangan, dan sama-sama suka fotografi, jadilah Hexa sering ngajak Alena ngobrol dan ngasih saran-saran gitu.

Cuma ada satu hal yang dicurigai Hexa soal Alena dan ayah tirinya. Tapi Alena menyembunyikan itu semua selama kedekatan mereka. Hexa sering ngajak Alena hunting foto bareng; pertama nyari kamera instan dulu di Braga lanjut foto-foto di New Majestic dan sekitarnya. Terus ada mereka yang ke Saung Angklung Udjo dan Bukit Moko.

Oh ya, di sini Hexa itu serumah sama sepupunya, namanya Riou (dan di ilustrasinya, menurutku dia paling ganteng XD) sementara Alena tinggal bersama Mama, Ayah tiri, dan Kakak tirinya yang bernama Altair (seorang Chef yang punya bistro di Dago; La Cuisine)

Di sini peran mereka nggak terlalu banyak menurutku, bener-bener cuma pendukung konfliknya aja. Kecuali Riou, dia sering muncul. Ih gemes banget sama dia WKWK. Kebanyakan semua bab hanya fokus ke Hexa dan kerjaannya, atau Alena dan kuliahnya, atau mereka berdua. *yaiya orang novelnya tipis*

---

Kita mulai dari hal-hal yang kurang kusukai dari novel ini ya.

♠ Ini yang paling membuatku terganggu. Karena Alena itu orang Bandung, dan sebagai orang Bandung, tentu di sini nggak akan pakai percakapan ‘lo-gue’ sehari-hari. Kecuali di chat mungkin ya, anak sok gaul bilangnya lo-gue (nunjuk diri sendiri). Sementara Hexa pernah tinggal di Jakarta dan dia pakai bahasa lo-gue. Dan satu tokoh yang agak sering muncul (Riou) dia karena orang Prancis tulen, bahasa Indonesianya formal banget.

Aku cuma heran aja kok mereka betah ngobrol campur-campur gitu. Aku punya temen orang Jakarta dan dia biasa pakai lo-gue. tapi kalau ngomong sama orang luar Jkt, dia selalu pakai aku-kamu. Biar klop, biar nyambung gitu loh. Mungkin aku masih bisa tolerir kalau yang ngobrol Alena-Hexa atau Hexa-Riou. Nah, ada scene yang mereka bertiga semua ada. Lah pusing dah tuh XD

♠ Jujur, yang kurang kusukai dari novel lokal adalah cara penulisnya menimbulkan ketertarikan antara dua tokoh yang emang udah dipairing sejak awal. Salah satunya ada di novel TSS hal. 53

“Tiba-tiba dia merasakan sensasi aneh yang membuatnya ingin melompat ke seberang dan menarik gadis itu ke pelukannya.”

Seriously, ini baru di bab 4 dan membuatku agak merinding. Atau mungkin aku (yang masih bocah ini) nggak begitu paham bagaimana cara orang dewasa jatuh cinta. Cuma disenyumin, ngomong beberapa kalimat, nggak kenal-kenal amat pula. Sesungguhnya ini too much, menurutku.

♠ Hal. 90. “Kalau senyum lenyap dari bibirnya, orang-orang akan mulai bertanya macam-macam kepadanya.”

Diceritakan bahwa Alena ini selalu menyembunyikan lukanya dengan cara terus tersenyum. Aduh Kaklen sayang banget punya orang-orang sepeduli itu tapi lebih milih senyumin aja hanya karena males buat nanggepinnya:(. Ng..mungkin yang kurang kusukai adalah alasan yang dipakai Alena XD

♠ Jujur aja, aku nggak begitu penasaran dengan masa lalu Hexa-Alena. Apalagi di bab-bab awalpun aku sudah bisa menebak apa yang terjadi pada Alena. Cuma, sebagai pembaca dengan ekspetasi tinggi yang aneh, aku selalu mikirin hal-hal terburuk yang bisa penulis kasih ke tokohnya, aku mulai mikir macem-macem dan senyum-senyum nggak jelas karena pikiranku. Nyatanya konfliknya sangat biasa menurutku.

♠ Alasan kenapa Alena menyembunyikannya bikin aku pengen nangis kejer karena kesel sumpah WKWK nggak abis pikir aja Alena kok bisa yah punya pikiran kek gitu. Aku suka karakter Alena kecuali alasan dia yang satu itu, nggak masuk akal, dan malah nyakitin diri sendiri. Aah, aku frustrasi baca hal. 113. Aku tahu sih penulisnya emang penginnya bikin karakter Alena kayak begitu, tapi aku nggak suka aja:(

Alena itu menurutku agak polos, udah mau ending, dan dia udah keliatan banget suka sama Hexa, tapi masih bilang ‘perasaan aneh’ #gereget

Hal-hal yang aku sukai:

♠ Sudut pandang orang ketiga dari sudut Alena di halaman 57 sangat nyata dan aku bener-bener dapet feel-nya. Ini ceritanya adegan Hexa-Alena mau kencan pertama uhuy!

♠ Mulai dari halaman 100, aku udah bisa nemu inti dari cerita ini dan bukannya perkenalan awalan hubungan Alena-Hexa yang datar (dan bikin aku bosan). Konflik berat mulai muncul dan aku sangat menikmati tulisan yang menantang di halaman-halaman itu, bikin ikut ngerasa tegang. Aku suka gimana penulisnya bikin suasana, karena emang sejak awal mengalir lancar seperti sungai, jadi pas ada riak sedikit pun kerasa banget.

♠ Ada scene di mana Hexa bikin aku kesel di halaman 106. Tapi aku masukin ini ke hal-hal yang kusukai karena perasaanku bilang: penulisnya hebat bikin pembaca ikut emosi XD

♠ Di halaman 109-110 Aku suka sekaligus gereget sama karakter Alena. Mungkin karena aku keseringan baca fantasi, aku jadi gereget sama karakter cewek yang lemah lembut kayak Alena dan lebih suka yang strong (secara fisik dan mental). Tapi aku udah bilang kan, aku suka karakter Alena meskipun dia bukan tipeku banget (kecuali alasan dia menyimpan rahasia), apalagi pas dia cemburu unchhh gemessss!

♠ Kalau kebanyakan pembaca lain yang kuamati lebih seneng sama Chef ganteng aka Altair (dan minta lebih banyak scene-nya) tapi aku lebih suka Riou! Dia bener-bener bikin cerita yang datar dan penuh cinta (yang lagi-lagi bukan tipeku) antara Alena-Hexa jadi lebih berwarna :)) Jadi pengin nyubit Riou! Jadi pengin banyak scene Riou! Riou aku padamuuuuu *kisskiss*

♠ Mendekati akhir, di halaman 180 lagi-lagi aku dibuat merinding dan ikut ketakutan membaca kisah Alena. Feel ngerinya dapet banget dan aku jadi ngebayangin kalau aku sendiri yang ngalamin kejadian itu. Ya Tuhan~ the best part menurutku. Setelah Riou di beberapa bab sebelumnya.

♠ Yang terakhir...ILUSTRASINYA! Astagaaa nggak nyangka aja itu ilustrasi bikinan penulisnya sendiri. Keren bangeeet. Kebetulan aku juga emang suka menggambar, aku pernah bikin ilustrasi untuk ceritaku sendiri (yang sekarang masih tersimpan rapi dalam dokumen) meskipun gambarnya nggak bagus-bagus amat dan cenderung mengarah ke anime XD



Qoute fav-ku:

"Kerinduan. Hujan selalu mengirimkan kerinduan." - hal 71
"Semakin dia membiarkan dirinya tenggelam, dia bisa menemukan sisi gelap yang anehnya membuatnya diselimuti rasa aman." - hal 72
"Sometimes, it's okay not to be okay."

"Namun, lama-kelamaan pertahanan itu berbalik mencekiknya. Penderitaannya tidak juga berhenti." - hal 144

"Jawaban dari pertanyaan 'mengapa?' lebih mudah dijawab dengan 'karena ini salahku'. Terkadang pemikiran itu muncul begitu saja, membuat segalanya terasa lebih mudah." hal 116



Sekarang aku mau cuap-cuap lagi. Jadi kan novel ini fokus utamanya adalah soal fotografi, dan aku yang nggak tertarik sama dunia itu, kadang dibikin bosen itu karena terlalu banyak scene tentang hobi mereka itu, dan beberapa footnote istilah fotografi yang sama sekali nggak bisa kubayangin. HEHE.

Lalu di bagian blurb ada kalimat yang bilang ‘Ketika sisi gelap paling rapuh Alena terkuak, siapkah Hexa untuk tetap berada di samping Alena?’ Sejujurnya aku sempat menaruh tinggi ekspretasiku pada konfliknya dan sampai nanya ke admin Haru di fb tentang genre novel ini? Sisi gelap gitu kayak yang thriller. Ternyata kata miminnya ini romance. Satu lagi too much. Dan aku sama sekali nggak nemu scene Hexa di mana dia pantas mendapatkan pertanyaan ‘Siapkah?’

Sedikit hal yang aku gagal paham. Di halaman 216 dikatakan: “Altair juga kehilangan ibu kandungnya karena ayahnya.”

Tapi di hal 233 dikatakan kalau ibu kandungnya Altair ada kok, sehat walafiat. Aku kira di kalimat itu ceritanya Ibu Altair meninggal ya, makanya dia terpaksa ikut ayahnya. Tapi kalau ternyata masih ada, kenapa Altair nggak ikut ibunya? .___.

Bagian tipikal banget: Balkon yang bersebrangan XD emang banyak sih, dan baru-baru juga aku baca hal kayak gitu di novel Everything, Everything-nya Nicola Yoon. Terus tipikalnya Alena di hal. 173 “Apa Hexa juga tersenyum seperti itu pada cewek yang dia suka?” Hadeuh XD

Dan untuk endingnya, yup, aku puas sekali. Diakhiri dengan sangat manis semanis covernya. Berharap Alena bisa kedepannya bisa lebih baik menyikapi masalahnya, jangan kek gitu lagi. HEHE.
Terakhir, aku kasih 3 dari 5 bintang untuk Riou novel debut Kak Makna yang sekarang lagi di New York!



P.s ngiri deh liat foto-fotonya Kak Makna di IG. Jadi pengen nyusul. Hihi :D
P.s.s maaf jika masih banyak kekurangan, mohon kritik dan sarannya :D
Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)