Tampilkan postingan dengan label Penerbit Histeria. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penerbit Histeria. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Agustus 2018

[RESENSI] Kersik Luai by LM Cendana

IG: @arthms12



Judul: Kersik Luai
Penulis: LM Cendana
Editor: Nurti Lestari
Layouter: Harumi OL
Cover: LM Cendana
Penerbit: Histeria (2017)
Jumlah halaman: 508 hlm

Blurb:
Beberapa dekade selanjutnya. Tanah Air memasuki era dystopia yang telah dikuasai golongan oligarkis. Seorang manusia buatan, Btari, yang dinyatakan sebagai kloningan gagal hendak dibuang menuju plosok negeri untuk dijadikan budak. Di tengah perjalanan, helikopter yang ditumpanginya ditembak jatuh di Laut Jawa. Di pesisir pantai, ia ditemukan oleh seorang revolusioner, Nagara, yang mengajarkannya banyak hal. Kemanusiaan, nasionalisme, dan cinta.

---

Seperti kata blurb, Btari (dibaca Bidari) adalah cewek hasil rekayasa genetika yang hendak dibuang karena ada masalah dengan jantungnya. Di Waluku, tempat para oligarkis berkuasa, memang diadakan pemeriksaan kesehatan bagi setiap orang. Manusia normal kalau sakit cuma disuruh karantina aja terus dipulangin, kalau manusia kloning, cacat sedikit harus dibuang. Menarik kan?

Btari ditemukan oleh Nagara, seorang revolusioner muda. Selama tinggal di rumah Nagara, Btari banyak mendapatkan hal-hal yang tidak diketahuinya sebagai orang borjuis yang tinggal di Waluku. Di novel ini, banyak sekali bercerita tentang budaya Indonesia. Selama perjalanan mengenal jati diri Indonesia bersama Nagara itulah, benih-benih cinta di hati Btari muncul untuk laki-laki itu.

Ketika aksinya dalam gerakan revolusi terciduk oleh Presiden Andromeda, pemimpin Waluku, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan Nagara selain kabur. Btari, tentu saja mengikutinya. Selama pelarian itu, Btari melihat langsung bagaimana kaum Oligarkis penduduk Waluku memperlakukan orang-orang sebangsanya yang dianggap bodoh dan dijuluki proletar dengan semena-mena, jiwa patriotisme Btari terbakar. Dia menyerukan demokrasi.

Pindah ke tempat lain, Btari akhirnya berhasil ditemukan oleh Bima, demi memperbaiki jantungnya yang rusak. Hanya saja, ada harga yang harus dibayar..

---

Kira-kiranya, aku kasih tau kalau resensi ini subjektif. Fantasi lokal memang jarang ya, makanya ketika mendapat kesempatan buat baca novel ini, aku seneng banget. Mulanya, aku memang nggak tau arti Kersik Luai, dan setelah tau artinya, kok aku lebih suka bahasa Indonesianya ya. Tapi yang jelas, aku baca buku ini karena blurbnya menjanjikan.

Gaya bahasa LM Cendana, aku sempet baca Klandestin sedikit di wattpad, dan jujur memang gaya bahasa penulis yang satu ini oke punya. Begitu pula saat aku memulai Kersik Luai, gaya bahasa penulis langsung menyihirku masuk ke dunianya. Deskripsinya begitu mendetail, runut, dan dijelaskan dengan santai.

Sayangnya ada sedikit masalah, aku kira font-nya terlalu kecil sementara spasi antar paragraf begitu renggang dan pembatas scene satu dengan yang lain terlalu besar. Itu aja sih.

Kedua, alur. Oke..sejak awal aku memang merasakan kalau alurnya lambat, tapi entah kenapa aku tetap menikmati bukunya. Selain karena interaksi Nagara dan Btari yang manis, aku suka cerita-cerita tentang sejarah di Indonesia yang mana ada juga yang belum aku tau. Contohnya cerita tentang Srikandi, lagu-lagu daerah, tarian dan sebagainya. Belum lagi karena narasinya yang detail dan panjang, membuatku jadi paham betul tentang tujuan penulis yang ingin mengenalkan budaya Indonesia.

Namun lama-lama, hal ini rupanya bermasalah buatku. Catat, buatku. Aku tipe yang terlalu nggak sabaran. Aku membaca dan membaca sambil bertanya-tanya, konflik utamanya mana? Memang sejak awal aku tau kalau Nagara seorang revolusioner dan di sana, di Waluku, Presiden Andromeda juga disebut-sebut tengah merencanakan sesuatu. Sayangnya, novel ini memakai sudut pandang orang pertama Btari, yang mana dia nggak tahu menahu soal ketegangan ini.

Aku mulai gemas, ingin cepat-cepat masuk ke konflik utama dan itu membuat alur lambat serta narasi yang panjang jadi melelahkan buatku. Karena aku percaya juga kalau novel ini bakal menyajikan sesuatu yang mengejutkan di akhir.

Tetapi aku harus bersabar karena justru novel ini masih terasa adem-ayem bahkan ketika nasib Nagara tinggal satu langkah lagi. Memang endingnya lumayan mencengangkan sampai-sampai aku pun sulit untuk tidak bertepuk tangan. KEREN. Pada titik itu, novel ini sungguh kerennya bertambah sepuluh kali lipat. Ditambah karena menuju akhir, tiba-tiba ada POV-1 Nagara.

Hanya saja, aku dibuat kecewa dengan eksekusi yang seperti ini. Plot twist memang bagus, tapi ternyata nggak ada lanjutannya. Aku kira setelah twist itu, bakal ada apa...gitu. Tapi nggak.
Novel ini seakan diakhiri begitu saja ((karena halamannya udah kepanjangan woey)). Endingnya... gantung. Aku belum membaca dengan jelas seperti apa gerakan revolusioner itu sendiri setelah ‘misi’ Nagara selesai. Belum ada yang menang. Bahkan Presiden Andromeda disebutkan berkata bahwa permainan baru saja dimulai.

Jadi..

Gini loh..

Selama 500an halaman yang aku baca...itu..apa.....

Well, aku memang suka bagaimana amanat yang coba disampaikan penulis, menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri kita. Aku mengakui memang ide ceritanya sangat sangat luar biasa. Tapi buatku rasanya keterlaluan jika 500 halaman ini aku tidak menemukan inti konfliknya. Setelah narasi panjang dan alur lambat yang sudah kutempuh, aku ingin kejelasan di akhir cerita, itu aja sih.
((Denger-denger, novel ini bakal ada sekuelnya. Gatau juga sih. Jadi mari kita nantikan))

Resensinya udah kepanjangan ya? Tapi aku belum cerita soal Nagara, tokoh utama cowok yang bener-bener berhasil mencuri perhatian, belum lagi karena sikapnya saat menghadapi Btari yang polos dan blak-blakan. Mereka itu otp banget deh! Sayangnya kurang aksi, yeah, kurang aksi revolusinya kecuali pas ending WKWK.

Nah, mungkin segitu aja cuap-cuapku soal novel Kersik Luai. High recommended karena aku suka bahasan di dalam novel ini yang penuh dengan kearifan lokal :D Tentunya bagi kalian yang sabaran (gak kayak aku), aku jamin novel ini bener-bener sempurna:’)

Oh ya, novel ini juga banyakkkk qoute yang bertebaran lohhh;’) aku cuma nulis beberapa nih ya:
“Kamu mungkin belum mengenal kami. Kami semua lahir dari ketakutan, kelemahan, dan penindasan.” – Anjani (hlm 315)
“Manusia memang sering lupa di mana ia memulai dan berakhir. Memang benar yang dikatakan Bung Karno. Perjuangan melawan penjajah asing lebih mudah daripada melawan bangsa sendiri.” – hlm 486
Kami belajar dari Datura Arboera yang tidak pernah mengeluh walau seumur hidupnya tak pernah mengenal langit. Ia tertunduk ramah memandang bumi meski dianugerahi keindahan tiada tara. Dan siapa sangka jikalau ia menyimpan racun mematikan di setiap jengkal tubuhnya yang tampak rapuh nan layu?” – Candrakanti (hlm 419)


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)