Jumat, 31 Agustus 2018

[RESENSI] The Rose Society by Marie Lu (The Young Elites #2)

IG: @arthms12



Judul: The Rose Society
Penulis: Marie Lu
Penerjemah: Prisca Primasari
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Emi Kusmiati
Desain Sampul: Windu Tampan
Penerbit: Mizan Fantasi (Oktober 2016)
ISBN: 978-979-433-993-0
Jumlah halaman: 480 hlm.

Blurb:
Suatu ketika, seorang gadis memiliki
Ayah, pangeran, dan sekelompok teman.
Mereka mengkhianatinya,
Jadi dia hancurkan mereka semua.

Setelah terusir dari Perkumpulan Belati, Adelina Amouteru membuat tandingannya, yakni Perkumpulan Mawar. Di antara para Elite Muda yang berhasil dia rekrut adalah Magiano Sang Pencuri dan Sergio Sang Penenun Hujan. Dengan bantuan para Mawar, Adelina bermaksud membalas dendam pada Teren dan Aksis Inkuisisi, serta merebut takhta Kerajaan Kenettra. Ini bukan hal mudah, karena Perkumpulan Belati bekerja sama dengan Maeve, Ratu Beldain yang juga mengincar takhta Kenettra.

Ketika pertempuran besar semakin dekat, Adelina tidak hanya harus menghadapi musuh-musuh dari luar, tapi juga dari dalam dirinya sendiri. Terkadang dia tidak dapat mengendalikan kekuatan, dan ilusi-ilusi yang dia ciptakan berbalik menyerangnya. Bisakah Adelina menuntaskan aksi balas dendamnya sebelum kegelapan menghancurkan dirinya?

---

Sedikit panduan ala-ala: 1) Jika sedang membaca The Young Elites, jangan baca blurb belakang buku The Rose Society XD 2) Jika sedang membaca buku The Rose Society, jangan baca blurb belakang buku The Midnight Star :D

Karena aku ini paling males kalau udah tau endingnya bakal gimana, dan menurutku blurb TRS dan TMS itu spoiler ending buku sebelumnya banget. Tapi bagi kalian yang nggak keberatan sih gapapa XD

Dan satu lagi, yang belum baca/lagi baca TYE sebaiknya jangan baca review-ku karena ditakutkan ada spoiler terselubung ;)

---

The Rose Society seperti halnya The Young Elites, dibuka dengan bab-bab permulaan yang adem ayem. Makin ke tengah, makin seru karena klimaks dan inti cerita ngumpul semua di belakang. Sepertinya aku mulai paham dengan pola ini. Nggak bisa dibilang bosen sih, emang agak flat tapi entah kenapa suasananya mencekam banget dan seringkali aku dibuat merinding.

Setelah terusir dari Dagger Society, Adelina dan Violetta bikin perkumpulan baru namanya Rose Society. Mereka pergi ke pulau Merroutas buat nyari Magiano sang Pencuri. Sebelum gabung, Magiano punya syarat buat Adelina dan jujur itu keren banget >_<  Adelina di sini tambah keren sekaligus menakutkan.

Alur yang dibuat nggak lambat atau pun nggak cepet menurutku, cuma ada beberapa yang kurang nendang. Kayak..ternyata itu tuh gitu doang? Kirain bakal bla bla. Tapi nggak merusak ekspektasi sih, tetep keren.

Konfliknya tentu saja lebih keren dan menantang daripada The Young Elites, karena di sini musuh Adelina ada Teren dan Aksis Inkuisisi serta Perkumpulan Belati. Belum lagi karena bakal ada satu kejutan di sini, berkaitan dengan Maeve dan kekuatan Elite-nya. Dijamin kalian yang baca bakal baper berkepanjangan. XD

Aku punya banyak opini dan perasaan yang campur aduk soal kejutan ini, tapi aku nggak bisa cerita panjang:( pokoknya di bagian ini entah kenapa bikin aku sedih banget. Padahal aku seharusnya seneng, tapi Marie Lu malah bikin seolah-olah kejutan itu adalah sebuah kesalahan yang nggak boleh disenangi. Makanya perasaanku jadi campur aduk:(

Untuk perangnya, sejujurnya aku merasa agak kesulitan membayangkannya. Apa mungkin karena terlalu banyak tokoh? Entahlah. Saat POV 1 Adelina menceritakan tokoh yang lain lagi perang sama yang ini bla bla, aku malah jadi mikir. Jadi situ ngapain aja selagi nyeritain orang lain Del? XD

Narasinya kelam. Inilah kekuatan dan poin utama dari novel The Rose Society. Karena setiap tokohnya kelam, Adelina selaku pemeran utamanya pun adalah seorang antagonis, dari awal sampai akhir novel ini bener-bener hitam dan bikin stres sendiri pas baca XD aku nggak bisa berenti mikir yang buruk-buruk setiap kali membuka halamannya. Aura buku ini suram banget pokoknya. Sampai sekarang aja aku masih belum sanggup baca The Midnight Star soalnya parno XD

Para tokoh, karena di sini Adelina makin jahat, aku nggak yakin apakah aku masih dukung dia atau nggak. Soalnya dia juga pemeran utama dan POV 1 pula, yang bikin aku merasa menyatu dengan pikirannya. Sedangkan Para Belati, aku juga nggak begitu suka mereka. Teren dan aksis Inkuisisi, sudah jelas aku nggak dukung mereka. Jadi kesimpulannya, aku bener-bener nggak punya tokoh peganganku di series ini. Mereka terlalu menakutkan buatku HAHA.

Etapi di sini ada tokoh baru, Magiano namanya. Kekuatan Elite-nya adalah kemampuan untuk meniru kekuatan Elite lain. Setelah kemampuan Violetta, aku merasa kemampuan Magiano lah yang terkeren.

Sayangnya aku merasa kurang srek sama Magiano ini. Entah perasaanku aja atau Marie Lu kurang bisa membuat kemistri antara tokoh-tokohnya. Aku gak bisa merasakan ikatan antara Magiano dan Adelina. Padahal Magiano ini tipe karakter yang menghibur, sayang sekali dia harus tertutup kesuraman novel ini.

Tapi kalau soal kedepresi-an Adelina, aku acungkan dua jempol untuk kemampuan Marie Lu.
Overall, aku nggak tau apakah aku suka atau nggak sama series ini. Lalu, selalu ada kejutan di endingnya. Dan kejutan ini nggak kalah mengerikan dibanding segala sesuatu yang udah terjadi di seluruh isi bukunya. Aku rasa selain jago membuat konflik dan narasi yang suram, penulis juga seneng banget bikin tokoh-tokohnya menderita. Aah, aku nggak tahan baca buku ini sebenernya tapi penasaran :’)

Meskipun perasaanku bimbang suka/nggak, aku pasti nyelesain series ini. Pasti. Walaupun setelahnya bakal galau nggak keruan dan parno berkepanjangan, aku tetep sayang sama series ini.
Mungkin cerita fantasi yang cocok buatku memang cuma middle grade dan bukannya YA kelam macam ini;’)

“Ilusi-ilusiku membuat mereka takut, tapi ketakutan mereka membuatku kuat.” – Adelina (hlm 30)
“Keputusasaan akan memancing kegelapan dari diri semua orang.” – halaman 44
“Apa sih hebatnya menjadi baik hati?” – Adelina (hlmn 129)
Dan qoute terakhir yang palingggg aku suka adalah:
“Tetapi, para pemimpin sejati bukan dilahirkan. Kami diciptakan.” – Adelina (hlm 451)

Senin, 27 Agustus 2018

[RESENSI] The Young Elites by Marie Lu (The Young Elites #1)

IG: @arthms12


Judul: The Young Elites
Penulis: Marie Lu
Penerjemah: Prisca Primasari
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Emi Kusmiati
Desain Sampul: Windu Tampan
Penerbit: Mizan Fantasi (November 2015)
Jumlah Halaman: 425 hlm
ISBN: 978-979-433-909-1

Blurb:

Semua orang ketakutan. Malfetto adalah jelmaan iblis.

Wabah berdarah yang nyaris memusnahkan penduduk negeri, memunculkan kengerian. Segelintir orang yang selamat menjadi malfetto, orang-orang terkutuk. Apalagi orang-orang terkutuk itu memiliki kekuatan supernatural dan dapat membunuh sesuka hati. Kerajaan membentuk pasukan inkuisisi untuk memburu mereka karena dianggap berbahaya.

Kehidupan Adelina Amouteru berubah ketika dia kehilangan mata kirinya dan rambutya berubah sewarna perak. Dia malfetto. Sang ayah berusaha menjualnya. Adelina berusaha kabur. Malangnya, dia tertangkap oleh pasukan inkuisisi dan hendak dijatuhi hukuman mati. Pemuda misterius bernama Enzo menyelamatkan Adelina. Ternyata Enzo adalah pemimpin Dagger Society, sekelompok Elite Muda yang berencana menggulingkan pemerintahan. Karena tidak punya pilihan lain, Adelina bergabung. Namun ketika tiba waktunya melakukan kudeta, Adelina dihadapkan pada pilihan sulit: mengkhianati Dagger Society atau mengkhianati adik perempuannya sendiri. Apa pun yang dipilihnya, kematian mungkin menunggunya.

---

Pertama kalinya baca karya Marie Lu, dan setelah ini kayaknya nggak jadi untuk kepengen baca Legend series, aku trauma XD

Sejujurnya aku nggak begitu tertarik dengan blurbnya.. karena kesanku, ide ceritanya biasa aja. Waktu baca, bener sih cerita ini agak biasa bagiku. Malah aku tiba-tiba inget Elantris-nya Brandon Sanderson, karena ada pangeran yang terbuang oleh sebab wabah XD

Adelina adalah salah seoran Elite, sebutan untuk malfetto yang punya kekuatan. Awalnya memang aku nggak begitu terkesan tau tentang perkumpulan Belati (Dagger Society) yang anggotanya punya masing-masing kemampuan. Entah kenapa di ending setelah tau tentang adiknya Adelina, aku baru merasa kalau ide ini keren banget XD mungin ide tentang kekuatan-kekuatan inilah yang membuatku suka sama novel The Young Elites ini.

Karena secara alur, novel ini sedikit lambat ya..atau mungkin memang karena baru novel pertama, makanya dibuat seperti ini..perjalanan Adelina menguasai kekuatannya, misi-misi kecil Perkumpulan Belati, kedekatan Enzo dan Adelina..

Konfliknya juga masih bisa dibilang biasa aja tentang para Elite yang mau menggulingkan pemerintahan, tapi narasinya oke. Aku ikut merasakan ketegangan yang luar biasa ketika membacanya. Hanya satu hal, aku kurang bisa mendapat chemistry antara Enzo dan Adelina. Meskipun aku senyam-senyum sendiri ketika membacanya, tapi tetep aja setelah berganti bab, perasaan itu hilang.

Ada satu scene yang bikin aku jungkir balik baper sama Enzo.

“Jangan menangis,” katanya, suaranya tegas. “Kau lebih kuat daripada ini.” – hlm 224

World building mungkin salah satu hal yang sering aku lupakan setiap kali membaca novel fantasi karena aku terlalu sibuk menikmati ceritanya, setelah aku berhasil menenangkan diri selesai membaca novel ini, aku sekarang kepikiran bahwa world building TYE belum terlalu terasa. Aku belum bisa merasakan cirinya, di awal buku memang ada peta negerinya dan itu salah satu hal yang aku sukai, tetapi Kenettra ini belum terlalu terbayang. (apa karena masih di buku satu? Entahlah kita liat nanti).

Karakternya, agak syok ketika mengetahui kalau karakter utama di sini tidaklah sempurna. Aku memang kebanyakan baca karakter yang sempurna XD Adelina berambut perak, mata kirinya dicungkil saat sakit karena wabah, bekas lukanya ada di sebelah kiri wajahnya. Begitupula Enzo yang tangan hanya berupa...ya gitulah ugh:’(

Tapi justru setelah menikmati ceritanya aku senang karena tokoh-tokohnya seperti ini, penuh dengan kekurangan namun kelebihan yang luar biasa pula. Khususnya Adelina, dia tokoh utama yang istimewa menurutku. Dia kelam dan rapuh. Beberapa narasi menyebutkan bahwa Adelina bisa mendapat kekuatan dari rasa takut yang terpancar dari orang-orang (cmiiw), dan ini sangat..sangatttt menarik buatku :D aku suka sisi-sisi gelap ;)

Meskipun aku terkadang merasa gereget sama sikap Adelina yang cukup plin plan dan terus berprasangka, tapi aku bisa mengerti karena masa lalu Adelina yang cukup menyedihkan.

“Tak seorang pun menginginkanmu menjadi dirimu sendiri. Mereka ingin kau menjadi versi orang yang mereka sukai.” – Adelina Amouteru (hlm 118)

Novel ini memakai sudut pandang pertama dan ketiga, POV pertama Adelina dan paling mendominasi sementara POV ketiga dipakai tokoh lain, Teren Santoro si Kepala Inkuisisi dan musuh Perkumpulan Belati, lalu ada juga POV ketiga Raffaele, salah satu anggota Perkumpulan Belati.

Overall, aku suka ceritanya kelam-kelam gitu dan aku nggak sabar membaca semua triloginya meskipun sebenarnya aku agak trauma dan panik, takut dengan ending-nya hehe. Karena aku ini tipe yang susah move-on dari novel fantasi, apalagi kalau ending-nya bikin aku sedih.

Satu-satunya yang paling aku benci dari novel ini adalah endingnya HAHA. Setelah disakiti oleh ending buku ketiga beyonders series, inilah buku kedua yang bisa bikin aku sakit hati banget. Satu syarat kalau kalian mau mulai baca series ini dan setipe denganku; jangan menyesal :’)

Maka karena itulah aku agak sangsi dengan buku-buku Marie Lu (padahal baru baca satu T_T) aku gak mau disakiti lagi HAHA. Tapi aku punya Warcross dan akan baca buku itu, semoga kisahnya lebih cerah daripada TYE series!! Belum bisa memastikan apakah Marie Lu bisa jadi penulis favoritku atau nggak. Hm.

“Pembunuhan adalah sebuah cara untuk mengakhiri sesuatu. Bukan untuk mendapat kepuasan.” – Raffaele (hlm 401)

Selasa, 21 Agustus 2018

[RESENSI] Kana di Negeri Kiwi by Rosemary Kesauly

IG: arthms12



Judul: Kana di Negeri Kiwi
Penulis: Rosemary Kesauly
Ilustrasi sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (cetakan keenam: Juli 2018)
Jumlah halaman: 200 hlm.
ISBN: 9786020380315

Blurb:
Tak pernah terlintas di benak Kana bahwa dia harus pindah ke Negeri Kiwi. Itu berarti dia harus meninggalkan Yogyakarta, kota asalnya, dan Rudy, cowok yang dicintainya. Tapi apa boleh buat, mau tak mau Kana harus menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya: ayah yang dikenalnya setelah usianya lima belas tahun, teman-teman baru, sekolah baru, kebiasaan baru, dan yang lebih penting pengalaman baru.

Untung ada Jyotika. Cewek imigran India yang cantik itu langsung menjadi teman baik Kana. Namun pada tahun kedua di Negeri Kiwi, Kana mulai merasakan berbagai perubahan. Banyak masalah yang membuatnya pusing. Berat badan yang naik, tugas-tugas yang menumpuk, obsesinya pada Rudy yang tak pernah berakhir, dan lebih parah lagi Jyotika, yang selalu diandalkan sebagai tempat curhat, tiba-tiba menjauh. Jyotika menjadi cepat tersinggung dan selalu menghindar. Apa yang terjadi? Bosankah dia menjadi temannya? Ataukah karena akhir-akhir ini Kana sering jalan bareng Tsunehisa, cowok Jepang kece di sekolahnya, yang juga cowok favorit Joy?

----

Kana di Negeri Kiwi bercerita tentang Kana yang dipaksa ibunya untuk tinggal dengan ayahnya di New Zealand karena ibunya mau menikah lagi. Di sana, dia memiliki sahabat bernama Jyotika atau Joy. Konflik utama dibuka dengan Joy yang tiba-tiba berubah sikapnya kepada Kana.

Padahal, biasanya Joy tidak pernah marah dan selalu ada waktu untuk meladeni keluhan-keluhan kecil dari Kana seperti berat badan dan Rudy, mantan pacarnya di Jogja yang masih dicintai Kana.
Seperti pada blurb, konflik utama ini lebih berfokus kepada masalah yang dialami Joy, aku nggak bakal ceritain clue-nya masalah itu karena bisa spoiler dan nggak kejutan :p

Yang jelas, konflik yang diambil menurutku sangat berani. Saranku, jangan baca about author di halaman belakang novel ini jika kalian suka iseng baca halaman belakang buku, apalagi pas belum masuk konflik XD

Alasan kenapa aku lebih menyukai Kana di Negeri Kiwi (KDNK) daripada Mamimoma adalah gaya bahasa di KDNK lebih asik, mungkin karena sudut pandang orang pertama juga latar di New Zealand otomatis membuat buku ini memakai gaya bahasa yang baku tapi asik. Mirip novel-novel terjemahan deh pokoknya, aku sukak! Meski novel ini menurutku didominasi oleh narasi ketimbang dialog.

Seperti yang aku bilang, konfliknya memang cukup berani dan kadang aku pun dibuat merinding sendiri ketika membacanya. Tapi ide Kana setelah ‘badai’ itu berakhir justru lebih menarik perhatianku. Idenya membuat hm..semacam komunitas(?) bernama R.A.S.A, yang nggak akan kukasih tau singkatannya XD Ide ini nggak hanya menarik tapi mungkin memang patut ditiru oleh kebanyakan sekolah.

Selain konflik utama, novel ini juga ada bumbu romance-nya loh. Tentu saja cowok itu adalah Tsunehisa. Memang aku nggak terlalu mendapatkan chemistry antara mereka karena jatahnya udah banyak diambil sama konflik ‘badai’ itu.

Menjelang ending, entah kenapa aku jadi baru merasa bahwa novel ini adalah novel remaja. Sisi keremajaannya seakan-akan baru benar-benar muncul ketika menjelang akhir. Aku suka bagian cuplikan buku tahunan Kana yang diisi oleh teman-temannya.

Meskipun novel ini berjudul Kana di Negeri Kiwi, tapi aku nggak merasa cerita ini berfokus kepada Kana. Fokusnya lebih kepada Joy dan Kana yang mendapat pelajaran berharga atas segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Aku bahkan masih merasa cerita ini menggantung karena nggak ada kelanjutan hubungan Kana dan ibunya, atau Rudy atau tentang tujuannya setelah lulus SMA.

Karakter Kana ini bisa dibilang cewek yang bawel, narasi-narasinya juga penuh dengan humor ala Kana yang ringan dan nggak bikin bosan. Dan yang membuatku terkesan adalah, aku harus membayangkan banyak rupa di novel ini karena teman-teman Kana berasal dari negara yang berbeda-beda. Itu salah satu kelebihannya menurutku, novel ini jadi begitu berwarna :D

Overall, setelah bertahun-tahun baca novel ini dan kembali membacanya lagi, aku masih suka! Konfliknya yang telah lama aku lupakan sekarang membuatku kaget lagi serta tentang masa-masa SMA Kana yang membuatku senyam-senyum lagi.

Aku merekomendasikan kalian para remaja (atau bukan) yang mau membaca novel ringan namun dengan konflik berani, di novel ini juga banyak sekali self-reminder yang akan kita dapatkan.

Never trouble about trouble until trouble troubles you.” – Jyotika (hlm 39)
“Kadang hidup memang tidak berjalan sesuai yang kauinginkan. Dalam perjalanan hidupmu akan ada banyak orang yang meninggalkanmu dan menyakiti perasaanmu, tapi bersamaan dengan itu juga akan ada banyak orang yang memasuki hidupmu. Semuanya terus berputar.” – Dad (hlm 106)
Love actually is everywhere.” – hlm 127
Dan qoute terakhir yang paling menggambarkan novel ini adalah:
“Jangan ragu, tak usah malu, semua yang terjadi bukan salahmu.” – hlm 155


Minggu, 19 Agustus 2018

[RESENSI] Dharitri by Nellaneva

IG: @arthms12



Judul: Dharitri
Penulis: Nellaneva
Cover illustration: Choi Archie Amano
Illustration: Choi Archie Amano
Editor: Muhajjah Saratini
Penerbit: Inner Child Crowdfund Publisher – ICC Publisher (2017)
Jumlah halaman: 376 hlm
ISBN: 987-602-74865-1-5

Blurb:
Dunia Baru, bentuk restorasi setelah Perang Dunia III, diyakini sebagai dunia yang lebih baik bagi sisa umat manusia di Bumi. Pernyataan itu rupaya tidak berlaku bagi Aran dan Shreyas. Terdampar di Dharitri, negara pembangkang yang menolak konsep Dunia Baru, mereka berdua mencari cara untuk mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Selamat menikmati Dharitri, tempatmu menemukan bagian dirimu yang hilang dan merengkuh rekan sejatimu. Negeri mentari yang merangkul para petualang, selama kamu tidak tahu apa yang tertanam di dalamnya.

---

Dharitri, dengan kover seekor naga, bercerita tentang Aran atau Ranala yang tadinya ingin ‘melarikan’ diri dari unit 41 tempatnya tinggal di Dunia Baru alih-alih terdampar di tanah asing negara Dharitri. Di sana ia bertemu Lal, naga yang terluka dan menjadi sahabat setelah Aran mengurusnya.

Wabah penyakit di desa tempat seseorang menampung Aran, membuatnya terpaksa mengikuti Laga, sebuah acara mirip gladiator di mana dia harus bertarung demi mendapatkan uang untuk membeli obat. Tak disangka, justru Laga itu membawanya pada Rayon Pusat dan ‘paksaan’ menjadi salah satu anggota Bala Karta yang berhubungan dengan Hibrida, hewan-hewan hasil rekayasa genetika seperti Lal yang berkeliaran secara bebas di Dharitri.

Timnya, Adhyastya Hibrida, menemukan suatu gerakan pemberontakan yang melibatkan para Hibrida. Aran berserta kawan-kawannya berusaha menghentikan pemberontakan itu, namun salah satu timnya yang bernama Shreyas justru ingin mengeluarkan Aran dari tim. Aran tidak tahu, bahwa sebenarnya Shreyas merupakan tokoh penting dalam petualangannya dan mempunyai banyak rahasia.
---
Aku langsung menikmati Dharitri setelah membaca paragraf awalnya. Gaya bercerita yang asik dan luwes membuatku betah berlama-lama membaca novel ini. Meskipun pada versi yang ini, kertasnya lumayan tipis dan tintanya agak pudar, tetapi itu bukan masalah besar buatku. Sama sekali nggak mengurangi kesenanganku dalam membaca buku ini.

Begitu banyak narasi. Jujur, aku memang menikmatinya karena narasinya mengandung cerita dan pokok permasalahan yang secara runut diceritakan dengan gamblang. Dan aku kira memang bab-bab awal cenderung seperti ini, menceritakan secara jelas keadaan Dunia Baru dan situasi yang sedang dihadapi Aran, tetapi ternyata sampai seluruh isi buku pun, aku menemukan narasi memang dominan dalam buku ini.

Kalau narasinya tidak menyengangkan, pastinya aku bakal ngeluh deh :D meskipun aku juga ingin lebih banyak dialog di novel ini.

Alurnya lumayan lambar menurutku, tapi toh aku santai dan enjoy aja sih waktu baca petualangan Aran sampai jadi anggota Bala Karta. Yang bikin aku bilang alurnya lambat adalah aku bahkan nggak bisa menemukan konflik apa yang sebenarnya mereka hadapi. Seakan-akan novel ini hanya berisi petualangan Aran saja di Dharitri selepas kepergiannya dari Unit 41. Aku belum benar-benar menemukan inti cerita ini sampai pertengahan buku, terutama karena rahasia Shreyas masih ditutup rapat-rapat tanpa clue yang berarti.

Setelah melewati pertengahan buku, aku mulai menemukan konflik utamanya. Pemberontakan, penyalahgunaan Hibrida adalah konflik utama petualangan Aran dan tim Bala Karta, yang mana semuanya berhubungan dengan Shreyas. Plot twist cukup menyenangkan buatku dan aku sangat terhibur meskipun awalnya aku kira konflik akan berhubungan dengan Persatuan Unit. Aku sama sekali nggak menduga kalau masalah ini akan jadi konfliknya :D

Karakter Aran memang bakal jadi favoritku, tapi setelah dipikir-pikir lagi, aku merasakan perubahan yang sangat signifikan dengan Ranala yang dulu di Unit 41. Terlalu cepat kayaknya, tapi aku suka Aran yang sekarang :D

Shreyas bisa dibilang punya porsi benci dan cinta buatku. Aku kesel banget sama dia soalnya karakternya plin-plan ketika bagian Karlis dan saat dia menarik ulur Aran. Seakan-akan dia orang yang berbeda, tapi juga seakan-akan dia memang orang yang sifatnya tidak berpendirian teguh. Aku juga sebal karena alasan dia ingin menyingkirkan Aran itu nggak jelas banget. Tapi tetep aja aku baper karena loveline Aran-Shreyas :’)

Aku mau niup kapal Cakra-Aran supaya berlayar tapi nggak tahu kenapa, perasaanku aja atau karakter Cakra sengaja dibuat tidak menonjol (padahal dia itu Kapten Adhyastya Hibrida huhuhu), seakan-akan ngasih tau secara tersirat tapi menusuk: “Cakra bukan tokoh utamanya ih! Bukan! Tapi Shreyas. Jadi biarin aja Cakra jadi biasa aja.” Eheheheh :D

Terlepas dari para manusia itu......karakter (atau bukan) yang bikin aku jatuh cinta pertama kali adalah Lal! Jujur aku nangis baca endingnya. Lal-ku, eh, Lal-nya Aran deng T_T kenapa harus begitu huhuhu nggak mau terima tapi yasudahlah, Lal semoga baik-baik aja ya sayangku T_T

Endingnya seperti yang aku bilang, bikin aku nangis sih ngga rela, tapi puassssss. Overall, aku memang baru baca fantasi lokal sedikit sih tapi Dharitri ini sungguh luar biasa keren! Aku rekomendasikan novel ini ke siapa pun pecinta fantasi di Indonesia mwuehehehe nggak mengecewakan deh, serius :D

Dan serius juga pengen ada sekuelnya ;’) karena aku merasa masih ada masalah yang belum selesai pada Aran dan keluarganya di Unit 41, bagaimana pun juga aku penasaran:’) belum lagi Lal:’)
Qoutes:

“Untuk menjadi dirimu, di tempat yang menerimamu.” – Aran (hlm 374)
“Kadang lebih mudah membenci daripada menyukai, karena yang kedua selalu berujung pada pengharapan, dan tidak semua harapan mewujud nyata.” – Shreyas (hlm 374)

[RESENSI] Kersik Luai by LM Cendana

IG: @arthms12



Judul: Kersik Luai
Penulis: LM Cendana
Editor: Nurti Lestari
Layouter: Harumi OL
Cover: LM Cendana
Penerbit: Histeria (2017)
Jumlah halaman: 508 hlm

Blurb:
Beberapa dekade selanjutnya. Tanah Air memasuki era dystopia yang telah dikuasai golongan oligarkis. Seorang manusia buatan, Btari, yang dinyatakan sebagai kloningan gagal hendak dibuang menuju plosok negeri untuk dijadikan budak. Di tengah perjalanan, helikopter yang ditumpanginya ditembak jatuh di Laut Jawa. Di pesisir pantai, ia ditemukan oleh seorang revolusioner, Nagara, yang mengajarkannya banyak hal. Kemanusiaan, nasionalisme, dan cinta.

---

Seperti kata blurb, Btari (dibaca Bidari) adalah cewek hasil rekayasa genetika yang hendak dibuang karena ada masalah dengan jantungnya. Di Waluku, tempat para oligarkis berkuasa, memang diadakan pemeriksaan kesehatan bagi setiap orang. Manusia normal kalau sakit cuma disuruh karantina aja terus dipulangin, kalau manusia kloning, cacat sedikit harus dibuang. Menarik kan?

Btari ditemukan oleh Nagara, seorang revolusioner muda. Selama tinggal di rumah Nagara, Btari banyak mendapatkan hal-hal yang tidak diketahuinya sebagai orang borjuis yang tinggal di Waluku. Di novel ini, banyak sekali bercerita tentang budaya Indonesia. Selama perjalanan mengenal jati diri Indonesia bersama Nagara itulah, benih-benih cinta di hati Btari muncul untuk laki-laki itu.

Ketika aksinya dalam gerakan revolusi terciduk oleh Presiden Andromeda, pemimpin Waluku, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan Nagara selain kabur. Btari, tentu saja mengikutinya. Selama pelarian itu, Btari melihat langsung bagaimana kaum Oligarkis penduduk Waluku memperlakukan orang-orang sebangsanya yang dianggap bodoh dan dijuluki proletar dengan semena-mena, jiwa patriotisme Btari terbakar. Dia menyerukan demokrasi.

Pindah ke tempat lain, Btari akhirnya berhasil ditemukan oleh Bima, demi memperbaiki jantungnya yang rusak. Hanya saja, ada harga yang harus dibayar..

---

Kira-kiranya, aku kasih tau kalau resensi ini subjektif. Fantasi lokal memang jarang ya, makanya ketika mendapat kesempatan buat baca novel ini, aku seneng banget. Mulanya, aku memang nggak tau arti Kersik Luai, dan setelah tau artinya, kok aku lebih suka bahasa Indonesianya ya. Tapi yang jelas, aku baca buku ini karena blurbnya menjanjikan.

Gaya bahasa LM Cendana, aku sempet baca Klandestin sedikit di wattpad, dan jujur memang gaya bahasa penulis yang satu ini oke punya. Begitu pula saat aku memulai Kersik Luai, gaya bahasa penulis langsung menyihirku masuk ke dunianya. Deskripsinya begitu mendetail, runut, dan dijelaskan dengan santai.

Sayangnya ada sedikit masalah, aku kira font-nya terlalu kecil sementara spasi antar paragraf begitu renggang dan pembatas scene satu dengan yang lain terlalu besar. Itu aja sih.

Kedua, alur. Oke..sejak awal aku memang merasakan kalau alurnya lambat, tapi entah kenapa aku tetap menikmati bukunya. Selain karena interaksi Nagara dan Btari yang manis, aku suka cerita-cerita tentang sejarah di Indonesia yang mana ada juga yang belum aku tau. Contohnya cerita tentang Srikandi, lagu-lagu daerah, tarian dan sebagainya. Belum lagi karena narasinya yang detail dan panjang, membuatku jadi paham betul tentang tujuan penulis yang ingin mengenalkan budaya Indonesia.

Namun lama-lama, hal ini rupanya bermasalah buatku. Catat, buatku. Aku tipe yang terlalu nggak sabaran. Aku membaca dan membaca sambil bertanya-tanya, konflik utamanya mana? Memang sejak awal aku tau kalau Nagara seorang revolusioner dan di sana, di Waluku, Presiden Andromeda juga disebut-sebut tengah merencanakan sesuatu. Sayangnya, novel ini memakai sudut pandang orang pertama Btari, yang mana dia nggak tahu menahu soal ketegangan ini.

Aku mulai gemas, ingin cepat-cepat masuk ke konflik utama dan itu membuat alur lambat serta narasi yang panjang jadi melelahkan buatku. Karena aku percaya juga kalau novel ini bakal menyajikan sesuatu yang mengejutkan di akhir.

Tetapi aku harus bersabar karena justru novel ini masih terasa adem-ayem bahkan ketika nasib Nagara tinggal satu langkah lagi. Memang endingnya lumayan mencengangkan sampai-sampai aku pun sulit untuk tidak bertepuk tangan. KEREN. Pada titik itu, novel ini sungguh kerennya bertambah sepuluh kali lipat. Ditambah karena menuju akhir, tiba-tiba ada POV-1 Nagara.

Hanya saja, aku dibuat kecewa dengan eksekusi yang seperti ini. Plot twist memang bagus, tapi ternyata nggak ada lanjutannya. Aku kira setelah twist itu, bakal ada apa...gitu. Tapi nggak.
Novel ini seakan diakhiri begitu saja ((karena halamannya udah kepanjangan woey)). Endingnya... gantung. Aku belum membaca dengan jelas seperti apa gerakan revolusioner itu sendiri setelah ‘misi’ Nagara selesai. Belum ada yang menang. Bahkan Presiden Andromeda disebutkan berkata bahwa permainan baru saja dimulai.

Jadi..

Gini loh..

Selama 500an halaman yang aku baca...itu..apa.....

Well, aku memang suka bagaimana amanat yang coba disampaikan penulis, menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri kita. Aku mengakui memang ide ceritanya sangat sangat luar biasa. Tapi buatku rasanya keterlaluan jika 500 halaman ini aku tidak menemukan inti konfliknya. Setelah narasi panjang dan alur lambat yang sudah kutempuh, aku ingin kejelasan di akhir cerita, itu aja sih.
((Denger-denger, novel ini bakal ada sekuelnya. Gatau juga sih. Jadi mari kita nantikan))

Resensinya udah kepanjangan ya? Tapi aku belum cerita soal Nagara, tokoh utama cowok yang bener-bener berhasil mencuri perhatian, belum lagi karena sikapnya saat menghadapi Btari yang polos dan blak-blakan. Mereka itu otp banget deh! Sayangnya kurang aksi, yeah, kurang aksi revolusinya kecuali pas ending WKWK.

Nah, mungkin segitu aja cuap-cuapku soal novel Kersik Luai. High recommended karena aku suka bahasan di dalam novel ini yang penuh dengan kearifan lokal :D Tentunya bagi kalian yang sabaran (gak kayak aku), aku jamin novel ini bener-bener sempurna:’)

Oh ya, novel ini juga banyakkkk qoute yang bertebaran lohhh;’) aku cuma nulis beberapa nih ya:
“Kamu mungkin belum mengenal kami. Kami semua lahir dari ketakutan, kelemahan, dan penindasan.” – Anjani (hlm 315)
“Manusia memang sering lupa di mana ia memulai dan berakhir. Memang benar yang dikatakan Bung Karno. Perjuangan melawan penjajah asing lebih mudah daripada melawan bangsa sendiri.” – hlm 486
Kami belajar dari Datura Arboera yang tidak pernah mengeluh walau seumur hidupnya tak pernah mengenal langit. Ia tertunduk ramah memandang bumi meski dianugerahi keindahan tiada tara. Dan siapa sangka jikalau ia menyimpan racun mematikan di setiap jengkal tubuhnya yang tampak rapuh nan layu?” – Candrakanti (hlm 419)


Rabu, 08 Agustus 2018

[RESENSI] Mamimoma by Rosemary Kesauly



Judul: Mamimoma
Penulis: Rosemary Kesauly
Desain Sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (cetakan ketiga Juli 2018)
Jumlah halaman: 240 hlm
ISBN: 9786020387437

Blurb:
Empat cewek yang sama-sama sekolah di SMA Benedict I ini sekilas kelihatan bahagia, padahal mereka masing-masing menyimpan masalah.

Maggie anak orang kaya. Meski punya segalanya, dia benciiiii banget punya rambut keriting kaku yang nggak pernah bisa “jinak”. Dia jadi terobsesi menjadi cantik seperti cewek-cewek di majalah, sampai-sampai rela nyobain segala bentuk produk kecantikan.

Milly paling cantik di antara semuanya, tapi dia pincang. Hampir semua orang menatapnya dengan sorot mata mengejek. Tambahan lagi, dia hanya tinggal berdua sama kakeknya yang protektif banget. Jangan harap dia bisa jalan-jalan ke mal atau nongkrong bareng teman-temannya.

Molly cuek dan omongannya sering ketus. Lewat sifat kerasnya, Molly selalu berhasil menyembunyikan kesedihan karena punya mama yang hobi mabuk dan sering pulang pagi. Belakangan dia mulai ragu, apa benar mamanya pelacur seperti gosip miring para tetangga?

May gampang bosan dan seleranya suka berubah-ubah kalau naksir cowok. Hal itu bikin teman-temannya sering geregetan. Sekarang dia malah naksir Oscar, padahal kan Oscar playboy dan hobi nge-drugs.

Setelah saling mengenal lebih dalam, bisa nggak ya persahabatan mereka bertahan?

----

Kedua kalinya baca novel ini setelah bertahun-tahun, aku bener-bener lupa cerita dan alurnya dan sekarang baca lagi tuh nostalgia banget.

Dilihat dari blurb, kita pasti udah tau kalau novel ini bercerita tentang persahabatan. Memakai sudut pandang orang ketiga, isi bab-bab ini bergantian antara Maggie, Milly, Molly dan May. Hanya saja aku merasa porsi Maggie agak kurang di sini. Sebenarnya yang benar-benar mengalami hal-hal rumit hanya Milly, Molly dan May. Ide tentang rambut Maggie hanya hal umum yang hanya seperti pemanis saja, selebihnya Maggie biasa saja.

Alurnya dibuat maju dengan konflik keseharian mereka, lebih banyak tentang mencari jati diri, dan juga ada konflik tentang orangtua mereka. Meskipun bisa dibilang konflik yang dimuat cukup berat, namun Rosemary Kesauly meramunya dengan sederhana dan penyelesaian yang sederhana pula. Nggak banyak drama dan mengalir saja.

Menurutku, yang membuat novel ini unik adalah dengan kepribadian keempat tokoh utamanya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang menonjol. Maggie yang hidupnya sempurna namun rambut yang keriting menyulitkannya. Milly cantik tapi pincang. Molly tegas tapi ketus. Sementara May sosok cewek imut oriental yang plin-plan. Mereka bagai kombinasi sempurna yang saling melengkapi.

Meskipun mereka kadang kala berkonflik satu sama lain, tetapi mereka bisa menemukan cara untuk kembali bersama, terutama karena Milly jauh lebih dewasa dan berpikiran terbuka untuk menuntun teman-temannya yang lain.

“Kalau rasa yang kita tulus, kita nggak akan memilih siapa yang kita sayang. Apakah teman kita pincang atau keriting atau punya keluarga nggak jelas atau butuh waktu satu jam untuk memesan makanan, kita nggak peduli, karena kita sayang, karena siapa pun mereka, mereka tetap sahabat kita.” – Milly (hlm 127)
Ada pula sisi romansa yang diceritakan dan aku cukup suka dengan sosok Christopher Ray. Juga tokoh-tokoh pembantu lainnya seperti Astrid, kakak May. X-Ray kurang lebih menyatakan kalau zaman sekarang jarang menemukan persahabatan tulus, remaja cenderung memaksakan diri menjadi seperti orang lain hanya demi sebuah pertemanan. Menurutku ini sangat relate dengan pertemanan sekarang ini.

“Lagian, kamu nggak tahu betapa susahnya mencari teman di sini. Kita harus ‘sama’ dengan yang lain kalau nggak mau dikucilkan, dianggap nggak cool, dicap pengecut.” – X-Ray (hlm 165)
Gaya bahasa yang dipakai khas anak muda dan santai. Narasinya nggak memakai kata-kata baku, misalnya di novel ini narasinya memakai kata ‘nggak’ bukannya ‘tidak’, terus ada kata banget dan agak heboh dengan seruan yang panjang kayak: “MAMAAAA!!” pokoknya santai banget deh jadi nggak cepet bosan atau terlalu kaku. Aku rekomen novel ini bagi yang baru mulai suka baca buku. Novel ini asik banget dari segi gaya bahasa.

Karakter favoritku di sini adalah Molly. Entah mungkin karena dia relate sama aku kali ya, cuek dan ketus. Hehe.

“Kamu bakal selalu kaget dan kecewa kalau menilai orang dari penampilan.” – Molly (hlm 168)
“Aku ya aku. Kalau kamu nggak paham, ya itu masalahmu.” – Molly (hlm 171)
Aku sebenarnya merasa novel ini terlalu ringan padahal masih banyak yang bisa digali dan dibuat konflik lain seperti halnya masalah keluarga Milly yang sama sekali nggak muncul, tapi karena genrenya teenlit jadi sepertinya lebih pas begini.

Tapi... gereget aja gitu :D belum lagi soal Maggie dan Milly yang ikut lomba yang sama, aku kira bakal ada semacam ribut-ribut kecil yang biasa terjadi antar sahabat, tapi ternyata nggak, dan memang sikap dewasa Milly perlu dicontoh untuk menghindari konflik antar sahabat :D

“Asam klorida biasanya lebih memiliki efek merusak pada wadah tempat ia disimpan daripada objek tempat ia dituang. Seperti itulah efek kebencian pada hati. Kebencian hanya akan lebih meyakiti dan merusak hati kita daripada orang yang kita benci.” – Milly (hlm 190)
Sedikit banyak, novel ini lebih memberitahu kepada pembaca tentang pencarian jati diri dan juga persahabatan. Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, tentu dengan kehadiran sahabat dan upaya saling pengertian akan mengurangi beban itu sendiri. Nggak perlu takut merasa sendirian, karena Mamimoma memberitahu bahwa sahabat akan selalu ada, akan selalu menerima apa adanya.
Berbagai konflik yang diusung juga sangat relate dengan kehidupan sehari-hari dan memberikan makna yang kuat bagi remaja-remaja zaman sekarang.

Selasa, 07 Agustus 2018

[RESENSI] A Court of Thorns and Roses by Sarah J. Maas


Judul: A Court of Thorns and Roses
Penulis: Sarah J. Maas
Pengalih bahasa: Kartika Sofyan
Penyunting: Shara Yosevina
Penata Letak: Andi Isa dan Astrid Arastazia
Desainer; Dea Elysia Kristianto
Penerbit: Bhuana Sastra – Imprint Penerbit Bhuana Ilmu Populer (2018)
Jumlah halaman; 587 hlm
ISBN: 987-602-455-284-8

Blurb:

Ketika Feyre –seorang perempuan pemburu– membunuh serigala di hutan, makhluk serupa binatang buas datang mencarinya untuk menuntut pembalasan. Feyre disandera di tanah magis berbahaya yang hanya penah didengarnya dari legenda. Dia pun mengetahui bahwa makhluk itu bukanlah seekor hewan, melainkan Tamlin, peri agung abadi yang pernah menguasai dunia fana.

Perasaannya terhadap Tamlin berubah dari permusuhan dingin menjadi api yang membakar setiap cerita menyeramkan yang pernah didengarnya tentang dunia peri. Namun, kesuraman semakin menaungi dunia itu, dan Feyre harus bisa menghentikannya... atau malapetaka akan menimpa Tamlin dan dunianya selama-lamanya.

------

Pasti udah pada tau kan kisah dongeng Beauty and The Beast? Nah inilah wujud novel retelling dari Beauty and The Beast.

Kisahnya tentang Feyre yang dipaksa tinggal di rumah mewah milik Tamlin, peri agung yang terkena kutukan. Tamlin memakai topeng yang melekat di wajahnya. Bukannya diperbudak atau apa, Feyre dipersilakan hidup dengan nyaman di rumah itu, di Negeri Musim Semi, dan tidak boleh pulang selamanya.

Feyre membenci Tamlin pada awalnya, dia membenci peri. Tapi lambat laun kedekatan keduanya menimbulkan benih-benih cinta. Saat Feyre sudah yakin dengan perasaannya, Tamlin justru menyuruhnya pulang. Dunia peri (Prythian) sedang tidak aman, bahkan Tamlin tidak bisa melindungi Feyre lagi.

Ketika kembali ke rumahnya, Feyre mendapati pentunjuk bahwa di Prythian sekarang sedang kacau balau, dan mungkin Tamlin sekarang sedang dalam bahaya.

Feyre kembali ke Prythian. Untuk menyelamatkan Tamlin. Tantangan demi tantangan dilaluinya. Bisakah Feyre menyelamatkan Tamlin? Kutukan apa sebenarnya yang menimpa Tamlin dan seluruh Prythian?

---

Secara garis besar, alur novel ini memang mirip banget sama Beauty and The Beast. Tapi ketika membacanya, tentu saja banyak hal-hal berbeda yang jauh lebih keren. Memang di awal-awalnya alur terasa lambat, lebih banyak narasi, ceritanya juga seperti kisah dongeng bahagia.

Feyre dan Tamlin masih dalam masa-masa pengenalan. Konflik utamanya justru hadir saat novel sudah hampir ¾ bagian. Memang menyenangkan membaca kisah Tamlin-Feyre yang bahagia (fyi, novel ini 17+) tapi aku lebih suka membaca petualangan Feyre ketika kembali lagi ke Phrytian, menemui musuh sebenarnya.

Terjehamannya apik sekali, cuma aku masih menemukan dua salah ketik, tapi nggak masalah. Gaya bahasanya enak dan mudah dimengerti.

Konflik utama sangat luar biasa keren! Tantangan-tantangan Feyre yang mustahil itu diolah dengan hebat, bikin ikut degdegan dan tegang. Entah berapa kali sudah aku mengumpat karena kisah ini. Belum lagi ada Rhysand yang menambah rumit kisah Feyre dan Tamlin.

Novel ini memakai sudut pandang orang pertama yaitu Feyre, aku suka karakternya meskipun dia itu terlalu nekat menurutku, nekat yang bodoh. Tapi kalau nggak nekat, ceritanya nggak seru. Tamlin memang menjadi tokoh utama pria di novel ini, sosok peri agung yang kuat namun kaku di depan Feyre, siapa pun yang membaca perlakuan Tamlin kepada Feyre pasti bakalan ikut baper :p

Sayangnya aku merasakan dua orang itu justru kurang istimewa, justru aku lebih suka Rhysand setelah dia muncul di bab-bab akhir. Rhysand adalah peri agung Negeri Malam, sosoknya lebih karismatik daripada Tamlin menurutku. Di sini juga ada tokoh Lucien, penasihat pribadi Tamlin yang mempunyai masa lalu kelam. Lucien lebih luwes bergaul dengan Feyre ketimbang Tamlin yang kaku.
¾ awal novel memang terasa kurang seru karena baru permulaan tapi serius menuju ending novel ini sangat seru. Meskipun rasanya jadi agak terburu-buru tapi tetap esensinya terasa.

Aku memang kesulitan mengulas novel yang aku suka, dan A Court of Thorns and Roses ini adalah novel yang sangat aku sukai. Petualangannya yang menegangkan dan endingnya yang ciamik bikin aku memutuskan bahwa ini adalah series yang aku tunggu-tunggu kelanjutan terjemahannya. Meskipun aku dengar-dengar, novel ini versi terjemahannya ada yang di-cut karena terlalu dewasa(?) sayang sekali. Padahal rate-nya udah 17+ tapi tetap ada bagian yang dipotong:(

Bagaimanapun, aku tetap kasih 5/5 bintang untuk ACOTAR! Karena ACOTAR sukses bikin book hangover terutama karena Rhysand ;(

My fav qoutes:
“Aku ingin kau ada di sini, di tempat aku bisa menjagamu–tempat di mana aku bisa pulag dan tahu kau ada di sini, melukis dalam keadaan aman.” – Tamlin (hlm 294)
“Akal sehatmu adalah musuh terbesarmu; akan menunggu untuk mengkhianatimu.” – Alis (hlm 409)
“Bagus. Tatap dia dengan pandangan meremehkan. Jangan menangis–menangislah kalau kau sudah kembali ke sel.” – Rhysand (hlm 513)


[RESENSI] The 5th Wave by Rick Yancey

IG: @arthms12

[RESENSI] The 5th Wave by Rick Yancey
Judul: The 5th Wave
Penulis: Rick Yancey
Alih Bahasa: Angelic Zaizai
Editor: Barokah Ruziati
Desain kover: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (Desember 2013)
Jumlah halaman; 576 hlm.

Blurb:
Setelah Gelombang 1, hanya kegelapan yang tersisa.
Setelah Gelombang 2, hanya orang-orang beruntung yang lolos.
Dan setelah Gelombang 3, hanya yang tidak beruntung yang bertahan.
Setelah Gelombang 4, hanya ada satu peraturan:
JANGAN PERCAYA PADA SIAPA PUN.

Alien menyerbu Bumi dan menyapu habis manusia hanya dalam beberapa gelombang.
Cassie berhasil bertahan sampai sejauh ini. Menurutnya, untuk tetap hidup, ia harus sendirian. Sampai ia bertemu Evan Walker. Cowok misterius itu mungin satu-satunya harapan Cassie untuk menyelamatkan adiknya–atau bahkan menyelamatkan dirinya sendiri. Namun, Cassie harus memilih antara percaya atau putus asa, melawan atau menyerah, hidup atau mati.
----
Sejak ibunya meninggal karena gelombang 3, Cassie hanya punya ayah dan adiknya, Sam. Mereka tinggal di pengungsian sampai suatu saat para prajurit menyelamatkan mereka. Sayangnya, hanya anak kecil yang boleh ikut. Sam pergi seorang diri sementara Cassie bersama ayahnya harus tinggal. Setelah bus penyelamat itu pergi, ternyata pemerintah malah melakukan pembersihan, beruntung Cassie bisa selamat karena strategi ayahnya, namun sang Ayah harus meninggal.

Setelah itu, Cassie luntang-lantung seorang diri di jalanan, menghindari Peredam, yang merupakan gelombang keempat. Peredam akan menembak siapa pun yang berani berkeliaran, seperti tembakan yang jatuh dari langit. Sampai kemudian Cassie yang kakinya tertembak oleh Peredam diselamatkan oleh Evan Walker, cowok ganteng yang misterius. Evan merawat Cassie dengan baik, hingga Cassie sembuh dan ingin menyusul Sam. Namun, ada yang disembunyikan Evan dari Cassie.

---

Novel lama yang baru aku baca sekarang, bahkan aku udah sempet nonton filmnya duluan dan jujur itu bikin aku agak kurang semangat buat lanjutin novel ini. Tapi lama-kelamaan aku sadar kalau aku salah. Aku bukan nggak semangat karena udah nonton filmnya, tapi karena memang alur di bab-bab awalnya sangat lambat!

Banyak flashback dan monolog Cassie, meskipun bahasannya seru, tapi kalau cuma narasi narasi narasi sepertinya aku ngantuk juga. Belum lagi aku agak bingung dengan perubahan flashback itu sendiri, kayak tiba-tiba lompat ke masa lalu dan masa sekarang.

Di pergantian bab, aku dibuat bingung lagi karena ternyata novel ini bukan cuma pov-nya Cassie. Tapi ada pula pov Ben. Nah bab pov Ben yang pertama tuh nggak disebutin kalau itu pov Ben, aku kira itu Cassie lagi soalnya memang narasinya lompat-lompat. Dan setelah balik lagi ke pov Cassie aku makin bingung :D sampai di tengah-tengah bab aku baru sadar kalau itu pov Ben :’)

Begitu aku sadar itu pov Ben, segera saja novel ini terasa membakar dan aku semangat banget buat lanjutinnya. Alurnya terasa lambat cuma pas pov Cassie aja dan nggak begitu tegang (tapi sekalinya tegang tuh tegang banget karena Cassie mulai curiga sama Evan, di situ merinding dan bikin degdegan). Beda halnya sama pov Ben yang luar biasa keren. Mungkin karena Ben ada di tempat militer untuk dilatih menjadi prajurit melawan Alien. Suasananya sangat mengintimidasi dan banyak aksi-aksi keren.

Untuk gaya bahasa, mungkin berat diawal-awal karena aku sendiri pas baca bingung. Tapi lama-kelamaan enak kok, ngalir dan seru banget.

Karakter-karakternya juga keren semua:( sejujurnya aku bingung apa yang mau diulas ketika aku suka semua yang ada di novel ini. Cassie tipe cewek yang badass dan mandiri, dia juga pintar. Kisahnya sama Evan memang nggak semenarik Ben di militer, tapi cukup bikin baper hehe.

Sedangkan Ben.. karakter favoritku di sini. Ben seorang atlet dan pemimpin regu di militernya. Dia nyaris sempurna jika pandai menembak. Untungnya ada cewek yang lebih badass dari Cassie dan juga kesannya yang kelam bernama Ringer. Interaksi Ben dan Ringer ini sungguh lebih ‘manis’ daripada perlakuan Evan kepada Cassie.

Sayangnya pov Ben hanya sedikit, beberapa bab saja bergantian di bab-bab akhir, kebanyakan sih pov Cassie.

Nggak menemukan typo dan saking menghayati keseruan novel ini, aku juga nggak merhatiin plot hole atau apa. Novel ini bener-bener menegangkan dan seru abis. Yang jelas, beda sama filmnya, dikit sih.

Aku juga menyayangkan kovernya yang kurang cakep. Kover film cakep tapi aku gak suka buku yang kovernya pake wajah orang wkwk.

High recommended bagi pecinta dystopia dengan petualangan seru dan keren serta plot twist.
Karena aku suka banget novel ini, aku kasih 5 bintang!

Qoutes:

“Kita ada di sini, kemudian kita mati, dan yang penting bukan berapa lama waktu kita di sini, tapi apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut.” – Evan (hlm 233)
“Ada pepatah lama yang mengatakan kebenaran akan membebaskanmu. Jangan percaya. Kadang-kadang kebenaran akan membanting pintu sel hingga tertutup rapat dan melepaskan seribu sambaran petir.” – hlm 395
“Bagaimana aku bisa mengatakan yang sebenarnya bila kebenaran akan membuatmu meninggalkanku dan meninggalkanku berarti kau akan mati?” – Evan (hlm 459)
“Kau menempa mata bajak menjadi pedang, Vosch. Kau mereka ulang kami. Kami tanah liat, kau Michelangelo. Dan kami akan jadi mahakaryamu.” – hlm 560



July Wrap Up!

IG: @arthms12

July Wrap-up

Kali ini nggak sebanyak dulu, aku cuma bisa selesai-in 12 buku, yang kesemuanya aku baca di Gramedia Digital.

Nggak usah basa-basi panjang-panjang, aku mau langsung aja nulis wrap-up ini soalnyaaaa banyak banget buku bagus yang aku baca dan sukaaaaa. Lets start! :D

1.      Childhood Memories by Dhita Puspitaningrum

Baca ini karena kovernya bagus dan terutama sinopsisnya yang bikin geregetan! Jadi singkatnya gini: Sandra yang manja dan anak gahol Jakarta harus rela nerima hukuman buat tinggal sama neneknya di Bandung. Di sana dia ketemu Ardan, cowok temen masa kecilnya dulu. Mereka satu sekolah, temenan lagi kayak dulu, tapi lama-lama Sandra jadi kesel soalnya Ardan ngomongin cewek yang disukainya mulu. Yauda deh Sandra juga punya kecengan kok, cowok imut mirip Afgan yang dikenalnya di kafe dekat rumah. Ardan sama ceweknya, Sandra sama cowoknya. Lalu begitulah..

Tapi setelah baca jujur aku kecewa sama isinya. Bagus sih, cuma terlalu datar buatku. Nggak ada ‘gelombangnya’, konfliknya biasa, membosankan, de el el. Intinya ternyata novel ini bukan seleraku. So sorry. Aku cuma kasih 2.5 bintang aja :’)

2.      Arial vs Helvetica by Nisa Rahmah

Sorry kalau ngebuka wrap-up ini dengan novel-novel yang nggak begitu aku suka. Lagi-lagi, aku baca novel ini karena kovernya yang cute abissss. Bikin nggak tahan buat nggak baca. Singkatnya begini: Arial itu saingan Helvy beberapa tahun lalu di acara cerdas cermat gitu, nah pas SMA ketemu lagi jadi saingan di pelombaan desain(?). Anehnya, dari dulu mereka masih inget satu sama lain (padahal menurutku konflik mereka pas SMP itu biasa aja), Arial pengen deketin Helvy gitu soalnya si Helvy ini judes dan menutup diri gegara masa lalunya. Akhirnya karena Arial nolongin Helvy suatu waktu, mereka jadi deket..deket..jalan bareng..bla bla.

Jujur, aku nggak tahu inti cerita ini apa, tapi yang pasti amanatnya banyak, Kata judulnya, mereka saingan, tapi inti persaingan itu nggak ditonjolkan. Entah deh. Konfliknya datar aja, agak bosan juga. Tapi ide font-nya unik. Cek kesan-kesanku yang lebih banyak di sini

3.      Breaking Point by Pretty Angelia

WOW. HIGHLY RECOMMENDED PAKE CAPSLOCK DEH!

Sumpah novel ini keren pake banget. Aku kadang bingung mau review apaan sama novel yang aku suka huhu :(

Singkatnya begini: di sekolah Geta ada masalah korupsi gitu, sebagai mantan osis yang berdedikasi tinggi, Geta bantuin adik kelasnya buat ngusut kasus ini. Tapi tiba-tiba dia jadi tersangka atas kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan temen sekelasnya. Geta dikeluarin dari sekolah. Setelah itu dia ikut Paket C buat dapetin ijazah SMA. Di sana dia ketemu Vierro si pemain catur (nggak bisa ikut UN soalnya ada tanding), Daniar yang sakit-sakitan tapi pengin punya ijazah dan Bogel, mantan napi yang udah tobat. Bersama-sama mereka mengarungi kehidupan sebagai siswa paket C. Ah pokoknya seru abis! Romansa antara Geta dan Vierro bikin gereget, belum lagi ketika Daniar tiba-tiba jauhin Geta karena suatu hal, solidaritas antar teman, melepaskan, perjuangan, segala macem kamu bakal temuin di novel ini! Konfliknya asik dan seru banget. Aku bahkan kasih 4.5 bintang~ baca disini lebih lengkapnya. 

4.      Seven Minutes in Heaven  by Yuanita Wong

Kovernya cantik, ceritanya manis, endingnya kelam. Kombinasi mautttt. Pertama baca, narasinya asik banget mirip terjemahan, latarnya juga di luar, aku enjoy banget bacanya. Romancenya juga dapet dan bikin baper. Singkatnya begini; Mia mau ngasih surat cinta ke Grey, tapi pas mau masukin surat ke loker Grey, si Grey muncul dah. Mia gelagapan dan akhirnya masukin surat itu ke loker orang lain. Nah, ternyata loker itu punya Liam. Liam salah paham soalnya nama tengahnya juga Grey, makanya dia bikin Mia susah karena ngedeketin cewek itu mulu. Nah si Liam ini juga yang dulu pernah kejebak permainan Seven Minutes in Heaven nih sama Mia. Gemes banget baca kesalahpahaman ini, tapi nggak sampai di situ, justru aku malah menemukan twist dan kekelaman di dalam novel ini....sejujurnya aku belum paham betul sama endingnya, udah dijelasin sama temen tapi kenapa aku tetep merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik ending itu, sesuatu yang lebih WOW lagi. 4 bintang untuk SMiH, recommended!!

5.      Love Theft by Prisca Primasari

ANOTHER HIGHLY RECOMMENDED!

Bosen sama kisah cinta yang biasa aja? WAJIB hukumnya kamu baca Love Theft. Kalau biasanya baca kisah cinta di sekolah, kantor, dan kehidupan sehari-hari yang relate, Love Theft bakal bawa kamu ke tengah-tengah bahaya. Singkatnya gini: Frea punya paman seorang pemimpin kelompok pencuri. Dia mahasiswa musik yang mutusin buat cuti dan bantu-bantu si paman. Di sana, dia kenal dua cowok tampan: Liqour dan Night. Suatu misi bikin Liqour harus berurusan sama seorang Coco, cewek manja dan kaya raya. Ternyata misi pencurian itu malah bikin mereka berada di dalam bahaya.

AH pokoknya! Seru! Banget! Gila! Sumpah! Nyesel deh kalian yang nggak baca novel ini. Antimainstream dan menegangkan huhu! 4.5 bintang untuk Love Theft.

6.      Pangeran Kumbang by Ayu Dewi

Merupakan novel yang dibaca karena tipis HEHE dan penasaran kenapa judulnya kayak dongeng anak-anak? Ceritanya gini: Galang punya pacar pas SMA namanya Sonia. Sonia punya adik namanya Kintan. Galang disuruh pindah ke Belanda pas lulus soalnya ortunya keja di sana eh Sonia meninggal karena kanker :(. Galang pulang ke Indonesia sepuluh tahun kemudian dan ketemu Kintan yang anehnya jadi miriiiip banget sama Sonia kecuali sifatnya. Galang pengen lindungin Kintan. Ternyata sudah sejak lama, sejak Galang masih sama kakaknya, Kintan naksir Galang. Lalu begitu.. Di novel ini juga diceritain katanya Galang lagi baca buku yang judulnya Pangeran Kumbang trus ada beberapa penggalan buku itu dituliskan di novel ini, trus aku nangkapnya, ending Pangeran Kumbang itu sama kayak ending Kintan-Galang. Esensinya? Nggak tahu juga kenapa dibuat begitu.

Aku cukup terhibur baca novel ini meskipun dikit-dikit ada drama gitulah, tapi sumpah kalean semua akan terpana membaca endingnya seperti aku....3.5 bintang. Oh ya, novel ini juga banyak narasinya jadi agak capeeek:(

7.      Kilovegram by Mega Shofani

Pernah diledekin gegara gemuk? “Kamu cantik sih tapi sayang gemuk.” Itulah kalimat yang sering Aruna denger dari temen-temennya. Cuma satu orang yang dibolehin untuk ledek dia yaitu Raka, sahabatnya dari kecil. Tapi mendadak Aruna sebel sama Raka soalnya Nada, sepupunya yang mutusin tinggal di rumahnya dan satu sekolah dengannya mencuri perhatian Raka. Aruna mau diet, tapi dietnya salah. Dan ternyata, gemuk nggak ngehalangin seseorang buat jadi gemilang loh.

Novel ini asik banget terutama tentang amanatnya bagi cewek-cewek yang minder karena gemuk. You’re beautiful just the way you are....intinya begitu dah. Sejujurnya agak sebel sama Raka ini, dasar cowok plin-plan :( baca di sini lebih lengkapnya.
3 bintang.

8.      Let Go by Windhy Puspitadewi

Ya Lord...aku nggak mau percaya ini karya debut. Katanya sih itu. Aku nggak cari tau wkwk. CERITA INI BAGUS BANGET. Simpel dan bermakna, seru, lucu, konfliknya banyak dan relate sama kehidupan remaja tapi dikemas secara asik.

Ceritanya: Caraka bukan sosok yang digilai banyak cewek karena tampan atau badboy atau apa, sosoknya sederhana banget. Tapi dia istimewa dengan caranya sendiri. Dan dia..nakal. dikit. Dia dihukum buat ngurusin klub mading bareng Nathan (si pinter yang sinis), Nadya (ketua kelas, OSIS, super sibuk, tegas bla bla) dan Sarah si cewek pemalu.

Ternyata banyak manfaat yang Raka ambil dari berteman dengan orang-orang kayak gitu, dan seriously ini bikin...hati jadi anget. Interaksi mereka semua itu..relate banget sama anak-anak SMA yang ‘sebenarnya’. Belum lagi ada romancenya..bacaan wajib buatku, dan bonusnya ada bromance-nya juga loh antara Raka dan Nathan. Cubangggg pokoknya! Banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Novelnya bagus banget dan recommended! 4.5 bintang aku kasih buat novel ini, alasannya disini

9.      A Poem with Your Name by Adi K.

Buku puisi! Aku jarang baca puisi dan nggak terlalu suka baca puisi. Tapi buku ini lumayan menyentuh hati dengan kata-katanya yang indah dan juga ilustrasinya yang cakep banget:(( belum lagi warna dominannya adalah putih-biru yang mana itu warna favorit acu. Hehe. 3.5 bintang. Recommended bagi yang suka baca puisiiii soalnya puisinya so sweet banget gitu...

10.  Peony’s World by Kezia Evi Wiadji

Dulu baca ini soalnya penasaran sama fantasi lokal. Novelnya ringan banget dan fantasinya agak konyol buatku. Buatku ya ini. Tapi ceritanya menghibur, mirip dongeng-dongeng buat anak kecil.
Singkatnya gini: Peony punya kemampuan bikin dunianya sendiri, dia juga bisa ajak orang lain. Trus dia mengalami suatu tragedi yang bikin pacarnya meninggal, taunya Jovan si pacar ini malah muncul di dunia ciptaannya. Peony seneng dong bisa ketemua sama Jov kapan aja. Sayangnya, Jov bilang Peony nggak boleh ‘pindah tempat’ ke dunia ciptaannya setelah jam lima sore. Ternyata ada suatu sosok jahat yang mengincar Peony...berkaitan dengan masa lalu keluarganya.
Ini apa banget sih tapi jujur aku nggak srek sama nama Peony apalagi dipanggilnya Ony apalagi latarnya di Indonesia zaman modern wkwk bawaannya pengen ketawa kalau baca kata Ony. Kurang cocok aja gitu, kecuali di luar negeri latarnya atau ganti nama panggilannya wkwk (gak penting banget emang ngomentarin nama -_-) 3 bintang.

11.  Continuum by Ziggy Zezyazeoviennazabrizkie

Novel grafikkkkk. Cakeeeep bangeeeetttt. Satu hal yang kurang buatku, aku nggak paham ceritanya WKWK. Udah mah bahasa inggris, dalam bentuk puisi, tapi merangkai kisah juga, bingung, nggak paham pokoknya wkwkwk. Sinopsisnya padahal bagus:’) mungkin aku bakal reread sengaja cuma buat mendalami ceritanya, karena read pertama aku cuma tertarik sama gambarnya hehe :D 3 bintang.

12.  Welcome Home, Rain by Suarcani

Oke, aku hampir lupa kalau novel ini juga kuselesaikan di bulan Juli. Baca karena kovernyaaaaa yang cakep tiada tara sama judulnya yang sendu. Sesendu isinya :’)
Bercerita tentang Kei, pemain piano yang ‘dibawa’ tenar oleh Ghi yang seorang penyanyi populer. Mereka jadi rekan duet, pacaran beneran tapi lalu putus, Ghi jadi benci banget sama Kei soalnya dia mergokin Kei ke hotel sama bos perusahaan musik terkenal. Hm. Popularitas Kei yang baru naik langsung redup, dia berenti jadi pemain piano dan fokus aja kuliah. Namun takdir bilang Ghi harus duet lagi sama Kei dan nyanyiin lagu Welcome Home, Rain ciptaan Kei. Demi buktiin dia udah move on dari Kei, Ghi menerima itu. Dan akhirnya banyak rahasia terungkap dari sosok Kei.

Begitulah kira-kira. Lebih kompleks lagi sebenernya dan ceritanya bikin merinding disko, kenapa? Baca aja XD dibilang suka sih lumayan ya, konfliknya juga seru tapi entah kenapa menurutku kesannya mendung aja gitu, datar tapi seru(?) ya pokoknya gitu. Kisahnya menghibur dan sekaligus ingin nangis.. bukan tentang cinta yang utama, tapi novel ini bakal bikin kalian mikir ulang tentang apa yang selama ini kalian lakuin.

Konsep mimpi dan ambisi yang diambil sangatttt bagus :’)

----------

Nah, itu dia keduabelas buku yang aku baca di bulan Juli. Ada yang bikin nyantol di hati nggak? Peringkat pertama buat wrap-up di bulan Juli ini buatku adalah Love Theft!
Semoga wrap-up ini bikin kalian tertarik untuk baca bacaan yang sama denganku ya :D


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)