Minggu, 27 September 2020

Bahaya Membeli E-book Murah!


Kalian yang suka baca buku, pasti sering banget nemu penjual e-book dengan harga miring alias lima ribu rupiah aja per e-book. Pernah kan? Pernah dong pastinya. Pernah tergoda atau pernah beli ini?

Bayangkan..

Buku murah itu buku dari penulis favorit kalian.

Harga buku fisiknya mahaaal, mana masih sekolah, duit jajan cuma seupil.

Ini novel favorit kalian di wattpad, penulisnya nggak tamatin di watty eh langsung terbit. Kepo dong??

Lah ini ada yang jual lima ribu doang? Mau nangisss gak sih??

Sebelum kalian terpedaya oleh rayuan maut sang seller dan dorongan hasrat untuk membeli ebook itu, ada hal-hal yang harus kalian tau. Ini nih bahayanya beli ebook dengan harga murah bayar via pulsa:

EBOOK murah yang kalian temuin di medsos itu ILEGAL!

Bahayanya beli buku ilegal? Kalian secara langsung dan tidak langsung merugikan penulis favorit kalian. Merugikan penerbit dan seluruh staff yang bekerja untuk terbitnya buku tersebut. Kalian juga membantu penjahat yang suka kloning buku makin kaya. Jahat banget kan? Dosa tau! Bahaya lah.

Lebih bahaya lagi karena sebenarnya kalian bisa baca buku itu gratisssss di aplikasi perpustakaan online. Gila sih lima ribu bisa gue pake beli seblak daripada ebook, mending kalau legal, lah ini ilegal. Dihhh!

Gimana cara baca gratis kak?

Cari aja di playstore aplikasi iPusnas, iJakarta, iJogja atau i i lainnya sesuai domisili kalian terserahhh asal ada, unduh pake wifi sekolah biar gratisnya poll, tinggal cari buku kemauan kalian, beres.

Belum, nggak sampai di situ. Lanjut baca!

Oke, gue nggak mau nasehatin yang gimana gitu, bawa-bawa rejeki orang itu berat. Tapi gini deh. Berdasarkan logika gue yang nggak seberapa nih ya. Sebagai pecinta buku, demen banget baca buku, gue nggak suka dan anti banget sama yang namanya buku ilegal baik itu fisik atau ebooknya.

Pertama, duit gue nanti kebuang sia-sia buat buku kloningan yang kualitasnya jelek. Kedua, gue malu sama temen-temen gue kalau nanti mereka minjem dan tau buku gue bajakan... ketiga, gue malu aja gitu bahas dan nge-hype buku bareng fans lain tapi gue nggak turut serta ngasih duit gue ke penulis kesayangan.

Beneran deh, ada kebanggaan sendiri punya buku yang legal, apalagi profesi gue itu bookstagrammer yang meskipun lagi hiatus suka foto-foto buku asli lah daripada buku bajakan.

Tapi kan bukunya mahal kak, mana aku masih sekolah, nggak punya uang.

Gue yang udah nggak sekolah aja masih nggak punya uang kok, santai. Tapi gue orangnya emang nggak pernah maksain sesuatu sih. Nggak tau kalau kalian. Kalau gue ada di posisi kalian, gue tetep bakalan nabung seberapa lama pun itu sampe duit gue kekumpul, caw ke gramedia dan tebar uang depan kasir. Sumpah itu satisfying banget tauk. Yang suka beli buku ilegal via pulsa nggak akan bisa rasain dah tuh.

Udah kepo banget sama endingnya! Digantung penulis ngeselin gegara mau diterbitin! Nggak mau beli mahal-mahal soalnya udah kecewa sama penulisnya!

HAHA! I feel you. Mau tau gimana triknya? Nah kalian pergi tuh ke gramedia, cari buku lucknut itu, CARI SAMPELNYA! Baca dah tuh ending-nya doang. Beres. Tapi inget, jangan pernah sekali pun kalian buka segel buku di gramedia, pokok’e jangan!!

Tapi kak, buku itu lama banget masuk ke iPusnas, iJak, i i i i, jadi mau baca kelamaan!

Daripada ngeluarin duit goceng buat satu ebook palsu, gue saranin kalian mending ngeluarin duit 18k buat baca ebook gratis sepuasnya. Nah tuh, nggak cuma dapet satu buku tapi bisa dapet puluhan buku, kan? Dah langsung aja cus unduh Gramedia Digital, patungan sama lima orang temen kalian, beres.

MALAHAN, kalian bisa patungan cuma 10 RIBU DOANG kalau kalian cuma kepengin baca novel fiksi. Sumpah ya ini tuh udah murah banget kenapa masih ada yang mau beli ebook bajakan sih?

Ih, buku-buku yang aku mau baca bukan di penerbit kompas gramedia, gak bakalan masuk ke GD atau iPusnas atau iJak atau atau atau deh kak!

Kalian banya banget alesannya, pengen banget dibolehin beli ebook ilegal ya? Cara teraman yang bisa gue kasih sih cuma:

NABUNG ya kalian pastiiii bisa, kalau sebegitu demen dan keponya sama si buku, nabung ya sayangku.. Atau, bisa patungan bukunya sama temen kalian yang suka juga. Bisa juga kalian baca ulang di wattpadnya dan baca ending-nya di sampel di toko buku. Atau kalian bisa juga baca si sampel dari awal sampe akhir dah tuh nongkrong aja seharian di gramedia. Musiknya enak kok.

Nah barangkali segitu aja tips and tricks ala-ala dari gue buat kalian yang suka baca buku. Diinget baik-baik ya temen-temen, beli buku ilegal itu jahat.

Justru, kalau kalian nemu akun yang jualan ilegal kayak gitu, yuk laporin ke penerbit dan penulisnya! Bantu dunia literasi Indonesia tetap bersih dan semakin berkembang! Siapa tau kalian nanti dapet reward dikasih buku yang kalian mau secara gratis HAHA.

 

Have a nice day, cheers!

Eksa <3

 

 

 

 

 


Senin, 07 September 2020

Rekomendasi Teenlit (agak) Jadul Part 2!


 


Hi guys how are youuuu? I hope y’all are doing well! mulai bulan ini aku berencana buat rutin ngonten minimal seminggu sekali, maksimal dua hehe mudah-mudahan terlaksana:)

By the way, masih inget rekomendasi teenlit jadul yang pernah aku posting Februari lalu? Di sana ada lima judul buku teenlit karya penulis-penulis Indonesia berbakat loh. Kalau belum baca, klik dulu di sini biar afdol. Soalnya di part dua ada rekomendasi yang nggak kalah seru, malah jauh lebih seru, yang ini kalian beneran deh, wajib, kudu, harus, banget baca novel-novel di bawah ini kalau kalian pecinta teenlit lokal sejati. HEHE.

Sebelumnya aku mau tanya, siapa yang pernah bercita-cita jadi agen rahasia atau mata-mata? Sejujurnya aku sendiri nggak pernah kepikiran punya pekerjaan kayak gitu, aku dulunya mau jadi dokter! Apalah daya akhirnya cuma jadi penulis konten di blog pribadi.

Biasanya kalian bakal nemuin cerita tentang agen rahasia di novel atau film-film luar negeri, yang plotnya keren, tegang, banyak plot-twists, kekerasan bla bla, kayak si James Bond itu lah. Tapi sesungguhnya kalian nggak perlu jauh-jauh karena kita semua punya penulis lokal, asli Indonesia, yang bikin novel tentang agen rahasia dan bagaimana cara mereka beroperasi dengan segala macem detail tentang organisasinya loh!

Yup, siapa lagi kalau bukan Clio Freya dan series Fay’s Adventure-nya yang super duper keren. Jujur, aku kurang banyak nemu artikel tentang betapa kerennya series ini, apa karena udah agak jadul? Atau underrated? Padahal nih ya, coba deh cek goodreads dan liat rating series ini. Ketiga bukunya meraih rating di atas 4 bintang loh, masih ragu buat baca?

Dan terlebih lagi, novel ini adalah novel teenlit. IYA, TEENLIT, kalian nggak salah baca. Novel teenlit, tokoh-tokohnya remaja, main agen rahasia T_T segitu aja harusnya udah cukup buat kalian kepo sama ceritanya, iya nggak sih?

Tenang aja, jangan dulu mikir:

“Ah, bukan terjemahan pasti ceritanya mainstream.”

“Paling nanti agen rahasianya cuma disebut-sebut doang, nggak ada penjelasan.”

“Teenlit lokal bikin konflik agen rahasia? Paling versi simpelnya doang.”

“Wah temanya berat, jangan-jangan nanti nggak masuk akal, asal tempel.”

No, no, no, big NO. Kalian salah besar. Meskipun aku juga sebenernya bego dan nggak ngerti apa-apa sama tetek bengek agen rahasia, tapi aku jamin kalian bakal menemukan detail yang memuaskan, nggak asal tempel, dan pastinya riset yang oke. Aku juga mikir mungkin beberapa hal ada yang fiksi tapi setidaknya, penjelasannya masuk akal kok.

Kalau gitu, siap kenalan sama Fay? Lanjut baca biar makin kepo :p

Series Fay’s Adventure dengan buku pertamanya yang berjudul “Eiffel, Tolong!” terbit tahun 2009. Waktu itu aku pertama kali baca sekitar tahun 2014. Dilihat dari kovernya yang maaf, nggak eye-catching, dan judulnya yang kurang menarik, aku nggak berekspektasi apa-apa sama novel ini. Cuma dikasih pinjam temanku lalu aku baca aja kata dia seru. EALAH taunya, aku bucin sendiri, tergila-gila sama ceritanya T_T

Buku satu bercerita tentang Fay Regina Wiranata yang tadinya bakal menghabiskan liburan sekaligus kursus bahasa Perancis seminggu penuh di Paris, sendirian, soalnya ada misscom sama kerjaan orangtuanya. Siapa sih yang nggak seneng? Ide itu sendiri bikin aku seneng setengah mampus pas baca.

Tapi ternyata, baru satu hari di sana, Fay diculik! Penculiknya adalah om-om keren bernama Andrew McGallaghan aku ngetik namanya aja sambil senyam-senyum guys sumpah. Seorang direktur dari perusahaan bernama Llamar Corp. Tentunya, Direktur cuma posisi di luar, di dalem, dia adalah pemimpin agen rahasia sebuah organisasi bernama COU di bawah Llamar Corp juga. Untuk keterangan lebih lanjut silakan baca novelnya.

Next

Fay diancam dan dipaksa untuk melakukan tugas dari Andrew untuk berpura-pura menjadi gadis Malaysia bernama Senna dan menyusup ke rumah seorang milliader bernama Alfred. Sebelum melakukan tugasnya, tentu saja Fay harus dilatih dulu sedemikian rupa, literally sEdEmIkiAn rUPa yang dipenuhi kekerasan T_T

Pagi ikut kursus malem disiksa. Itulah yang akan Fay jalani selama di Paris. Tapi untungnya, ada Kent, pemuda tampan berambut pirang dan bermata biru yang nemenin Fay ngelewatin hari-harinya yang berat, dan ada Reno yang menemaninya di tempat kursus.

Ughhh. Masih belum penasaran juga sama ceritanya??

Oke masuk ke review, berhubung aku udah baca ulang bukunya tahun lalu, ini pendapat aku yang bukan remaja SMA lagi setelah bertahun-tahun baca buku satu: aku masih tetap cinta. Cerita ini nggak gagal bikin aku senyum, kangen, tegang, dan heboh sendiri pokoknya. Cuma satu yang menurutku kurang srek, yaitu eksekusinya yang agak drama gitu, tapi tetep aja keren woy. Nggak banyak yang bisa aku komentarin soalnya: SECINTA ITU aku sama novelnyaaaa. Ratingnya aku kasih 4,5 bintang.

Setahun kemudian, tahun 2015 yang pada saat itu aku masih SMA, aku baru baca lanjutannya di buku kedua yang berjudul “From Paris to Eternity” terbit setahun setelah buku pertama yaitu di tahun 2010. Buku kedua ini...makin gila. Sumpah. Nggak paham lagi. Penderitaan Fay makin kejer aja tapi aku suka banget HUEE.

Ceritanya, Fay kembali ke Indonesia horeee. Abis ujian kelas 3 pula, siap-siap mau kuliah, eh taunya ada telepon dari institute di Paris yang bilang Fay menang lomba essay waktu kursus di Paris setahun yang lalu. Hadiahnya, dia bisa liburan lagi ke Paris! Horeee!

Tapi tentu saja itu cuma khayalan. Soalnya, itu semua cuma kedok Andrew, pertanda bahwa Fay harus kembali ke Paris untuk ngejalanin misi lagi. Fay sih jadi lemes lutut dengernya, tapi aku tetep bersorak: HORE makin kenceng guys.

Di sana, dia kembali ngejalanin latihan berat. Tapi kali ini, yang melatih bukan Andrew, melaikan sosok kakek sihir (julukan dari Fay) yang bernama Philippe Klaan. Paman yang satu ini 100000x lipat lebih mengerikan dari Andrew, aku bener-bener dibuat takut sendiri sama sosok Philippe.

Aku udah baca ulang novel ini bulan ini. Kebencianku ke Philippe masih 100% segar tanpa berkurang sedikitpun. Aku juga agak lumayan lupa sama eksekusi novel ini, dan sempet aku pengen protes, mikir ini terlalu drama, mau ilfeel tadinya, tapi semua itu aku telan lagi bulat-bulat waktu baca endingnya.

Rasanya malu sendiri udah mau ngomel-ngomel sama konfliknya, kalau ada kak Clio di depanku, udah aku kubur diri sendiri dah saking malunya XD tentu saja di sini ada plot twist yang sudah disusun Andrew dengan sangat rapi.

Meskipun pada akhirnya aku tetap merasa hal-hal sebelumnya jadi terkesan buang-buang waktu dan misinya jadi berlebihan, tapi aku nggak bisa protes karena aku sangat menikmatinya. Belum lagi, romance di sini makin kental loh, siapa yang kalau baca buku harus ada romance-nya? Nah tuh puas-puasin di buku dua, romansanya bikin ngiri puol. Tentunya aku kasih 5 bintang buat novel kedua ini.

Aku bersyukur aku baru baca novel ketiga pertama kalinya (bukan reread) kemarin. Soalnya kalau aku ikutin on-going pada masanya, buku ketiga yang berjudul “Traces of Love” baru terbit empat tahun kemudian dari buku keduanya yaitu pada tahun 2014.

Aku lebih bersyukur lagi karena aku nggak harus nunggu selama enam tahun buat nunggu kabar buku ke-empatnya seri Fay ini. Meskipun sekarang statusku berubah jadi salah satu penunggu buku empat terbit, setidaknya aku nggak nunggu dari enam tahun yang lalu haha.

Traces of Love masih bercerita tentang Fay, aku mungkin nggak akan cerita banyak-banyak karena ending buku dua tuh GILA banget aku nggak mau ngasih clue apa pun yang bisa ngurangin kenikmatannya haha. Intinya, ya, Fay pasti di Paris lagi. Namun kali ini ada yang berbeda dari statusnya. Apa hayo?

Di sini, nuansa romance-nya makin kerasa, konfliknya makin keren, Andrew makin tampan sj di pikiranku. Ada banyak karakter-karakter baru yang muncul. Andrew dan Philippe bukan cuma dua orang paman gila, tapi mereka ada lima guys, LIMA.

Lalu, selain Kent dan Reno, kali ini Fay nambah satu satelit: cowok seksi dari Venezuela bernama Enrique. Stok cowok ganteng Fay nggak cuma empat paman (Philippe nggak diitung) dan tiga cowok perhatian, tapi masih ada lagi loh haha. Dan Fay ini akan jadi satu-satunya cewek di “dunianya.”

Review-ku buat novel ini, karena ini pertama kalinya aku baca buku ketiga, rasa penasaran dan senengku makin berlipat-lipat. Aku belum tau apa yang bakal terjadi, nggak tau bakal gimana. Awal-awal aku ngerasa novel ini cukup ‘tenang’ dan ‘menyenangkan’ lah ya, Fay masih disiksa tapi nggak kayak dulu.

Ketika akhirnya aku masuk ke konflik yang sebenarnya, aku nyaris pengen berenti baca karena takut sama apa yang bakal terjadi. Ini beneran, aku sempet tutup bukunya, gak mau tau apa yang terjadi, tapi tentu saja aku kalah sama rasa kepo. Meskipun nggak ada aksi yang cukup intens kayak di buku sebelumnya, konflik ketiga ini lebih nusuk di hati.

Satu hal yang aku sadari: aku ternyata nggak begitu suka karakter Fay karena dia kadang ngeselin banget pengen getok, pantes Andrew gemes. Tapi justru perasaan itulah yang bikin aku makin suka sama seriesnya, keliatan banget kalau Fay itu masih separuh manusia biasa yang bisa ngeselin, bukan heroin yang tanpa cela.

Di novel ini pula, aku makin suka sama Kent. Dan yang mengherankan, ternyata karakter favoritku nomor satu adalah Andrew McGallaghan T_T aku kasih 5 bintang! setelah baca ketiga buku ini, pilihan kalian cuma ada dua: gak suka bukunya atau bucin banget sama McGallaghan family!

Seriously, aku bisa ngabisin berlembar-lembar ms.word kalau aku nggak berenti fangirling sekarang! Padahal aku belom nulis quote guys gimana dong. Dah, udah stop, kalian nanti bosen dan capek bacanya.

Overall, yang masih mau diyakinkan buat baca series ini silakan komen di bawah. Tapi masa sih masih perlu diyakinkan?! Series ini adalah series lokal pertama, teenlit lokal pertama yang bisa bikin aku bucin level 999. Biasanya aku selalu jatuh cinta sama series western dan nggak nyangka aja aku ternyata bisa ditaklukan sama novel lokaaaal. Bener deh, you should give it a shot, dijamin nggak nyesel.

Terakhir, kabar bahagia buat kalian yang keracunin habis baca curhatan fangirl ini: ketiga buku Fay’s Adventure bisa kalian baca GRATIS di iPusnas! Hip hip horeee!

p.s: dari sebuah artikel aku baca katanya series ini bakal berakhir di buku 4 dan kalau nggak ya paling banyak sampe buku 5. Buku keempat tadinya bakal terbit Agustus tahun ini tapi lagi-lagi hilang kabar, katanya sih gegara pandemi :(

Mari berdoa supaya aku (dan kalian yang sekiranya baru mulai baca) nggak harus nunggu bertahun-tahun buat baca lanjutannya ya. Sekian.. happy reading, and see you in another post!

Senin, 31 Agustus 2020

[RESENSI] Shadow and Bone Trilogy by Leigh Bardugo: August Fav-read!!

 

source: personal document @arthms12


Mungkin lebih daripada resensi, postingan ini aku khususkan buat bahas hal-hal mengenai series fantasy karya penulis favoritku ini aja ya. Pertama-tama mari kita kenalan dulu sama series pertama di Grishaverse, cikal bakal series-series luar biasa lainnya dari Leigh Bardugo.

Shadow and Bone adalah buku pertama dari series pertama Grishaverse dalam trilogi “Shadow and Bone”. Buku ini sempat diterbitkan di bawah naungan mizan group dulu, cuma mungkin karena nggak laku, lalu lisensinya kedaluwarsa(?) akhirnya bertahun-tahun kemudian series ini kembali dihadirkan lewat penerbit yang berbeda, yaitu POP & Ice Cube (bukan merek minuman, katanya).

Awalnya sebelum series ini diterbitkan, penerbit POP malah lebih dulu menerbitkan series Grishaverse kedua setelah S&B yaitu Six of Crows Duology yang memang lebih ‘populer’ saat itu dibandingkan kakaknya si S&B.

Anyway!! Aku bakal bikin resensi-semi-curcol tentang Six of Crows duology juga kok nanti setelah aku reread bukunya! Tungguin ya!

Back to topic:

Shadow and Bone terbit di Indonesia tahun 2019 dengan judul bahasa Indonesia-nya “Bayang dan Belulang”. Diterjemahkan oleh penerjemah favoritku, Reni Indardini (yang juga nerjemahin Percy Jackson Series, Heroes of Olympus Series, Six of Crows duology yang semuanya adalah buku favoritku haha), dieditori oleh Anida Nurrahmi, dan dengan jumlah halaman 380 hlm.

Shadow and Bone series adalah series pembuka untuk Grishaverse aka Grisha Universe (Dunia Grisha). Latar tempatnya adalah dunia fantasi, di negara bernama Ravka yang terinspirasi dari negara Rusia. Selain manusia biasa yang ada di sini, ada juga jenis manusia yang mempunyai kekuatan sakti. Mereka lah yang disebut dengan Grisha.

Grisha mempunyai 3 ordo utama yaitu Corporalki, Etherialki, dan Materialki.

1.      Corporalki (ordo denyut dan maut) dibagi lagi menjadi dua kemampuan yaitu: Pengoyak jantung dan Penyembuh.

2.      Etherialki (ordo pemanggil) dibagi menjadi tiga yaitu: pemanggil air, api, dan angin.

3.      Materialki (ordo fabrikator) dibagi menjadi dua yaitu: durast (besi kaca dkk) dan alkemi (ramuan).

Di dunia ini, anak-anak yang terlahir sebagai Grisha dikucilkan, dianggap penyihir, dijauhi, segala macem lah. Hanya Ravka yang mau menerima para Grisha. Di Ravka, para Grisha bisa hidup nyaman meskipun yah, kadang rasis juga. Bukan cuma itu, bahkan Ravka menciptakan serdadu tentara yang dianggotai oleh para Grisha yang disebut Tentara Kedua. Tentara Pertamanya manusia biasa ya guys.

Shadow and Bone sendiri bercerita tentang Alina Starkov yang merupakan salah satu Grisha yang langka pada masanya. Dia adalah seorang Pemanggil Matahari. Pemimpin Tentara Kedua, The Darkling –terjemahannya sang Kelam, tapi aku lebih suka The Darkling, yang mengetahui Alina merupakan seorang pemanggil Matahari lalu merekrutnya ke dalam Tentara Kedua.

Di Ravka saat itu ada semacam selubung bayangan yang memecah antara Ravka barat dan timur, dan tempat itu berisikan makhluk kejam seram pemakan manusia yang disebut volcra. Hanya Alina dan kemampuannya yang bisa membuat siapa pun selamat menyebrangi selubung. Sejak saat itu, The Darkling sangat terobsesi kepada Alina.

Untuk menghindari spoiler besar-besaran, mari kita lanjut ke buku kedua trilogi “Shadow and Bone” ini yang berjudul Siege and Storm (Takhta dan Prahara). Buku ini lebih tebal dari buku sebelumnya yaitu 450an halaman.

Di buku ini, kita bakal dipisahkan dari si villain kharismatik, The Darkling. Tapi jangan khawatir, soalnya di buku ini Alina dan Mal (dua heroes kita di series ini) bakal ketemu sama pangeran Ravka bernama Nikolai Lantsov. Berani taruhan kalian bakal langsung suka sama karakter Nikolai. Kalau nggak jadi pengen peluk gemes ya pasti pengen mukul HAHA.

Siege and Storm nggak sama kayak buku pertama yang lumayan bikin tegang sama plot dan konfliknya, menurutku di sini..cukup hambar. Nggak ada kejadian menarik (kalau Nikolai dianggap menarik ya berarti ada satu). Padahal aku suka banget sama kovernya yang cantik, paling cantik di antara ketiga buku, tapi isinya ada di urutan terakhir buatku.

Siege and Storm lebih menunjukan sisi characters development dari Alina dan Mal, hubungan mereka, strategi perang, dan segala macem persiapan menuju pertempuran di buku tiga. Bisa di bilang, buku kedua ini jembatan doang. Anyway, Mal adalah sahabat Alina sejak kecil, dia merupakan (mantan) anggota Tentara Pertama yang bekerja sebagai Pelacak.

Di buku ini, aku menemukan banyak review tentang betapa Mal nyebelin banget, yang menurutku nggak juga kok, emang sih Alina kesusahan sama situasi ini dan Mal terkesan egois kekanak-kanakan, tapi aku ngerti gimana perasaannya dan pada akhirnya, Mal juga berkembang. Salah satu character development yang aku sukai adalah karakternya Mal, kedua baru Alina.

Lanjut ke buku terakhir dari series ini yaitu Ruin and Rising (Runtuh dan Tumbuh). Di sini, segala yang seru-seru muncul. Setelah agak kecewa sama plot Siege Storm yang biasa aja, aku menemukan obat penawarnya di buku ketiga ini. Bukan cuma eksekusi akhir yang tegang, dari awal sampe akhir buku ini punya banyak hal yang menarik.

Dari mulai karakter-karakter yang tadinya cuma kenalan di buku dua, sekarang mereka jadi tim yang solid meskipun saling waspada satu sama lain, pertarungan, PLOT TWIST, dan tentu saja masih ada Nikolai dan bacotannya: kalian harus baca bagian Baghra (ibu The Darkling) yang galak kalau lagi ketemu Nikolai, ini bagian favorit banget, berharap ada banyak scene kayak gini huhu.

Eksekusi yang memuaskan jelas ada di Ruin and Rising. Aku suka gimana plotnya diatur sedemikian rupa, dialog-dialognya yang bikin betah, plot twist kurang ajar tapi aku suka. Pokoknya buku terakhir ini memenuhi ekspektasiku. Meskipun kadang aku merasa narasinya kurang nendang, kejadian-kejadian seru justru berasa dipotong pendek: meskipun berkesan tapi tetap kayak nggak penuh, kopong. Tapi tetap aku suka banget sama endingnya yang bahkan nggak aku sangka, padahal aku udah baca Six of Crows duluan yang latar waktunya setelah S&B berakhir, aku tetep aja nggak nyangka haha.

Kalau kalian menyelami lebih dalam ke setiap detail ceritanya, konflik di Shadow and Bone ini cukup kompleks dari mulai karakter-karakter yang luar biasa dan tentunya politik, apalagi dibalut dengan fantasi yang mungkin bakal bikin kalian butuh tenaga ekstra buat bayanginnya haha. Tapi tenang, ada banyak fanart di luar sana, hati-hati aja jangan sampe kena spoiler.

Karakter favoritku tentu saja Nikolai Lantsov, lalu Mal-Alina satu paket, yang ketiga sekaligus nomor satu (dari sisi villain) adalah: The Darkling, disusul oleh Genya Safin, dan sampai saat ini aku belum terlalu suka sama Zoya meskipun karakternya badass tapi menurutku lebih ke nyebelin haha.

Sebelum tulisan ini makin panjang, lebih baik kita akhiri saja, dan sebelumnya aku mau bilang kalau memang masih terasa ada kekurangan personal, menurutku sendiri, dari keseluruhan trilogi Shadow and Bone. Dibandingkan Six of Crows yang aku cinta setengah mati, series pendahulu ini agak kurang buatku, nggak seseru dan nggak sekuat kesan yang ditinggalkan Six of Crows. Tapi, series ini tetap worth to read kok! Jangan ragu buat mulai terjun ke Grishaverse! ;)

---

Buat kalian yang mau kenalan sama karya penulis favorit keduaku, Leigh Bardugo, dan mau ikutan jadi penduduk di Grishaverse kalian bisa baca sesuai urutannya, kayak gini ya:

1.      Shadow and Bone Trilogy: Shadow and Bone, Siege and Storm, Ruin and Rising

2.      Six of Crows Duology: Six of Crows, Crooked Kingdom.

3.      Nikolai’s Duology: King of Scars, Rule of Wolves.

Catatan: kalian bisa baca Six of Crows tanpa baca Shadow and Bone trilogy (kata Leigh sendiri), tapi kayaknya lebih asik baca Nikolai di Shadow and Bone dulu kalau kalian mau lanjut ke Nikolai’s Duology. Series pertama dan ketiga latarnya di Ravka, dan kayaknya masih sama-sama tentang kekuasaan soalnya aku belom baca KoS. Sedangkan Six of Crows berlatar di negara yang terpisah sendiri bernama Kerch, karakter yang berbeda, dan konflik yang juga berbeda meski masih sama-sama bertema Grisha.

Catatan lagi: Nikolai’s Duology belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sampai konten ini terbitkan di blogku.

 

 

 

 

Sabtu, 11 Juli 2020

[RESENSI] My Heart and Other Black Holes by Jasmine Warga


sumber: google
                                                   

Judul: My Heart and Other Black Holes (Hati yang Hampa)

Penulis: Jasmine Warga

Alih bahasa: Rosemary Kesauly

Editor: Mery Riansyah

Desain sampul: Rovliene Kalunsinge

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)

ISBN: 978-602-03-8271-5

Jumlah halaman: 326 hlm

Baca via: iPusnas


Blurb ala-ala: Aysel, remaja berusia 16 tahun yang menyukai fisika dan terobsesi untuk bunuh diri. Tapi dia tidak berani untuk bunuh diri sendirian, melalui situs Suicide Partners, dia menemukan kawan bunuh diri, seorang pebasket bernama Roman. Ketika kesepakatan bunuh diri mereka makin konkret, Aysel mulai mempertanyakan apakah ia benar-benar ingin melakukannya. Ia harus memilih antara ingin mati atau berusaha meyakinkan Roman untuk tetap bertahan hidup. Hanya saja, Roman tidak akan mudah diyakinkan.

----

Sebenernya, blurb aslinya agaknya udah menggambarkan keseluruhan alur, tapi agak mislead sedikit dari cerita aslinya. Tapi kita bahas itu nanti.

Alasan aku pengen baca ini? Aku suka tema suicide dan depresi haha. Apalagi kalimat awal blurb tuh beuhh, menantang sekali buat dibaca. Dari kombinasi judul dan kover pun novel ini udah menarik banget.

Awal-awal aku baca ini sempet aku dnf dulu sebentar, alasannya, aku langsung disuguhi banyak deskripsi dan detail, jadi aku agak males bacanya. Tapi ternyata aku masih tetap tertarik nyelesain novel ini sampe akhir. Yang tadinya aku pikir gaya bahasa di sini cukup berat, tapi ternyata nggak alias ringan banget.

Aku makin semangat baca dan enjoy banget buku ini waktu Aysel udah ketemu Roman, dari situ, kerasa banget kalau novel ini adalah novel remaja biasa. Ringan, asik (bagiku asik ya, mungkin bagi sebagian dari kalian ini cukup gloomy HAHA), yang jelas ini kayak kisah cinta remaja biasa kok, yang bikin beda mereka mau bunuh diri tanggal 7 April haha.

Pembahasan tentang depresi di sini juga menurutku nggak terlalu mendalam. Novel ini menggunakan pov 1 Aysel, di mana dia selalu ‘pasrah’ sama hal-hal yang terjadi di hidupnya, toh dia bakal mati juga bentar lagi. Butuh sampai nyaris bab-bab terakhir untuk tahu kenapa Aysel ingin bunuh diri. (dan yang akhirnya tidak berhasil memuaskanku, karena alasannya kurang kuat, tapi dia bener-bener menunjukan pikiran-pikiran dan sikap orang depresi asli, i liked it tho).

Yang sedikit mislead antara isi dan blurbnya adalah, dikatakan kalau ibunya malu atas sang anak, bab awal yang isinya ngenalin tokoh-tokoh keluarga Aysel pun begitu, kesannya ibu dan Georgia, adik tirinya tidak mengharapkan Aysel, padahal di bab-bab selanjutnya mereka berdua berusaha untuk dekat dengan Aysel. Aku gak tau ini mislead atau karena ini pov Aysel dan dia memang menganggap semua orang membencinya.

Lalu tentang Roman, alasan dia depresi dan ingin bunuh diri lebih masuk akal daripada Aysel. Ibu Roman yang mengkhawatirkan anaknya pun kerasa emosinya dibanding kisah Aysel sendiri.

Konflik keseluruhan novel ini pun ringan, hanya membahas hal-hal yang mereka berdua lakukan bersama sebelum 7 April, dan jujur aku suka banget, terutama karena aku membayangkan mereka akan mati bersama di akhir cerita, kan? Bener-bener bikin aku semangat, haha.

Overall, cerita ini memang membuatku agak ke-triggered. Aku bisa merasakan apa yang Aysel rasakan. Setelah aku selesai baca ini, aku suka banget, sepuluh menit kemudian, aku nangis haha. Kenapa? Soalnya aku kepikiran juga, nggak semua orang ‘seberuntung’ Aysel bisa ketemu kawan bunuh diri kayak ‘Roman’, sebagian orang sendirian sampe akhir kan? Kepo nggak? Baca sendiri aja yaa haha.

Recommended buat kalian yang suka isu mental illness, kisah cinta remaja, atau sekalipun kalian yang lagi nyari alasan untuk tetap hidup.. dan untuk menemukan harapan? Aku kasih 3.7ó

“Aku tidak sabar menantikan saat aku tidak ada lagi dalam hidup mereka.” – hlm 27

“Saat aku menyenandungkan requiem Mozart, aku bertanya-tanya seperti apa rasanya saat semua cahaya padam dan segala sesuatu hening selamanya. Aku tidak tahu apakah mati akan terasa menyakitkan dan apakah aku akan takut pada saat-saat terakhir. Aku hanya bisa berharap semua akan berlalu dengan cepat. Dan damai. Dan tetap begitu selamanya.” – hlm 34

“Aku tidak bisa menjamin hal itu tidak akan terjadi, apalagi karena aku yakin ada yang salah denganku. Ada yang rusak. Orang-orang tidak pernah paham bahwa depresi tidak berhubungan dengan hal-hal di luar diri seseorang; tapi dengan hal-hal yang ada di dalam. Ada yang salah dalam diriku.” – hlm 50.

“Kalaupun aku punya pacar, namanya Maut.” – hlm 115

“Mungkin setiap orang hanya butuh dilihat dan diperhatikan orang lain.” – hlm 253

“...aku jadi teringat saat aku masih kecil, saat perasaan berat dan hampa dalam diriku belum menguasai seluruh hidupku dan terasa tidak tertahankan. Mungkin seperti itulah cara kegelapan menguasai kita, dengan meyakinkan kita untuk menyimpannya di dalam dan bukan mengeluarkannya. Aku tidak ingin kegelapan itu menang.” – hlm  285







Series Horror-Fantasy yang Wajib Dibaca: “Lockwood & Co.”- June Fav-read.



source: google
                                    

Siapa pecinta horor? Apalagi yang latarnya fantasi?? Kombinasi hebat memang cuma ada di series Lockwood & Co.!!

Ok guys, ini bukan resensi, soalnya pasti capek kalau aku harus nulis lima resensi sekaligus, jadi aku jadiin satu aja di sini; intinya, series Lockwood & Co., adalah series favorit aku di bulan Juni kemarin. Percaya nggak, saking ketagihan keseruan berburu hantu, aku sampe marathon series ini, tiga buku terakhir aku selesain 6 hari aja dan rata-rata tebelnya hampir 500.

Nah sekarang kenalan dulu ya, Lockwood & Co., ditulis oleh Jonathan Stroud. Buku pertamanya diterbitkan tahun 2013, setahun kemudian, Gramedia Pustaka Utama membeli hak cipta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Lockwood & Co., buku 1: Undakan Menjerit versi Indonesia terbit pada tahun 2014. Diterjemahkan oleh Poppy D. Chusfani, dieditori oleh Barokah Ruziati dan sampulnya didesain oleh Martin Dima. Buku selanjutnya? Aku nggak catat, tapi sepertinya masih pake penerjemah yang sama^^

Lockwood & Co., terdiri atas 5 buku dan satu cerpen. Buat kalian yang kepo, perhatikan dan catat kalau perlu urutannya ya haha

1.      Lockwood & Co. – The Screaming Staircase (Undakan Menjerit)

1.5.Lockwood & Co. – The Dagger in The Desk (Short-story, tidak diterjemahkan, bisa baca gratis di kindle)

2.      Lockwood & Co. – The Whispering Skull (Tengkorak Berbisik)

3.      Lockwood & Co. – The Hollow Boy (Pemuda Berongga)

4.      Lockwood & Co. – The Creeping Shadow (Bayangan Mengendap)

5.      Lockwood & Co. – The Empty Grave (Makam Tanpa Penghuni)

Next, lanjut ke ceritanya. Suatu hari, Inggris kedatangan Masalah, terjadi wabah hantu berkeliaran di seluruh Inggris. Waktu itu, hanya ada dua orang yang mampu mengatasi Masalah, mereka adalah Marissa Fittes dan Tom Rotwell. Dan di masa kini, terbentuklah agensi-agensi yang biasa menangangi kasus supranatural. Tentunya diprakarsai dua agensi besar; agensi Fittes dan Rotwell.

Bagian uniknya, agensi-agensi yang menangani hantu ini adalah anak kecil, mulai dari usia 8 (cmiiw) sampe akhir usia 19. Inilah yang membuat aku terkesan dengan ceritanya, bisa dibilang novel ini bisa juga termasuk middle-grade karena memakai tokoh anak/remaja yang ikut andil dalam melakukan suatu kejadian yang butuh tanggungjawab.

Di buku ini diceritakan kalau hanya anak-anak dan remajalah yang mempunyai kemampuan khusus untuk mendeteksi keberadaan hantu. Ada beberapa kemampuan khusus yang dimiliki mereka, yaitu: daya dengar, daya sentuh, dan daya lihat. Ketika mereka dewasa, kemampuan tersebut melemah bahkan hilang sama sekali. Dan, tidak semua anak punya bakat khusus ini.

Semua buku ini memiliki pov atau sudut pandang orang pertama yaitu, Lucy Carlyle. Sejak kecil, Lucy mempunyai daya dengar yang bagus. Hingga suatu saat dia merantau dari desa kecilnya ke London dan melamar pekerjaan ke Lockwood & Co., yang saat itu baru memiliki dua anggota, Anthony Lockwood dan George Cubbins. Segera saja Lucy menjadi anggota ketiga mereka,


source: google


Daya dengar Lucy, daya lihat Lockwood, dan daya riset yang nggak termasuk ke dalam bakat George membuat tim mereka menjadi tim yang hebat. Satu persatu kasus diselesaikan dengan baik, mereka menjadi terkenal, tapi kasus-kasus besar yang mengerikan pun tak luput ambil bagian dari petualangan mereka.

Jangan matikan lampu saat membacanya... Stroud memang genius,” kata Uncle Rick Riordan yang merupakan penulis favoritku di buku pertama Lockwood & Co.

DAN memang bener, kalian jangan pernaaaah baca series ini malam-malam, saranku. Karena meskipun hanya tulisan, novel ini jelas bisa bikin aku parno dan kebayang yang aneh-aneh seharian. Tapi kalau kalian suka tantangan, kalian bisa ngikutin jejakku baca buku ini malem-malem, merindingnya lebih kerasa.

Petualangan mereka dalam menyelesaikan kasus sebenarnya cukup menarik, aku suka meski nggak terlalu menggilai. Petualangannya jelas seru, tegang, dan bikin merinding. Yang membuatku nggak terlalu dive-into ke series ini seperti aku menggilai karya RR dan LB, karena aku kurang suka detail deskripsinya, menurutku gak cukup baca sekali, tapi aku terlalu malas buat baca ulang haha. Kadang aku ngantuk kalau Lucy lagi bermonolog ahahahsksksk.

Yang paling penting dan tidak boleh terlewat adalah karakter-karakternya. Lucy Carlyle adalah cewek berani, baik hati, tangguh dan kadang slengekan. Anthony Lockwood jenis cowok cool, berani sekaligus gegabah, dan pemimpin yang super karismatik. George Cubbins, sebagaimana roda ketiga lainnya di seluruh cerita adalah tipe yang kocak dan kikuk, tapi dia kutubuku jenius.

Dan yang paling penting nomor wahid adalah kehadiran Skull si hantu dalam toples, bener-bener jadi satu-satunya alasan kuat kenapa aku rela marathon series ini. Skull adalah tokoh favoritku, kalau dia bisa dibilang tokoh. Karakternya yang sinis dan nyablak bikin aku betaaaah banget baca cerita ini dan bodo amat sama deskripsinya yang entah kenapa selalu bikin aku ter-distract.

Setiap baca novel ini, aku selalu nunggu bagian Skull bicara. Aku selalu seger tiap baca bagian dia. Sekejap ngantuk ilang pokoknya XD setiap Skull bicara, yang keluar cuma sarkas dan ngatain orang HAHA.

Nah, daripada jadi curhat Skull-lovers, mending aku udahan sampai di sini aja, takutnya juga malah jadi kepanjangan dan spoiler. Yang jelas, series ini highly recommended!! Aku gak suka-suka banget novel horor, tapi aku suka fantasi. Dan series ini bener-bener memenuhi ekspektasiku. Tapi jujur aku....ada satu hal yang membuatku kecewa berat dan berakhir hangover seminggu, tapi aku gak bisa jelasin haha pokoknya kalian baca aja dan dijamin nggak akan nyesel deh ;))))

Tambahan, series ini bisa kalian baca gratis di iPusnas loh, tapi...buku kedua yang Whispering Skull nggak ada. Bahkan di Gramedia Digital yang berbayar pun nggak ada. Jadi, usahakan kalian nyari dulu buku keduanya ya, minjem perpus atau pinjem temen asal jangan nyolong aja. Habis itu kalian bisa nikmatin Lockwood & Co., gratis di iPusnas^^ lebih bagus lagi kalau kalian mulai koleksi aja fisiknya, rencananya aku pun mau koleksi fisiknya karena kadang-kadang aku kangen Skull :(

Well, bagi kalian yang tertarik dan berencana mau marathon Lockwood & Co., kayak aku....HAPPY READING and byeeee!!



Senin, 06 Juli 2020

[RESENSI] Not If I Save You First by Ally Carter

source: google



Judul: Not If I Save You First (Menyelamatkanmu Lebih Dulu)

Penulis: Ally Carter

Penerjemah: Alexandra Karina

Editor: Bayu Anangga

Ilustrasi sampul: Zuchal Rosyidin

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020631417 (digital)

Jumlah halaman: 336 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb ala-ala: Maddie (anak agen rahasia) dan Logan (anak Presiden AS) bersahabat sejak kecil, sampai suatu insiden terjadi di gedung putih dan setelah itu Maddie dan ayahnya pindah ke hutan terpencil di Alaska. Maddie selalu mengirim surat kepada Logan sebagai cara untuk keep contact, tapi Logan tidak sekalipun membalas suratnya sampai ia pun berhenti menulisnya.

Enam tahun kemudian, Logan datang ke tempatnya berada di Alaska. Maddie sangat ingin membunuhnya, tapi ada hal yang lain terjadi. Seorang pengusik datang menculik mereka. Di tengah cuaca yang berubah dan keadaan bisa lebih berbahaya serta hewan liar yang bisa membunuh, Maddie sadar ia harus menyelamatkan Logan lebih dulu.

----

This is my first time reading Ally Carter’s book! Pernah waktu itu kepo berat sama Gallagher series tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuatku malas bacanya, padahal temanya tentang akademi mata-mata. Konflik menantang dari dulu selalu jadi poin utama buatku. Tapi ternyata jodohnya sama Not If I Save You First duluan ahaha.

Jujur, bahkan baca ini pun karena tergoda sama kovernya yang girly tapi ada kesan elegan dan ‘berontak’ juga, bener-bener menggambarkan sosok Maddie. And i loooove this cover so much. I gave one stars for this gorgeous cover!!

Dari bab awal, aku langsung disuguhkan adegan baku tembak di gedung putih wkwk aku kira bakal intro panjang, tapi ternyata langsung masuk konflik! Ini juga termasuk poin lebih yang aku sukai dari novel ini.

Terus, terjemahannya enak banget sumpah, dinikmatin banget baca novel ini. Narasi dan dialog seimbang. Poin plus lagi. kecuali bagian akhirnya, aku ngerasa kayak....dipanjangin gitu, kok kayak makin lama aja beresnya wkw.

Banyak banget hal yang aku suka dari novel ini selain kovernya, terutama karakter kedua tokoh utamanya. Maddie yang tomboy dan Logan yang bandel dan juga prince charming gitu auranya. Perpaduan dua karakter utama yang cocok menurutku.

Konfliknya, petualangan bersama penculik, jujur ini juga sebenernya bagus. Banyak hal menarik selama penggambaran isi novel ini. Dengan latar hutan Alaska, beruang liar di mana-mana, seni bertahan hidup di sini adalah daya tarik terutama di dalam characters development-nya.

Tapi, ada alasan-alasan lain juga yang membuat aku kurang srek dengan ceritanya meskipun secara garis besar, novel ini tipeku banget harusnya!! Yaitu aku kurang srek sama title anak presiden ini, mon maap...halu. Aku lebih suka kalau memang harus anak presiden, mending bikin dunia sendiri, gitu.

Karena dari awal aja aku sudah merasa ini bener-bener karangan, alhasil sampe akhir pun aku gabisa ngefeel banget sama ceritanya karena ini terlalu jelas, kayak..fiksinya kerasa banget haha. Cuma itu dong, cuma itu doangggg yang bikin aku didn’t dive into the story HAHA so sad.

Overall, kesan pertama itu penting banget buatku. Jadi yah, ceritanya memang menarik. Recommended buat yang suka kisah teenlit tentang agen rahasia, penculikan, senjata-senjata, seni bertahan hidup ala Maddie di hutan Alaska, yaa siapa tau aja suatu saat berguna haha. Tapi aku cuma bisa kasih 3.5 bintang aja. But this story was really really good, indeed!

“Tapi aku tahu dari pengalaman pribadi bahwa saat satu-satunya temanmu pergi, kadang hal terbaik yang bisa kaulakukan adalah mencoba meyakinkan dirimu bahwa dia tidak pernah ada.” – hlm 225

 


[RESENSI] Thunderhead by Neal Shusterman

source: google



Judul: Thunderhead (Arc of Scythe #2)

Penulis: Neal Shusterman

Alih Bahasa: Primadona Angela

Editor: Reita Ariyanti

Desain sampul: Robby Garsia

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020637426 (Digital)

Jumlah Halaman: 544 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Scythe mengendalikan kematian, Thunderhead mengendalikan semua hal lain. Sistem yang sempurna. Sampai kesempurnaannya musnah. Satu tahun berlalu sejak Rowan keluar dari sistem. Diburu Scythedom, dia menjadi legenda urban, pemburu Scythe korup.

Sebagai Scythe Anastasia, Citra memungut dengan belas kasih dan terang-terangan menantang “orde baru”. Namun, ketika nyawanya terancam dan metodenya dipertanyakan, jelaslah kelihatan bahwa tidak semua orang mau menerima perubahan.

Thunderhead mengamati segalanya, dan dia tidak menyukai apa yang dilihatnya. Akankah Thunderhead ikut campur? Atau akankah dia hanya mengamati sementara dunia sempurna mulai buyar?

----

Well, aku nggak akan panjang-panjang kali ini karena selain tidak terlalu banyak yang menarik, aku takut banget ngga sengaja kasih spoiler. Bahkan aku nggak jadi nulis blurb sendiri, jadi ngikutin blurb yang ada di bukunya langsung. Dan yap, agak spoiler dikit sih: Rowan jadi Scythe ilegal di sini, sesuai apa kata blurb haha.

Seperti yang sudah kita tau semua kalau novel ini bercerita tentang dunia utopia di mana segalanya sempurna. Tidak ada kematian karena manusia bisa dibangkitkan, tapi demi menjaga jumlah manusia, terbentuklah Scythe, para manusia berjubah dan cincin yang mempunyai kewajiban untuk membunuh orang. Orang yang dibunuh Scythe nggak bisa hidup lagi.

Nah, di buku ini, sesuai judulnya yaitu Thunderhead, menurut yang aku tangkap, ia adalah semacam AI atau Artificial Intelligence aka Kecerdasan Buatan. Thunderhead ada di mana? Di atas awan? Atau di mana? Aku juga gatau haha otakku gak nyampe. Yang jelas, Thunderhead mengatur segala yang ada di dunia ini.

Konflik baru setelah Rowan dan Citra terpisah, dibagi lagi menjadi beberapa bagian di novel ini. Bukan cuma dua pov seperti novel pertama, di Thunderhead ini cukup banyak pov baru dengan tokoh baru juga. Di sini, kalian bakal nemuin Rowan, Citra, Greyson, dan (sedikit) Munira.

Seperti yang ditulis di blurb asli novel ini, Rowan sekarang menjadi Scythe Ilegal yang membunuhi Scythe korup. Dia menjadi buronan Scythedom. Konflik Rowan inilah yang akan menjadi konflik utama dari puncak klimaks novel Thunderhead ini.

Sementara itu, Citra punya metode tersendiri untuk memungut. Dia dan Scythe Curie masih bersama-sama sebagai partner. Tapi, entah ada angin dari mana, ternyata ada yang menginginkan mereka berdua mati.

Karena konflik Citra tersebut, muncul Greyson. Greyson adalah pemuda yang seharusnya bekerja menjadi bawahan Thunderhead. Hampir sebagian besar awal sampe tengah cerita dibawa oleh Greyson. World building series ini menjadi luas lagi, banyak penjelasan dan terutama tentang kelompok pembangkang bernama Unsavory.

Di sisi lain, ada Munira dan Scythe Faraday yang mengobrak-abrik perpustakaan untuk menemukan titik buta Thunderhead, sebuah daerah yang tidak tersentuh Thunderhead sama sekali. Tujuannya? Bahkan sampai akhir pun aku masih belum ngeuh. Haha.

Jujur, novel ini jauh lebih membosankan daripada Scythe. Tapi banyak yang bilang novel ini lebih gila daripada Scythe. DAN BENER DONG WKWKSKKSKSKS. Sepanjang nyaris 300an halaman, aku lelet banget bacanya, bosen, ngantuk, dan ... bingung. Ketika ada penjelasan yang aku gak paham, saking bosennya, aku gak ada niat sama sekali untuk baca ulang. Yang penting poinnya dapet ehe.

Apalagi novel ini didominasi oleh Greyson dan Citra, yang mana, konflik mereka menurutku didn’t make sense...kalau pun diskip masih bisa, tapi sepertinya bakal dilanjutin di buku selanjutnya, tapi bisa ajaaaa kan kalau diperpendek gitu? Paling gemes sih sama cerita yang gak penting tapi dipenting-pentingin. Malah konflik Rowan yang beneran gereget bahkan sampai ada plot-twist, kayak kebagian porsi yang sedikit gitu.

Gaya bahasanya masih enak, sumpah aku bingung bukan gegara gaya bahasa kok, tapi murni gegara kebosanan. Terjemahannya sih mantap. Narasinya panjang, tentu saja ya, darimana lagi alasan aku bosan kalau bukan narasi panjang?

Ketika sampe di plot-twist yang anjay banget pokoknya lah!! aku mulai agak melek semenit, tapi semenit kemudian aku kembali ngantuk. Dan baru di akhir-akhir cerita, antiklimaks novel ini beneran sumpah ga boong LEBIH GILA daripada Scythe dan aku......syok T_T

Overall, aku nggak nyesel kok baca series ini meskipun terkantuk-kantuk gitu, endingnya sangat worth it haha. Yang tadinya aku mikir mungkin aku gak kayak orang lain yang nganggep novel ini seru, aku bakal kasih bintang tiga aja dan aku kemungkinan besar nggak bakal lanjut The Toll ..... lalu semua ludah itu aku jilat kembali karena aku kasih 4 bintang buat Thunderhead dan PASTI bakal lanjut baca The Toll!1!1!

p.s sebenernya aku agak gimana gitu..kok bisa konflik yang membosankan di awal dan terkesan nggak penting banget tapi dieksekusi sebejat ini? Kayak kaget, bertanya-tanya, tapi terimain ajalah soalnya seru HAHA.

p.s.s setiap awal bab dari novel ini kalian bakal nemuin catatan dari Thunderhead langsung^^

“Sederhananya, manusia punya kebutuhan bersikap buruk. Tidak semua, tentunya –tapi aku memperhitungkan tiga persen dari populasi hanya bisa menemukan makna dalam hidup melalui pembangkangan. Bahkan ketika ketidakadilan tidak tersisa untuk ditentang, mereka punya kebutuhan dari dalam untuk menentang sesuatu. Apa pun.” – hlm 112

“Kehidupan yang dia pikir akan dia jalani sudah sirna, jadi apa gunanya garansi untuk memperpanjangnya?” – hlm 127

“Tidak menginginkan jabatan tertentu adalah langkah pertama menuju kelayakan untuk mendapatkannya.” – hlm 456

“Kalau mereka harus mati sekarang agar bisa hidup lagi nanti, rasanya entah bagaimana akan salah kalau mereka tidak melakukannya bersama-sama.” – hlm 536


Kamis, 25 Juni 2020

[RESENSI] Paper Princess (Putri yang Hilang) by Erin Watt

source: goodreads



Judul: Paper Princess – Putri yang Hilang (The Royals #1)

Penulis: Erin Watt

Alih bahasa: Dewi Savitri

Editor: Nadya Andwiani

Desain Sampul: Marcel A. W.

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 978-6020-3810-91

Jumlah halaman: 384 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Ella Harper mungkin tak seperti remaja kebanyakan. Setelah sendirian berpindah-pindah tempat tinggal dan sekolah sampai menjadi penari telanjang demi mencari nafkah, ia mendapati dirinya dalam perwalian Callum Royal. Dan bukan sekadar wali, melainkan miliarder yang mengaku sahabat mendiang ayah yang tak pernah dikenalnya. Mulai dari rumah hingga sekolah, dimulailah hidup baru Ella di tengah kemewahan. Sayangnya, hidup baru Ella tak semulus dugaannya. Anak-anak elite yang dikomandoi Royal bersaudara tidak sudi menerimanya begitu saja. Peduli setan. Yang jelas, Ella akan bertahan.

---

Another fairytale – welcome! Jujur, sebelum baca ini, aku memang pengen kisah klasik kayak gini dan novel ini sungguh masuk sesuai ekspektasiku. Cewek miskin yang tiba-tiba jadi ‘anak’ orang kaya trus dikelilingin anak-anak cowok dari si tuan rumah? Hmm..klise tapi tetap menarik dan menantang.

Setelah baca bab-bab awal, novel ini langsung masuk ke inti ceritanya dan gak bertele-tele, di bagian ini aku cukup suka. Ella akhirnya masuk ke rumah Royal, itupun karena diiming-imingi sejumlah uang yang besar setiap bulannya. Di sana, dia bertemu 5 Royal bersaudara; Gideon, Reed, Easton, dan si kembar Sawyer-Sebastian.

Dimulailah petualangan(?) Ella dikelilingi para cowok-cowok hawt. Pertama, gaya bahasanya enak, ngalir tapi nggak bikin enjoy. Kenapa? Mungkin karena konfliknya cukup biasa, kehidupan sehari-hari remaja Amerika kali ya hm hm..

Konfliknya, cukup sederhana, hanya tentang bagaimana proses Ella Harper diterima oleh semua Royal dan akhirnya terjebak romansa ke salah satu Royal..yah, bisa ditebak kan? Puncak konfliknya ada di bagian agak ke belakang, lumayan seru tapi tidak terlalu excited sih pas baca. Plot novel ini secara keseluruhan menyenangkan dan annoying sekaligus karena banyak bahasa yang vulgar gitu. Dan setelah aku cari tau, kalau nggak salah series ini ada 7 atau 8 gitu, jadi kurasa wajar aja novel pertamanya cuma kayak...pemanasan. haha.

Dari banyak karakter yang ada, aku sebenernya gak punya favorit, tapi aku suka Ella Harper yang badass dan mandiri, dia tipe cewek seterong yang bisa ngehandle segalanya. Kadang aku sirik, kok bisa dia nggak stres hahaha. Lalu ada Royals bersaudara, favoritku Easton si anak ketiga. Gideon jarang muncul soalnya dah kuliah, Reed resek pake banget, Sebastian-Sawyer sama brengseknya kayak kakak-kakaknya tapi mereka lebih ‘mind-your-own-business’ type of people, gemes sih haha.

Overall, seperti kataku tadi, novel ini kayaknya baru pemanasan doang, soalnya memang endingnya kurang ajar banget hahahaaskskskks. Bakal lanjut baca kalau dilanjut gramedia? Oh tentu saja. Ceritanya simpel tapi cukup menarik kok. Gak bikin mikir apa gimana. Recommended buat kalian yang berumur 18+ yang suka kisah romance-intrik-sekolahan-bla-bla. Ratingku 3.8ó

“Hidupku adalah milikku. Aku yang menjalaninya. Aku yang mengendalikannya.” – hlm 16

“Apa ada yang mengajarimu cara menjadi orang brengsek atau itu muncul secara alami?” – hlm 111

“Rasa malu dan prinsip itu untuk orang-orang yang tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal kecil, seperti berapa banyak makanan yang bisa kubeli dengan uang sedolar atau haruskan aku membayar tagihan rumah sakit ibuku, atau membeli ganja agar Mom bisa terbebas dari rasa sakit selama satu jam. Rasa malu itu suatu kemewahan.” – Ella (hlm 132)

“Apakah kaupikir ada lelaki di luar sana yang tidak akan menyakitimu? Itulah yang dilakukan para lelaki, Ella. Mereka menyakitimu.” – Brooke (hlm 235)

Oh poor Ella, you shouldve listened to her :’)


[RESENSI] Scythe by Neal Shusterman

source: google



Judul: Scythe

Penulis: Neal Shusterman

Alih bahasa: Mery Riansyah

Editor: Primadonna Angela

Desain sampul: Robby Garsia

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

ISBN: 9786020622286 (digital)

Jumlah halaman: 464 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Bagaimana kalau yang bisa kita kendalikan hanya tinggal kematian?

Tak ada lagi kelaparan, penyakit, perang, penderitaan di dunia ini: manusia berhasil mengendalikan semua itu, bahkan menaklukan kematian. Sekarang, hanya Scythe yang bisa menghabisi nyawa seseorang –dan itu memang tugas mereka, untuk mengontrol jumlah manusia.

Citra dan Rowan terpilih menjadi murid Scythe –meski mereka tidak menginginkannya. Kedua remaja ini harus menguasai “seni” mencabut nyawa. Kegagalan melaksanakan tugas bisa mengakibatkan hilangnya nyawa mereka sendiri.

Lalu, mereka diberitahu bahwa salah satu dari mereka harus mencabut nyawa yang lain...

----

Tertarik sama blurb Scythe sejak lamaaaa, tapi mikir dua kali setelah liat kover versi Indonesia. Jujur aja nih, aku gak suka kovernya, menurutku juga gak cocok sama isi ceritanya. Kover kayak gini cocoknya buat novel horor lokal deh hueheuheu

Akhirnya kesampaian juga baca tanpa perlu beli fisiknya :p

Bab awal dibuka dengan satu scythe yang sama di dua tempat, tempat yang ada Citra nya dan tempat yang ada Rowan nya. Scythe itu, bernama Michael Faraday, nama para Scythe memang diambil dari tokoh-tokoh popular di Era Mortalitas alias zaman sekarang ini.

Sebelum lanjut, aku mau bahas dikit tentang setting novel utopia ini. Buminya kayaknya masih bumi yang sekarang, tapi semua hal-hal buruk sudah hilang, seperti kata blurb. Manusia bahkan nggak bisa mati, ada tempat khusus yang disebut pusat pembangkitan kalau-kalau kita nggak sengaja bunuh orang, dan orang itu bisa hidup lagi seperti semula dalam beberapa hari tergantung kerusakan.

Lalu, di dalam tubuh manusia pun dipasang sebuah benda(?) aku sendiri bingung ini wujudnya apaan tapi namanya adalah nanite. Nanite berfungsi untuk menyembuhkan luka dan rasa sakit, dan kalau gak salah bisa juga ngatur mood agar selalu happy, biar nggak ada manusia yang depresi kali ya, mantap.

Hanya satu yang ditakuti para manusia di sini, yaitu adalah Scythe. Scythe bisa membunuh mereka, atau istilahnya di sini adalah “memungut”. Orang terpilih, tidak akan dikirim ke pusat kebangkitan dan akan dimakamkan selamanya. Scythe memakai jubah warna pilihan dan memiliki sebuah cincin. Jika seorang Scythe memungut seseorang, maka seluruh keluarga orang tersebut boleh memiliki imunitas alias aman dari pungutan Scythe selama setahun kedepan dengan cara mencium cincinnya.

Yah, segitu aja deh, sebenarnya masih banyak aturan Scythe yang lain tapi yha baca saja wkw

Singkatnya, Scythe Faraday tertarik dengan keduanya, Citra dan Rowan, sehingga ia pun memutuskan untuk mengangkat keduanya menjadi murid magang. Meskipun nanti akhirnya, Faraday hanya akan memilih satu yang lulus dan yang lain harus pulang.

Setelah beberapa bulan pelatihan, pada pertemuan Scythe, Scythe Goddard yang terkenal kejam, tidak menerima keputusan Faraday dalam mengambil murid magang, seharusnya hanya satu murid. Ia pun mengajukan tuntutan agar salah satu harus memungut yang lain jika nanti terpilih menjadi Scythe. Meski Faraday sudah berkorban, nyatanya hidup Citra dan Rowan tidak berjalan mulus.

Mulai dari gaya bahasanya, aku sempet mikir ini agak berat, tapi ternyata setelah beberapa bab, aku mulai menikmatinya, nggak berat-berat amat ternyata. Mungkin cuma efek font kecil di hp ku yang kecil juga, beneran sumpah dah berharap GD ngeluarin versi mobile read!1!1

Di setiap bab, dibuka dengan potongan jurnal dari Scythe Curie dan kadang ada Scythe Goddard, Faraday, Citra dan Rowan. Lebih banyak narasi ketimbang dialog, tapi menurutku it’s okay aja soalnya narasinya pun seru dan enak diikutin. Terlebih, aku suka world buildingnya yang cakep, rapi, nyata. Suka konsep nanite dan pusat pembangkitan.

Novel ini sama sekali nggak ngebosenin, tapi kadang bikin ngantuk, entah kenapa. Tapi mungkin karena nggak banyak aksi atau apa, cerita sehari-harinya murid magang yang belajar jadi Scythe dan kadang diseling dengan ikut Faraday untuk memungut. Bisa dibilang, banyak juga kisah-kisah dan makna yang terselip di setiap pemungutan.

Ketika Faraday berkorban, di sinilah titik mengejutkannya. Aku gak bisa cerita banyak tapi beneran makin menarik ceritanya. Aku suka pengembangan karakter Rowan. Kalau Citra, buatku dia biasa aja heuheu.

Untuk konfliknya sendiri aku memang dibuat kaget sih, banyak twist gitu dan memang mencekam. Sayangnya, Scythe belum mampu mengalihkan perasaanku 100%. Novel ini seru pas lagi dibaca tapi kalau nggak lagi dibaca yauda gitu nggak kepikiran haha.

Dan satu lagiiii, kupikir ini penting untuk kalian yang juga pencinta romance kayak aku *minor spoiler starts*, dua tokoh utama cewek dan cowok disatuin jadi murid magang? Wow sudah pasti aku mengharapkan bumbu cinta di sini. Memang ada sih, tapi gak banyak, dikit, beneran minor, gak berasaaaa, jadi jangan berharap banyak, dan siap-siap kaget sama endingnya hehehe *spoiler ends*

Overall, penyuka kisah utopia dan banyak kematian, aku rekomen novel Scythe untuk dibaca. Aku pasti lanjut Thunderhead, tapi belum tau kapan karena meskipun endingnya WOW banget aku nggak dapet perasaan untuk langsung lanjut baca novel keduanya hehehe. Dari novel ini, kita bisa belajar tentang arti kematian dan kehidupan sekaligus. 4/5ó

“Selamat tinggal, Citra. Kuharap kita bisa berbicara lagi.”
“Tapi aku harus mati dulu untuk itu terjadi.”
“Aku yakin kau bisa mengaturnya.” – hlm 366

Kutipan dari salah satu jurnal H.S Curie yang aku suka:


“Aku bukannya tidak bahagia,” katanya kepadaku. “Aku hanya.. sudah selesai.” – hlm 367

“Menurutku, semua perempuan muda dikutuk dengan rangkaian kekonyolan tak bertepi, dan pemuda dikutuk degan serangkaian kebodohan mutlak.” – hlm 375

 


Rabu, 13 Mei 2020

[RESENSI] Vengeful by V.E Schwab

source: google


Judul: Vengeful (Villain #2)

Penulis: V.E Schwab

Alih Bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Kemasacil

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

ISBN: 9786020635224 (digital)

Jumlah halaman: 600 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Lima tahun telah berlalu, Eli Ever ditangkap dan Victor Vale dikuburkan. Eli mengira berhasil membunuh Victor, tapi Sydney Clarke ternyata menghidupkan kembali pria itu.

Lalu muncullah Marcella Riggins. Marcella akhirnya memperoleh kekuaran yang diidam-idamkannya dan bertekad memanfaatkan kekuatan tersebut untuk membuat seantero Merit bertekuk lutut. Dia bersedia melakukan apa saja, termasuk mengadu domba dua LB paling terkenal, Victor Vale dan Eli Ever.

Dan sekali lagi, Merit City mejadi panggung untuk aksi pembalasan akhir benak-benak luar biasa yang penuh dendam.

----

Pertama-tama, mari kita appreciate dulu kover cakep ini! Meskipun aku masih gak tau, gambar cewek di kover ini Marcella atau June. Haha. Cuma satu yang mau kukeluhkan, kenapa punggung bukunya beda sama Vicious? Jadi nggak cakep buat disejajarin kan... :( padahal gue ngga punya bukunya dua-duanya cuma baca di GD, tapi siapa tau tar mau koleksi lagi sih.

Aku nggak bakal panjang-panjang di sini, karena nyaris 400 halaman yang kubaca itu bosen luar biasa. Aku bahkan sampe ngeluh kenapa Vicious harus ada lanjutannya sih, padahal ending Vicious itu udah perfect banget buatku.

Hal yang pertama, dari segi bahasa, aku gak tau apakah memang begini aslinya atau efek terjemahan, yang jelas aku pusing. Kesan-kesanku hampir sama kayak Vicious, ngantuk di awal, seger di akhir. Narasi di kedua buku ini menurutku membosankan, ditambah emang belom masuk konflik, awal-awal buku ini bertele-tele banget.

Bedanya, di Vengeful ini kebanyakan nyeritain orang lain, Marcella, June dan Eli. Dan, alurnya lambaaaat banget. Yang makin bikin aku bosen dan ngantuk banget karena aku lebih suka baca pov Sydney atau Victor huhu. Pokoknya tiap ada karakter baru muncul, selalu aja dijelasin latar belakangnya. Jujur aku banyak skip-skip pas baca cerita tentang mereka, yang penting aku nggak lost track sama plotnya haha. Menurutku, cerita mereka tuh nggak penting-penting amat. maafkan :( yang kuinginkan cuma Victor.

Menurutku, tokoh-tokoh baru dan konflik baru ini lumayan seru, asal nggak dijadikan bertele-tele gini. Padahal harusnya mungkin Vengeful bisa lebih ringkas dari ini, nggak perlu sampe 600 halaman. Toh, inti yang sebenarnya ada di 200 halaman terakhir. 400 halaman awal semacam intro doang buatku haha.

Balik lagi ke selera sih, kalau yang suka karakter cewek villain, kalian pasti bakal demen sama Marcella dan kemampuan LB-nya.

Setelah berdarah-darah sepanjang 400 halaman, akhirnya konflik sesungguhnya dimulai. Di sini mendadak aku gak bosen lagi, nggak ngantuk lagi, narasi tiba-tiba jadi jelas dan bercahaya pokoknya mah.

Vicious, Vengeful, dua-duanya nggak bisa nggak bikin tegang. Aku suka gimana konflik dan plotnya bener-bener bisa bikin aku masuk ke ceritanya dan gereget sendiri. Jadi kuputuskan bukan gaya bahasanya yang bikin bosen di awal, tapi memang intro di awal nggak menarik.

Dan untuk karakter tambahan, pertama Marcella, aku cukup kasian sama perannya di novel ini, setelah bikin Victor dan Eli reuni dan novel Vengeful tercipta, bisa-bisanya penulis bikin Marcella kayak gini:)

Kedua, June. Aku masih curiga sama dia sampai sekarang, nggak tau dia baik apa nggak sebenernya, tapi karena dia sayang Sydney, aku bisa agak tenang :)

Dan buat Eli, di sini diceritain tentang masa lalunya dan jujur kalau bagian ini aku suka :’) sedih banget Eli...tapi aku tetap #TeamVictorForever.

Karakter favoritku masih tetap, kuartet Victor, Sydney, Mitch, dan Dom, plus si anjing, Dol. Dari dulu, aku selalu jatuh cinta sama novel yang punya kelompok tersendiri kayak gini. Mereka semua orang asing, saling cuek, padahal sebenernya sayang dan perhatian. Tiap nyeritain kisah mereka, aku selalu seneng bacanya. Makanya aku gak suka banget saat harus baca 400 halaman yang dikit merekanya.

Overall, apakah buku ini recommended? OF COURSE! Meskipun cuma 200 halaman terakhir, tapi itu sangat membekas buatku dan aku pun melupakan kebosananku pada buku ini, aku bahkan kasih 5 bintang saking geregetnya novel ini:’) jujur, novel ini menurutku punya open ending yang terbaik sekaligus ternyesek buatku. Gak tau kalau kalian.

Dan legaaa banget kalau tau buku ini nggak akan jadi duology, tapi trilogi. Entah kapan buku ketiga bakal keluar, but, I WOULD WAIT A THOUSAND YEARS FOR VICTOR VALE.

Sesuka itu aku sama karakter-karakter di Villain series.

“Eli tidak tahu bagaimana dia sampai rusak, tapi dia ingin disembuhkan. Dia ingin diselamatkan.” – hlm 187

“Tuhan tidak pernah memberikan ujian lebih daripada yang mampu kita tanggung. Tugas kitalah untuk menemukan tujuan dalam penderitaan itu.” – hlm 218

“Kita tidak bisa membentuk masa lalu, hanya masa depan.” – Eli (hlm 231)

“Pengetahuan boleh saja kekuasaan, tapi uang membeli dua-duanya.” – Marcella (hlm 351)

“Nasib buruk itu seperti karet. Mitch hanya bisa menjauh sedikit sebelum tangan tak kasat mata menyelinap dan dia kembali bertabrakan dengan masalah.” – hlm 417

“Keterikatan itu sesuatu yang menjengkelkan, sama merusaknya seperti rumput liar.” – hlm 426

“... selalu ada yang lebih kuat daripada kau. Begitulah cara kerjanya dunia. ... kau melakukan aoa yang kau bisa. Kau melawan, dan kau menang, sampai kau tidak lagi menang.” – hlm 434-435


[RESENSI] A Conjuring of Light by V.E Schwab

 

source: google

Judul: A Conjuring of Light – Pemanggil Cahaya (Darker Shade of Magic #3)

Penulis: V.E Schwab

Alih bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Narendra Bintara Adi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020637259 (Digital)

Jumlah halaman: 768 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Holland berhasil pergi ke London Merah membawa Osaron, London Merah diserang, untuk itu, Kell, Lila dan Alucard bersama-sama menjalani misi untuk menghentikan Osaron.

----

Kira-kira begitu saja inti dari cerita ini. Simpel, tapi banyak yang terjadi. Gimana nggak, 700 halaman. Aku sempat meragukan novel ini, takutnya sama kayak AGoS, tapi karena konflik di novel kedua dilanjut di sini dan sebagai penutup, aku berusaha positive thinking XD

Awal novel ini sudah tegang soalnya hasil cut dari novel sebelumnya. Dan aku merasa bisa mulai kembali menikmati ceritanya. Pertempuran yang sebenarnya dimulai. Tapi baru kira-kira di halaman 300an petualangan Kell, Lila dan Alucard dimulai. Sebelumnya, masihl liat-liat sikon dulu di Arnes heuheu.

Belum lagi, aku merasa di novel ini banyaaak banget sudut pandang. Selain ketiga pelaku utama, ada Holland serta masa lalunya yang cukup panjang, ada Emira sang Ratu, ada Rhy, ada Maxim sang Raja, banyak opini dah pokoknya. Plotnya memang masih agak lambat, tapi setidaknya yang ini nggak separah agos. Walaupun menurutku masih sama aja buang-buang detail, harusnya bisa agak dipersingkat gitu yaaa.

Awalnya kukira petualangan mereka nyari benda yang bisa menjadi rencana mengalahkan Osaron bakal wow banget tapi ternyata biasa aja, lumayan doang menurutku, tegang tapi nggak setegang adsom, entah mungkin karena aku masih terpengaruh sama agos.

Untuk karakternya, aku agak sebel sama cara author bikin karakter Kell, aku merasa dia kurang banget porsinya dan bukan pusat lagi. Lila lebih menonjol meskipun tetap aja aku nggak terima Kell kayak terasingkan wkwk. Kayaknya semua masalah datengnya ke Kell, tapi bukan dia yang nyelesain. Hufff.

Yang paling bikin aku jatuh cinta sama novel ini adalah bagian klimaks dan antiklimaksnya!! Rasanya aku mendadak nggak nyesel pokoknya udah baca agos wkwk, novel ini bener-bener seru, tegang, sedih, segala macem lah pokoknya.

Meskipun bagian raja dan ratu entah kenapa menurutku rada maksa. Tapi sedih juga sih. Yang paling bikin perasaanku mulai tertaut sama novel ini dimulai dari situ, terus pas Alucard tinggal di kapal, pas Holland juga.....oh no i was a little bit sobbing here. Dan mendadak aku sukaaaa banget sama Rhy, dalam artian aku simpati banget sama dia.

Kell masih tersingkirkan, tapi mereka semua jadi lebih kuat perannya buatku. Pokoknya novel ini seruuuuu dan penuh rasa nyesek. Aku pengen banget protes buat apa banyak flashback Holland kalau akhirnya.....i ran out of words. Skip.

Overalllllll, i loved this book so much! Aku suka feelnya, suka konfliknya, suka karakternya, suka endingnya :’))))) terharu aku tuh sampe nangis :’)))) kesan yang ditinggalkan bener-bener ngena di aku. Aku sayang Kell dan Lila bagaimanapun akhirnya :’)) ADSOM series bakal jadi salah satu series favoritku. Aku kasih 5 bintang!

“...tapi kepengecutan datang lebih mudah dibandingkan harapan.” – hlm 14

“Terkadang kau harus berpura-pura, semua tahu itu. Berpura-pura bahagia. Berpura-pura berani. Berpura-pura kuat. Kalau kau berpura-pura cukup lama, akhirnya itu akan menjadi kenyataan.” – hlm 169

“Sebab, ide buruk itu favoritku.” – Lila (hlm 250)

“Kadang-kadang lebih mudah menjadi sosok yang diremehkan, dilupakan, diabaikan.” – hlm 385

“Tapi satu-satunya cara menghindari kehilangan adalah menghindari cinta. Dan betapa menyedihkannya dunia yang seperti itu.” – Tieren (hlm 462)

“Orang mati tidak bisa menyimpan dendam.” – hlm 465

“Dari berbagai cara untuk mati, hanya orang bodoh yang memilih harga diri.” – hlm 468

“Kita tidak memilih siapa kita, tapi kita memilih apa yang kita lakukan.” – hlm 571

“Kau benar, banyak yang harus membayar keputusan yang diambil segelintir orang. Tapi penguasalah yang memutuskan, dan kamilah yang membayar untuk itu.” – hlm 650

“Dan strategi hanya istilah canggih untuk jenis akal sehat yang spesial, kemampuan untuk melihat pilihan-pilihan, menciptakannya bila tidak ada. Itu bukan soal mengetahui aturan. Tapi soal mengetahui cara melanggarnya.” – Lila (hlm 688)

 

 


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)