Tampilkan postingan dengan label iPusnas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label iPusnas. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 November 2021

Resensi – A Sky Full of Stars by Nara Lahmusi

 

source: goodreads


Judul: A Sky Full of Stars

Penulis: Nara Lahmusi

Penyunting: Irna Permanasari

Penyelaras aksara: Vania Adinda

Desain sampul: Bella Ansori

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

Jumlah halaman: 240 hlm.

Baca via: Ipusnas

 

Hi! Udah lama yaa nggak nulis di blogku. Setahun ini aku sibuk banget jadi nggak terlalu banyak baca buku. Kalau baca pun nggak ada niat buat bikin resensi hehe.

Tapi kali ini aku mau banget nulis review buat novel teenlit terbitan GPU yang baru aja aku selesain beberapa waktu lalu. Karena menurut aku buku ini bagus banget isinya.

A Sky Full of Stars bercerita tentang Raya, seorang anak yatim yang cerdas dan pekerja keras. Demi nambah-nambah uang buat keluarganya, Raya yang udah kelas 3 SMA ini bela-belain ngelamar kerja jadi tutor private.

Dari situ, akhirnya dia ketemu sama Dika, cowok yang berusia setahun di bawahnya untuk jadi muridnya. Nggak cuma Dika, ternyata Raya juga harus berurusan sama Dirga, kakak Dika yang bandel dan terkenal di sekolahnya. Ditambah lagi, ternyata Raya dan Dirga satu sekolah.

Dikelilingi oleh dua kakak beradik yang diam-diam tertarik sama Raya, nggak bikin Raya balik tertarik sama mereka karena sebenarnya Raya sendiri udah punya cinta pertamanya. Cowok yang beliin dia buku waktu SMP.

Tapi, apa jadinya kalau cinta pertama Raya ternyata adalah salah satu dari kakak beradik itu?

Ini pertama kalinya aku baca novelnya Nara Lahmusi, dari novel-novel beliau, aku paling tertarik sama A Sky Full of Stars ini karena cover-nya cakeeep. Meskipun sebenarnya aku sangka novel ini bakal bertema agak kelam dan diakhiri dengan acceptance tokoh utamanya. Emang guenya aja yang pikirannya kemana-mana.

Ternyata novel ini hanya teenlit biasa dengan bumbu romance dan nilai moral yang baik. Aku berharap cover-nya bisa lebih unyu aja gitu haha.

Dari gaya penulisannya, aku suka karena nggak terlalu berat dan mengalir. Konfliknya ringan dan disampaikan dengan baik, nggak bertele-tele, nggak loncat-loncat, pokoknya padet. Ini salah satu hal yang bikin aku betah bacanya.

Selain konflik cinta Raya yang masih teka-teki, di sini pun ada konflik tentang bahaya merokok buat remaja, hubungan orangtua-anak, dan pentingnya belajar serta cita-cita. Aku bersyukur karena konfliknya nggak ditambah-tambahin ini itu lagi, jadi ceritanya bener-bener fokus. Alurnya juga dibuat maju dan sederhana dengan POV orang ketiga.

Penokohan yang paling penting di sini cuma ada 4. Yaitu Raya, Dika, Dirga, dan Rila (adik Raya). Sesekali bapaknya double D muncul, ibu Raya, trus sama ada side story dua guru di sekolah yang aku skip ceritanya karena nggak penting menurutku haha jangan ditiru.

Tokoh favorit aku hmm..siapa ya. Kayaknya nggak ada. Semua peran berbeda-beda dan unik, tapi nggak ada yang sampe bikin aku nge-crush. Pada akhirnya mereka semua cuma remaja biasa.

Menurut dan seinget aku, Raya ini terlalu dewasa. Bahkan bisa dibilang dia hampir nggak punya kesalahan di sini. Dia baik, cantik, pinter, tegas, penyayang, peduli sesama, bla bla. Tapi ada satu sih yang bikin aku nggak terlalu suka, dia ini tukang ikut campur urusan orang.

Alasan kenapa aku bilang dia hampir nggak punya kesalahan..? Karena sifat ikut campurnya ini punya output yang bagus bagi tokoh-tokoh di sekitarnya, dan bikin konfliknya mengarah ke arah yang lebih baik.

Tapi bagi aku pribadi, sorry to say, ngeselin banget kalau sampe segala macem dikomenin Raya. Kalau blurb aslinya bilang Raya terpaksa terlibat, errr I disagreed. Just mind your own business deh Rayyy!

Lalu ada Dirga, cowok yang paling keliatan character development-nya. Ofc. Not surprised lah ya. Dirga ini selain punya father-issue, dia juga punya karakter yang ngeselin-gemesin, tukang ngerokok dan bolos jam pelajaran. Tapi di balik itu semua dia orang baik sie.

Lain Dirga, lain juga adeknya, Dika. Dika ini cowok manis yang sakit-sakitan. Dia orangnya tulus dan baik. Ah prince charming deh ya. Minor character development. Lalu ada Rila, sifatnya jauh dari kakaknya si Raya. Rila ini tipe yang lebih aktif dan ceria. No character development.

Bisa dibilang, novel ini adalah paket lengkap teenlit deh buat remaja-remaja yang mau nyari bacaan ringan gemes sekaligus metik hal yang berharga.

Anyway, karena aku bukan anak sekolahan lagi yang butuh edukasi kayak gini *ea* bagian favorit aku di novel ini tentunya kisah cinta Raya. Cinta segitiga emang paling ngeselin tapi menantang.

Di antara dua kapal ini, jujur aku bingung pilih siapa. Sebagai orang yang sering kena sub-complex, aku sebenarnya cenderung ada di pihak calon sadboy HAHA.

Pas lagi baca bener-bener dukung Dika, tapi ternyata..aku nggak bisa kena sub-complex karena aku ngerasa di sini semuanya nggak ada yang berhak jadi sadboy aaaak. Bener-bener terombang-ambing deh dibikin sama novel ini T_T Apalagi menuju ending, dahlah nyerah aku main kapal-kapalan, mending nyebur aja ke laut hiks.

Overall, novelnya cukup memuaskan. Hanya satu yang kurang bikin aku sreg, yaitu endingnya. Aku udah siap gagal move-on tauk! Hmm. Nggak ada yang salah sebenarnya di endingnya cuma aku prefer nggak usah dibikin tiba-tiba berubah haluan aja gitu. Akan lebih baik kalau dipelanin kayak alur keseluruhan.

3 dari aku buat nambah-nambahin bintang di langit mereka.

 

 

 

Senin, 07 September 2020

Rekomendasi Teenlit (agak) Jadul Part 2!


 


Hi guys how are youuuu? I hope y’all are doing well! mulai bulan ini aku berencana buat rutin ngonten minimal seminggu sekali, maksimal dua hehe mudah-mudahan terlaksana:)

By the way, masih inget rekomendasi teenlit jadul yang pernah aku posting Februari lalu? Di sana ada lima judul buku teenlit karya penulis-penulis Indonesia berbakat loh. Kalau belum baca, klik dulu di sini biar afdol. Soalnya di part dua ada rekomendasi yang nggak kalah seru, malah jauh lebih seru, yang ini kalian beneran deh, wajib, kudu, harus, banget baca novel-novel di bawah ini kalau kalian pecinta teenlit lokal sejati. HEHE.

Sebelumnya aku mau tanya, siapa yang pernah bercita-cita jadi agen rahasia atau mata-mata? Sejujurnya aku sendiri nggak pernah kepikiran punya pekerjaan kayak gitu, aku dulunya mau jadi dokter! Apalah daya akhirnya cuma jadi penulis konten di blog pribadi.

Biasanya kalian bakal nemuin cerita tentang agen rahasia di novel atau film-film luar negeri, yang plotnya keren, tegang, banyak plot-twists, kekerasan bla bla, kayak si James Bond itu lah. Tapi sesungguhnya kalian nggak perlu jauh-jauh karena kita semua punya penulis lokal, asli Indonesia, yang bikin novel tentang agen rahasia dan bagaimana cara mereka beroperasi dengan segala macem detail tentang organisasinya loh!

Yup, siapa lagi kalau bukan Clio Freya dan series Fay’s Adventure-nya yang super duper keren. Jujur, aku kurang banyak nemu artikel tentang betapa kerennya series ini, apa karena udah agak jadul? Atau underrated? Padahal nih ya, coba deh cek goodreads dan liat rating series ini. Ketiga bukunya meraih rating di atas 4 bintang loh, masih ragu buat baca?

Dan terlebih lagi, novel ini adalah novel teenlit. IYA, TEENLIT, kalian nggak salah baca. Novel teenlit, tokoh-tokohnya remaja, main agen rahasia T_T segitu aja harusnya udah cukup buat kalian kepo sama ceritanya, iya nggak sih?

Tenang aja, jangan dulu mikir:

“Ah, bukan terjemahan pasti ceritanya mainstream.”

“Paling nanti agen rahasianya cuma disebut-sebut doang, nggak ada penjelasan.”

“Teenlit lokal bikin konflik agen rahasia? Paling versi simpelnya doang.”

“Wah temanya berat, jangan-jangan nanti nggak masuk akal, asal tempel.”

No, no, no, big NO. Kalian salah besar. Meskipun aku juga sebenernya bego dan nggak ngerti apa-apa sama tetek bengek agen rahasia, tapi aku jamin kalian bakal menemukan detail yang memuaskan, nggak asal tempel, dan pastinya riset yang oke. Aku juga mikir mungkin beberapa hal ada yang fiksi tapi setidaknya, penjelasannya masuk akal kok.

Kalau gitu, siap kenalan sama Fay? Lanjut baca biar makin kepo :p

Series Fay’s Adventure dengan buku pertamanya yang berjudul “Eiffel, Tolong!” terbit tahun 2009. Waktu itu aku pertama kali baca sekitar tahun 2014. Dilihat dari kovernya yang maaf, nggak eye-catching, dan judulnya yang kurang menarik, aku nggak berekspektasi apa-apa sama novel ini. Cuma dikasih pinjam temanku lalu aku baca aja kata dia seru. EALAH taunya, aku bucin sendiri, tergila-gila sama ceritanya T_T

Buku satu bercerita tentang Fay Regina Wiranata yang tadinya bakal menghabiskan liburan sekaligus kursus bahasa Perancis seminggu penuh di Paris, sendirian, soalnya ada misscom sama kerjaan orangtuanya. Siapa sih yang nggak seneng? Ide itu sendiri bikin aku seneng setengah mampus pas baca.

Tapi ternyata, baru satu hari di sana, Fay diculik! Penculiknya adalah om-om keren bernama Andrew McGallaghan aku ngetik namanya aja sambil senyam-senyum guys sumpah. Seorang direktur dari perusahaan bernama Llamar Corp. Tentunya, Direktur cuma posisi di luar, di dalem, dia adalah pemimpin agen rahasia sebuah organisasi bernama COU di bawah Llamar Corp juga. Untuk keterangan lebih lanjut silakan baca novelnya.

Next

Fay diancam dan dipaksa untuk melakukan tugas dari Andrew untuk berpura-pura menjadi gadis Malaysia bernama Senna dan menyusup ke rumah seorang milliader bernama Alfred. Sebelum melakukan tugasnya, tentu saja Fay harus dilatih dulu sedemikian rupa, literally sEdEmIkiAn rUPa yang dipenuhi kekerasan T_T

Pagi ikut kursus malem disiksa. Itulah yang akan Fay jalani selama di Paris. Tapi untungnya, ada Kent, pemuda tampan berambut pirang dan bermata biru yang nemenin Fay ngelewatin hari-harinya yang berat, dan ada Reno yang menemaninya di tempat kursus.

Ughhh. Masih belum penasaran juga sama ceritanya??

Oke masuk ke review, berhubung aku udah baca ulang bukunya tahun lalu, ini pendapat aku yang bukan remaja SMA lagi setelah bertahun-tahun baca buku satu: aku masih tetap cinta. Cerita ini nggak gagal bikin aku senyum, kangen, tegang, dan heboh sendiri pokoknya. Cuma satu yang menurutku kurang srek, yaitu eksekusinya yang agak drama gitu, tapi tetep aja keren woy. Nggak banyak yang bisa aku komentarin soalnya: SECINTA ITU aku sama novelnyaaaa. Ratingnya aku kasih 4,5 bintang.

Setahun kemudian, tahun 2015 yang pada saat itu aku masih SMA, aku baru baca lanjutannya di buku kedua yang berjudul “From Paris to Eternity” terbit setahun setelah buku pertama yaitu di tahun 2010. Buku kedua ini...makin gila. Sumpah. Nggak paham lagi. Penderitaan Fay makin kejer aja tapi aku suka banget HUEE.

Ceritanya, Fay kembali ke Indonesia horeee. Abis ujian kelas 3 pula, siap-siap mau kuliah, eh taunya ada telepon dari institute di Paris yang bilang Fay menang lomba essay waktu kursus di Paris setahun yang lalu. Hadiahnya, dia bisa liburan lagi ke Paris! Horeee!

Tapi tentu saja itu cuma khayalan. Soalnya, itu semua cuma kedok Andrew, pertanda bahwa Fay harus kembali ke Paris untuk ngejalanin misi lagi. Fay sih jadi lemes lutut dengernya, tapi aku tetep bersorak: HORE makin kenceng guys.

Di sana, dia kembali ngejalanin latihan berat. Tapi kali ini, yang melatih bukan Andrew, melaikan sosok kakek sihir (julukan dari Fay) yang bernama Philippe Klaan. Paman yang satu ini 100000x lipat lebih mengerikan dari Andrew, aku bener-bener dibuat takut sendiri sama sosok Philippe.

Aku udah baca ulang novel ini bulan ini. Kebencianku ke Philippe masih 100% segar tanpa berkurang sedikitpun. Aku juga agak lumayan lupa sama eksekusi novel ini, dan sempet aku pengen protes, mikir ini terlalu drama, mau ilfeel tadinya, tapi semua itu aku telan lagi bulat-bulat waktu baca endingnya.

Rasanya malu sendiri udah mau ngomel-ngomel sama konfliknya, kalau ada kak Clio di depanku, udah aku kubur diri sendiri dah saking malunya XD tentu saja di sini ada plot twist yang sudah disusun Andrew dengan sangat rapi.

Meskipun pada akhirnya aku tetap merasa hal-hal sebelumnya jadi terkesan buang-buang waktu dan misinya jadi berlebihan, tapi aku nggak bisa protes karena aku sangat menikmatinya. Belum lagi, romance di sini makin kental loh, siapa yang kalau baca buku harus ada romance-nya? Nah tuh puas-puasin di buku dua, romansanya bikin ngiri puol. Tentunya aku kasih 5 bintang buat novel kedua ini.

Aku bersyukur aku baru baca novel ketiga pertama kalinya (bukan reread) kemarin. Soalnya kalau aku ikutin on-going pada masanya, buku ketiga yang berjudul “Traces of Love” baru terbit empat tahun kemudian dari buku keduanya yaitu pada tahun 2014.

Aku lebih bersyukur lagi karena aku nggak harus nunggu selama enam tahun buat nunggu kabar buku ke-empatnya seri Fay ini. Meskipun sekarang statusku berubah jadi salah satu penunggu buku empat terbit, setidaknya aku nggak nunggu dari enam tahun yang lalu haha.

Traces of Love masih bercerita tentang Fay, aku mungkin nggak akan cerita banyak-banyak karena ending buku dua tuh GILA banget aku nggak mau ngasih clue apa pun yang bisa ngurangin kenikmatannya haha. Intinya, ya, Fay pasti di Paris lagi. Namun kali ini ada yang berbeda dari statusnya. Apa hayo?

Di sini, nuansa romance-nya makin kerasa, konfliknya makin keren, Andrew makin tampan sj di pikiranku. Ada banyak karakter-karakter baru yang muncul. Andrew dan Philippe bukan cuma dua orang paman gila, tapi mereka ada lima guys, LIMA.

Lalu, selain Kent dan Reno, kali ini Fay nambah satu satelit: cowok seksi dari Venezuela bernama Enrique. Stok cowok ganteng Fay nggak cuma empat paman (Philippe nggak diitung) dan tiga cowok perhatian, tapi masih ada lagi loh haha. Dan Fay ini akan jadi satu-satunya cewek di “dunianya.”

Review-ku buat novel ini, karena ini pertama kalinya aku baca buku ketiga, rasa penasaran dan senengku makin berlipat-lipat. Aku belum tau apa yang bakal terjadi, nggak tau bakal gimana. Awal-awal aku ngerasa novel ini cukup ‘tenang’ dan ‘menyenangkan’ lah ya, Fay masih disiksa tapi nggak kayak dulu.

Ketika akhirnya aku masuk ke konflik yang sebenarnya, aku nyaris pengen berenti baca karena takut sama apa yang bakal terjadi. Ini beneran, aku sempet tutup bukunya, gak mau tau apa yang terjadi, tapi tentu saja aku kalah sama rasa kepo. Meskipun nggak ada aksi yang cukup intens kayak di buku sebelumnya, konflik ketiga ini lebih nusuk di hati.

Satu hal yang aku sadari: aku ternyata nggak begitu suka karakter Fay karena dia kadang ngeselin banget pengen getok, pantes Andrew gemes. Tapi justru perasaan itulah yang bikin aku makin suka sama seriesnya, keliatan banget kalau Fay itu masih separuh manusia biasa yang bisa ngeselin, bukan heroin yang tanpa cela.

Di novel ini pula, aku makin suka sama Kent. Dan yang mengherankan, ternyata karakter favoritku nomor satu adalah Andrew McGallaghan T_T aku kasih 5 bintang! setelah baca ketiga buku ini, pilihan kalian cuma ada dua: gak suka bukunya atau bucin banget sama McGallaghan family!

Seriously, aku bisa ngabisin berlembar-lembar ms.word kalau aku nggak berenti fangirling sekarang! Padahal aku belom nulis quote guys gimana dong. Dah, udah stop, kalian nanti bosen dan capek bacanya.

Overall, yang masih mau diyakinkan buat baca series ini silakan komen di bawah. Tapi masa sih masih perlu diyakinkan?! Series ini adalah series lokal pertama, teenlit lokal pertama yang bisa bikin aku bucin level 999. Biasanya aku selalu jatuh cinta sama series western dan nggak nyangka aja aku ternyata bisa ditaklukan sama novel lokaaaal. Bener deh, you should give it a shot, dijamin nggak nyesel.

Terakhir, kabar bahagia buat kalian yang keracunin habis baca curhatan fangirl ini: ketiga buku Fay’s Adventure bisa kalian baca GRATIS di iPusnas! Hip hip horeee!

p.s: dari sebuah artikel aku baca katanya series ini bakal berakhir di buku 4 dan kalau nggak ya paling banyak sampe buku 5. Buku keempat tadinya bakal terbit Agustus tahun ini tapi lagi-lagi hilang kabar, katanya sih gegara pandemi :(

Mari berdoa supaya aku (dan kalian yang sekiranya baru mulai baca) nggak harus nunggu bertahun-tahun buat baca lanjutannya ya. Sekian.. happy reading, and see you in another post!

Sabtu, 11 Juli 2020

[RESENSI] My Heart and Other Black Holes by Jasmine Warga


sumber: google
                                                   

Judul: My Heart and Other Black Holes (Hati yang Hampa)

Penulis: Jasmine Warga

Alih bahasa: Rosemary Kesauly

Editor: Mery Riansyah

Desain sampul: Rovliene Kalunsinge

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)

ISBN: 978-602-03-8271-5

Jumlah halaman: 326 hlm

Baca via: iPusnas


Blurb ala-ala: Aysel, remaja berusia 16 tahun yang menyukai fisika dan terobsesi untuk bunuh diri. Tapi dia tidak berani untuk bunuh diri sendirian, melalui situs Suicide Partners, dia menemukan kawan bunuh diri, seorang pebasket bernama Roman. Ketika kesepakatan bunuh diri mereka makin konkret, Aysel mulai mempertanyakan apakah ia benar-benar ingin melakukannya. Ia harus memilih antara ingin mati atau berusaha meyakinkan Roman untuk tetap bertahan hidup. Hanya saja, Roman tidak akan mudah diyakinkan.

----

Sebenernya, blurb aslinya agaknya udah menggambarkan keseluruhan alur, tapi agak mislead sedikit dari cerita aslinya. Tapi kita bahas itu nanti.

Alasan aku pengen baca ini? Aku suka tema suicide dan depresi haha. Apalagi kalimat awal blurb tuh beuhh, menantang sekali buat dibaca. Dari kombinasi judul dan kover pun novel ini udah menarik banget.

Awal-awal aku baca ini sempet aku dnf dulu sebentar, alasannya, aku langsung disuguhi banyak deskripsi dan detail, jadi aku agak males bacanya. Tapi ternyata aku masih tetap tertarik nyelesain novel ini sampe akhir. Yang tadinya aku pikir gaya bahasa di sini cukup berat, tapi ternyata nggak alias ringan banget.

Aku makin semangat baca dan enjoy banget buku ini waktu Aysel udah ketemu Roman, dari situ, kerasa banget kalau novel ini adalah novel remaja biasa. Ringan, asik (bagiku asik ya, mungkin bagi sebagian dari kalian ini cukup gloomy HAHA), yang jelas ini kayak kisah cinta remaja biasa kok, yang bikin beda mereka mau bunuh diri tanggal 7 April haha.

Pembahasan tentang depresi di sini juga menurutku nggak terlalu mendalam. Novel ini menggunakan pov 1 Aysel, di mana dia selalu ‘pasrah’ sama hal-hal yang terjadi di hidupnya, toh dia bakal mati juga bentar lagi. Butuh sampai nyaris bab-bab terakhir untuk tahu kenapa Aysel ingin bunuh diri. (dan yang akhirnya tidak berhasil memuaskanku, karena alasannya kurang kuat, tapi dia bener-bener menunjukan pikiran-pikiran dan sikap orang depresi asli, i liked it tho).

Yang sedikit mislead antara isi dan blurbnya adalah, dikatakan kalau ibunya malu atas sang anak, bab awal yang isinya ngenalin tokoh-tokoh keluarga Aysel pun begitu, kesannya ibu dan Georgia, adik tirinya tidak mengharapkan Aysel, padahal di bab-bab selanjutnya mereka berdua berusaha untuk dekat dengan Aysel. Aku gak tau ini mislead atau karena ini pov Aysel dan dia memang menganggap semua orang membencinya.

Lalu tentang Roman, alasan dia depresi dan ingin bunuh diri lebih masuk akal daripada Aysel. Ibu Roman yang mengkhawatirkan anaknya pun kerasa emosinya dibanding kisah Aysel sendiri.

Konflik keseluruhan novel ini pun ringan, hanya membahas hal-hal yang mereka berdua lakukan bersama sebelum 7 April, dan jujur aku suka banget, terutama karena aku membayangkan mereka akan mati bersama di akhir cerita, kan? Bener-bener bikin aku semangat, haha.

Overall, cerita ini memang membuatku agak ke-triggered. Aku bisa merasakan apa yang Aysel rasakan. Setelah aku selesai baca ini, aku suka banget, sepuluh menit kemudian, aku nangis haha. Kenapa? Soalnya aku kepikiran juga, nggak semua orang ‘seberuntung’ Aysel bisa ketemu kawan bunuh diri kayak ‘Roman’, sebagian orang sendirian sampe akhir kan? Kepo nggak? Baca sendiri aja yaa haha.

Recommended buat kalian yang suka isu mental illness, kisah cinta remaja, atau sekalipun kalian yang lagi nyari alasan untuk tetap hidup.. dan untuk menemukan harapan? Aku kasih 3.7ó

“Aku tidak sabar menantikan saat aku tidak ada lagi dalam hidup mereka.” – hlm 27

“Saat aku menyenandungkan requiem Mozart, aku bertanya-tanya seperti apa rasanya saat semua cahaya padam dan segala sesuatu hening selamanya. Aku tidak tahu apakah mati akan terasa menyakitkan dan apakah aku akan takut pada saat-saat terakhir. Aku hanya bisa berharap semua akan berlalu dengan cepat. Dan damai. Dan tetap begitu selamanya.” – hlm 34

“Aku tidak bisa menjamin hal itu tidak akan terjadi, apalagi karena aku yakin ada yang salah denganku. Ada yang rusak. Orang-orang tidak pernah paham bahwa depresi tidak berhubungan dengan hal-hal di luar diri seseorang; tapi dengan hal-hal yang ada di dalam. Ada yang salah dalam diriku.” – hlm 50.

“Kalaupun aku punya pacar, namanya Maut.” – hlm 115

“Mungkin setiap orang hanya butuh dilihat dan diperhatikan orang lain.” – hlm 253

“...aku jadi teringat saat aku masih kecil, saat perasaan berat dan hampa dalam diriku belum menguasai seluruh hidupku dan terasa tidak tertahankan. Mungkin seperti itulah cara kegelapan menguasai kita, dengan meyakinkan kita untuk menyimpannya di dalam dan bukan mengeluarkannya. Aku tidak ingin kegelapan itu menang.” – hlm  285







Series Horror-Fantasy yang Wajib Dibaca: “Lockwood & Co.”- June Fav-read.



source: google
                                    

Siapa pecinta horor? Apalagi yang latarnya fantasi?? Kombinasi hebat memang cuma ada di series Lockwood & Co.!!

Ok guys, ini bukan resensi, soalnya pasti capek kalau aku harus nulis lima resensi sekaligus, jadi aku jadiin satu aja di sini; intinya, series Lockwood & Co., adalah series favorit aku di bulan Juni kemarin. Percaya nggak, saking ketagihan keseruan berburu hantu, aku sampe marathon series ini, tiga buku terakhir aku selesain 6 hari aja dan rata-rata tebelnya hampir 500.

Nah sekarang kenalan dulu ya, Lockwood & Co., ditulis oleh Jonathan Stroud. Buku pertamanya diterbitkan tahun 2013, setahun kemudian, Gramedia Pustaka Utama membeli hak cipta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Lockwood & Co., buku 1: Undakan Menjerit versi Indonesia terbit pada tahun 2014. Diterjemahkan oleh Poppy D. Chusfani, dieditori oleh Barokah Ruziati dan sampulnya didesain oleh Martin Dima. Buku selanjutnya? Aku nggak catat, tapi sepertinya masih pake penerjemah yang sama^^

Lockwood & Co., terdiri atas 5 buku dan satu cerpen. Buat kalian yang kepo, perhatikan dan catat kalau perlu urutannya ya haha

1.      Lockwood & Co. – The Screaming Staircase (Undakan Menjerit)

1.5.Lockwood & Co. – The Dagger in The Desk (Short-story, tidak diterjemahkan, bisa baca gratis di kindle)

2.      Lockwood & Co. – The Whispering Skull (Tengkorak Berbisik)

3.      Lockwood & Co. – The Hollow Boy (Pemuda Berongga)

4.      Lockwood & Co. – The Creeping Shadow (Bayangan Mengendap)

5.      Lockwood & Co. – The Empty Grave (Makam Tanpa Penghuni)

Next, lanjut ke ceritanya. Suatu hari, Inggris kedatangan Masalah, terjadi wabah hantu berkeliaran di seluruh Inggris. Waktu itu, hanya ada dua orang yang mampu mengatasi Masalah, mereka adalah Marissa Fittes dan Tom Rotwell. Dan di masa kini, terbentuklah agensi-agensi yang biasa menangangi kasus supranatural. Tentunya diprakarsai dua agensi besar; agensi Fittes dan Rotwell.

Bagian uniknya, agensi-agensi yang menangani hantu ini adalah anak kecil, mulai dari usia 8 (cmiiw) sampe akhir usia 19. Inilah yang membuat aku terkesan dengan ceritanya, bisa dibilang novel ini bisa juga termasuk middle-grade karena memakai tokoh anak/remaja yang ikut andil dalam melakukan suatu kejadian yang butuh tanggungjawab.

Di buku ini diceritakan kalau hanya anak-anak dan remajalah yang mempunyai kemampuan khusus untuk mendeteksi keberadaan hantu. Ada beberapa kemampuan khusus yang dimiliki mereka, yaitu: daya dengar, daya sentuh, dan daya lihat. Ketika mereka dewasa, kemampuan tersebut melemah bahkan hilang sama sekali. Dan, tidak semua anak punya bakat khusus ini.

Semua buku ini memiliki pov atau sudut pandang orang pertama yaitu, Lucy Carlyle. Sejak kecil, Lucy mempunyai daya dengar yang bagus. Hingga suatu saat dia merantau dari desa kecilnya ke London dan melamar pekerjaan ke Lockwood & Co., yang saat itu baru memiliki dua anggota, Anthony Lockwood dan George Cubbins. Segera saja Lucy menjadi anggota ketiga mereka,


source: google


Daya dengar Lucy, daya lihat Lockwood, dan daya riset yang nggak termasuk ke dalam bakat George membuat tim mereka menjadi tim yang hebat. Satu persatu kasus diselesaikan dengan baik, mereka menjadi terkenal, tapi kasus-kasus besar yang mengerikan pun tak luput ambil bagian dari petualangan mereka.

Jangan matikan lampu saat membacanya... Stroud memang genius,” kata Uncle Rick Riordan yang merupakan penulis favoritku di buku pertama Lockwood & Co.

DAN memang bener, kalian jangan pernaaaah baca series ini malam-malam, saranku. Karena meskipun hanya tulisan, novel ini jelas bisa bikin aku parno dan kebayang yang aneh-aneh seharian. Tapi kalau kalian suka tantangan, kalian bisa ngikutin jejakku baca buku ini malem-malem, merindingnya lebih kerasa.

Petualangan mereka dalam menyelesaikan kasus sebenarnya cukup menarik, aku suka meski nggak terlalu menggilai. Petualangannya jelas seru, tegang, dan bikin merinding. Yang membuatku nggak terlalu dive-into ke series ini seperti aku menggilai karya RR dan LB, karena aku kurang suka detail deskripsinya, menurutku gak cukup baca sekali, tapi aku terlalu malas buat baca ulang haha. Kadang aku ngantuk kalau Lucy lagi bermonolog ahahahsksksk.

Yang paling penting dan tidak boleh terlewat adalah karakter-karakternya. Lucy Carlyle adalah cewek berani, baik hati, tangguh dan kadang slengekan. Anthony Lockwood jenis cowok cool, berani sekaligus gegabah, dan pemimpin yang super karismatik. George Cubbins, sebagaimana roda ketiga lainnya di seluruh cerita adalah tipe yang kocak dan kikuk, tapi dia kutubuku jenius.

Dan yang paling penting nomor wahid adalah kehadiran Skull si hantu dalam toples, bener-bener jadi satu-satunya alasan kuat kenapa aku rela marathon series ini. Skull adalah tokoh favoritku, kalau dia bisa dibilang tokoh. Karakternya yang sinis dan nyablak bikin aku betaaaah banget baca cerita ini dan bodo amat sama deskripsinya yang entah kenapa selalu bikin aku ter-distract.

Setiap baca novel ini, aku selalu nunggu bagian Skull bicara. Aku selalu seger tiap baca bagian dia. Sekejap ngantuk ilang pokoknya XD setiap Skull bicara, yang keluar cuma sarkas dan ngatain orang HAHA.

Nah, daripada jadi curhat Skull-lovers, mending aku udahan sampai di sini aja, takutnya juga malah jadi kepanjangan dan spoiler. Yang jelas, series ini highly recommended!! Aku gak suka-suka banget novel horor, tapi aku suka fantasi. Dan series ini bener-bener memenuhi ekspektasiku. Tapi jujur aku....ada satu hal yang membuatku kecewa berat dan berakhir hangover seminggu, tapi aku gak bisa jelasin haha pokoknya kalian baca aja dan dijamin nggak akan nyesel deh ;))))

Tambahan, series ini bisa kalian baca gratis di iPusnas loh, tapi...buku kedua yang Whispering Skull nggak ada. Bahkan di Gramedia Digital yang berbayar pun nggak ada. Jadi, usahakan kalian nyari dulu buku keduanya ya, minjem perpus atau pinjem temen asal jangan nyolong aja. Habis itu kalian bisa nikmatin Lockwood & Co., gratis di iPusnas^^ lebih bagus lagi kalau kalian mulai koleksi aja fisiknya, rencananya aku pun mau koleksi fisiknya karena kadang-kadang aku kangen Skull :(

Well, bagi kalian yang tertarik dan berencana mau marathon Lockwood & Co., kayak aku....HAPPY READING and byeeee!!



Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)