source: personal document @arthms12 |
Mungkin lebih daripada resensi, postingan ini aku khususkan
buat bahas hal-hal mengenai series fantasy karya penulis favoritku ini aja ya.
Pertama-tama mari kita kenalan dulu sama series pertama di Grishaverse, cikal
bakal series-series luar biasa lainnya dari Leigh Bardugo.
Shadow and Bone adalah buku pertama dari series pertama
Grishaverse dalam trilogi “Shadow and Bone”. Buku ini sempat diterbitkan di
bawah naungan mizan group dulu, cuma mungkin karena nggak laku, lalu lisensinya
kedaluwarsa(?) akhirnya bertahun-tahun kemudian series ini kembali dihadirkan
lewat penerbit yang berbeda, yaitu POP & Ice Cube (bukan merek minuman,
katanya).
Awalnya sebelum series ini diterbitkan, penerbit POP malah
lebih dulu menerbitkan series Grishaverse kedua setelah S&B yaitu Six of
Crows Duology yang memang lebih ‘populer’ saat itu dibandingkan kakaknya si
S&B.
Anyway!! Aku bakal bikin resensi-semi-curcol tentang Six
of Crows duology juga kok nanti setelah aku reread
bukunya! Tungguin ya!
Back to topic:
Shadow and Bone terbit di Indonesia tahun 2019 dengan judul
bahasa Indonesia-nya “Bayang dan Belulang”. Diterjemahkan oleh penerjemah
favoritku, Reni Indardini (yang juga nerjemahin Percy Jackson Series, Heroes of
Olympus Series, Six of Crows duology yang semuanya adalah buku favoritku haha),
dieditori oleh Anida Nurrahmi, dan dengan jumlah halaman 380 hlm.
Shadow and Bone
series adalah series pembuka untuk Grishaverse aka Grisha Universe (Dunia
Grisha). Latar tempatnya adalah dunia fantasi, di negara bernama Ravka yang
terinspirasi dari negara Rusia. Selain manusia biasa yang ada di sini, ada juga
jenis manusia yang mempunyai kekuatan sakti. Mereka lah yang disebut dengan
Grisha.
Grisha mempunyai 3 ordo utama yaitu Corporalki, Etherialki,
dan Materialki.
1.
Corporalki (ordo denyut dan maut) dibagi lagi
menjadi dua kemampuan yaitu: Pengoyak jantung dan Penyembuh.
2.
Etherialki (ordo pemanggil) dibagi menjadi tiga
yaitu: pemanggil air, api, dan angin.
3.
Materialki (ordo fabrikator) dibagi menjadi dua
yaitu: durast (besi kaca dkk) dan alkemi (ramuan).
Di dunia ini, anak-anak yang terlahir sebagai Grisha
dikucilkan, dianggap penyihir, dijauhi, segala macem lah. Hanya Ravka yang mau
menerima para Grisha. Di Ravka, para Grisha bisa hidup nyaman meskipun yah,
kadang rasis juga. Bukan cuma itu, bahkan Ravka menciptakan serdadu tentara
yang dianggotai oleh para Grisha yang disebut Tentara Kedua. Tentara Pertamanya
manusia biasa ya guys.
Shadow and Bone sendiri bercerita tentang Alina Starkov yang
merupakan salah satu Grisha yang langka pada masanya. Dia adalah seorang
Pemanggil Matahari. Pemimpin Tentara Kedua, The Darkling –terjemahannya sang
Kelam, tapi aku lebih suka The Darkling, yang mengetahui Alina merupakan
seorang pemanggil Matahari lalu merekrutnya ke dalam Tentara Kedua.
Di Ravka saat itu ada semacam selubung bayangan yang memecah
antara Ravka barat dan timur, dan tempat itu berisikan makhluk kejam seram
pemakan manusia yang disebut volcra. Hanya Alina dan kemampuannya yang bisa
membuat siapa pun selamat menyebrangi selubung. Sejak saat itu, The Darkling
sangat terobsesi kepada Alina.
Untuk menghindari spoiler besar-besaran, mari kita lanjut ke
buku kedua trilogi “Shadow and Bone” ini yang berjudul Siege and Storm (Takhta dan Prahara). Buku ini lebih tebal dari
buku sebelumnya yaitu 450an halaman.
Di buku ini, kita bakal dipisahkan dari si villain
kharismatik, The Darkling. Tapi jangan khawatir, soalnya di buku ini Alina dan
Mal (dua heroes kita di series ini) bakal ketemu sama pangeran Ravka bernama
Nikolai Lantsov. Berani taruhan kalian bakal langsung suka sama karakter
Nikolai. Kalau nggak jadi pengen peluk gemes ya pasti pengen mukul HAHA.
Siege and Storm nggak sama kayak buku pertama yang lumayan
bikin tegang sama plot dan konfliknya, menurutku di sini..cukup hambar. Nggak
ada kejadian menarik (kalau Nikolai dianggap menarik ya berarti ada satu).
Padahal aku suka banget sama kovernya yang cantik, paling cantik di antara
ketiga buku, tapi isinya ada di urutan terakhir buatku.
Siege and Storm lebih menunjukan sisi characters development dari Alina dan Mal, hubungan mereka,
strategi perang, dan segala macem persiapan menuju pertempuran di buku tiga.
Bisa di bilang, buku kedua ini jembatan doang. Anyway, Mal adalah sahabat Alina sejak kecil, dia merupakan
(mantan) anggota Tentara Pertama yang bekerja sebagai Pelacak.
Di buku ini, aku menemukan banyak review tentang betapa Mal nyebelin banget, yang menurutku nggak
juga kok, emang sih Alina kesusahan sama situasi ini dan Mal terkesan egois
kekanak-kanakan, tapi aku ngerti gimana perasaannya dan pada akhirnya, Mal juga
berkembang. Salah satu character
development yang aku sukai adalah karakternya Mal, kedua baru Alina.
Lanjut ke buku terakhir dari series ini yaitu Ruin and Rising (Runtuh dan Tumbuh). Di
sini, segala yang seru-seru muncul. Setelah agak kecewa sama plot Siege Storm
yang biasa aja, aku menemukan obat penawarnya di buku ketiga ini. Bukan cuma
eksekusi akhir yang tegang, dari awal sampe akhir buku ini punya banyak hal
yang menarik.
Dari mulai karakter-karakter yang tadinya cuma kenalan di
buku dua, sekarang mereka jadi tim yang solid meskipun saling waspada satu sama
lain, pertarungan, PLOT TWIST, dan tentu saja masih ada Nikolai dan bacotannya:
kalian harus baca bagian Baghra (ibu The Darkling) yang galak kalau lagi ketemu
Nikolai, ini bagian favorit banget, berharap ada banyak scene kayak gini huhu.
Eksekusi yang memuaskan jelas ada di Ruin and Rising. Aku
suka gimana plotnya diatur sedemikian rupa, dialog-dialognya yang bikin betah,
plot twist kurang ajar tapi aku suka. Pokoknya buku terakhir ini memenuhi
ekspektasiku. Meskipun kadang aku merasa narasinya kurang nendang,
kejadian-kejadian seru justru berasa dipotong pendek: meskipun berkesan tapi
tetap kayak nggak penuh, kopong. Tapi tetap aku suka banget sama endingnya yang
bahkan nggak aku sangka, padahal aku udah baca Six of Crows duluan yang latar
waktunya setelah S&B berakhir, aku tetep aja nggak nyangka haha.
Kalau kalian menyelami lebih dalam ke setiap detail
ceritanya, konflik di Shadow and Bone ini cukup kompleks dari mulai
karakter-karakter yang luar biasa dan tentunya politik, apalagi dibalut dengan
fantasi yang mungkin bakal bikin kalian butuh tenaga ekstra buat bayanginnya
haha. Tapi tenang, ada banyak fanart di luar sana, hati-hati aja jangan
sampe kena spoiler.
Karakter favoritku tentu saja Nikolai Lantsov, lalu
Mal-Alina satu paket, yang ketiga sekaligus nomor satu (dari sisi villain)
adalah: The Darkling, disusul oleh Genya Safin, dan sampai saat ini aku belum
terlalu suka sama Zoya meskipun karakternya badass tapi menurutku lebih ke
nyebelin haha.
Sebelum tulisan ini makin panjang, lebih baik kita akhiri
saja, dan sebelumnya aku mau bilang kalau memang masih terasa ada kekurangan
personal, menurutku sendiri, dari keseluruhan trilogi Shadow and Bone.
Dibandingkan Six of Crows yang aku cinta setengah mati, series pendahulu
ini agak kurang buatku, nggak seseru dan nggak sekuat kesan yang ditinggalkan
Six of Crows. Tapi, series ini tetap worth
to read kok! Jangan ragu buat mulai terjun ke Grishaverse! ;)
---
Buat kalian yang mau kenalan sama karya penulis favorit
keduaku, Leigh Bardugo, dan mau ikutan jadi penduduk di Grishaverse kalian bisa
baca sesuai urutannya, kayak gini ya:
1.
Shadow and Bone Trilogy: Shadow and Bone, Siege
and Storm, Ruin and Rising
2.
Six of Crows Duology: Six of Crows, Crooked
Kingdom.
3.
Nikolai’s Duology: King of Scars, Rule of
Wolves.
Catatan: kalian bisa baca Six of Crows tanpa baca Shadow and
Bone trilogy (kata Leigh sendiri), tapi kayaknya lebih asik baca Nikolai di
Shadow and Bone dulu kalau kalian mau lanjut ke Nikolai’s Duology. Series
pertama dan ketiga latarnya di Ravka, dan kayaknya masih sama-sama tentang
kekuasaan soalnya aku belom baca KoS. Sedangkan Six of Crows berlatar di
negara yang terpisah sendiri bernama Kerch, karakter yang berbeda, dan konflik
yang juga berbeda meski masih sama-sama bertema Grisha.
Catatan lagi: Nikolai’s Duology belum diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia sampai konten ini terbitkan di blogku.