Sabtu, 23 Desember 2017

[RESENSI] The Forbidden Wish by Jessica Khoury



Judul: The Forbidden Wish
Pengarang: Jessica Khoury
Penerjemah: Mustika
Pemeriksa Bahasa: Orinthia Lee
Penyunting: Novianita
Proofreader: Titish A.K.
Desainer Sampul: Junweise
Penata Sampul: @teguhra
Penerbit: Spring (Maret, 2017)
Jumlah Halaman: 404 hlm.
ISBN: 987-602-60443-3-4

Blurb:

Gadis itu adalah Jinni terkuat dari semua jin.
Pemuda itu adalah pencuri jalanan.

Saat Aladdin menemukan lampu Zahra, 
gadis itu dilontarkan kembali ke dunia 
yang tidak dilihatnya selama ratusan tahun.
Kemerdekaannya yang terikat pada lampu
mengharuskannya untuk memenuhi
tiga permintaan Aladdin.

Namun, saat raja dari para jin
menawarkan kebebasan kepada Zahra,
gadis itu mengambil kesempatan itu,
hanya untuk menyadari bahwa dia jatuh cinta
pada pencuri jalanan itu.

Saat kemerdekaannya hanya bisa diraih
dengan mengkhianati Aladdin,
jalan manakah yang akan dia pilih?
Apakah kebebasannya sepadan
dengan kehancuran hatinya?

-----

Novel retelling pertama yang aku baca! Sejujurnya aku banyak menaruh ekspetasi pada review orang-orang dan ke-hype-an novel ini waktu baru keluar oven(?). Udah lama punya, tapi baru sempet baca sekarang.

Ceritanya bersudut pandang orang pertama yaitu Zahra, ditemukan oleh Aladdin di sebuah reruntuhan kerjaan setelah lima ratus tahun. Di sini Aladdinnya itu pencuri yang punya dendam kepada orang istana karena membunuh orangtuanya di masa lalu.

Sementara itu, Nardhuka, raja jin memberi tugas kepada Zahra untuk memasuki istana dengan imbalannya dia akan dibebaskan. Nah loh. Zahra tentu tergiur, tapi dia terikat dengan Aladdin. Mau nggak mau, Zahra ngebujuk Aladdin untuk balas dendam dengan cara memasuki istana itu.

Tentu saja sebenarnya Zahra cuma mau menuntaskan misinya demi kebebasan.
Namun, siapa sangka, dia malah terjebak oleh pesona Aladdin yang berperan sebagai pangeran di istana itu.

Satu kata: lambat. Adalah kesanku ketika membaca novel ini. Lambat bukan berarti ceritanya nggak seru ya. Tapi jujur aja seratus halaman awal  (atau mungkin lebih) aku dibuat bosan hahaha. Padahal cukup segar sih plotnya, apalagi waktu Aladdin ditawan pasukan cewek tangguh. Mungkin yang membuat aku bosan adalah cara penulis menyampaikan ceritanya a.k.a narasi. Narasinya menurutku terlalu mendayu-dayu dan hampir-hampir mirip rangkaian syair yang kadang bikin aku nggak ngerti.

Plotnya juga lambat. Aku merasa bosan baca satu adegan berlatar sama yang panjangnya sampe berlembar-lembar. Tapi idenya seru. Dari awal sampe akhir bener-bener cerita yang segar seandainya narasi lebih cepat. Mungkin 404 halaman ini bisa bener-bener padat dan mengesankan sampai ending.

Satu-satunya bagian yang bikin aku enjoy saat bacanya adalah ketika Aladdin hampir ketauan dan itu astaga! Bikin degdegan setengah mati hahahaha. Bagian ini juga sampe berlembar-lembar tapi nggak tau deh, enjoy aja bacanya. Mungkin karena suasananya tegang. Tapi anehnya lagi, ketika Zahra bertarung dengan Nardhuka (yang harusnya tegang) aku malah nggak bisa ngikutinnya karena terlaluuuu panjang dan bikin bosan.

Ditambah mungkin karena aku kurang bisa membayangkan rupa dan latar peristiwa itu sendiri. Akhirnya, malah baca tanpa dihayati. Hm:(

Ah ya, aku juga suka hubungan antara Zahra dan Aladdin. Sweeeeet banget sih mereka... Apalagi dengan deskripsi tokoh Aladdin yang bikin ngiler HAHA. Aku suka semua karakter yang ada di novel ini. Khususnya Zahra, apalagi dia bisa dikatakan agak antagonis di sini. Aladdin yang polos-polos-pinter mungkin bukan tipeku sih, tapi okelah karena penggambarannya fisiknya HAHA. Caspida sendiri diceritakan seorang putri penerus takhta yang tangguh, tapi aku nggak terlalu bisa mendapatkan feelnya. Entah kenapa menurutku dia biasa saja.

Sementara tokoh jahatnya, Darian dan sang Ayah nggak sama sekali bikin aku ikut kesel. Kayak..well mereka antagonis dan sudah seharusnya mereka bersikap begitu. Hm. (ini aku yang pengertian apa gemana ya).

Konfliknya sempat membuat aku lupa kalau novel ini adalah kisan retelling tapi endingnya, kesan retelling ini kuat sekali dan mau tak mau bikin aku tersenyum sambil berkata "ohh iya ya" hahahaha.

Well, karena ternyata novel ini nggak begitu berhasil memikatku, aku cuma ngasih 3.5🌟 tapi segini pun aku udah suka sama ceritanya yang seru dan bikin kepikiran Aladdin mulu hahahaha.

Aku juga suka dengan ide penggambaran dunia manusia dan jin di novel ini, kayak, dapet petahuan baru, meskipun fiksi, beberapa ada yang nyata juga.

Dan satu poin penting yang bikin aku SUKA novel ini adalah, TFW mampu bikin aku terhanyut dalam dunia yang dibuat penulis, seolah-olah aku memang tinggal di dunia itu. Dan ketika aku istirahat membaca, aku merasa ada rasa kehilangan (kayak: lah, gua di mana nih? Dunia gua kan di Parthenia!). TFW sukses bikin aku terseret ke dunianya. Buku ini kayaknya mengandung sihir, deh. 😂

Qoute fav-ku cuma ada satu di novel ini (pas baca langsung bikin berkaca-kaca, sumpah.)
"Tidak ada rahasia untuk mencapai kebahagiaan. Karena kebahagiaan itu sendiri adalah sebuah konsep mitos, mimpi yang kalian para manusia ceritakan kepada diri kalian sendiri agar bisa melewati setiap hari." - Zahra (hlm. 260)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)