Senin, 26 November 2018

[RESENSI] The Infinite Sea by Rick Yancey (The 5th Wave #2)




Judul: The Infinite Sea
Penulis: Rick Yancey
Alih bahasa: Angelic Zaizai
Desain sampul: Marcel A.W
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
Jumlah halaman: 400 hlm.
ISBN: 978-602-03-1799-1

Blurb:

Bagaimana cara melenyapkan miliaran manusia penghuni Bumi?
Lenyapkan sisi kemanusiaan mereka.

Nyaris mustahil rasanya selamat dari empat gelombang pertama. Tetapi Cassie Sullivan berhasil, dan sekarang ia hidup di dunia baru, dunia tanpa rasa percaya pada sesama. Saat Gelombang 5 menyapu segalanya, Cassie, Ben, dan Ringer dipaksa berhadapan dengan tujuan utama para Makhluk Lain: pemusnahan umat manusia.

Maka mereka pun terlibat dalam pertempuran terdahsyat: antara hidup dan mati, cinta dan benci, harapan dan kenyataan.

----

Jauh di luar ekspektasi, inilah yang aku rasakan ketika membaca buku kedua trilogi ini. Aku emang suka banget sama buku pertamanya dan itulah kenapa aku pengen namatin seri ini, tapi ternyata buku kedua nggak sebagus buku pertama.

Cerita dimulai dengan POV Ringer, heroin yang berhasil mencuri perhatianku di buku pertama. Gaya bahasanya masih sama seperti buku pertama, memang agak berat dan butuh berpikir dua kali untuk mencerna, meski nggak di semua bagian. Menurutku, POV Ringer atau yang berhubungan dengan pangkalan dan Vosch sangat rumit.

Beda dengan POV Cassie atau Ben yang agak santai, walaupun di buku kedua ini, aku nggak bisa merasakan perbedaan antara pov Cassie dan Ringer, mereka kelihatan sama buatku.
Setelah Evan meledakkan pangkalan dan Cassie kabur, mereka bersembunyi di sebuah bangkai hotel, namun mereka tidak bisa tetap di situ, karena Vosch masih memburu mereka. Ditambah lagi sekarang ada Grace, manusia sejenis Evan yang ikut mencari mereka.

Ringer terpaksa pergi untuk menemukan tempat penampungan di utara, sementara Teacup menyusulnya. Sialnya, sesuatu terjadi kepada Cup, lalu Ringer. Mereka berdua diculik oleh Vosch dan sesuatu yang mengejutkan terjadi pada Ringer.
Sementara itu, Evan menepati janjinya dan kembali kepada Cassie. Sayangnya, kembalinya Evan pun membawa musuh-musuh untuk mendekat.

Secara garis besar, hanya segitulah kisah pada buku kedua ini. Momen-momen besar jarang terjadi, digantikan alur yang lumayan lambat. Konflik utamanya pun bisa dibilang terletak pada Ringer, menguak sesuatu yang sebenarnya terjadi di dunia mereka. Kebenaran tentang Makhluk Lain. sejujurnya, plot twist ini cukup membuatku melongo. Bagian terbaik dari novel ini hanya plot twistnya, menurutku.

Aku juga merasa alurnya begitu lambat pada bagian Ringer, dan jujur ini bikin aku ngantuk karena harus berpikir dua kali untuk mencerna dan bosan, padahal konflik utama terletak di sini. Aku merasa penulis mengulur-ngulur ceritanya.

Para tokoh pun cenderung datar-datar saja. Tidak ada perkembangan, menurutku. Bagian Cassie dan Ben yang menurutku menarik justru tertutup oleh Ringer. Di sini juga ada pov Poundcake, prajurit yang tidak pernah berbicara, namun karena hanya satu bab porsinya, aku nggak terlalu merasa dekat dengan cowok itu. Dan bagian Ringer yang paling banyak ini, meskipun dia tokoh kesukaanku, ternyata aku kurang puas dengan kehidupan dan aksinya HAHA XD

Overall, aku kurang merasakan chemistry atau ‘nyawa’ dalam novel ini, tapi meski begitu banyak juga bagian-bagian yang menyenangkan untuk diikuti :D satu hal yang aku sayangkan adalah kenapa kovernyaaaa harus ada gambar wajahhhh perempuaaaan. Sekian.
Quote:
“Janji adalah satu-satunya mata uang yang tersisa. Harus dibelanjakan dengan bijak.” – hlm 21
“Kadang-kadang kau berada di tempat yang salah pada waktu yang keliru dan apa yang terjadi bukan kesalahan siapa-siapa. Kau cuma ingin merasa bersalah agar kau meras lebih baik.” – Ringer (hlm 40)
“Kenapa seseorang harus hidup meskipun dunia itu sendiri akan musnah?” – hlm 144
“Aku tidak mau menyelamatkan dunia. Aku hanya berharap siapa tahu aku dapat kesempatan untuk membunuhmu.” – Ringer kepada Vosch. (hlm 317)
"Kenapa kau tak berdoa?" - “Aku tak suka merepotkan Tuhan.” – Ringer (hlm 334)



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)