source: google |
Judul: Scythe
Penulis: Neal Shusterman
Alih bahasa: Mery Riansyah
Editor: Primadonna Angela
Desain sampul: Robby Garsia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020622286 (digital)
Jumlah halaman: 464 hlm.
Baca via: Gramedia Digital
Blurb: Bagaimana kalau yang bisa kita kendalikan hanya
tinggal kematian?
Tak ada lagi kelaparan, penyakit, perang, penderitaan di
dunia ini: manusia berhasil mengendalikan semua itu, bahkan menaklukan
kematian. Sekarang, hanya Scythe yang bisa menghabisi nyawa seseorang –dan itu
memang tugas mereka, untuk mengontrol jumlah manusia.
Citra dan Rowan terpilih menjadi murid Scythe –meski mereka
tidak menginginkannya. Kedua remaja ini harus menguasai “seni” mencabut nyawa.
Kegagalan melaksanakan tugas bisa mengakibatkan hilangnya nyawa mereka sendiri.
Lalu, mereka diberitahu bahwa salah satu dari mereka harus
mencabut nyawa yang lain...
----
Tertarik sama blurb Scythe sejak lamaaaa, tapi mikir dua
kali setelah liat kover versi Indonesia. Jujur aja nih, aku gak suka kovernya,
menurutku juga gak cocok sama isi ceritanya. Kover kayak gini cocoknya buat
novel horor lokal deh hueheuheu
Akhirnya kesampaian juga baca tanpa perlu beli fisiknya :p
Bab awal dibuka dengan satu scythe yang sama di dua tempat,
tempat yang ada Citra nya dan tempat yang ada Rowan nya. Scythe itu, bernama
Michael Faraday, nama para Scythe memang diambil dari tokoh-tokoh popular di
Era Mortalitas alias zaman sekarang ini.
Sebelum lanjut, aku mau bahas dikit tentang setting novel
utopia ini. Buminya kayaknya masih bumi yang sekarang, tapi semua hal-hal buruk
sudah hilang, seperti kata blurb. Manusia bahkan nggak bisa mati, ada tempat
khusus yang disebut pusat pembangkitan kalau-kalau kita nggak sengaja bunuh
orang, dan orang itu bisa hidup lagi seperti semula dalam beberapa hari
tergantung kerusakan.
Lalu, di dalam tubuh manusia pun dipasang sebuah benda(?)
aku sendiri bingung ini wujudnya apaan tapi namanya adalah nanite. Nanite
berfungsi untuk menyembuhkan luka dan rasa sakit, dan kalau gak salah bisa juga
ngatur mood agar selalu happy, biar nggak ada manusia yang depresi kali ya,
mantap.
Hanya satu yang ditakuti para manusia di sini, yaitu adalah
Scythe. Scythe bisa membunuh mereka, atau istilahnya di sini adalah “memungut”.
Orang terpilih, tidak akan dikirim ke pusat kebangkitan dan akan dimakamkan
selamanya. Scythe memakai jubah warna pilihan dan memiliki sebuah cincin. Jika
seorang Scythe memungut seseorang, maka seluruh keluarga orang tersebut boleh
memiliki imunitas alias aman dari pungutan Scythe selama setahun kedepan dengan
cara mencium cincinnya.
Yah, segitu aja deh, sebenarnya masih banyak aturan Scythe
yang lain tapi yha baca saja wkw
Singkatnya, Scythe Faraday tertarik dengan keduanya, Citra
dan Rowan, sehingga ia pun memutuskan untuk mengangkat keduanya menjadi murid
magang. Meskipun nanti akhirnya, Faraday hanya akan memilih satu yang lulus dan
yang lain harus pulang.
Setelah beberapa bulan pelatihan, pada pertemuan Scythe,
Scythe Goddard yang terkenal kejam, tidak menerima keputusan Faraday dalam
mengambil murid magang, seharusnya hanya satu murid. Ia pun mengajukan tuntutan
agar salah satu harus memungut yang lain jika nanti terpilih menjadi Scythe.
Meski Faraday sudah berkorban, nyatanya hidup Citra dan Rowan tidak berjalan
mulus.
Mulai dari gaya bahasanya, aku sempet mikir ini agak berat,
tapi ternyata setelah beberapa bab, aku mulai menikmatinya, nggak berat-berat
amat ternyata. Mungkin cuma efek font kecil di hp ku yang kecil juga, beneran
sumpah dah berharap GD ngeluarin versi mobile read!1!1
Di setiap bab, dibuka dengan potongan jurnal dari Scythe
Curie dan kadang ada Scythe Goddard, Faraday, Citra dan Rowan. Lebih banyak
narasi ketimbang dialog, tapi menurutku it’s
okay aja soalnya narasinya pun seru dan enak diikutin. Terlebih, aku suka world buildingnya yang cakep, rapi,
nyata. Suka konsep nanite dan pusat pembangkitan.
Novel ini sama sekali nggak ngebosenin, tapi kadang bikin
ngantuk, entah kenapa. Tapi mungkin karena nggak banyak aksi atau apa, cerita
sehari-harinya murid magang yang belajar jadi Scythe dan kadang diseling dengan
ikut Faraday untuk memungut. Bisa dibilang, banyak juga kisah-kisah dan makna
yang terselip di setiap pemungutan.
Ketika Faraday berkorban, di sinilah titik mengejutkannya.
Aku gak bisa cerita banyak tapi beneran makin menarik ceritanya. Aku suka
pengembangan karakter Rowan. Kalau Citra, buatku dia biasa aja heuheu.
Untuk konfliknya sendiri aku memang dibuat kaget sih, banyak
twist gitu dan memang mencekam. Sayangnya, Scythe belum mampu mengalihkan
perasaanku 100%. Novel ini seru pas lagi dibaca tapi kalau nggak lagi dibaca
yauda gitu nggak kepikiran haha.
Dan satu lagiiii, kupikir ini penting untuk kalian yang juga
pencinta romance kayak aku *minor spoiler starts*, dua tokoh
utama cewek dan cowok disatuin jadi murid magang? Wow sudah pasti aku
mengharapkan bumbu cinta di sini. Memang ada sih, tapi gak banyak, dikit,
beneran minor, gak berasaaaa, jadi jangan berharap banyak, dan siap-siap kaget
sama endingnya hehehe *spoiler ends*
Overall, penyuka
kisah utopia dan banyak kematian, aku rekomen novel Scythe untuk dibaca. Aku
pasti lanjut Thunderhead, tapi belum tau kapan karena meskipun endingnya WOW
banget aku nggak dapet perasaan untuk langsung lanjut baca novel keduanya
hehehe. Dari novel ini, kita bisa belajar tentang arti kematian dan kehidupan
sekaligus. 4/5ó
“Selamat tinggal, Citra. Kuharap kita bisa berbicara lagi.”
“Tapi aku harus mati dulu untuk itu terjadi.”
“Aku yakin kau bisa mengaturnya.” – hlm 366
Kutipan dari salah satu jurnal H.S Curie yang aku suka:
“Aku bukannya tidak bahagia,” katanya kepadaku. “Aku hanya.. sudah selesai.” – hlm 367
“Menurutku, semua perempuan muda dikutuk dengan rangkaian kekonyolan tak bertepi, dan pemuda dikutuk degan serangkaian kebodohan mutlak.” – hlm 375