Rabu, 13 Mei 2020

[RESENSI] A Conjuring of Light by V.E Schwab

 

source: google

Judul: A Conjuring of Light – Pemanggil Cahaya (Darker Shade of Magic #3)

Penulis: V.E Schwab

Alih bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Narendra Bintara Adi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020637259 (Digital)

Jumlah halaman: 768 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Holland berhasil pergi ke London Merah membawa Osaron, London Merah diserang, untuk itu, Kell, Lila dan Alucard bersama-sama menjalani misi untuk menghentikan Osaron.

----

Kira-kira begitu saja inti dari cerita ini. Simpel, tapi banyak yang terjadi. Gimana nggak, 700 halaman. Aku sempat meragukan novel ini, takutnya sama kayak AGoS, tapi karena konflik di novel kedua dilanjut di sini dan sebagai penutup, aku berusaha positive thinking XD

Awal novel ini sudah tegang soalnya hasil cut dari novel sebelumnya. Dan aku merasa bisa mulai kembali menikmati ceritanya. Pertempuran yang sebenarnya dimulai. Tapi baru kira-kira di halaman 300an petualangan Kell, Lila dan Alucard dimulai. Sebelumnya, masihl liat-liat sikon dulu di Arnes heuheu.

Belum lagi, aku merasa di novel ini banyaaak banget sudut pandang. Selain ketiga pelaku utama, ada Holland serta masa lalunya yang cukup panjang, ada Emira sang Ratu, ada Rhy, ada Maxim sang Raja, banyak opini dah pokoknya. Plotnya memang masih agak lambat, tapi setidaknya yang ini nggak separah agos. Walaupun menurutku masih sama aja buang-buang detail, harusnya bisa agak dipersingkat gitu yaaa.

Awalnya kukira petualangan mereka nyari benda yang bisa menjadi rencana mengalahkan Osaron bakal wow banget tapi ternyata biasa aja, lumayan doang menurutku, tegang tapi nggak setegang adsom, entah mungkin karena aku masih terpengaruh sama agos.

Untuk karakternya, aku agak sebel sama cara author bikin karakter Kell, aku merasa dia kurang banget porsinya dan bukan pusat lagi. Lila lebih menonjol meskipun tetap aja aku nggak terima Kell kayak terasingkan wkwk. Kayaknya semua masalah datengnya ke Kell, tapi bukan dia yang nyelesain. Hufff.

Yang paling bikin aku jatuh cinta sama novel ini adalah bagian klimaks dan antiklimaksnya!! Rasanya aku mendadak nggak nyesel pokoknya udah baca agos wkwk, novel ini bener-bener seru, tegang, sedih, segala macem lah pokoknya.

Meskipun bagian raja dan ratu entah kenapa menurutku rada maksa. Tapi sedih juga sih. Yang paling bikin perasaanku mulai tertaut sama novel ini dimulai dari situ, terus pas Alucard tinggal di kapal, pas Holland juga.....oh no i was a little bit sobbing here. Dan mendadak aku sukaaaa banget sama Rhy, dalam artian aku simpati banget sama dia.

Kell masih tersingkirkan, tapi mereka semua jadi lebih kuat perannya buatku. Pokoknya novel ini seruuuuu dan penuh rasa nyesek. Aku pengen banget protes buat apa banyak flashback Holland kalau akhirnya.....i ran out of words. Skip.

Overalllllll, i loved this book so much! Aku suka feelnya, suka konfliknya, suka karakternya, suka endingnya :’))))) terharu aku tuh sampe nangis :’)))) kesan yang ditinggalkan bener-bener ngena di aku. Aku sayang Kell dan Lila bagaimanapun akhirnya :’)) ADSOM series bakal jadi salah satu series favoritku. Aku kasih 5 bintang!

“...tapi kepengecutan datang lebih mudah dibandingkan harapan.” – hlm 14

“Terkadang kau harus berpura-pura, semua tahu itu. Berpura-pura bahagia. Berpura-pura berani. Berpura-pura kuat. Kalau kau berpura-pura cukup lama, akhirnya itu akan menjadi kenyataan.” – hlm 169

“Sebab, ide buruk itu favoritku.” – Lila (hlm 250)

“Kadang-kadang lebih mudah menjadi sosok yang diremehkan, dilupakan, diabaikan.” – hlm 385

“Tapi satu-satunya cara menghindari kehilangan adalah menghindari cinta. Dan betapa menyedihkannya dunia yang seperti itu.” – Tieren (hlm 462)

“Orang mati tidak bisa menyimpan dendam.” – hlm 465

“Dari berbagai cara untuk mati, hanya orang bodoh yang memilih harga diri.” – hlm 468

“Kita tidak memilih siapa kita, tapi kita memilih apa yang kita lakukan.” – hlm 571

“Kau benar, banyak yang harus membayar keputusan yang diambil segelintir orang. Tapi penguasalah yang memutuskan, dan kamilah yang membayar untuk itu.” – hlm 650

“Dan strategi hanya istilah canggih untuk jenis akal sehat yang spesial, kemampuan untuk melihat pilihan-pilihan, menciptakannya bila tidak ada. Itu bukan soal mengetahui aturan. Tapi soal mengetahui cara melanggarnya.” – Lila (hlm 688)

 

 


[RESENSI] A Gathering of Shadows by V.E Schwab

source: google



Judul: A Gathering of Shadows – Penguasa Bayangan (Darker Shade of Magic #2)

Penulis: V.E Schwab

Alih bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Narendra Bintara Adi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

ISBN: 9786020633633 (Digital)

Jumlah halaman: 648 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: 4 bulan berlalu setelah petualangan Kell dan Lila dalam mengembalikan batu sihir ke London Hitam, kini jalan hidup mereka berbeda. Kell tetap di istana, sementara Lila berlayar. Mereka menemukan kesempatan untuk kembali bertemu saat pertandingan elemen di London dimulai. Saat semua orang fokus pada Essen Tasch itu, di sisi lain, seseorang kembali dan mempersiapkan perebutan takhta.

---

Well, begitulah sinopsisku buat novel kedua series ADSOM ini, soalnya menurutku blurb di belakang buku itu nipu banget :) no offense sih, tapi aku udah naruh ekspektasi yang tinggi buat novel keduanya soalnya aku suka banget sama novel pertamanya kan.

Udah cukup lama aku nyelesain buku ini dan nggak langsung bikin review, jadi aku sebenarnya udah agak lupa haha. Lupa, soalnya buku ini menurutku...meh. Sisa-sisa sensasi ADSOM yang tertinggal bikin aku masih bisa menikmati awal-awal buku ini.

Aku udah nggak kagok sama gaya terjemahannya, bisa langsung ngerti, meskipun nggak terlalu menikmati. Lila, karakter favoritku, kadang-kadang menghibur, kadang nggak. Dan Kell, lumayan lah. Di sini juga ada karakter baru bernama Alucard, kapten kapal yang Lila tumpangi, yang ternyata ada sejarah dengan Rhy.

Di sisi lain, aku pengen nulisin soal POV ketiga selain mereka berdua, tapi jatohnya spoiler buku 1. Pokoknya, di buku dua ini ada kejutan :)

Novel ini selama hampir seluruhnya, ya, 600an halaman, isinya cuma kehidupan sehari-hari Kell dan Rhy, betapa beratnya hidup Rhy, antara hidup enggan mati tak mau, dan Lila dan petualangannya di laut. Part Lila lebih mudah buatku, seenggaknya, ada yang menarik.

Konfliknya adalah hal yang paling bikin aku sakit hati :’) karena konflik utamanya baru muncul di bab-bab akhir. Tepatnya di hlm 625/648 bayangkaaaan. Setelah nahan-nahan bosen demi baca lanjutan adsom, aku kecewa banget. Sebenernya di halaman 500an aku udah feeling ending novel ini bakal gini, tapi tetep aja pas kejadian aku kesel wkwk.

Cerita tentang Essen Tasch ini pun buat aku kurang menarik. Padahal di sini, dunia London Merah lebih dieksplor. Pertandingan ini mengundang rakyat(?) lain selain orang-orang Arnes, yaitu bangsa Faro dan Vesk. Di sini juga dijelasin karakteristik mereka gimana, terus para penyihir yang ikut bertanding juga diceritain. Belum lagi soal Kell dan Lila yang nekat.

Tapi sekali lagi itu gak mempan buatku full menikmati cerita ini, karena apa? Karena blurbnya terlalu menggoda, aku jadi cuma ngarepin konflik utamanya aja yang muncul. Lagipula, Essen Tasch ini seperti cerita Avatar The Legend of Aang buatku. Udah nggak spesial lagi.

Overall, kalau aku nggak naruh ekspektasi tinggi karena blurbnya, mungkin aku lebih bisa menikmati cerita ini. Entahlah huff. Yang jelas di sini nggak ada berantem ama musuh dan nggak ada petualangan, POV di sisi lain pun sebenarnya menarik tapi entah aku malah jadi bosen seluruhnya.

Dan aku juga agak nggak mudeng sama judulnya A Gathering of Shadows – Penguasa Bayangan, siapa penguasa bayangan? Apa penguasa bayangan? Mungkin ke karakter si itu, tapi tetep aja aku merasa nggak menemukan korelasinya. Mungkin saking nggak konsennya jadi nggak ngeuh, who knows lah.

Akhirnya aku cuma ngasih 3 bintang aja buat novel ini. Ada bagian-bagian yang menarik nyempil, ada perasaan-perasaan yang nyesek juga nyempil, kovernya cakep, dan Lila masih jadi favoritku meskipun jadi agak berkurang dikit. Mau mara banget sama endingnya, tapi aku bisa apa hiks. Aku juga agak menyayangkan karakter Kell di akhir, menurutku dia bukan tipe yang bakal mau ngambil keputusan itu, tapi dibuat gitu biar konfliknya jadi. Sayang sekali.

Setelah namatin novel ini, aku langsung baca buku ketiga karena aku gak bisa diginiin. Sekian dan terima kasih :)

“...tapi kekuatan mudah diperoleh, sedangkan ketepatan tidak.” – hlm 462

“Tapi aku tidak ingin mati–mati itu gampang. Tidak, aku ingin hidup, tapi mendekati kematian menjadi satu-satunya cara untuk merasa hidup.” – Lila (hlm 563)

“Sebut saja aku gila, tapi menurutku kita menjalani hidup yang terbaik ketika taruhannya besar.” – Lila (hlm 563)

“Kau bisa saja...” bisiknya, “tinggal.”
“Atau kau bisa saja pergi,” balas Lila. “denganku.”

“Aku tidak bisa terus-terusan menebus kesalahan. Aku memberinya hidupku, tapi Paduka tidak bisa memerintahku berhenti hidup.” – Kell (hlm 620)

“Lila sudah lama sekali tidak memercayai Tuhan –dia tak lagi berdoa setelah jelas terlihat bahwa tidak ada yang akan mengabulkannya.” – hlm 641

“Apa pun aku, semoga itu cukup.” – Lila (hlm 643)


Rabu, 15 April 2020

[RESENSI] A Darker Shade of Magic by V.E Schwab

source: google




Judul: A Darker Shade of Magic – Sihir Kelam (Shades of Magic #1)
Penulis: V.E Schwab
Alih Bahasa: Angelic Zaizai
Editor: Mery Riansyah
Desain Sampul: Narendra Bintara Adi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020623320 (digital)
Jumlah Halaman: 488 hlm
Baca via: Gramedia Digital

Blurb:

London tidak hanya ada satu, melainkan empat. London Merah, kemakmuran dan sihir. London Kelabu, kotor dan membosankan. Londoh Putih, kota yang nyaris mati karena sihir. Yang terakhir, London Hitam, yang sudah hilang.

Kell adalah pengelana dari London Merah, salah satu penyihir terakhir yang dapat bepergian di antara dunia-dunia. Sekaligus, seorang penyelundup, dan tidak sengaja menemukan benda terlarang dari London Hitam.

Saat kabur ke London Kelabu, Kell bertemu Lila, seorang pencopet lihai yang memaksa Kell bertualang menantang bahaya ke dunia lain.

----

Kira-kira, begitulah blurbnya.

Pertama-tama, aku mau bilang kalau aku SUKA sama novel ini karena semua ciri yang bisa bikin aku tertarik sama sebuah novel, ada semuanya di novel ini T_T

1. Judulnya cakepP
2. Kovernya CAKEPP
3. Blurbnya apalagiiiiP

Nggak mikir dua kali buat masukin novel ini di wants-to-read ku pastinya. Salahnya, aku baca duluan Vicious karya penulis yang sama. Di Vicious itu sebenernya aku suka ceritanya, cuma agak berat buatku soalnya tentang sains tapi ide cerita dan konfliknya bagus T_T jujur setelah baca Vicious tuh aku agak males sama ADSOM soalnya takut 11 12 sama Vicious mana ada 3 buku pulak.






Tapi akhirnya, kerinduan baca fantasi dan petualangan akhirnya membawa aku kembali ke buku ini daaaaan aku nggak menyesal sama sekali. ADSOM >>>>> Vicious. Jauh beda. Dan aku sukaaaaa bangetttt sama ADSOM!

Di awal-awalnya efek Vicious masih ada di benakku, aku ngerasa novel ini terlalu berat trus aku harus mikir dua kali buat mencerna. Tapi semua berubah saat aku nemu pov 3 Lila. Lila ini bagaikan oase di tengah gurun buatku wkwk aku yang tadinya gersang dan ngga paham sama dunia Kell akhirnya tertarik buat melek.

Ditambah lagi, Lila ini punya karakter tipe girl-crush ku bangetttt. Gak susah buat jatuh cinta sama karakter Lila. Setelah ketemu Lila, aku mulai bisa ‘connect’ sama novel ini. Narasinya tiba-tiba asik, ngalir, gaya bahasanya tiba-tiba enak dibaca dan gak bikin mikir bahkan aku nemu humor huhu sukaaaa, konfliknya jelas, nggak samar lagi, aku bahkan baru ngerti world building-nya setelah ketemu Lila hahaha.

Konfliknya pun sebenernya cukup sederhana. Kell dan Lila berpetualangan untuk mengembalikan ‘benda’ yang berasal London Hitam itu. Dan tentunya banyak rintangan buat mereka. Tapi V.E Schwab bisa banget bikin cerita ini menarik dengan plotnya. Aku nggak berenti senyam-senyum selama baca ini. Terutama di sini ada sedikit bumbu romance-nya ehe.

Nyaris semua karakternya aku suka. Kell yang baik, loyal dan berani. Lila yang urakan, naif dan badass, dua raja ratu kembar Athos dan Astrid dari London Putih bikin aku inget Jaime dan Cersei Lannister! Astrid dan Cersei setipe banget. Ditambah Pangeran Rhy yang kekanakan tapi kharismatik dan terlalu baik. Suka banget perpaduan karakter-karakternya, favorit banget.

Overall, dua hal yang aku suka dari isi cerita ini adalah karakter dan world building-nya. Cerita tentang London-London itu kayak fairy-tale versi modern, meskipun aku rasa dunia sihirnya belum terlalu dalam. Aku pasti harus kudu wajib baca lanjutannya yaitu A Gathering of Shadows.

Highly recommended buat kalian yang suka fantasi, petualangan, dan plot twist. ADSOM ngasih itu semua dan tidak mengecewakan sama sekali buatku. Aku kasih 5ó

“Masalah itu pencari. Terus mencari sampai menemukanmu. Sekalian saja kita cari duluan.” – hlm 74
“Sihir jahat. Bukan, sihir cerdas. Dan cerdas lebih berbahaya daripada jahat dalam kondisi apa pun.” – hlm 184
“Aku lebih senang mati dalam petualangan daripada mati saat berdiri diam.” – Lila (hlm 241)
“Kasih sayang tidak membelikan kita apa-apa, jadi bersyukurlah atas apa yang kaumiliki dan siapa yang kaumiliki karena kau mungkin kekurangan sesuatu tapi kau tidak membutuhkan apa-apa.” – Lila (hlm 286)
“Sebagian orang mencuri agar tetap hidup, dan sebagian lagi mencuri agar merasa hidup. Sesederhana itu.” – hlm 325
“Kau siap?”
“Tidak.”
“Bagus. Orang yang berpikir sudah siap selalu berakhir mati.” – hlm 422
“Dia menginginkan kebebasan. Dia menginginkan petualangan. Dan dia merasa tak keberatan mati untuk itu. Dia hanya berharap sekarat tidak terlalu menyakitkan.” – hlm 448
“... maka dia hanya berkata, “Jauh-jauhlah dari masalah,”. Lila memberi Kell senyum yang menyiratkan tentu saja dia tak akan melakukan itu.” – hlm 485.



[RESENSI] Finn by Honey Dee

source: google


Judul: Finn
Penulis: Honey Dee
Editor: Anastasia Aemilia & Putri Wardhani
Desain sampul: Liffi Wongso
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020634876 (digital)
Jumlah halaman: 312 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

---

Novel ini bercerita tentang Liz, mahasiswa semester dua yang memutuskan untuk kabur dari rumahnya di Jakarta ke Balikpapan untuk bekerja, tapi sebenarnya Liz hanya ingin kabur dari keadaan di sana setelah kematian adiknya, Arthur yang mengidap autisme.

Pekerjaannya di Balikpapan bermula dari pencarian terapis untuk adiknya oleh seorang pemuda bernama Andika. Akhirnya, Liz bekerja menjadi terapis Finn, pemuda berusia 21 tahun. Pertemuan mereka bertiga menjadi sebuah kesempatan untuk menyembuhkan diri dari luka.

---

Novel mbak Honey Dee selalu memikat mataku entahhh kenapa. Pertama Rooftop Buddies dan yang kedua novel Finn. Keduanya punya kover dan blurb yang menggoda. Sayangnya, aku nggak cocok sama RB dan DNF di bab 3 haha. Coba lagi peruntungan sama novel Honey Dee, aku baca Finn. 
Dan...kaget sih, tapi aku suka banget novel ini sampe ngasih full stars ga ngerti lagi T_T





Aku nggak bakal panjang-panjang nulis reviewnya, soalnya bakal bingung juga nulis apa aja kalau aku udah fix suka banget sama ceritanya wkw bagiku kekurangannya dimaafkan lah ya!

Pertama dari gaya bahasa, enak banget, ngalir, enjoyable, nggak bikin pusing, nggak bikin bosen haha. Tapi mungkin karena ini pake pov pertama, Liz, yang mana aku suka banget karakter dia jadi buatku enak banget sih narasinya buat dibaca. Page turner!

Terus konfliknya juga memang sebelumnya belum pernah aku baca, tentang autisme. Di novel ini juga banyak pelajaran tentang apa itu autisme dan gimana cara menghadapi penderitanya, dan lagi di sini ada pov kedua dari Finn. Suka banget sama pov-nya Finn, beneran kayak lagi masuk ke dalem kepalanya penderita autisme, meskipun aku juga gatau beneran gitu apa ngga ya, pokoknya mah 
kayak nyata aja gitu T_T

Konflik di sini selain tentang kisah hidup Liz yang kabur dari rumahnya dan kerja jadi terapis Finn, juga ada konflik dari keluarga Andika dan Finn juga. Ayahnya yang abusive dan Andika yang sangat disayangkan XD

Alur di sini menurutku pas, nggak kecepetan atau kelambatan. Dan yang paling aku suka di antara semuanya adalah karakternya. Nggak ngerti lagi pokoknya aku merasa semua penempatan dan pemilihan karakteristiknya pas banget. Liz yang keras kepala dan tipikal cewek strong, Andika yang nggak tegas dan penakut, ayah Agus yang tukang nyiksa, semuanya passss.

Aku paling suka Liz, karakter cewek badass selalu jadi favoritku, ditambah pikiran-pikirannya di pov-nya banyak relate sama aku sendiri. Baca pov Liz selalu bikin aku semangat dan berasa punya temen :(

Andika bukan favoritku, tapi karakternya yang penakut itu emang bikin kesel, tapi menurutku dia realistis banget. Nggak semua cowok pemberani :’) walaupun ngeselin, tapi aku nggak benci Andika kok hehe.

Dan untuk Finn, sejujurnya aku gabisa bayangin bule ganteng dengan wajah autis mon maap, aku suka pov nya tapi aku cenderung biasa aja sih sama karakter dia. Nggak ada yang spesial, malah kadang di beberapa scene tuh aku kesal sama Finn tapi kasian juga bingung dah maafkan aku, aku jahat.

Overall, yang bikin aku betah baca ini adalah karena Liz dan pov nya, lalu tema autisme-nya. Apakah ada romance? Ada, minor. Nggak begitu kerasa. Aku sih setuju-setuju aja, tapi aku baca banyak review di goodreads yang bilang “nggak suka ada romancenya” dan “kena second lead syndrome” huehue jujur aja, aku juga biasanya tim sekenlid, tapi kalau kasusnya kayak gini ya aku dukung-dukung aja sama lead male nya lah :(

Mon maap lagi aku jahat. Tapi..realistis lah yah ahahaha. Mungkin karena aku merasa aku adalah bagian dari Liz, karakter cowok tidak penting-penting amat buatku. Dan romance yang dimasukan juga gak ngaruh sama kesukaanku ke ceritanya kok.

Highly recommended buat yang mau baca cerita tentang autisme! Sisanya, sesuai selera. Sekali lagi, karena aku relateee banget sama karakter Liz dan pikiran-pikirannya, makanya aku suka novel ini dan ngasih bintang penuh 5/5ó

Sekarang aku mau bagiin banyak quotes dari Liz yang aku suka banget.

“Terkadang para dosen terlalu lelah untuk mengoreksi begitu banyak tulisan. Jadi, mereka hanya melihat kalimat pertama dan terakhir. Kalau kau bisa menuliskan kata kunci yang mendekati kebenaran dengan bahasa berbelit-belit agar terlihat cerdas, nilaimu pasti bakal bagus. Ini yang kupelajari selama dua semester di kampus ini.” – hlm 15
“Sebenarnya, aku kangen bisa ngobrol dengan orang sungguhan. Aku pengin ribut seperti cewek remaja di film, keinginan yang nggak mungkin bisa terkabul.” – hlm 32
“Tuhan memang Mahabesar, Rom. Bisa banget bikin kamu hidup sampai selama ini walau tanpa otak. Kamu keajaiban penciptaan.” – hlm 35
“Kata Ibu Montik, kepala adalah bagian terpenting dari manusia. Saya harus melindungi kepala sekalipun kata Ayah Agus di dalam kepala saya tidak ada apa-apa. Ini cara untuk tetap hidup.” – Finn (hlm 58)
“Nggak ada yang mengerti beratnya hari yang kulalui karena memiliki nama ini. Nggak ada yang mengerti betapa aku benci nama ini.” – hlm 106
“Aku bukan hanya nggak suka namaku, aku juga nggak suka takdir hidupku dan segala yang menempel padaku. Kalau boleh, aku ingin sekali pindah ke tempat baru, mengganti nama, dan menghilangkan semua memori yang kupunya.” – hlm 107
“Hidup tanpa ada niat untuk hidup. Kita hidup hanya karena memang harus hidup. Kamu hidup untuk memenuhi keinginan orang lain. Aku hidup karena takut mati.” – hlm 152
“Rasanya ada bom di dalam diriku yang ingin meledak. Aku ingin hancur bersama bom itu.” – hlm 188
“Kuharap otakku rusak biar aku nggak perlu merasakan rasa sakit lahir-batin begini. Pasti menyenangkan hidup tanpa merasakan tekanan di belakang kepala saat menahan amarah. Sekalipun seluruh dunia nggak menganggapku, mungkin rasanya nggak sesakit ini.” – hlm 209
“Ah, andai aku nggak sekuat ini. Andai aku punya keberanian untuk mati.” – hlm 210
“Ah, hidup memang seenggak adil ini. Hidup memilih orang-orang tertentu untuk diberi kemewahan dan kebahagiaan, lalu menimpakan semua sisa kesialan pada orang lainnya.” – hlm 221
“Walaupun saya adalah tragedi, saya bahagia. Saya ingin menjadi tragedi yang tidak sedih. Saya ingin menjadi tragedi yang bahagia.” – Finn.
Jangan lupa masukin e-mail kamu di bawah atau klik tombol follow kalau mau dapetin notif review atau tulisan terbaru dari aku. See you in the next review!
Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)