Rabu, 19 Juli 2017

[RESENSI] Everything, Everything by Nicola Yoon

“Risiko terbesar adalah tidak mengambil risiko.”



Judul: Everything, Everything
Penulis: Nicola Yoon
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Penyunting: Brigida Ruri
Proofreader: Selsa Chintya
Design Cover: Irene Ritonga
Penerbit: Spring (2016)

Blurb:

Penyakitku langka, dan terkenal. 
Pada dasarnya, aku alergi terhadap seluruh dunia. Aku tidak bisa meninggalkan rumahku, dan belum pernah keluar dari rumah selama tujuh belas tahun. Orang yang aku temui hanyalah ibuku dan Carla, perawatku.

Tapi suatu hari, sebuah truk pindahan tiba di rumah sebelah. Aku melongok keluar dari jendela dan aku melihat cowok itu. Dia tinggi, kurus, dan mengenakan baju serba hitam. Dia memergokiku sedang menatapnya dan dia balik memelototiku. Namanya Olly.

Mungkin kita tidak bisa memperkirakan masa depan, tapi kita bisa memperkirakan satu atau dua hal. Seperti misalnya, aku yakin aku akan jatuh cinta pada Olly. Tapi, hal itu hanya akan menjadi bencana.

——★

Everything, Everything bercerita tentang seorang gadis bernama Madeline Whittier, atau Maddy yang mempunyai penyakit langka bernama SCID atau Severe Combined Immunodeficiency (penyakit yang membuat sistem kekebalan tiruan menjadi lumpuh dan mudah terserang penyakit). Hal itu membuatnya harus tertahan di dalam rumahnya selama hampir seumur hidup.

Hanya ibunya, yang sekaligus dokternya, dan Carla sang Perawat yang boleh menemui Maddy. Namun hari itu, sebuah keluarga baru pindah ke depan rumahnya. Di sana ada Olly, cowok seumurannya yang hanya bisa dilihatnya dari jendela kamar.

Olly yang juga sering melihat Maddy entah dari halaman rumah atau jendela kamarnya yang bersebrangan dengan jendela kaar Maddy mulai penasaran kenapa Maddy tidak pernah keluar. Pertama-tama dia mencoba memberikan kue bundt sebagai tanda kepindahannya, namun jelas Maddy tidak bisa menemuinya.

Perlahan, komunikasi lewat tulisan di kaca jendela masing-masing membuat mereka akhirnya bertukar e-mail, hubungan keduanya pun dimulai dari sana. Namun kedekatan itu pula yang membuat Maddy ingin menemui Olly secara langsung, dengan bujuk rayunya kepada Carla, mereka akhirnya dipertemukan.

Tapi memang Maddy sudah tahu, bahwa semuanya hanya akan jadi bencana.

——★

Ketika membaca blurb dan kata bencana, aku benar-benar menemukan bencana itu. Well, kita bahas dari awal. Aku suka kovernya yang cantik, seriously pertama beli nggak bisa ngelepasin mata dari kovernya yang menawan. Blurb yang seru dan memang keseluruhan cerita ini luar biasa.

Ide cerita yang unik dan belum lagi berbagai ilustrasi lucu yang ada dalam novel ini membuatnya terlihat begitu segar, ringan, dan menyenangkan. Gaya bahasa yang dipakai Nicola Yoon mengalir serta humor ringan yang khas.

Aku sangat menikmati membaca buku ini dari halaman awal sampai akhir. Sama sekali nggak bosan dan aku menamatkan buku ini sekali duduk. Tidak heran kalau akhirnya novel ini akan difilmkan.

Konflik ringan yang awalnya disuguhkan Maddy selaku pemegang sudut pandang membuat cerita ini terasa kesan remajanya, bagaimana dia membunuh kebosanannya justru membuatku tidak bosan membacanya, lalu seringkali konflik batin yang memaksanya untuk keluar dari zona nyamannya membuatku ikut sedih. Bab yang menurutku paling emosional adalah bab dengan subjudul ‘Kisah Dua Maddy’ halaman 120.

Karakter Maddy jelas adalah kekuataannya. Aku suka dia dan dia cukup menyenangkan untuk ukuran gadis yang tidak pernah keluar dari rumah dan bersosialisasi selama hampir tujuh belas tahun. Begitupun dengan Olly, latar keluarganya yang keras tetapi mampu membentuknya jadi cowok idaman yang humoris membuatku jatuh cinta.

Juga dengan Carla yang hampir sepanjang cerita membuat Maddy bahkan para pembaca mengambil makna dari cerita ini dan selalu menasihati dengan kata-katanya yang menohok. Serta sosok sang Ibu yang meski tidak terlalu banyak mendapat porsi, tetapi cukup untuk menggambarkan rasa sayang yang luar biasa kepada Maddy. Aku sempat dibuat menangis ketika Maddy marah pada Ibunya.

Well, sampai lagi ke kata bencana. Ya, sejujurnya aku memang bisa menebak apa yang terjadi pada Maddy, tapi aku tetap menikmati alur yang dibuat Nicola Yoon karena memang setiap kejadian dibuat menyenangkan. Tentang masa lalunya juga petualangan kecil Maddy dan Olly membuatku merasa hangat. Seperti jargon novel ini: risiko terbesar adalah tidak mengambil risiko.

Apakah akhir keputusan Maddy adalah mengambil risiko atau tidak? Yah, silakan cari tahu lewat novelnya dan aku pastikan kalian akan terkejut ketika membacanya. High recommended buat kepengin bacaan remaja yang unik, ringan dan menyentuh.

Overall, aku sangat suka cerita ini terutama gambarnya HAHA (psst, salah satu gambar yang membuatku syok tapi pengin ketawa juga). And then, 4 of 5 stars untuk novel yang menyebutkan nama ikan humuhumunukunukuapua’a ini. XD

———★
Qoutes

Oh ya dan novel ini juga banyak qoutesnya lho, beberapa yang kusukai;

“Mungkin aku memupuk harapan bahwa suatu hari nanti, entah kapan, keadaan akan berubah.” – Maddy (hlm 19)
“Kukira hanya masalah waktu sebelum depresi mengalahkanmu.” – Carla (hlm. 40)
“Hidup ini berat, Sayang. Tapi semua orang bisa menemukan jalannya.” – Carla (hlm 41)
“Laut adalah Ibu Alam–menakjubkan, indah, tak memiliki kehendak, dan berbahaya. Pikirkan saja: meski ada air sebanyak itu, kau masih bisa mati kehausan. Dan tujuan utama ombak adalah untuk menarik kakimu agar kau tenggelam lebih cepat. Laut akan menelanmu utuh lalu memuntahkanmu lagi, tapi sama sekali tidak peduli bahwa kau ada di sana.” – Olly (hlm  83)
“Menginginkan satu hal hanya akan membawa ke lebih banyak lagi keinginan. Keinginan itu tidak pernah ada ujungnya.” – Maddy (hlm 91)
“Aku tahu Carla hanya berusaha melindungiku, sama seperti aku berusaha melindungi diriku sendiri beberapa minggu yang lalu, tapi kata-kata Carla membuatku menyadari bahwa jantung di dalam dadaku adalah otot yang sama seperti yang lainnya. Jantungku bisa terluka.” Maddy (hlm 122)
“Mungkin menjadi dewasa artinya mengecewakan orang-orang yang kita cintai.” – hlm 237
“Aku tidak punya kesabaran untuk membaca buku-buku yang berpura-pura bahwa hidup itu berarti.” – Maddy (hlm 270)
“Hatiku terlalu terluka dan aku ingin menyimpan rasa sakit itu sebagai pengingat. Aku tidak mau hatiku disinari matahari lagi. Aku tidak mau hatiku sembuh. Karena kalau itu terjadi, mungkin aku akan tergoda untuk menggunakannya lagi.” – Maddy (hlm 273)
“Otakku adalah ruang asing dengan pintu jebakan di mana-mana.” Maddy (hlm 291)

Banyak banget ya? Ya, karena novel ini memang benar-benar keren!! 

4 komentar:

  1. Balasan
    1. oke, cantumin sumbernya ya jangan lupa ;)

      Hapus
  2. Issue dari keseluruhan novel ini apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurutku nggak ada isu tertentu yang dimasukin sih, cuma kisah remaja biasa yang penyakitan :)

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)