Senin, 17 Juli 2017

[RESENSI] Holy Mother by Akiyoshi Rikako





Judul; Holy Mother
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerjemah: Andry Setiawan
Penyunting: Arumdyah Tyasayu
Proofreader: Titish A.K.
Design cover: Pola
Penerbit: Haru (2016)
Jumlah halaman: 284 hlm

Blurb:

Terjadi pembunuhan mengerikan terhadap seorang anak laki-laki di kota tempat Honami tinggal. Korban bahkan diperkosa setelah dibunuh.

Berita itu membuat Honami mengkhawatirkan keselamatan putri satu-satunya yang dia miliki. Pihak kepolisian bahkan tidak bisa dia percayai.

Apa yang akan dia lakukan untuk melindungi putri tunggalnya itu?



Novel dewasa asal Jepang ini aku baca hampir akhir tahun yang lalu, eits, jangan salfok karena novel ini berlabel dewasa dan berasal dari Jepang ya! Dulu, belum aktif blog lagi, dan belum punya akun bookstagram, jadi aku nggak update tentang novel ini. Ah ya, novel ini juga merupakan hadiah giveaway pertamaku dari Haru Grup :) Arigatou gozaimasu dan maaf baru sempet nulis review sekarang :3

Sempet mau nulis, tapi sebagian besar udah lupa ceritanya dan belum ada waktu untuk reread, udah reread, tapi malah bingung harus nulis review seperti apa karena sangat mungkin untuk menyinggung spoiler.

Holy Mother bercerita tentang seorang ibu bernama Honami yang mempunyai seorang anak perempuan. Di daerah tempat mereka tinggal ada kasus pembunuhan anak kecil yang sadis, hampir-hampir dijelaskan secara gamblang dan menjijikan makanya novel ini berlabel dewasa.

Umur Honami tidak lagi muda, dan dia sempat mengalami kesulitan hamil, untuk itu, dia pasti akan melakukan apa saja untuk melindungi putrinya karena dia mengingat betapa besar perjuangannya untuk bisa memiliki seorang anak.

Sebelumnya, ini adalah novel thriller terjemahan Jepang yang pertama kali kubaca, nggak hapal-hapal juga siapa itu Akiyoshi Rikako dan ciri khas dalam tulisan-tulisannya.

Kisah ini mengambil sudut pandang orang ketiga dari beberapa tokoh. Ada Honami, ibu yang khawatir tentang keselamatan putri tunggalnya, lalu ada Tanaka Makoto seorang murid SMA, dan sepasang detektif yang menangani kasus pembunuhan di kota Aiide bernama Sakaguchi dan Tanizaki.

Sejak awal kisah, menceritakan keseharian Honami yang mengurus Kaoru si bocah yang masih TK, lalu disuguhi berita pembunuhan, awal yang membuatku agak berpikir kalau cerita ini ringan, lambat, dan cenderung bergenre keluarga. Tapi ketika memasuki POV milik Makoto, semuanya mendadak berubah menjadi gelap.

Di sisi lain Honami yang kalang kabut memikirkan cara untuk melindungi anaknya dan naluri alamiah sosok keibuan yang terasa sangat nyata, sosok sang pembunuh justru sedang merencanakan berbagai macam niat buruk dipikirannya, menculik dan mempersiapkan calon korbannya untuk dibunuh dan dibuang begitu saja tanpa meninggalkan jejak.

Sementara itu, kita akan disuguhkan dengan suasana kepolisian, hal yang cukup menarik buatku karena jarang membaca novel dengan deskripsi sebuah profesi. Melihat bagaimana kedua detektif itu mengunjungi rumah saksi satu persatu dan cara mereka untuk membongkar pelaku kejahatan itu menurutku keren. Nggak bisa kulupakan, aku sampai menjadikannya salah satu referensi bagi tulisan-tulisanku.

Psst, di sini juga dijelaskan cara-cara membunuh tanpa ketahuan XD tapi, ini berbahaya dan jangan sampai coba di rumah yah! XD

Setelah menikmati dengan ‘anteng’ cara ketiga POV dalam menyelaraskan kisah ini (yang cenderung sendiri-sendiri) meski kadang aku ikut degdegan di beberapa bagian, akhirnya aku dibuat menganga membaca masa lalu yang tersimpan di akhir kisah juga ending-nya.

Kutelusuri tentang sosok penulis ini, ternyata Akiyoshi Rikako adalah penulis yang terkenal dengan twist ending-nya. Merasa ini agak mustahil karena aku benar-benar membaca kisah ini dengan serius, aku merasa sombong dan mencoba kembali lagi membaca ke halaman awal untuk menemukan kesalahan Akiyoshi-sensei. Hasilnya apa? Nol besar. Aku malah jadi merutuki diriku sendiri yang pada bab pertama pun sudah terkecoh, membuatku tidak menduga-duga ending yang seperti ini dan malah santai menikmati ceritanya.

Aku ini tipe pembaca yang senang menebak-nebak suatu kisah, tapi Akiyoshi-sensei begitu apik dan sempurna dalam menyembunyikan clue, membuatnya luput dari otakku, seolah-olah membawaku berlayar di sungai yang tenang dan gelap untuk akhirnya dijatuhkan begitu saja ke dalam air terjun yang suara gemuruhnya tersembunyi.

Untuk beberapa saat selesai membaca buku ini, aku masih terbengong-bengong sambil menatap kover buatan Kak Pola yang kelam ini. Aku bener-bener nggak bisa ngoceh panjang lebar soal jalan ceritanya, yang jelas, jangan ragukan tulisan Akiyoshi-sensei. Membaca Holy Mother membuatku penasaran dua novel sebelumnya yang berjudul Girl in The Dark dan The Dead Return, belum lagi yang terbaru berjudul Schedule Suicide Day. Aku merasa benar-benar harus mengoleksinya.

Untuk hal-hal lain seperti terjemahan atau gaya bahasa, aku tidak menemukan keluhan or anything. Rapi, jelas karena aku membaca novel ini dengan serius, tentu saja terjemahannya begitu apik dan mudah dipahami, tidak ada typo dan lain-lain. kovernya ‘menusuk’, ala-ala lukisan yang keren abis.

High recommended  buat kalian pecinta thriller yang mempunyai twist keren.  Overall, 4 dari 5 bintang buat Holy Mother. Kenapa gak lima? Menurutku, bintang empat itu sudah sangat tinggi bagi genre diluar genre paliing favoritku yaitu fantasi hehe #plak.
Beberapa quote fav-ku dari Holy Mother

“Pintu keluar tidak ada, dasar untuk memijakkan kaki pun tidak ada. Sekali dia memijakkan kaki ke lumpur itu, dia hanya akan tenggelam dan terus tenggelam.” – hlm 9

“Tapi, aku tidak bisa membayangkan bahwa benar-benar ada orang jahat yang tinggal di bawah langit ini.” – hlm 72

“Ada banyak mukjizat yang terlahir di sana sini. namun, mukjizat itu tidak terjadi kepada dirinya….” – hlm 233

Sabtu, 20 Mei 2017

[RESENSI] Other Half of Me by Elsa Puspita

“Selalu kamu, tempatku kembali.”







Judul: Other Half of Me
Penulis: Elsa Puspita
Penyunting: Dila Maretihaqsari
Perancang sampul: Musthofa Nur Wardoyo
Pemeriksa aksara: Septi Ws
Ilustrasi sampul: Boby Erianto
Penata aksara: Martin Buczer & Rio
Penerbit: Bentang Pustaka ( Desember 2016)
Jumlah halaman: 270 hlm

Blurb:

Arkha: Aku tidak tahu siapa orangtua kandungku. Tetapi, aku mengenal baik ayah angkatku. Terlepas dari apa pun kesalahannya di masa lalu, dia sosok terbaik yang hadir dalam hidupku. Papa adalah pusat gravitasiku. Aku menyayanginya, tanpa tapi. Satu hal yang paling kutakutkan: melihat Papa menjauh.

Bhaga: Aku pernah melakukan kesalahan besar. Yang ingin kulakukan sekarang hanya menebusnya, sepanjang sisa umurku. Belum pernah kualami cinta pada pandangan pertama, sampai aku melihatnya. Apa pun akan kulakukan untuk melindungi malaikat kecil itu. Dia adalah pusat semestaku. Aku mencintainya, tanpa syarat. Satu hal yang paling kuhindari: menyakitinya lagi.

Sayangnya, hubungan ayah-anak yang lebih seperti kakak beradik itu harus terusik ketika Bhaga memutuskan maju sebagai calon legislatif. Sebuah kabar mencengangkan tentang keduanya merebak melalui media massa. Sebuah rahasia dari masa lalu. Kabar yang mengancam kebersamaan mereka. Kabar yang sangat mungkin mewujudkan ketakutan terbesar Arkha dalam hidup ini: kehilangan Bhaga.





Well, baru sempet sekarang aktif lagi di bulan Mei... kali ini aku mau bahas sebuah novel yang berkisah tentang keluarga. Yap, novel ini adalah novel non-romance pertama yang aku koleksi wkwk. Dan ini juga merupakan novel hadiah dari giveaway-nya Kak Pauline Desty atas kepindahannya ke rumah baru (destybacabuku.com)

Seperti pada blurb, novel ini bercerita tentang Arkha, seorang pemuda 19 tahun yang tinggal hanya berdua bersama ayah angkatnya, Bhaga. Sejujurnya, sejak bab pertama pun, aku sudah tahu apa yang terjadi di antara mereka berdua XD buku ini terlalu mudah ditebak, sekalinya aku memikirkan sesuatu untuk menebak salah satu scene, justru aku salah besar karena tebakanku meleset terlalu ‘jauh’.

Bab pertama dibuka dengan scene latihan parkour-nya Arkha, (seni gerak; aktivitas yang bertujuan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan efisien dan secepat-cepatnya, menggunakan prinsip kemampuan badan manusia –wikipedia). Sejujurnya lagi, aku nggak ngerti sama sekali tentang penjelasan parkour dalam novel ini, makanya aku searching dulu sebelum nulis review XD entah aku yang kurang fokus, atau memang minim penjelasan secara langsung oleh penulis dan lebih memfokuskan di penjelasan secara tidak langsung (posisi/gerakan yang dilakukan Arkha).

Diceritakan kalau Arkha ini mengalami cedera lutut karena kecelakaan saat balap liar, Bhaga menghukumnya dengan menyuruhnya ikut Parkour kalau tidak mau motornya disita. Waw, badboy lagi nih. Ditambah, Arkha juga dicap sebagai playboy. Ckck.

Di awal-awal bab, aku tidak merasa Arkha ini berumur sembilan belas ya. Lebih mirip anak SMA kebanyakan, atau memang anak cowok 19th juga sekekanakan itu, entahlah, temenku sih nggak.
Berhubung ini adalah novel genre keluarga yang (setidaknya aku ingat) pernah kubaca, aku suka karena novel ini mengangkat sudut pandang seorang cowok bersama ayahnya. Terutama ayah. Novel ini bikin aku kangen Papa! Kangeeen berat!

Sudut pandang yang diambil memang orang ketiga, tapi keseluruhan hampir didominasi oleh sudut pandang Arkha. Aku heran aja, kenapa harus POV 3? Kenapa nggak POV 1 kalau memang semuanya membahas dari sisi Arkha? Memang ada beberapa detail yang dilepas dari sisi Arkha, tapi itu minim, sisanya Arkha semua.

Sebelum memasuki konflik, aku dibuat kebosanan, apa ya, mungkin karena hampir dua halaman full hanya mencerikana Arkha masuk ke kamar mandi, mandi, bosen, makan, main skateboard sendirian. Hh. Bikin narik napas deh XD alurnya terasa lambat dan aku sama sekali nggaaaak butuh penjelasan soal Arkha yang kebosanan sepanjang itu.

Satu-satunya penyelamat dari bab-bab awal adalah flashback dari masa lalu Bhaga dan Dewita, mantan pacarnya yang waktu itu masih SMA. Jujur, aku agak jijik dengan konflik hamil duluan begini. Apalagi ceritanya Dewita masih sekolah. Jadi kasian sama orang-orang yang pacaran, setan mengikuti di belakang. Hati-hati, meskipun ini cuma cerita, tapi banyak kejadiannya.

Tapi konflik masa lalu itu lebih syarat emosi daripada kegiatan Arkha sehari-hari. Aku bahkan jadi malah nungguin bab flashback itu daripada Arkhanya XD

Memasuki konflik, aku mulai membayangkan sesuatu yang menarik. Blurbnya berkata bahwa ini ada berbau politik gitu. Wew, macam drama korea nih, akhirnya novel teenlit lokal ada berat-beratnya dikit, but i was wrong. Emh, nggak ada rasa politik sama sekali XD

Tapi aku cukup menikmatinya dan konfliknya oke, aku suka cara penulis mendeskripsikan perasaan Arkha dan Bhaga terhadap satu sama lain. Feel antara ayah-anak ini bikin baper, seperti yang udah kubilang, bikin kangen Papa. Soundtrack-ku waktu baca novel ini adalah lagu berjudul Father dari BtoB.

Jadi karena Bhaga memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, sosok dirinya makin banyak dimuat di majalah-majalah karena dia juga adalah seorang pengusaha muda (lajang 39th, hot papa banget gitu ya). Namun justru, keputusan itu membuat pers mulai mengusik kehidupan pribadinya, dalam hal ini Arkha, anak angkatnya.

Ketika blurb mengatakan kata ‘terusik’ percayalah, konfliknya itu hanya benar-benar ‘mengusik’. Aku bahkan melongo ketika penyelesaian konfliknya yang se-der-ha-na-se-ka-li (ini soal politik itu ya) di sisi lain, ayahnya Bhaga yang merupakan Presdir #hala #berasadrakor nggak pernah suka sama Arkha karena baginya, Arkha hanylah penghalang Bhaga dalam meraih kehidupan normalnya (menikah dan punya anak kandung yang sah sebagai ahli waris) hm.. cukup menarik kan?

Dan konflik inilah yang paling ngena daripada politiknya (yang aku harapkan akan jadi konflik utama). Pers mulai mengganggu Arkha dengan artikel-artikelnya. Luka lama kembali muncul, namun kebanyakan yang diceritakan dalam novel ini hanyalah keseharian Arkha setelah konflik itu terjadi.
Di sisi lain, ada juga secuil romance dan komedi, hanya saja itu terjadi ketika Arkha berada di tempat parkour, menggoda Anika, asisten pelatih parkour atau Bas, pelatih parkournya. Arkha ini punya sisi humoris yang dijamin, kalau bukan genre family, anak-anak remaja zaman sekarang bakal kelepek-kelepek. Terbukti, Arkha gombal dikit aja, aku senyam-senyum sendiri wkwk.

Oke kayaknya nggak bakal panjang-panjang juga (padahal udah panjang) untuk gaya bahasanya aku sih no comment, mengalir dan ringan, gampang diikuti dan dicerna. Konfliknya datar, konflik batinnya bikin jleb abis. Karakternya, dominan Arkha *cry* so, aku cuma tertarik sama karakter dia. Kerasa banget ketika kita banyak masalah tapi mencoba nutupin itu dengan topeng senyum, perubahan emosi Arkha yang disengaja membuatku merasa dia mirip aku haha. Yang lain, okelah. Bhaga ayahable. Dewita gamparable.

Untuk endingnya. The ending :”

Berhasil bikin aku nangis! Sebenarnya konflik keluarga itu paling bisa membuatku tersentuh, sumpah, daripada konflik cinta gaje anak SMA. Jadilah aku mengakhiri novel ini dengan berlinangan air mata. Bagaimana kakek Arkha (ayah Bhaga) menawarkan solusi untuk menyelesaikan konflik, yang sebenarnya nggak selesai. Hanya sekadar menghindar, dan ini bikin aku sakit hati banget, banget, banget.

Aku nggak puas dengan endingnya, karena bagiku ini termasuk gantung. Meskipun hubungan keduanya kembali adem, tapi aku nggak terima! Hiks.

(lupakan kebaperanku) meskipun aku nggak puas dengan endingnya, tapi aku suka dengan endingnya. Haha. Karena kalau endingnya nggak bikin aku nangis kejer, aku pasti bakal dengan mudah menutup buku ini dan menyimpan kembali ke rak dengan perasaan tenang.

Justru karena endingnya yang nyesek ini, (nggak sad ending, serius, tapi nyesek) novel ini punya kesan tersendiri bagiku. And I feel warm. Lovely story. Recommended banget buat kalian anak cowok yang doyan baca, yang jauh dari papa bisa jadi kangen dan pengin deket-deket papa, buat kalian semua yang menginginkan pelajaran dari sebuah keluarga dan tentunya, soal pacaran. Mending contoh Arkha, elegan meski nyebelin.

Overall, 3.5 bintang untuk Other Half of Me ^_^

Qoutes:

“Yang tersisa sekarang hanya takut, lelah, ingin pergi dari semua kekacauan sial ini.” – hlm 11

“Banyak hal yang lebih penting buat dikerjain selain masalah pacar, El. Jangan sia-siain hidup cuma buat ngurus cinta-cintaan nggak jelas gitu.” – Arkha (hlm 98)

“Malaikat curang ya. Omongan jelek, cepet banget dicatet, terus jadi kenyataan. Omongan baik kadang dicuekin aja, nggak pakai dicatet, apalagi jadi kenyataan.” – hlm 99

(tolong bijak ya soal qoute itu, aku suka, tapi semua tetap harus disikapi dengan baik ya. Haha)

“Tahu gimana aku pas Papa tiba-tiba ngilang? Kayak lagi gelantungan di ranting pohon, terus rantingnya patah. Aku terjun bebas, Pap. Nggak ada yang pegangin lagi.” – Arkha (hlm 140)

“Semua sah dalam cinta dan perang. Ini perang, My Boy.” – Papa (hlm 255)


[RESENSI] Autumn Kiss by Christina Juzwar

“Sebuah ciuman bisa memutarbalikkan semua keadaan. Cinta menjadi benci, dan benci menjadi cinta…”






Judul: Autumn Kiss
Penulis: Christina Juzwar
Editor: Eka Pudjawati
Desain Cover: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2017)
Jumlah halaman: 288 hlm.


Blurb:

Kabar duka datang menghampiri Bianca. Sahabatnya, Zie, meninggal dunia. Kenyataan itu membuat Bianca harus terbang ke New Zealand. Tetapi, bukan hanya duka yang harus Bianca hadapi. Dia dihadapkan pada fakta bahwa dia kembali bertemu Levy Welsh, mantan suaminya.

Tentu saja Bianca tidak bisa menghindar. Masa lalunya bersama Levy cukup buruk.

Tapi sebuah ciuman yang tak disengaja mengubah keteguhan hati dan meluluhkan benteng tinggi yang telah dibangun Bianca. Hatinya semakin bimbang ketika dia mengetahui perasaan Levy kepadanya masih sama.

Namun, bagaimana Bianca bisa memutuskan ketika di Jakarta ada Ian, kekasih barunya, yang sedang menunggu dia kembali?




My first Amore and honestly, I’m shock! WKWK.

Sudah jelas kan cerita ini mengarah kemana? Kedatangan penuh duka Bianca ke New Zealand bukan cuma untuk menemui Zie untuk yang terakhir kali, di sana dia juga harus berhadapan dengan Levy, mantan suaminya yang ternyata sudah ‘berubah’ dari kejadian masa lalu dan masih menyimpan perasaan yang sama kepada Bianca, sejak dulu. Mereka berciuman secara tidak sengaja dan BUM! Tembok Bianca runtuh, kegalauan pun terjadi. Levy benar-benar manis di hadapan Bianca dan itu membuatnya merasa mengkhianati  pacarnya yang menunggunya kembali di Jakarta, Ian. Siapa yang akan Bianca pilih? Ian atau Levy?

---

Awalnya, aku nggak begitu suka dengan alasan kenapa Bianca dan Levy bertemu, tema sedih yang menurutku nggak pas karena aku sendiri pun nggak tersentuh. Karena mungkin kurang permainan kata-kata yang bikin ‘jleb’.

Bab-bab awal aku dibuat agak bosan dengan penuturan kematian Zie. Levy yang terlalu datar dan Bianca yang tiba-tiba ketus terus. Aku tahu sih, Bianca seperti itu mungkin untuk menjaga hatinya sendiri agar pertahanannya yang sudah move on dari Levy nggak runtuh begitu aja, tapi menurutku agak..berlebih?

Mulai bab lima, konflik muncul, and I really really enjoyed it! HAHA. Aku nggak munafik kalau aku suka cara penulis menggambarkannya. Tapi rasa-rasanya.. seperti membaca cerita 18+ wattpad, meski yang ini tentunya lebih dikemas dengan ciamik. Suka!

Gaya bahasa dan penuturannya mengalir, enak dibaca dan ngena banget. Tipikal novel romance dewasa. Recommended banget bagi yang suka melodrama. Aku juga nggak menemukan konflik yang berarti karena sejauh 200an halaman dan tidak ada klimaks cerita, hanya disuguhkan bagaimana kedekatan kembali antara Levy dan Bianca, juga kebimbangan Bianca atas menentukan pilihan. Tapi its enough menurutku, lagian belum pernah baca Amore juga kan, mungkin memang tipenya seperti ini.

Tapi…aku menemukan ini:

“Kalau aku bisa bercerita bagaimana hubunganku dengan Levy dulu, mungkin bisa menjadi satu novel romantis namun tragis yang akan menguras emosi pembaca.” – hlm 184

(Kenapa aku jadi lebih tertarik dengan yang itu yaa! *prequel dong prequel* WKWK)
Oh ya, aku nangis ketika pembacaan eulogi untuk Zie. Terutama ketika kalimat ini:

“Aku sudah meninggalkan jejak di bumi selama 35 tahun. Mungkin buat Tuhan itu sudah cukup.” – hlm 93

Untuk kekurangannya dari penulisannya, aku memang menemukan 2 typo yang nggak apa-apa sih, tapi terdapat banyak sekali dua kata yang berhimpit tanpa ada spasi, dan itu lumayan mengganggu.

Aku kasih 3 contoh, aslinya banyak.






Lalu ada sedikit plot hole, mungkin cuma typo sih.
Jadi di rumah duka ada 6 orang; Lee (suami Zie) dan Grace, anak mereka. Ada sahabat lainnya: Nia dan Peter (pasutri) lalu ada Levy dan Bianca. Tapi di sini..

hlm 232 katanya Grace ada di meja makan bersama mereka. Tapi Nia menghilang…



hlm 239 ternyata Grace belum pulang dari rumah neneknya.. nahloh.



---

Menuju akhir, kejadian ketika Grace (anak dari Zie) menghilang membuatku cukup tertarik, mungkin ada kejutan? Dan cukup jika untuk dijadikan klimaks, penggambaran situasi yang ngefeel dan rasa khawatir yang nyata. Tapi aku kecewa karena Levy malah mengakhirinya dengan menyinggung romancenya. Hanya kurang pas, menurutku:(

Dan buat Ian!! Ya Lord, aku ini memang #TeamIan dan aku memang mengharapkan cerita ini sad-ending tapi kok rasa-rasanya kesel ya sama Ian? Semudah itukah dia menyerah? Atau dia udah nggak begitu cinta sama Bianca? Karena novel ini menggunakan sudut pandang Bianca, aku sama sekali nggak dapet tentang perasaannya Ian dan itu bikin aku kesel. HAHA.

Tapi di bagian-bagiaan ini justru emosiku teraduk-aduk. Bagaimana kebimbangan Bianca soal Levy dan Ian begitu mengena. Juga masa lalu bersama Zie yang bikin nangis. Kegalauan Bianca sangat terasa dan aku..baper. Huhu:(

Akhir yang manis, tapi terkesan sendu, seperti kovernya. And I like it very much:))

3 bintang untuk Autumn Kiss!

---

Fav-qoutes

“Terserah. Kamu boleh lihat, tapi jangan percaya.” – hlm 139

“Ini gila. Juga nekat. Tapi semua spontanitas memang melibatkan dua kata. Gila dan nekat.” – hlm 181

“Hidup itu seperti bumi yang berputar. Kita akan merasakan matahari, dan kita akan merasakan bulan.” – hlm 197

“Kami tahu kamu sedih dan kehilangan. Kami juga. Kami mengerti. Tapi jangan lari. Cari kami.” – hlm 264

Just follow your heart. Kamu mendengarnya samar, karena hati kamu masih berbisik. Tapi jawabannya sudah ada di hatimu.” – hlm 281
Dari Zie, bikin baper banget!!:

“Jangan egois, karena sekarang kamu tidur bersama di ranjang yang besar dan berbagi segalanya dengan orang lain. Untuk selamanya.” – hlm 218

p.s sampai sekarang aku nggak bisa membayangkan visual Levy, sejujurnya susah banget buat bayangin cowok ganteng tapi gondrong:(

Minggu, 30 April 2017

[RESENSI] Running Romance by Astri Kumala

“Setelah mendapat petunjuk, kau harus menemukannya sekarang juga! Atau kau akan kehilangan kesempatanmu untuk menang.”






Judul: Running Romance
Penulis: Astri Kumala
Editor: Cicilia Prima
Desain kover: Chyntia Yanetha
Penata isi: Yusuf Pramono
Penerbit: Grasindo (2017)
Jumlah halaman: 138 hlm



Blurb

“Kalau begitu kau akan bermain seperti di Running Man!”

***

Bagi Tae-Ho, perayaan seratus hari hubungannya dengan Ji-Ae sangatlah penting. Sepenting menyelamatkan hubungannya dari ancaman Yun-Woo, seorang murid pindahan yang sok keren dan selalu mencuri perhatian Ji-Ae. Di sela permainan Running Man-nya, Tae-Ho berusaha menyingkirkan Yun-Woo dari benang merah yang sudah melilit kelingkingnya dengan sang gadis pujaan.

Sementara bagi Ji-Ae, hubungan Tae-Ho dan Ha-Neul sudah lebih dari sekadar hubungan tetangga. Bahkan gadis itu mengaku ingin menikah dengan Tae-Ho. Hingga akhirnya dia membuat perjanjian yang mempertaruhkan hubungan cintanya sendiri.




Well, gaises, siapa yang udah ikutan sesi ObrolinBuku dan giveaway novel ini di instagramku?? Sekarang kita bahas novel lokal korea pertama yang aku baca ini yaaa. Siapa sih pecinta korea yang nggak tahu Running Man? Salah satu variety show korea yang terkenal dan kocak. Selalu ada aja tantangan konyol yang bikin perut terkocok.

Meski bukan penggemar berat RM, aku suka nonton setiap ada kesempatan. Apalagi waktu masih ada Joongki Oppa. Pertama kali lihat kover novel Running Romance, membuat Korean-lovers manapun pasti langsung mengingat Running Man. Dan dari segi judul, aku langsung tertarik dengan novel ini.

Kedua, kover. Ya! Aku menemukan lagi salah satu garapan Kak Chyntia Yanetha! And I adore this so much :) Eye-catching dan sesuai dengan isi. Hanya saja ada satu kekurangan, sosok cewek di kover depan itu pasti Ji-Ae kan ya? Nah, tapi di novelnya, Ji-Ae itu rambutnya panjang. Hiks.

---

Writing

Aku kurang puas dengan bagian gaya bahasa Kak Astri, rasanya kurang pemilihan diksi, kurang permainan kata-kata, dan jauh dari kesan korea. Yah, tapi yang terakhir aku nggak begitu mempermasalahkan karena bagaimana pun juga, ini kan novel lokal. Tapi alangkah baiknya kalau penulis agak ‘meniru’ gaya bahasa yang dipakai di novel-novel terjemahan korea :)

Terlepas dari itu, penulisannya rapi dan mengalir. Cepat dan to the point, aku nggak dibuat bosan karena memang tidak ada narasi monoton, mungkin juga karena memang novelnya yang cukup tipis. Tapi aku membayangkan juga, seandainya lumayan tebal, novelnya akan tetap asik kok ;)

Characters

Ini bagian oke nomor dua! Memang pemilihan karakternya umum dan tidak ada yang unik, tapi aku suka penggambaran karakter yang pas dan tingkah laku yang sesuai dengan umurnya. Nggak lebay dan realistis. Hanya saja, aku merasakan bahwa karakter mereka sangat Indonesia sekali XD

Juga dari beberapa dialog yang memang masih terbawa kelokalannya. Tapi sama sekali nggak mengganggu kok, ceritanya tetep keren!

Plot

The best part of the novel. Penggemar korea itu emang imajinasinya unik-unik yaaaa! *nunjuk diri sendiri* Yah, mungkin juga karena pengaruh drama-drama korea yang bagus, mendorong imajinasi penggemarnya juga. Dan I love this plot so much, seriously :)

Aku suka cerita yang penuh tebak-tebakan, aku suka plot yang mengundang penasaran tentang apa yang akan terjadi, dan aku menemukan semuanya di novel ini. Kejadian-kejadian yang terjadi pada karakternya nggak pernah bisa kutebak. Kejutan-kejutan yang ‘sederhana’ tapi keren!
Salah satunya ketika scene di mana Ji-Ae harus membuat perjanjian dengan Ha-Neul yang mempertaruhkan hubungan cintanya sendiri.

Shortage

Aku memang memberikan beberapa di atas, tapi ada satu kesalahan yang benar-benar membuatku terganggu.

“Tae-Ho yang tidak dapat lagi dapat menyembunyikan emosi, …” – hlm 86

Selebihnya nggak ada:)

Fav-scene

Sebenarnya banyak! Tapi yang paling berkesan adalah endingnya :))) Aku jadi suka banget dengan karakter Ji-Ae yang cerdas. Mengikuti Tae-Ho yang dibodoh-bodohi Ji-Ae, aku justru dengan santai mengikutinya, dan terjebak sendiri dengan penyelesaian yang disuguhkan. Unpredictable, dan penulis berhasil membuatku nggak bisa menebak ke arah situ meskipun jelas-jelas hal itu tidak dilewatkan.

Fav-qoute

“Tenang saja, Ji-Ae~ya. Hujan tidak akan membuatmu sakit kalau kau yakin kau tidak akan jatuh sakit.” – hlm 39

OMG TRUE! (Berhubung aku suka hujan-hujanan dan nggak pernah sakit karena itu)

“Hujan mampu melepas semua masalahmu.” - 40

(Sebenarnya dari sini, sampai akhir, aku tidak menemukan alasan Tae-Ho yang sebenarnya mengapa dia menyukai hujan .__.)

“Kata orang, jika tangan seseorang terasa hangat, berarti seseorang itu juga memiliki hati yang hangat.” – hlm 106

“Kemungkinan hanya akan menjadi awal dari kekecewaan.” – hlm 120

---

Overall, cerita K-fiction lokal pertama yang kubaca ini keren! Dan aku jadi makin penasaran dengan K-fiction yang lain terbitan penerbit Grasindo. Ditunggu karya selanjutnya Kak Astri, semoga sukses selalu dan, salam sastra :)


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)