source: google |
Judul: Thunderhead (Arc of Scythe #2)
Penulis: Neal Shusterman
Alih Bahasa: Primadona Angela
Editor: Reita Ariyanti
Desain sampul: Robby Garsia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)
ISBN: 9786020637426 (Digital)
Jumlah Halaman: 544 hlm.
Baca via: Gramedia Digital
Blurb: Scythe mengendalikan kematian, Thunderhead
mengendalikan semua hal lain. Sistem yang sempurna. Sampai kesempurnaannya
musnah. Satu tahun berlalu sejak Rowan keluar dari sistem. Diburu Scythedom, dia
menjadi legenda urban, pemburu Scythe korup.
Sebagai Scythe Anastasia, Citra memungut dengan belas kasih
dan terang-terangan menantang “orde baru”. Namun, ketika nyawanya terancam dan
metodenya dipertanyakan, jelaslah kelihatan bahwa tidak semua orang mau
menerima perubahan.
Thunderhead mengamati segalanya, dan dia tidak menyukai apa
yang dilihatnya. Akankah Thunderhead ikut campur? Atau akankah dia hanya
mengamati sementara dunia sempurna mulai buyar?
----
Well, aku nggak akan panjang-panjang kali ini karena selain
tidak terlalu banyak yang menarik, aku takut banget ngga sengaja kasih spoiler.
Bahkan aku nggak jadi nulis blurb sendiri, jadi ngikutin blurb yang ada di
bukunya langsung. Dan yap, agak spoiler dikit sih: Rowan jadi Scythe ilegal di
sini, sesuai apa kata blurb haha.
Seperti yang sudah kita tau semua kalau novel ini bercerita
tentang dunia utopia di mana segalanya sempurna. Tidak ada kematian karena
manusia bisa dibangkitkan, tapi demi menjaga jumlah manusia, terbentuklah
Scythe, para manusia berjubah dan cincin yang mempunyai kewajiban untuk
membunuh orang. Orang yang dibunuh Scythe nggak bisa hidup lagi.
Nah, di buku ini, sesuai judulnya yaitu Thunderhead, menurut
yang aku tangkap, ia adalah semacam AI atau Artificial Intelligence aka
Kecerdasan Buatan. Thunderhead ada di mana? Di atas awan? Atau di mana? Aku
juga gatau haha otakku gak nyampe. Yang jelas, Thunderhead mengatur segala
yang ada di dunia ini.
Konflik baru setelah Rowan dan Citra terpisah, dibagi lagi
menjadi beberapa bagian di novel ini. Bukan cuma dua pov seperti novel pertama,
di Thunderhead ini cukup banyak pov baru dengan tokoh baru juga. Di sini,
kalian bakal nemuin Rowan, Citra, Greyson, dan (sedikit) Munira.
Seperti yang ditulis di blurb asli novel ini, Rowan sekarang
menjadi Scythe Ilegal yang membunuhi Scythe korup. Dia menjadi buronan
Scythedom. Konflik Rowan inilah yang akan menjadi konflik utama dari puncak
klimaks novel Thunderhead ini.
Sementara itu, Citra punya metode tersendiri untuk memungut.
Dia dan Scythe Curie masih bersama-sama sebagai partner. Tapi, entah ada angin
dari mana, ternyata ada yang menginginkan mereka berdua mati.
Karena konflik Citra tersebut, muncul Greyson. Greyson
adalah pemuda yang seharusnya bekerja menjadi bawahan Thunderhead. Hampir
sebagian besar awal sampe tengah cerita dibawa oleh Greyson. World building series ini menjadi luas
lagi, banyak penjelasan dan terutama tentang kelompok pembangkang bernama
Unsavory.
Di sisi lain, ada Munira dan Scythe Faraday yang
mengobrak-abrik perpustakaan untuk menemukan titik buta Thunderhead, sebuah
daerah yang tidak tersentuh Thunderhead sama sekali. Tujuannya? Bahkan sampai
akhir pun aku masih belum ngeuh. Haha.
Jujur, novel ini jauh lebih membosankan daripada Scythe.
Tapi banyak yang bilang novel ini lebih gila daripada Scythe. DAN BENER DONG
WKWKSKKSKSKS. Sepanjang nyaris 300an halaman, aku lelet banget bacanya,
bosen, ngantuk, dan ... bingung. Ketika ada penjelasan yang aku gak paham,
saking bosennya, aku gak ada niat sama sekali untuk baca ulang. Yang penting
poinnya dapet ehe.
Apalagi novel ini didominasi oleh Greyson dan Citra, yang
mana, konflik mereka menurutku didn’t
make sense...kalau pun diskip masih bisa, tapi sepertinya bakal dilanjutin
di buku selanjutnya, tapi bisa ajaaaa kan kalau diperpendek gitu? Paling gemes
sih sama cerita yang gak penting tapi dipenting-pentingin. Malah konflik Rowan
yang beneran gereget bahkan sampai ada plot-twist,
kayak kebagian porsi yang sedikit gitu.
Gaya bahasanya masih enak, sumpah aku bingung bukan gegara
gaya bahasa kok, tapi murni gegara kebosanan. Terjemahannya sih mantap. Narasinya
panjang, tentu saja ya, darimana lagi alasan aku bosan kalau bukan narasi
panjang?
Ketika sampe di plot-twist
yang anjay banget pokoknya lah!! aku mulai agak melek semenit, tapi semenit
kemudian aku kembali ngantuk. Dan baru di akhir-akhir cerita, antiklimaks novel
ini beneran sumpah ga boong LEBIH GILA
daripada Scythe dan aku......syok T_T
Overall, aku nggak
nyesel kok baca series ini meskipun terkantuk-kantuk gitu, endingnya sangat worth it haha. Yang tadinya aku mikir
mungkin aku gak kayak orang lain yang nganggep novel ini seru, aku bakal kasih
bintang tiga aja dan aku kemungkinan besar nggak bakal lanjut The Toll .....
lalu semua ludah itu aku jilat kembali karena aku kasih 4 bintang buat
Thunderhead dan PASTI bakal lanjut baca The Toll!1!1!
p.s sebenernya aku agak gimana gitu..kok bisa konflik yang
membosankan di awal dan terkesan nggak penting banget tapi dieksekusi sebejat
ini? Kayak kaget, bertanya-tanya, tapi terimain ajalah soalnya seru HAHA.
p.s.s setiap awal bab dari novel ini kalian bakal nemuin
catatan dari Thunderhead langsung^^
“Sederhananya, manusia punya kebutuhan bersikap buruk. Tidak semua, tentunya –tapi aku memperhitungkan tiga persen dari populasi hanya bisa menemukan makna dalam hidup melalui pembangkangan. Bahkan ketika ketidakadilan tidak tersisa untuk ditentang, mereka punya kebutuhan dari dalam untuk menentang sesuatu. Apa pun.” – hlm 112
“Kehidupan yang dia pikir akan dia jalani sudah sirna, jadi apa gunanya garansi untuk memperpanjangnya?” – hlm 127
“Tidak menginginkan jabatan tertentu adalah langkah pertama menuju kelayakan untuk mendapatkannya.” – hlm 456
“Kalau mereka harus mati sekarang agar bisa hidup lagi nanti, rasanya entah bagaimana akan salah kalau mereka tidak melakukannya bersama-sama.” – hlm 536