source: goodreads |
Judul:
Nonversation
Penulis: Valerie
Patkar
Penerbit: Bhuana
Sastra (2019)
Jumlah halaman:
348 hlm
Baca via: iPusnas
Bagai keluar dari
kandang buaya, malah masuk ke kandang macan (ya ini ngarang aja g usah serius2).
Ini adalah pikiran gue waktu selamat dari baca Claires, eh malah kejebak di
Nonversation.
Sedikit
pembukaan, dari dulu gue pengen baca novelnya Valerie. Claires yang judulnya menarik
serta kover pink bikin gue penasaran. Tapi ternyata gue memutuskan kalau gue
nggak sanggup baca cerita ini karena karakter Ares di 4 bab pertama, nggak ada
bagus-bagusnya! Kasarnya, semua red flags ditunjukkin semua dah buset. Jadilah
gue nggak tertarik untuk tau apa green flagsnya Ares sampe bisa dapetin Claire
yang polos.
Tapi gue belum
nyerah buat baca novelnya Valerie, minimal satu aja gitu, kenalan sama
tulisannya. Lalu akhirnya Nonversation-lah yang tersedia di iPusnas.
Nothing was wrong when i read some first chapters
of this book. Ceritanya
tentang cinta segitiga dan friendzone sekaligus. Tetapi masalahnya, udah
di-spoiler duluan di halaman awal sama penulisnya ke mana ceritanya akan
berlabuh :D jadi buat apa gw baca gitu kan sebenernya tapi yodah.
Dua tokoh utama
kita di Nonversation adalah Theala dan Dirga. Theala si anak baik yang naksir Trian
dari SMA, tapi berakhir malah sahabatan sama Dirga sejak masuk kuliah di kampus
yang sama. Dirga ini adalah playboy sekaligus temen Trian yang tobat dan hanya
mencintai Theala sejak bertemu pertama kali entah karena apa gue juga ngga
terlalu nangkep.
Dirga emang tobat
dan sahabatan sama Theala, tapi dia tetep pura-pura brengsek aja biar Theala
nggak nyadar perasaan Dirga, soalnya Dirga tau Theala sukanya sama Trian.
Sembari tetep di samping Theala, panggil-panggil sayang, sampe skinship pun
Theala nggak nyadar kalau Dirga naksir dia karena Dirga masih gonta-ganti
cewek.
OK. Masuk ke gaya
bahasanya, satu hal yang gue rasain pas baca ini adalah gue nggak bisa baca
cepet. Ya, dari dulu gue termasuk orang yang bisa baca kalimat dengan cepet,
tapi anehnya pas baca nonver gue jadi ngelag gitu loh, kayak hape yang kuotanya
skarat. Harus bener-bener gue cerna dengan baik.
Gaya bahasanya
agak-agak puitis, diksinya tuh kayak sengaja dibuat deep sehingga supaya pembaca baper. Gaya bahasa ditambah gaya hidup
karakter-karakternya yang diceritain kadang bikin gue mikir ini kayak high society love story yang nggak
mashok dibaca sama rakyat jelata kek gue. Kayak ketinggian aja gitu untuk bisa
gue resapi T_T
Setiap bab awal
ada puisi pendek. Setiap judul bab adalah gabungan dari dua kata bahasa inggris
yang mana menurut gue idenya unik tapi beberapa ada gabungan yang i hope i didnt read it lmao.
POV di novel ini
ada tiga orang; Dirga, Theala, dan Trian. Yang mana gue tegaskan sekali
lagi, couple buku ini udah jelas
siapa, mengapa harus ada pov Trian pun gue nggak tau juga.
Sedikit yang
mengganggu gue di POV ini, gue kadang nggak tau siapa yang lagi bernarasi.
Kadang narasi mereka tuh kayak curhat, kalo di sinetron tuh kayak suara pikiran
tokoh yang kedengeran sama penonton.
Dan menurut gue
semua narasi mereka nggak bisa gue bedain. Nuansa pikiran mereka sama semua, poetic semua, deep semua. Nggak ada ciri khas. Mana mereka ya seringnya kan
ngobrol satu sama lain makanya kadang-kadang gue ilang fokus dan harus balik
lagi ke atas buat mastiin ini pov siapa. Haha.
Masuk ke
karakter, nggak ada satupun karakter yang gue suka di buku ini. Sorry to say. Theala cuma gadis baik
biasa, loyal, punya trauma, lembut, yang diem aja dan sabar saat dilabrak
mantan Dirga, ibu peri banget pokoknya.
Dirga si playboy
yang doyan main cewek, hm apalagi ya, gatau mau deskripsiin dia apa? Bucin?
Tulus? Pengertian? Gue nggak terlalu bisa menilai dia karena dia baiknya sama
Theala doang dan teman-temannya. Both of
them have daddy’s issues anyway.
Nah Trian nih gue
bingung, dia bener-bener cuma tempelan doang di sini. Cuma kayak tokoh pembantu
yang karakternya dibikin ngarang aja asal ada konflik dan kemajuan buat kedua
tokoh utamanya. I felt bad for him.
Sumpah di bagian karakterisasi Trian, gue beneran marah dan nggak terima sama
penulisnya.
The plot: karena
dari awal ke tengah gue bisa tahan baca novel ini, gue jadi nggak bisa buat DNF
saat plot mulai nunjukin tanda-tanda trope yang paling gue benci. Tanggung.
Sebenernya di plot inilah gue mulai turn off sama Nonversation.
I do like ‘love triangles’ trope or ‘friendzone’,
in short, i like reading romance no matter what theme it has.
Tapi plot yang
kayak gini? Big turn off and there was no
way to go back. I had to finish what I started. Makanya gue bilang gue
berasa selamat dari Claires tapi kejebak di Nonversation.
Penasaran plot
seperti apa yang bikin gue turn off?
Gih baca!
Yang jelas, gue
bener-bener ngerasa Trian ternistakan banget haha. Poor Trian.
Memasuki puncak
konflik ini pun, gue ngerasa ternyata Theala nggak sebaik yang gue pikirkan
selama ini. Dia bersikap jahat dengan cara yang paling baik. Kalau Dirga nggak
usah ditanya, a walking green flag just
for Theala. Pokoknya cerita ini bener-bener nekenin kalau Dirga itu yang
paling tepat dan paling benar dan paling sempurna untuk Theala!!
Tapi menurut gue,
orang waras manapun pasti bakal liat duluan track
record Dirga kayak gimana. Gue sendiri skeptis sama orang yang bisa
tiba-tiba tobat karena jatuh cinta. Bisa jadi kalau udah bosen, ya liarnya
kumat lagi. Yes, i didn’t trust Dirga.
That is what i think, how ‘bout you?
So, dari tema cinta segitiga dan plotnya yang dikemas begini, cerita ini
termasuk klasik dan mainstream menurut gue. Gue sangat amat berharap plotnya
nggak akan nyeret-nyeret Trian sekejam ini sebenernya, he’s actually lovely, tapi yah..mau gimana.
Sebenernya masih
banyak banget unek-unek gue soal Nonversation. Gue nulis ini H+3 setelah
selesai baca, kalau gue nulisnya pas setelah selesai baca banget, dijamin ini
bakal sampe 2000+ words dah haha.
Overall, hampir semua elemen di novel ini nggak gue suka. This book is definitely, 100%,
not my cup of tea. Gue nggak cocok sama karakter-karakternya, ga
cocok sama gaya hidup mereka, dan ga cocok sama plotnya. Kalau gaya bahasa
masih bisa gue terima meskipun tetep merasa ada ketidakcocokan sama selera gue.
Ceritanya terlalu biasa. Kehidupan sehari-hari yang membosankan. Endingnya
ketebak dan not satisfying at all.
Hanya dua hal
yang gue suka dari novel ini adalah kovernya dan judulnya yang menarik. Dah
segitu aja. Anyway, gue tadinya
berencana untuk menyudahi ‘pertemanan’ gue sama tulisan Valerie karena baru
kenalan sama dua buku aja udah gini, tapi gue kayaknya agak berubah pikiran dan
berharap bisa baca Luka Cita suatu saat nanti.
2¶ for Nonversation from me.
Cheers! Don’t forget to click follow/submit your
email below! Have a nice day!