Senin, 06 Juli 2020

[RESENSI] Not If I Save You First by Ally Carter

source: google



Judul: Not If I Save You First (Menyelamatkanmu Lebih Dulu)

Penulis: Ally Carter

Penerjemah: Alexandra Karina

Editor: Bayu Anangga

Ilustrasi sampul: Zuchal Rosyidin

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020631417 (digital)

Jumlah halaman: 336 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb ala-ala: Maddie (anak agen rahasia) dan Logan (anak Presiden AS) bersahabat sejak kecil, sampai suatu insiden terjadi di gedung putih dan setelah itu Maddie dan ayahnya pindah ke hutan terpencil di Alaska. Maddie selalu mengirim surat kepada Logan sebagai cara untuk keep contact, tapi Logan tidak sekalipun membalas suratnya sampai ia pun berhenti menulisnya.

Enam tahun kemudian, Logan datang ke tempatnya berada di Alaska. Maddie sangat ingin membunuhnya, tapi ada hal yang lain terjadi. Seorang pengusik datang menculik mereka. Di tengah cuaca yang berubah dan keadaan bisa lebih berbahaya serta hewan liar yang bisa membunuh, Maddie sadar ia harus menyelamatkan Logan lebih dulu.

----

This is my first time reading Ally Carter’s book! Pernah waktu itu kepo berat sama Gallagher series tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuatku malas bacanya, padahal temanya tentang akademi mata-mata. Konflik menantang dari dulu selalu jadi poin utama buatku. Tapi ternyata jodohnya sama Not If I Save You First duluan ahaha.

Jujur, bahkan baca ini pun karena tergoda sama kovernya yang girly tapi ada kesan elegan dan ‘berontak’ juga, bener-bener menggambarkan sosok Maddie. And i loooove this cover so much. I gave one stars for this gorgeous cover!!

Dari bab awal, aku langsung disuguhkan adegan baku tembak di gedung putih wkwk aku kira bakal intro panjang, tapi ternyata langsung masuk konflik! Ini juga termasuk poin lebih yang aku sukai dari novel ini.

Terus, terjemahannya enak banget sumpah, dinikmatin banget baca novel ini. Narasi dan dialog seimbang. Poin plus lagi. kecuali bagian akhirnya, aku ngerasa kayak....dipanjangin gitu, kok kayak makin lama aja beresnya wkw.

Banyak banget hal yang aku suka dari novel ini selain kovernya, terutama karakter kedua tokoh utamanya. Maddie yang tomboy dan Logan yang bandel dan juga prince charming gitu auranya. Perpaduan dua karakter utama yang cocok menurutku.

Konfliknya, petualangan bersama penculik, jujur ini juga sebenernya bagus. Banyak hal menarik selama penggambaran isi novel ini. Dengan latar hutan Alaska, beruang liar di mana-mana, seni bertahan hidup di sini adalah daya tarik terutama di dalam characters development-nya.

Tapi, ada alasan-alasan lain juga yang membuat aku kurang srek dengan ceritanya meskipun secara garis besar, novel ini tipeku banget harusnya!! Yaitu aku kurang srek sama title anak presiden ini, mon maap...halu. Aku lebih suka kalau memang harus anak presiden, mending bikin dunia sendiri, gitu.

Karena dari awal aja aku sudah merasa ini bener-bener karangan, alhasil sampe akhir pun aku gabisa ngefeel banget sama ceritanya karena ini terlalu jelas, kayak..fiksinya kerasa banget haha. Cuma itu dong, cuma itu doangggg yang bikin aku didn’t dive into the story HAHA so sad.

Overall, kesan pertama itu penting banget buatku. Jadi yah, ceritanya memang menarik. Recommended buat yang suka kisah teenlit tentang agen rahasia, penculikan, senjata-senjata, seni bertahan hidup ala Maddie di hutan Alaska, yaa siapa tau aja suatu saat berguna haha. Tapi aku cuma bisa kasih 3.5 bintang aja. But this story was really really good, indeed!

“Tapi aku tahu dari pengalaman pribadi bahwa saat satu-satunya temanmu pergi, kadang hal terbaik yang bisa kaulakukan adalah mencoba meyakinkan dirimu bahwa dia tidak pernah ada.” – hlm 225

 


[RESENSI] Thunderhead by Neal Shusterman

source: google



Judul: Thunderhead (Arc of Scythe #2)

Penulis: Neal Shusterman

Alih Bahasa: Primadona Angela

Editor: Reita Ariyanti

Desain sampul: Robby Garsia

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020637426 (Digital)

Jumlah Halaman: 544 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Scythe mengendalikan kematian, Thunderhead mengendalikan semua hal lain. Sistem yang sempurna. Sampai kesempurnaannya musnah. Satu tahun berlalu sejak Rowan keluar dari sistem. Diburu Scythedom, dia menjadi legenda urban, pemburu Scythe korup.

Sebagai Scythe Anastasia, Citra memungut dengan belas kasih dan terang-terangan menantang “orde baru”. Namun, ketika nyawanya terancam dan metodenya dipertanyakan, jelaslah kelihatan bahwa tidak semua orang mau menerima perubahan.

Thunderhead mengamati segalanya, dan dia tidak menyukai apa yang dilihatnya. Akankah Thunderhead ikut campur? Atau akankah dia hanya mengamati sementara dunia sempurna mulai buyar?

----

Well, aku nggak akan panjang-panjang kali ini karena selain tidak terlalu banyak yang menarik, aku takut banget ngga sengaja kasih spoiler. Bahkan aku nggak jadi nulis blurb sendiri, jadi ngikutin blurb yang ada di bukunya langsung. Dan yap, agak spoiler dikit sih: Rowan jadi Scythe ilegal di sini, sesuai apa kata blurb haha.

Seperti yang sudah kita tau semua kalau novel ini bercerita tentang dunia utopia di mana segalanya sempurna. Tidak ada kematian karena manusia bisa dibangkitkan, tapi demi menjaga jumlah manusia, terbentuklah Scythe, para manusia berjubah dan cincin yang mempunyai kewajiban untuk membunuh orang. Orang yang dibunuh Scythe nggak bisa hidup lagi.

Nah, di buku ini, sesuai judulnya yaitu Thunderhead, menurut yang aku tangkap, ia adalah semacam AI atau Artificial Intelligence aka Kecerdasan Buatan. Thunderhead ada di mana? Di atas awan? Atau di mana? Aku juga gatau haha otakku gak nyampe. Yang jelas, Thunderhead mengatur segala yang ada di dunia ini.

Konflik baru setelah Rowan dan Citra terpisah, dibagi lagi menjadi beberapa bagian di novel ini. Bukan cuma dua pov seperti novel pertama, di Thunderhead ini cukup banyak pov baru dengan tokoh baru juga. Di sini, kalian bakal nemuin Rowan, Citra, Greyson, dan (sedikit) Munira.

Seperti yang ditulis di blurb asli novel ini, Rowan sekarang menjadi Scythe Ilegal yang membunuhi Scythe korup. Dia menjadi buronan Scythedom. Konflik Rowan inilah yang akan menjadi konflik utama dari puncak klimaks novel Thunderhead ini.

Sementara itu, Citra punya metode tersendiri untuk memungut. Dia dan Scythe Curie masih bersama-sama sebagai partner. Tapi, entah ada angin dari mana, ternyata ada yang menginginkan mereka berdua mati.

Karena konflik Citra tersebut, muncul Greyson. Greyson adalah pemuda yang seharusnya bekerja menjadi bawahan Thunderhead. Hampir sebagian besar awal sampe tengah cerita dibawa oleh Greyson. World building series ini menjadi luas lagi, banyak penjelasan dan terutama tentang kelompok pembangkang bernama Unsavory.

Di sisi lain, ada Munira dan Scythe Faraday yang mengobrak-abrik perpustakaan untuk menemukan titik buta Thunderhead, sebuah daerah yang tidak tersentuh Thunderhead sama sekali. Tujuannya? Bahkan sampai akhir pun aku masih belum ngeuh. Haha.

Jujur, novel ini jauh lebih membosankan daripada Scythe. Tapi banyak yang bilang novel ini lebih gila daripada Scythe. DAN BENER DONG WKWKSKKSKSKS. Sepanjang nyaris 300an halaman, aku lelet banget bacanya, bosen, ngantuk, dan ... bingung. Ketika ada penjelasan yang aku gak paham, saking bosennya, aku gak ada niat sama sekali untuk baca ulang. Yang penting poinnya dapet ehe.

Apalagi novel ini didominasi oleh Greyson dan Citra, yang mana, konflik mereka menurutku didn’t make sense...kalau pun diskip masih bisa, tapi sepertinya bakal dilanjutin di buku selanjutnya, tapi bisa ajaaaa kan kalau diperpendek gitu? Paling gemes sih sama cerita yang gak penting tapi dipenting-pentingin. Malah konflik Rowan yang beneran gereget bahkan sampai ada plot-twist, kayak kebagian porsi yang sedikit gitu.

Gaya bahasanya masih enak, sumpah aku bingung bukan gegara gaya bahasa kok, tapi murni gegara kebosanan. Terjemahannya sih mantap. Narasinya panjang, tentu saja ya, darimana lagi alasan aku bosan kalau bukan narasi panjang?

Ketika sampe di plot-twist yang anjay banget pokoknya lah!! aku mulai agak melek semenit, tapi semenit kemudian aku kembali ngantuk. Dan baru di akhir-akhir cerita, antiklimaks novel ini beneran sumpah ga boong LEBIH GILA daripada Scythe dan aku......syok T_T

Overall, aku nggak nyesel kok baca series ini meskipun terkantuk-kantuk gitu, endingnya sangat worth it haha. Yang tadinya aku mikir mungkin aku gak kayak orang lain yang nganggep novel ini seru, aku bakal kasih bintang tiga aja dan aku kemungkinan besar nggak bakal lanjut The Toll ..... lalu semua ludah itu aku jilat kembali karena aku kasih 4 bintang buat Thunderhead dan PASTI bakal lanjut baca The Toll!1!1!

p.s sebenernya aku agak gimana gitu..kok bisa konflik yang membosankan di awal dan terkesan nggak penting banget tapi dieksekusi sebejat ini? Kayak kaget, bertanya-tanya, tapi terimain ajalah soalnya seru HAHA.

p.s.s setiap awal bab dari novel ini kalian bakal nemuin catatan dari Thunderhead langsung^^

“Sederhananya, manusia punya kebutuhan bersikap buruk. Tidak semua, tentunya –tapi aku memperhitungkan tiga persen dari populasi hanya bisa menemukan makna dalam hidup melalui pembangkangan. Bahkan ketika ketidakadilan tidak tersisa untuk ditentang, mereka punya kebutuhan dari dalam untuk menentang sesuatu. Apa pun.” – hlm 112

“Kehidupan yang dia pikir akan dia jalani sudah sirna, jadi apa gunanya garansi untuk memperpanjangnya?” – hlm 127

“Tidak menginginkan jabatan tertentu adalah langkah pertama menuju kelayakan untuk mendapatkannya.” – hlm 456

“Kalau mereka harus mati sekarang agar bisa hidup lagi nanti, rasanya entah bagaimana akan salah kalau mereka tidak melakukannya bersama-sama.” – hlm 536


Kamis, 25 Juni 2020

[RESENSI] Paper Princess (Putri yang Hilang) by Erin Watt

source: goodreads



Judul: Paper Princess – Putri yang Hilang (The Royals #1)

Penulis: Erin Watt

Alih bahasa: Dewi Savitri

Editor: Nadya Andwiani

Desain Sampul: Marcel A. W.

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 978-6020-3810-91

Jumlah halaman: 384 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Ella Harper mungkin tak seperti remaja kebanyakan. Setelah sendirian berpindah-pindah tempat tinggal dan sekolah sampai menjadi penari telanjang demi mencari nafkah, ia mendapati dirinya dalam perwalian Callum Royal. Dan bukan sekadar wali, melainkan miliarder yang mengaku sahabat mendiang ayah yang tak pernah dikenalnya. Mulai dari rumah hingga sekolah, dimulailah hidup baru Ella di tengah kemewahan. Sayangnya, hidup baru Ella tak semulus dugaannya. Anak-anak elite yang dikomandoi Royal bersaudara tidak sudi menerimanya begitu saja. Peduli setan. Yang jelas, Ella akan bertahan.

---

Another fairytale – welcome! Jujur, sebelum baca ini, aku memang pengen kisah klasik kayak gini dan novel ini sungguh masuk sesuai ekspektasiku. Cewek miskin yang tiba-tiba jadi ‘anak’ orang kaya trus dikelilingin anak-anak cowok dari si tuan rumah? Hmm..klise tapi tetap menarik dan menantang.

Setelah baca bab-bab awal, novel ini langsung masuk ke inti ceritanya dan gak bertele-tele, di bagian ini aku cukup suka. Ella akhirnya masuk ke rumah Royal, itupun karena diiming-imingi sejumlah uang yang besar setiap bulannya. Di sana, dia bertemu 5 Royal bersaudara; Gideon, Reed, Easton, dan si kembar Sawyer-Sebastian.

Dimulailah petualangan(?) Ella dikelilingi para cowok-cowok hawt. Pertama, gaya bahasanya enak, ngalir tapi nggak bikin enjoy. Kenapa? Mungkin karena konfliknya cukup biasa, kehidupan sehari-hari remaja Amerika kali ya hm hm..

Konfliknya, cukup sederhana, hanya tentang bagaimana proses Ella Harper diterima oleh semua Royal dan akhirnya terjebak romansa ke salah satu Royal..yah, bisa ditebak kan? Puncak konfliknya ada di bagian agak ke belakang, lumayan seru tapi tidak terlalu excited sih pas baca. Plot novel ini secara keseluruhan menyenangkan dan annoying sekaligus karena banyak bahasa yang vulgar gitu. Dan setelah aku cari tau, kalau nggak salah series ini ada 7 atau 8 gitu, jadi kurasa wajar aja novel pertamanya cuma kayak...pemanasan. haha.

Dari banyak karakter yang ada, aku sebenernya gak punya favorit, tapi aku suka Ella Harper yang badass dan mandiri, dia tipe cewek seterong yang bisa ngehandle segalanya. Kadang aku sirik, kok bisa dia nggak stres hahaha. Lalu ada Royals bersaudara, favoritku Easton si anak ketiga. Gideon jarang muncul soalnya dah kuliah, Reed resek pake banget, Sebastian-Sawyer sama brengseknya kayak kakak-kakaknya tapi mereka lebih ‘mind-your-own-business’ type of people, gemes sih haha.

Overall, seperti kataku tadi, novel ini kayaknya baru pemanasan doang, soalnya memang endingnya kurang ajar banget hahahaaskskskks. Bakal lanjut baca kalau dilanjut gramedia? Oh tentu saja. Ceritanya simpel tapi cukup menarik kok. Gak bikin mikir apa gimana. Recommended buat kalian yang berumur 18+ yang suka kisah romance-intrik-sekolahan-bla-bla. Ratingku 3.8ó

“Hidupku adalah milikku. Aku yang menjalaninya. Aku yang mengendalikannya.” – hlm 16

“Apa ada yang mengajarimu cara menjadi orang brengsek atau itu muncul secara alami?” – hlm 111

“Rasa malu dan prinsip itu untuk orang-orang yang tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal kecil, seperti berapa banyak makanan yang bisa kubeli dengan uang sedolar atau haruskan aku membayar tagihan rumah sakit ibuku, atau membeli ganja agar Mom bisa terbebas dari rasa sakit selama satu jam. Rasa malu itu suatu kemewahan.” – Ella (hlm 132)

“Apakah kaupikir ada lelaki di luar sana yang tidak akan menyakitimu? Itulah yang dilakukan para lelaki, Ella. Mereka menyakitimu.” – Brooke (hlm 235)

Oh poor Ella, you shouldve listened to her :’)


[RESENSI] Scythe by Neal Shusterman

source: google



Judul: Scythe

Penulis: Neal Shusterman

Alih bahasa: Mery Riansyah

Editor: Primadonna Angela

Desain sampul: Robby Garsia

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

ISBN: 9786020622286 (digital)

Jumlah halaman: 464 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Bagaimana kalau yang bisa kita kendalikan hanya tinggal kematian?

Tak ada lagi kelaparan, penyakit, perang, penderitaan di dunia ini: manusia berhasil mengendalikan semua itu, bahkan menaklukan kematian. Sekarang, hanya Scythe yang bisa menghabisi nyawa seseorang –dan itu memang tugas mereka, untuk mengontrol jumlah manusia.

Citra dan Rowan terpilih menjadi murid Scythe –meski mereka tidak menginginkannya. Kedua remaja ini harus menguasai “seni” mencabut nyawa. Kegagalan melaksanakan tugas bisa mengakibatkan hilangnya nyawa mereka sendiri.

Lalu, mereka diberitahu bahwa salah satu dari mereka harus mencabut nyawa yang lain...

----

Tertarik sama blurb Scythe sejak lamaaaa, tapi mikir dua kali setelah liat kover versi Indonesia. Jujur aja nih, aku gak suka kovernya, menurutku juga gak cocok sama isi ceritanya. Kover kayak gini cocoknya buat novel horor lokal deh hueheuheu

Akhirnya kesampaian juga baca tanpa perlu beli fisiknya :p

Bab awal dibuka dengan satu scythe yang sama di dua tempat, tempat yang ada Citra nya dan tempat yang ada Rowan nya. Scythe itu, bernama Michael Faraday, nama para Scythe memang diambil dari tokoh-tokoh popular di Era Mortalitas alias zaman sekarang ini.

Sebelum lanjut, aku mau bahas dikit tentang setting novel utopia ini. Buminya kayaknya masih bumi yang sekarang, tapi semua hal-hal buruk sudah hilang, seperti kata blurb. Manusia bahkan nggak bisa mati, ada tempat khusus yang disebut pusat pembangkitan kalau-kalau kita nggak sengaja bunuh orang, dan orang itu bisa hidup lagi seperti semula dalam beberapa hari tergantung kerusakan.

Lalu, di dalam tubuh manusia pun dipasang sebuah benda(?) aku sendiri bingung ini wujudnya apaan tapi namanya adalah nanite. Nanite berfungsi untuk menyembuhkan luka dan rasa sakit, dan kalau gak salah bisa juga ngatur mood agar selalu happy, biar nggak ada manusia yang depresi kali ya, mantap.

Hanya satu yang ditakuti para manusia di sini, yaitu adalah Scythe. Scythe bisa membunuh mereka, atau istilahnya di sini adalah “memungut”. Orang terpilih, tidak akan dikirim ke pusat kebangkitan dan akan dimakamkan selamanya. Scythe memakai jubah warna pilihan dan memiliki sebuah cincin. Jika seorang Scythe memungut seseorang, maka seluruh keluarga orang tersebut boleh memiliki imunitas alias aman dari pungutan Scythe selama setahun kedepan dengan cara mencium cincinnya.

Yah, segitu aja deh, sebenarnya masih banyak aturan Scythe yang lain tapi yha baca saja wkw

Singkatnya, Scythe Faraday tertarik dengan keduanya, Citra dan Rowan, sehingga ia pun memutuskan untuk mengangkat keduanya menjadi murid magang. Meskipun nanti akhirnya, Faraday hanya akan memilih satu yang lulus dan yang lain harus pulang.

Setelah beberapa bulan pelatihan, pada pertemuan Scythe, Scythe Goddard yang terkenal kejam, tidak menerima keputusan Faraday dalam mengambil murid magang, seharusnya hanya satu murid. Ia pun mengajukan tuntutan agar salah satu harus memungut yang lain jika nanti terpilih menjadi Scythe. Meski Faraday sudah berkorban, nyatanya hidup Citra dan Rowan tidak berjalan mulus.

Mulai dari gaya bahasanya, aku sempet mikir ini agak berat, tapi ternyata setelah beberapa bab, aku mulai menikmatinya, nggak berat-berat amat ternyata. Mungkin cuma efek font kecil di hp ku yang kecil juga, beneran sumpah dah berharap GD ngeluarin versi mobile read!1!1

Di setiap bab, dibuka dengan potongan jurnal dari Scythe Curie dan kadang ada Scythe Goddard, Faraday, Citra dan Rowan. Lebih banyak narasi ketimbang dialog, tapi menurutku it’s okay aja soalnya narasinya pun seru dan enak diikutin. Terlebih, aku suka world buildingnya yang cakep, rapi, nyata. Suka konsep nanite dan pusat pembangkitan.

Novel ini sama sekali nggak ngebosenin, tapi kadang bikin ngantuk, entah kenapa. Tapi mungkin karena nggak banyak aksi atau apa, cerita sehari-harinya murid magang yang belajar jadi Scythe dan kadang diseling dengan ikut Faraday untuk memungut. Bisa dibilang, banyak juga kisah-kisah dan makna yang terselip di setiap pemungutan.

Ketika Faraday berkorban, di sinilah titik mengejutkannya. Aku gak bisa cerita banyak tapi beneran makin menarik ceritanya. Aku suka pengembangan karakter Rowan. Kalau Citra, buatku dia biasa aja heuheu.

Untuk konfliknya sendiri aku memang dibuat kaget sih, banyak twist gitu dan memang mencekam. Sayangnya, Scythe belum mampu mengalihkan perasaanku 100%. Novel ini seru pas lagi dibaca tapi kalau nggak lagi dibaca yauda gitu nggak kepikiran haha.

Dan satu lagiiii, kupikir ini penting untuk kalian yang juga pencinta romance kayak aku *minor spoiler starts*, dua tokoh utama cewek dan cowok disatuin jadi murid magang? Wow sudah pasti aku mengharapkan bumbu cinta di sini. Memang ada sih, tapi gak banyak, dikit, beneran minor, gak berasaaaa, jadi jangan berharap banyak, dan siap-siap kaget sama endingnya hehehe *spoiler ends*

Overall, penyuka kisah utopia dan banyak kematian, aku rekomen novel Scythe untuk dibaca. Aku pasti lanjut Thunderhead, tapi belum tau kapan karena meskipun endingnya WOW banget aku nggak dapet perasaan untuk langsung lanjut baca novel keduanya hehehe. Dari novel ini, kita bisa belajar tentang arti kematian dan kehidupan sekaligus. 4/5ó

“Selamat tinggal, Citra. Kuharap kita bisa berbicara lagi.”
“Tapi aku harus mati dulu untuk itu terjadi.”
“Aku yakin kau bisa mengaturnya.” – hlm 366

Kutipan dari salah satu jurnal H.S Curie yang aku suka:


“Aku bukannya tidak bahagia,” katanya kepadaku. “Aku hanya.. sudah selesai.” – hlm 367

“Menurutku, semua perempuan muda dikutuk dengan rangkaian kekonyolan tak bertepi, dan pemuda dikutuk degan serangkaian kebodohan mutlak.” – hlm 375

 


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)