Minggu, 21 Oktober 2018

[RESENSI] Under the Blue Moon by Cath Crowley


instagram: @arthms12


Judul: Under the Blue Moon (Graffiti Moon)
Penulis: Cath Crowley
Penerjemah: Ingrid Nimpoeno
Penyunting: Jia Effendi
Penyelaras Aksara: Susanti Priyandari
Penata Aksara: Nurul MJ
Perancang Sampul: dwiannisa & elhedz
Penerbit; Noura Books (Oktober 2015)
Jumlah halaman: 303 hlm.
ISBN: 978-602-0989-70

Blurb:

Kuharap aku tidak terlambat.
Semoga aku bertemu Shadow.
Cowok misterius yang melukis dalam kegelapan. Melukis burung-burung yang terperangkap di tembok bata dan orang-orang yang tersesat di hutan hantu.
Dia membuatku jatuh cinta
Setengah mati.
Malam ini aku harus bertemu dengannya.
Apa pun yang terjadi.

-----

Buku Cath Crowley pertama yang aku baca! Jujur agak tidak tertarik sama kovernya tapi blurbnya bikin aku jatuh cinta pada bacaan pertama XD
Cerita dimulai dari Lucy yang dikirimi pesan oleh Al, pria tua yang berkedudukan sebagai bosnya. Al membertiahu bahwa Shadow ada di depannya saat ini, menggambar, sementara Poet baru datang, akan menyelesaikan karya Shadow dengan membubuhkan kata-kata.

Tapi Lucy terlambat. Jadi dia tidak bisa menemui orang yang dia kagumi itu. Kemudian dia pergi menemui Jazz, sahabatnya yang cenayang, untuk menghabiskan malam pesta akhir kelas 12. Di sana Jazz akan berkencan dengan cowok ganteng bernama Leo, sementara Daisy akan bertemu pacarnya Dylan (yang akan bertengkar sepanjang waktu) lalu Lucy akan bertemu mantan kencannya, Ed.

Dia punya pengalaman buruk dengan Ed. Di kencan pertama mereka, Lucy mematahkan hidung Ed sekali sikut karena Ed meremas bokongnya. Sejak itu, Lucy tidak pernah menemukan teman kencan lagi (dan karena mengejar Shadow) sementara Ed putus sekolah karena suatu hal.

Lalu Daisy ingat bahwa Dylan mengatakan dia mengenal Shadow dan Poet, hingga akhirnya para cewek setuju untuk nongkrong bareng mereka asal mereka membantu Lucy mencari Shadow.
Malam itu, mereka pergi ke pesta kakak Leo, sementara itu Lucy dan Ed tidak betah di sana, mereka memutuskan untuk pergi, mencari Shadow, menelusuri jejak mural karya Shadow dan mengalami malam panjang tak terlupakan.

Perlahan-lahan, mereka mulai akrab, jauh berbeda dengan kencan pertama mereka yang canggung. Namun, ternyata Ed menyembunyikan rahasia. Tak hanya satu, tapi banyak kejutan.

----

Aku baca ini cuma sehari! Karena langsung cocok dengan gaya bahasa Cath Crowley atau terjemahannya (terserah lah!) pokoknya aku langsung menikmati novel ini. Gaya bahasanya yang ringan dan mengalir, lalu narasi dan dialognya yang asik. Terlebih, novel ini punya bagian favoritku; bab-bab yang banyak tapi pendek. Hal ini sangat membantuku untuk menyelesaikan buku ini dengan cepat.

Konfliknya seru! Memang alurnya tergolong biasa saja dan ringan, malahan setting waktunya hanya satu malam saja. Dan menurutku ini jadi daya tarik tersendiri. Satu malam menjadi sebuah novel yang keren. Aku suka.

Konflik utamanya adalah bagaimana Lucy berusaha menemukan Shadow, dibantu Ed, mereka malah menjadi akrab. Kedengarannya nggak menarik ya? Tapi setelah baca, aku benar-benar dibuat jatuh cinta oleh alurnya. Novel ini bikin gemes karena salah satu rahasia Ed, rahasia ini memang sudah diketahui sejak awal, namun aku sengaja nggak tulis biar seru XD

Aku suka cara Ed dan Lucy berinteraksi, dialognya penuh humor, ditambah mereka semua, iya semuaaa tokohnya punya ciri khas yang membuat mereka jadi imut. Tingkah mereka benar-benar mencerminkan seorang remaja belum lagi konflik internal pendukung latar belakang mereka.

Lucy yang pemimpi, pekerja seni, naif dan manis, punya orangtua lengkap namun tinggal terpisah. Mum di rumah bersamanya, sementara Dad di gudang. Ya, mereka masih satu lokasi rumah namun terpisah. Hal itu kadang membuat Lucy cemas mereka akan bercerai meskipun ibunya berkali-kali mengatakan hal itu tidak akan terjadi.
“Tahukah kau bahwa kita terbuat dari materi yang sama seperti bintang-bintang? Kita adalah energi nuklir yang meledak.” – Lucy (hlm 119)
Kira-kira begitulah sebagian besar isi otak Lucy yang menurutku mengagumnkan :D
Ed, yang mempunyai rahasia kecil kenapa dia berhenti sekolah, Leo lah satu-satunya orang yang tahu rahasia itu, bahkan ibunya tidak. Ed sangat menyayangi ibunya karena dia adalah single parent, berusaha bertahan hidup disamping sekolah lagi jurusan keperawatan.

Mereka hidup serba kekurangan jadi Ed mengatakan dia putus sekolah karena tidak suka sekolah dan ingin membantu ibunya. Ed ini tipe cowok yang manis terhadap ibunya, dia juga sangat sayang kepada mantan pacarnya, namun bisa gila, menyenangkan dan menjengkelkan sekaligus saat bersama teman-temannya, apalagi dengan Lucy yang punya sejarah tak terlupakan soal hidung patah.

“Kata-katanya adalah lukisan, dan aku melukisnya di dinding di kepalaku saat dia berbicara.” – Ed (hlm 196)
Jazz, seorang cenayang. Dia bisa mendapatkan firasat dan dia orang yang menyengkan. Leo orang yang karakternya diciptakan memang untuk menjadi cocok dengan Jazz, penuh pesona dan akal bulus XD
“Kau aneh. Tapi, itu tidak apa-apa. Kau membuatku terlihat normal.” – Jazz (hlm 77)
“Kurasa seniman grafiti yang tak terlihat hanya berada satu langkah di atas tokoh fiksi.” – Jazz (hlm 122)
Daisy dan Dylan bertengkar sepanjang waktu karena Dylan melemparinya sekotak telur saat berusaha merayakan malam terakhir kelas 12 dan juga karena ada satu alasan penting lain.

Selain mereka, ada pula sosok tokoh Bert, mantan bos cat-nya Ed yang sesekali flashbacknya muncul, menjadikan novel ini beralur maju-mundur. Bert dikisahkan punya sifat yang bijaksana sekaligus menyenangkan bagi Ed. Dia sering mengingat nasihat-nasihan Bert saat berhadapan sepanjang malam dengan Lucy.

“Kau tahu tikus bisa berenang? Mereka panik ketika masuk air, tapi mereka akan baik-baik saja.” – Bert (hlm 103)
“Dia mengatakan mimpi adalah satu-satunya cara untuk pergi ke tempat mana pun.” – hlm 138
Karakter yang paling aku suka adalah Ed, entah kenapa latar belakangnya mampu menyeretku untuk suka padanya. Pokoknya, aku suka Ed karena dia rapuh, tapi juga kuat, cerdas, dan menawan. Hahahaha XD

Tapi aku juga suka Lucy, karena sikapnya yang tenang dan kalimat-kalimat penuh mimpi yang keluar dari mulutnya membuat dia aneh sekaligus menarik. Seperti yang Ed rasakan kepadanya.
Novel ini punya 2 sudut pandang, bergantian antara Ed dan Lucy, namun ada juga bab-bab selingan berisi puisi-puisi karya Poet. Dia menuliskan kisahnya sendiri pada malam panjang itu bersama seseorang berbentuk puisi. Dan ini jugalah hal yang buat aku suka novel ini, diselingi puisi Poet yang indah :D

Ada segerombolan mimpi buruk
Dan di balik mimpi-mimpi itu
Jika kau bisa melewati mimpi-mimpi itu
Ada hal yang membuatnya berdetak
Tak, tak, tak.
” – Poet (hlm 145)

Overall, aku nggak akan nulis banyak. Aku beneran suka kisah ini karena menurutku konfliknya ringan dan khas remaja tapi nggak mainstream, karakternya yang khas, bab-babnya pendek, interaksi Ed dan Lucy yang menggemaskan dan puisi-puisi Poet. Seluruh isi novel ini bikin aku jatuh cinta dan membacanya bikin heartwarming gitu. Well, 4.5 bintang karena novel ini sangattt memenuhi ekspektasiku :D

Qoutes:
“Itulah yang kusukai dari seni, yaitu apa yang kau lihat terkadang lebih menyangkut siapa dirimu daripada apa yang terpampang di tembok.” – hlm 24
“Manusia itu kuat, tapi jika kau memukulnya di tempat yang tepat, mereka akan hancur.” – hlm 200


2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)