source: goodreads |
Judul: The
Perfect World of Miwako Sumida
Penulis: Clarissa
Goenawan
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama (2020)
Jumlah halaman:
368 hlm
Baca via:
Gramedia Digital
Pertama kali baca
novelnya Clarissa Goenawan. Akhirnya kesampean juga. Waktu pertama Rainbirds
terbit, aku juga tertarik liat kover dan judulnya tapi tiap ada kesempatan baca
di ipusnas rasanya males buat memulai. Mungkin karena blurbnya yang terkesan
gloomy dan berat.
Tapi beda waktu
pertama kali baca blurb TPWoMS ini, aku langsung tertarik dan langsung masukin
ke daftar to-read di Goodreads haha.
TPWoMS bercerita
tentang Miwako Sumida, well, not really
actually, novel ini bercerita tentang tiga orang anak manusia yang
kebetulan sama-sama kenal dan berhubungan dengan Miwako. Karena konflik dimulai
dan cerita didasari karena Miwako yang bunuh diri, jadi ketiga orang tersebut
nyeritain tentang Miwako deh.
Suicide case? Mystery? Lil bit thriller? At least
those were what I thought I would find in this book. Reality? Not really haha.
Novel ini
mengajak aku buat lebih mengenal sosok Miwako lewat tiga narator, sekaligus
menikmati kisah tiga naratornya juga. Yang pertama ada Ryusei, cowok ganteng
yang ketemu dan jatuh cinta sama sosok Miwako. Yang kedua ada Chie, sahabat
Miwako. Dan yang ketiga ada Fumi-nee, kakak Ryusei sekaligus orang yang
mempekerjakan Miwako di studionya.
Dari halaman
pertama baca novel ini, aku udah mulai betah bacanya. Gaya penulisannya enak
dibaca, thank the translator ya soalnya aku jadi nggak bosen meskipun ceritanya
ngalir-ngalir adem gitu cocok buat bobo siang.
Alur cerita yang
ditata dengan rapi pun bikin aku menikmati ceritanya. Dari mulai Ryusei yang
jatuh cinta, selain bisa ngeliat gimana karakter dan kehidupan Ryusei, tentu
sang tokoh utama Miwako juga digambarin dengan jelas di bagian satu ini.
Sebenarnya aku sedikit kesulitan ngebayangin gaya penulisan yang mendayu-dayu
ini dituturkan oleh pov kesatu laki-laki. Entah kenapa nuansanya lebih cocok
pov perempuan, imo.
Di bagian kedua
ada bagiannya Chie. Ada yang sedikit berbeda di bagian ini karena pov berganti
jadi pov orang ketiga meskipun dari sudut pandang Chie. Alurnya juga jadi maju
mundur, nyeritain gimana awal hubungan Chie dan Miwako.
Di bagian ini
juga, daripada lebih mengenal sosok Miwako, aku justru lebih disuguhi karakter
dan konflik batin Chie sendiri. Bisa dibilang, Miwako di sini hanya tempelan,
karakter pendukung hidup Chie. Bagian ini nunjukin kalau Chie bener-bener
kehilangan Miwako tapi dia berusaha untuk menerima kenyataan. Persahabatan Chie
dan Miwako juga cukup seru dan hearwarming pas dibaca.
Di bagian ketiga
ini adalah bagian yang paling seru. Awalnya aku mikir, Fumi nggak terlalu deket
sama Miwako seperti Ryusei dan Chie, tapi kenapa dia dimasukin jadi salah satu
narator? Dan yap, dari ketiga bagian, bagian Fumi adalah favoritku!!
Masih dengan pov
ketiga sudut pandang Fumi, awalnya aku diajak untuk sedikit-sedikit flashback
ke masal lalu Fumi sampe mikir, ini novel kok makin lama makin ngilang aja si
Miwako? Kok jadi bahas Fumi? Tapi ternyata ya spekulasi hanyalah spekulasi,
karena di akhir, benang merah pasti muncul haha.
Nggak bisa
terlalu ceritain bagian Fumi karena akan major spoiler, darimulai identitas
Fumi, plot-twist yang membagongkan, a lil
bit thriller dan horor yang bikin aku –yang tadinya santai aja baca pas mau
tidur lampu udah pada mati jadi merinding sendiri nengok kanan kiri haha.
Di bagian ini
pula, rasa penasaranku soal sesempurna apa sih hidup Miwako sampai dijadiin
judul akhirnya terbongkar. Dan kesimpulanku, sepertinya nggak ada satupun yang
menganggap hidup Miwako itu sempurna kecuali dirinya sendiri AHAHAH.
“Mestinya aku
tidak membohongi diri sendiri, atau orang lain.” Suawa Miwako memecah
keheningan. “Mestinya aku tidak berpura-pura segalanya sempurna.” – hlm 352
Sepanjang cerita,
aku nggak pernah mikir hidup Miwako sempurna, dan aku pun nggak menemukan Ryu,
Chie, ataupun Fumi menganggap hidup Miwako sempurna. Cmiiw. Siapa tau kelewat.
Bagian milik Fumi
bercerita tentang masa lalu Miwako. Yang menurutku udah banyak(?) ada di
kehidupan nyata, mengerikan, sekaligus biasa, gitu deh, campur aduk, kayaknya
diceritain secara biasa dan reaksi Fumi juga biasa makanya terasa agak flat
tapi ngeri juga haha.
Yang bikin aku
kurang puas dengan eksekusi cerita ini adalah, nggak begitu jelas alasan kenapa
Miwako akhirnya bunuh diri. Oke, sebenernya cukup dijelasin, hanya saja bagi
aku kurang ngena.
Selama ini kedua
narator sebelumnya memang menceritakan Miwako di dalam hidup mereka, tapi bukan
hidup, isi hati, dan isi pikiran Miwako sepenuhnya. Jadi buatku agak kurang
ngena, karena cuma satu-dua paragraf aja nggak cukup, meskipun aku tau pasti
berat juga jadi Miwako.
Overall, aku cukup menikmati cerita ini. Tulisannya bagus dan ceritanya menarik
untuk dibaca. Sayangnya, aku jadi merasa buku ini kehilangan tujuan. Aku pikir
akan lebih menemukan diri Miwako yang sesungguhnya dari novel ini. Makna yang
sesungguhnya dipegang dari suicide case-nya
Miwako. Tapi ternyata nggak.
Kesimpulannya?
Aku juga nggak tau haha. Lebih ke cerita tentang cowok yang ditinggal pujaan
hatinya, sahabat yang kehilangan sahabat terbaiknya, dan seseorang yang punya
banyak rahasia akhirnya kebongkar rahasianya apa. Udah. Gitu aja.
Jadi, cuma bisa
ngasih 3.5¶ buat The Perfect World of Miwako Sumida.
And anyway, tadinya mau baca Rainbirds juga, tapi ternyata
pas baca ulang blurbnya, mirip-mirip sama TPWoMS ini, bedanya di Rainbirds
tokoh yang jadi topiknya dibunuh, bukan bunuh diri. Jadi kayaknya aku nggak
akan baca Rainbirds deh hehe, nuansanya sama (death case/mystery) jadi takut bosen.
Sekian.
Dont forget to tap follow button/submit your email
below! See you in the next review and have a nice day!