Senin, 07 Maret 2022

“Tetap Hidup,” kata The Midnight Library karya Matt Haig (a review)

source: goodreads


 


Judul: The Midnight Library (Perpustakaan Tengah Malam)

Penulis: Matt Haig

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

Jumlah halaman: 368 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Gue clueless banget waktu mutusin untuk unduh novel ini di GD. Cuma karena gue nggak asing sama judulnya yang sering seliweran di base twitter. Fortunately, I ended up loving this book so much. So much.

Novel ini bercerita tentang Nora Seed, wanita berusia 35 tahun yang berpikir kalau dia udah gagal menjalani hidup. Semua pilihan dan keputusannya di masa lalu malah ngebawa dia ke malapetaka lainnya. Hingga ke titik terendahnya, Nora berencana untuk bunuh diri.

Yup, buku ini mungkin agak depressing bagi kalian yang punya sejuta positive vibes di dalam diri kalian. Tapi gue yakin sedikit banyak, kehidupan Nora ini bakal kerasa relate ke kehidupan kita sendiri. Jujur, baru beberapa bab awal aja gue udah dibuat nangis sama narasi Matt Haig yang ngena dan nusuk banget ke jantung.

Penulis dan penerjemahnya (ofc) bisa banget bikin hati gue yang lemah ini makin menderita aja pas baca narasinya haha. Gue jadi gabisa berenti untuk baca novel ini.

Lalu, setelah keputusan bunuh diri itulah, Nora tiba-tiba aja ada di sebuah perpustakaan bernama The Midnight Library. Di sana, ada jutaan buku yang merupakan hidupan Nora di dunia paralel, dunia di mana apa yang mungkin Nora jalani kalau dia nggak milih keputusan-keputusannya di dunia yang ini.

Katanya, perpustakaan itu adalah batas ambang kehidupan akar dan kematian. Sebelum benar-benar mati, Nora boleh milih kehidupan yang ingin dia jalani dan kalau dia mau, dia bisa hidup selamanya di kehidupan itu.

Sepanjang kisah gue dibawa bolak-balik ke kehidupan Nora dan perpustakaan. Semua hal yang dia sesali di kehidupan akarnya, satu persatu dia coba menjalani kehidupan yang berbeda. Beberapa kehidupan pertama yang Nora jalani, ternyata nggak sebagus yang dia kira, akhirnya dia tetep kecewa dan balik perpustakaan tengah malam.

Nyaris semua hal gue suka di novel ini, mulai dari ide cerita, gaya bahasa yang enak dibaca, kalimat-kalimat menohok, dan pelajaran yang bisa diambil.

Untuk tokohnya sendiri, Nora, bisa dibilang dia adalah orang yang pesimis banget saking putus asanya. Hidup dia nggak berjalan dengan lancar, semua orang ninggalin dia, sampai ke tahap pengen bunuh diri, tentu aja bagi yang nggak bisa relate dengan karakter Nora, pasti bakal ngelus dada sambil bilang ‘aduh kok segininya Nora’.

Kenapa gue mikir gitu? Soalnya latar belakang Nora nyaris sempurna. Dia berbakat, pintar, menarik, dan punya banyak peluang untuk bisa bangkit. Tapi nyatanya dia tetep depresi.

Kesampingkan karakter Nora yang mungkin bisa pengaruhin banget ke penilaian keseluruhan ceritanya deh. Mana kadang gue baca kehidupan yang didatangi Nora udah cukup bagus, eh dia malah tetep mutusin untuk kecewa dan akhirnya pulang ke perpus.

Di sini gue cuma mau nekenin soal apa yang bisa gue ambil dari novel ini. Untuk elemen-elemen yang lain, no comment, gue ngerasa semuanya udah sempurna. Secinta itu sama novel ini. Filsafat dan fantasi yang nyatu jadi elemen terindah yang pernah gue baca.

Satu hal yang bisa gue ambil dari novel ini adalah, no life can satisfy us. Nggak ada yang bisa muasin keinginan kita, nggak ada hidup sempurna yang kita inginkan, hidup pasti selalu punya celah untuk bikin sesuatunya terasa salah. Itu yang bikin Nora terus-terusan bolak-balik ke perpus, milih lagi buku, dan kecewa lagi pada akhirnya.

Di sini gue bisa ngerasain betapa dia sedih dan putus asa, itu yang bikin gue ikut terhanyut sama ceritanya. Dan ketika akhirnya Nora memilih buku yang tepat, kehidupan yang terasa tepat buat dirinya, gue ikutan ketar-ketir dan bahkan berdoa supaya Nora bisa tinggal di buku yang itu aja. Saking gue pengen banget Nora bahagia haha.

Oh ya tentu saja ending dari buku itu bikin gue jerat-jerit kayak orang gila. Berasa gue yang dikhianati. DAN SAYANGNYA gue gabisa ngulas bagian ini terlalu banyak karena nanti spoiler. Tapi sumpah deh, sumpah gue berasa nyatu banget sama ceritanya T_T

Overall, untuk kalian yang sekarang mungkin lagi butuh motivasi untuk ‘tetap hidup’ gue bener-bener nyaranin untuk baca The Midnight Library. Gue nggak tau gimana buku ini bisa ngubah hidup kalian yang merasa putus asa, karena toh kalian dan gue nggak akan pernah punya kesempatan untuk ngerasain ngejalanin hidup yang berbeda dari kehidupan kita yang sekarang.

Tapi gue yakin pasti ada sesuatu yang bisa diambil, bisa dipahami, bahkan tanpa perlu ada perpustakaan tengah malam versi kita. Gue juga nggak bisa bilang kalau kita bakal mulai ngehapus semua penyesalan di masa lalu karena belum tentu kalau penyesalan itu nggak ada, hidup kita bakal beda saat ini.

Apa yang bisa diambil dari buku ini jelas tergantung kepribadian dan sudut pandang diri kita sendiri. Buat gue pribadi, gue cuma berpikir untuk jalanin aja apa yang ada dan nggak perlu nyangkal segala penyesalan, gue juga jadi sadar kalau gue masih punya hal-hal yang ternyata pengen banget gue lakuin meskipun gue udah muak sama dunia ini. Just go, do it, i dont care if the world will drown me while i’m doing something i want. That’s it.

Despite all the mess the world gave to me or I created it myself, I realized that I still wanna do something. No matter how messed up my life is. Gue nggak mencoba untuk berpikir bahwa ‘dunia itu ternyata cukup baik, tinggal guenya aja yang bla bla’. Nggak. Tapi gue sadar ada hal yang berubah dari sudut pandang gue meskipun gue nggak terlalu yakin apa gue bisa nulisin itu di sini sejelas yang otak dan hati gue pahamin.

Gue kasih full stars alias 5 bintang buat The Midnight Library yang sukses bikin gue terombang-ambing di hidup orang lain. Highly recommended banget buat semua orang di dunia deh haha dan gue harap siapapun yang lagi struggling saat ini, bisa ambil sesuatu dari novel ini.

Soalnya, kita harus tetep hidup guys. Satu-satunya cara untuk belajar adalah tetap hidup. Kita nggak perlu ngerti soal kehidupan, kita cuma perlu hidup.

 

Cheers! See you on another review. Stay healthy and stay alive.

 

Quotes:

“Setiap langkah merupakan kesalahan, setiap keputusan menjadi bencana, setiap hari adalah satu langkah mundur dari sosok yang ia bayangkan bisa dicapainya.”

“Ia masuk ke Instagram dan melihat semua orang sudah berhasil menemukan cara untuk hidup, kecuali dirinya.”

“Dengan kesembronoan dan nasib sialku sendiri, dunia telah mundur dariku, jadi sekarang masuk akal kalau aku harus mundur dari dunia.”

“Ia sadar bahwa ia tidak berusaha mengakhiri hidupnya karena ia menderita, melainkan karena ia berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada jalan keluar dari penderitaannya.”

“Hidup dimulai dari sisi lain keputusasaan.” (Sartre).

 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)