source: google |
Judul: Frankly in Love
Penulis: David Yoon
Ilustrasi Sampul: Staven Andersen
Penerjemah: Daniel Santosa
Editor: Tri Saputra Sakti
Proofreader: Kavi Aldrich
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020631707 (Digital)
Jumlah halaman: 464 hlm.
Baca via: Gramedia Digital
Blurb: Pada tahun terakhirnya di SMA, Frank Li, seorang Limbo –istilah yang dia pakai untuk menyebut anak-anak Korea-Amerika– terjebak di antara ekspektasi orangtua yang tradisional dan kehidupan modern California Selatan. Orangtuanya punya satu aturan dalam pacaran –“hanya boleh dengan orang Korea” – yang menjadi rumit ketika Frank menaksir Brit Means, yang cerdas, cantik –dan berkulit putih.
Sebagai sesama Limbo, Joy Song juga terjebak dalam masalah yang sama dan mereka membuat perjanjian: mereka akan pura-pura pacaran supaya bisa mendapat sedikit kebebasan. Frank merasa rencananya sempurna, tapi pada akhirnya, taktik pura-pura pacaran ini membuat Frank bertanya-tanya apakah dia benar-benar mengerti apa itu cinta –atau siapa dirinya.
----
Tertarik dengan novel ini sejak pertama kali liat kover, dan dalam hati aku langsung bilang: pokoknya harus bacaaaa harusssss. Tapi dalam hati terdalam, aku nggak ingin memiliki buku fisiknya. HAHA. Dan firasatku benar.....
Jujur, paling males baca ebook di hape (terutama) yang halamannya banyak banget. 400+, aku pengen ngumpat aja rasanya, trus DNF, tapi nggak jadi karena rasa kepoku lebih mendominasi. Biasanya aku cuma kuat sampe 100an halaman baca font kecil gini, tapi Frankly in Love mecahin telor deh, rekor banget, aku bisa selesai baca ini bahkan nggak sampe seminggu.
Dari halaman awal, pembahasan tentang nama korea di latar amerika udah bikin aku tertarik dan melek. Aku, yang seneng banget baca suatu budaya lain (apalagi emang k-fans) tentu aja langsung seneng disuguhin orang-orang korea di Amerika haha.
Di luar dugaan, terjemahannya enakkkk, atau emang gini ya gaya bahasa penulisnya, padahal cowok lho. Tapi di awal, aku merasa si Frank ini kecewek-cewekan, entah gegara terjemahan atau emang gitu haha, tapi lama-lama nggak kok. Dan jujur lagi, awal-awalnya memang menarik tapi narasinya agak membosankan.
Waktu Frank dan Joy mulai pura-pura pacaran, fake relationship emang salah satu trope favorit aku juga sih, aku mulai lebih melek dari yang sebelumnya, narasi berubah menjadi page turnerrrrr. Dan kebanyakan memang nyeritain kisah cinta Frank.
Terlepas dari situ, di sini juga ada isu rasisme dari orang-orang korea keluarga mereka. meski nggak ada showing tentang rasismenya sih, tapi cuma telling kalau orangtua Frank dan Joy serta perserikatan orang-korea-di-california semua rasis. Cuma boleh sama orang korea.
Konfliknya bisa dibilang sederhana dan kayak masalah cinta monyet biasa, yang memberatkan adalah permasalahan orangtua. Untungnya, porsi orangtua di sini nggak banyak, cuma penentang aja haha. Dan lama-kelamaan aku justru jadi #TeamJoy karena aku suka sifat Joy yang slengekan jadi cewek nggak kayak Brit yang feminin(?) banget haha.
Ketika semuanya sudah berjalan lancar seperti yang aku inginkan.....aku harus menelan pil pahit karena kebanyakan, novel YA luar yang aku baca endingnya pasti begini dah!! Pasti!! Ngeselin. Kadar sukaku yang tadinya 100% mulai berkurang jadi 80% karena aku benci alurnya yang kayak gini T_T
Overall, ceritanya menurutku recommended sih, apa ya, lebih ke hiburan dan pelajaran juga, secara objektif novel ini bagussss banget dan sarat makna, secara subjektif, aku masih kezal hahaha. Maka dari itu aku hanya kasih 4ó. Oh and anyway, si Q ini ketebak banget sih, nggak bikin kaget. Yang bikin kaget itu Frank dan Joy. Makanya aku tiba-tiba melonjak suka banget novel ini :D