Rabu, 04 Desember 2019

[RESENSI] Deuce! by Netty Virgiantini


source: google



Judul: Deuce!
Penulis: Netty Virgiantini
Penyunting: Irna Permanasari
Penyelaras aksara: Wienny Siska
Perancang sampul: Yogi Fahmi Rian Dito (@yfriandito)
Penata letak: @bayu_kimong
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020614616 (DIGITAL)
Jumlah halaman: 256 hlm.

Blurb ala-aku: novel ini bercerita tentang Namira, cewek periang yang sering banget bolos pelajaran olahraga, karena hari sebelumnya ia harus bekerja jadi pemungut bola di lapangan tenis sampai malam. Pekerjaannya di sana semakin berat karena ada cowok nyebelin.
Lalu ada Kafi, anak pemilik lapangan tenis tempat Namira bekerja, sebel karena Namira cuek banget. Kafi punya alasan khusus kenapa dia bersikap arogan kepadanya. Selain itu, ada juga Aksan, si ketua kelas yang selalu ketus tapi mendadak baik.

-----

Yah, kira-kira itu kayak gitu lah ceritanya. Tau kan kenapa Kafi dan Aksan sama-sama nyebelin ke Nam? Heu heu. Sejujurnya trope cinta segitiga dengan dua cowok satu cewek adalah trope yang aku sukai. Pasti nunggu-nunggu galau mau di tim siapa XD

Sebenernya, lebih daripada ke masalah cinta segitiga, novel ini bercerita lebih utama ke masalah-masalah murid di sana dan gimana seorang guru menyelesaikan masalah mereka. Menurutku sendiri, konfliknya agak rancu...maksudnya rancu, nggak mengerucut kemana. Kayak salah satu kehidupan sehari-hari yang diambil buat dijadiin cerita. Ngerti gak maksudnya gimana? Haha

Hal yang paling aku suka di sini adalah gaya bahasanya yang ringan, bener-bener enjoyable makanya aku cuma selesain ini 3 jam aja. Ringan dan mengalir banget pokoknya. Untuk konfliknya sendiri, sederhana sih, tapi menurutku nggak begitu berkesan.





Plotnya juga biasa aja, nggak terlalu spesial. Garis besarnya, Pak Alan, wali kelas mereka membantu murid yang tadinya nggak akur jadi akur, dan ikut membantu masalah cita-cita juga. Selain Nam, ada juga Putra yang bercita-cita jadi pilot tapi nggak jadi, dan ada juga dua sahabat Nam, Aden dan Mey. Sisanya, cerita kehidupan sehari-hari aja.

Dan menurutku lagi, konflik love triangle-nya kurang kerasa. Aksan selalu muncul kalau lagi nyari-nyari Nam yang bolos. Kafi muncul kalau di lapangan tenis. Terus tiba-tiba semuanya selesai secara perlahan dan indah~

Karakternya, jujur ketika baca karakter Nam, aku kepikiran Aru dari novel Nagra & Aru. Sama-sama petakilan, periang, rambut pendek? (soalnya di kover rambut pendek) dan badannya emang pendek. Bedanya, Aru receh bangettt sementara Nam biasa aja, tapi selera humornya lumayan.

Aksan dan Kafi harusnya ikutan jadi pemeran utama juga, tapi entah kenapa aku merasa mereka cuma jadi figuran pemanis kisah cinta masa remajanya Nam. Bikin Nam susah, tanpa peran dan penggalian karakter yang berarti. Pokoknya kayak...semesta bekerja pada Nam aja deh XD

Dan endingnya, adalah bagian yang paling aku tidak suka karena aku merasa endingnya meh banget haha ngga tau deh, pokoknya menurutku ini kayak open ending, dan tidak menyelesaikan masalah sama sekali XD

Overall, bagi yang butuh snack ringan boleh coba novel ini. Aku sendiri cukup menikmatinya, ide ceritanya my cup of tea tapi plotnya aku kurang suka. Sama seperti judulnya deuce yang dalam istilah tenis artinya seimbang, tingkat kesukaanku ke novel ini seimbang haha. So, aku cuma kasih 3ó


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)