source: google |
Judul: The Poppy War (Perang Opium)
Karya: R. F. Kuang
Alih Bahasa: Meggy Soedjatmiko
Editor: Anastasia Mustika Widjaja
Desain sampul: David Ardinaryas Lojaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020634968 (Digital)
Jumlah Halaman: 568 hlm.
Baca via: Gramedia Digital
Blurb: Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejuta tidaklah selalu menyenangkan.
Karena dianggap anak kampung, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan –syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup.
Kekaisaran Nikan hidup damai, namun bekas penjajahnya, Federasi Mugen, terus mengintai. Kekuatan syamanisme Rin mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkan rakyat, tapi semakin ia mengenal sang dewa Phoenix yang memilihnya, dewa penuh kemurkaan dan dendam, semakin ia khawatir.
Memenangi perang mungkin harus dibayarnya mahal dengan sifat kemanusiaan.
Dan mungkin semuanya sudah terlambat.
-----
Sejak awal liat novel ini mau diterbitin di instagram, aku udah excited bangettttt dan merasa bahwa aku bakal suka dan harus memiliki buku ini. Tapi akhirnya cuma bisa baca lewat GD, rasa kepo berbanding terbalik dengan isi dompet. Tapi tetep aja sih pengen banget punya fisiknya karena
GILA WOY NOVELNYA BAGUS BANGET!1!!1
Aku yang selalu milih novel tipis buat baca di GD aja sampe beraniin diri sendiri baca 500+ The Poppy War karena worth it banget gilakkkk!
Awal mula novel ini udah menarik, meskipun agak klise dikit; anak yatim piatu miskin yang hidup menderita ternyata punya bakat khusus yang bisa mengubah dunia, wow, b aja hahaha. Karena baru aja beresin Shadow and Bone, aku rasa latar belakang Rin mirip-mirip Alina.
Ketika Rin masuk Sinegard, aku langsung kepikiran Harpot wkwk, nggak mirip sih, cuma kesannya kayak baru masuk hogwarts trus para master tiap bidang pelajaran milih murid mana yang diambil buat jadi anak magangnya. Kejamnya, di sinegard, yang nggak diambil master jadi murid harus pulang tanpa dendam.
Jujur sistem Sinegard ini bikin aku merinding tapi aku suka banget. Ekspektasi nemu sesuatu yang wah di sinegard tapi yang kudapatkan cuma penderitaan Rin XD pokoknya, novel ini bener-bener kasih nuansa yang berbeda banget.
Lalu latar cerita ini diambil dari sejarah Cina, yang mana bikin aku tertarik, sesuatu yang beda dan baru pasti menarik buatku. Gaya bahasanya ringan dan terjemahannya juga enak. Minusnya, gegara aku baca di GD, tulisannya jadi kecil-kecil. Aku harap GD nyediain fitur mobile read huhu :( Seandainya font-nya manusiawi, aku nggak akan nyelesain novel ini selama 2 minggu, pasti lebih cepat XD
World Building-nya bagus banget sampe speechless pokoknya. Tapi aku ngerasa novel ini terlalu cepet pace-nya. Dan semua definisi world-nya kayak ditumpahin gitu aja di satu novel, jadi kayak agak keblinger gitu deh terlalu banyak informasi soal world building yang kuterima. Atau mungkin cuma efek baca di hp, kalau baca novel aslinya sepertinya akan b aja gak puyeng haha. Tapi meskipun puyeng, aku merasa kekaisaran Nikan memang ada dan nyata. Penulisnya hebat banget nggak kuat T_T
Untuk karakternya, aku merasa Rin ini mirip Harry Potter hahaha keras kepala dan nggak sabaran bla bla. Dan aku kurang bisa dapet feel karakternya sih, kayak nggak ada character developmentnya buat karakter lain, cuma fokus di Rin aja, yang mana, aku nggak suka-suka amat sama Rin. Hehe. Tiap ada karakter baru, dan mulai pelan-pelan suka, tiba-tiba aja cerita sudah berpindah setting dan berpisah sama karakter-karakter sebelumnya. Heu.
Tapi meskipun aku gak suka-suka amat sama Rin, character developmentnya bagus, dan aku suka, aku suka karena Rin jahat, tapi kadang aku ngerasa pilihannya nggak kusukai dan kadang dia bisa jadi sangat annoying haha.
Selain itu, aku paling gemes gendok sama nama-nama di novel ini soalnya aku gak bisa bedain mana cewek mana cowok huhuhu awalnya aja aku nyangka Nezha cewek XD kebanyakan namanya sulit dibedakan gendernya haha
Jujur aku memang suka dan tertarik sama novel ini, tetapi 250 halaman pertama bikin aku puyeng
soal world building itu, tapi lama-lama aku bisa mengikuti dan sisa halamannya, novel ini bener-bener worth to read banget. Sebagai seseorang yang suka perang-perangan apalagi semenjak nonton GoT, aku rekomen novel ini. Dan yang agak sedih buatku, di sini nggak ada romance hehehe.
Kalau kalian ngarep bakal ada perang-perangan yang menengangkan dan kejayaan yang wah, The Poppy War justru sebaliknya, di sini mereka semua putus asa, kecewa, merasa nggak berguna dan lain-lain. Terutama karena jalan Rin menjadi syaman tidak mulus.
Jujur aku gak tau lagi mau nulis apa, banyak yang terjadi di novel ini. Dari mulai Rin belajar buat lolos Keju dan pergi ke Sinegard, dilatih, ternyata punya kemampuan syamanisme, dan lanjut jadi perang karena Federasi Mugen balik lagi ke Nikan. Banyak yang terjadi dan aku ngerasa pace-nya cepet gitu, kayak belum sempat menghayati tapi tau-tau Rin udah lulus Sinegard.
Selain itu, sepertinya aku bakal buat warning bagi yang lemah mental mending jangan baca novel ini karena novelnya gore abisssssss. Aku aja sampe mual bacanya huhu. Rasanya pengen ngasih award ke R.F Kuang “penulis paling jahat 2019”
Tetapi justru karena banyak penderitaan di novel ini, aku makin suka, udahan soal nasib baik selalu ada di akhir, nasib baik itu cuma bualan (kata nemesis). Novel ini bener-bener ngajarin supaya kuat mental dari awal. Makin ke akhir, makin buruk T_T
Overall, bagi yang suka high-fantasy (apakah bisa dibilang begitu aku tdk yakin), perang-perangan, gore, dan novel tanpa kebahagiaan, aku rekomen banget novel ini. Ada beberapa bagian yang humor juga dan itu precious banget ga tau dah, nggak bikin ngakak tapi setidaknya aku bisa tersenyum di antara kepahitan ini. 4.8ó karena kepuyenganku (subjektif) membuat 0.2 bintangnya luntur.
“Kita juga bakal jadi orang brengsek kalau keluarga kita kaya dan menarik.” – Kitay (hlm 68)
“Keju tidak berarti apa-apa. Keju hanya taktik untuk membuat para petani tidak berpendidikan agar tetap di tempat mereka. Kalau kita berhasil lolos melewati Keju, mereka toh masih akan tetap mengeluarkan kita. Keju menjaga agar kaum kelas bawah tidak ribut. Itu membuat kami terus bermimpi. Itu bukan tangga untuk perubahan; itu cara untuk membuat orang-orang seperti aku untuk tetap berada persis di tempat mereka dilahirkan. Keju itu obat bius.” – Rin (hlm 101)
“Rasa sakit berarti keberhasilan. Ia membuat dirinya sendiri sengsara. Tetapi, semua opsinya memang mengarah ke penderitaan.” – hlm 110
Hal yang paling aku sukai dari novel ini mungkin tentang mitologinya, dewa-dewa, dan konsep kehidupannya.
“Jadi apa yang terjadi saat kita mati? Kita kembali ke dunia roh, kita meninggalkan ilusi ini. Kita terjaga. Kita tidak bisa dibilang mati, melainkan kembali ke kehampaan. Kita terurai. Kita tak lagi punya ego. Kita berubah dari hanya menjadi satu hal, menjadi segalanya.” – hlm 236