Sabtu, 23 September 2017

[RESENSI] Underwater by Marisa Reichardt

“Sometimes, the safest place to be is in underwater.”




Judul: Underwater
Penulis: Marisa Reichardt
Penerbit: Spring (2017)
Jumlah halaman: 329 hlm.

Blurb:
Memaafkanmu akan membuatku bisa memaafkan diriku sendiri

Morgan tidak bisa keluar dari pintu depan apartemennya, rumah yang dia tinggali bersama ibu dan adik laki-lakinya. Gadis itu merasa sedang berada di bawah air, tidak mampu naik ke permukaan, tidak mampu bertemu dengan teman-temannya, tidak mampu ke sekolah.

Saat Morgan kira dia tidak bisa menahan napasnya lebih lama lagi, seorang cowok pindah ke sebelah rumahnya. Evan mengingatkannya pada laut yang asin, dan semangat yang dia dapatkan dari berenang. Mungkin, Evan adalah bantuan yang dia butuhkan untuk terhubung kembali dengan dunia luar.....


Well, aku menyelesaikan novel ini dalam satu hari dan kesan yang kudapat dari novel ini adalah gereget luar biasa. Menjengkelkan dan menyenangkan dalam satu waktu. Underwater berkisah tentang seorang cewek bernama Morgan yang mengalami gangguan mental PTSD atau sindrom pasca trauma.

Dia menjadi jauh dengan dunia luar dan hanya dapat berdiam diri di dalam rumah. Sekolah online dan melakukan segala hal sendirian saat ibu dan adiknya pergi untuk ‘hidup’. Di bab awal, Evan Kokua sudah muncul, menawarkan ‘pertemanan’, tapi Morgan masih ragu. Selama keraguannya untuk membuat cerita ini lengkap karena hadirnya Evan, aku dibuat bosan setengah mati dengan kegiatan Morgan di rumahnya.

Seolah-olah aku ikut dikurung di dalam apartemennya, seolah aku berada di ruang sempit yang membuat napasku sesak. Marisa berhasil membuatku ikut terkurung bersama Morgan melalui bab-bab awal Underwater. Ini pujian, aku serius.

Meski kebosanan, aku nggak bisa berhenti membalik halaman novel ini, karena cerita lambat dan clue tentang konflik yang seolah jatuh satu-persatu seperti daun dari ketinggian 1000 meter membuatku penasaran setengah mati.

Berulang kali aku menghela napas dan memandangi kovernya, memandangi bookmarknya yang terdapat gambar pistol, kembali aku memoskuskan diri membaca novel ini. Sebegitulah niatku untuk menyelesaikannya dalam satu hari. Aku tidak tahan, Marisa membuatku tidak tahan dengan konflik yang disajikannya dan aku salut.

Underwater memakai sudut pandang orang pertama, Morgan. Untuk itu aku benar-benar dibawa ke bagaimana dia melalui masa-masa sulitnya, mencoba untuk baik-baik saja dengan meminum pil ketika serangan panik itu datang, serta melakukan hal-hal yang disuruh Brenda, psikiaternya, untuk membantu membuatnya sembuh.

Kehadiran Evan bukan hanya menjadi sesuatu yang ditunggu Morgan, tapi aku juga menunggunya. Rasanya lebih berwarna jika ada Evan, rasanya Morgan tidak terlalu aneh jika ada Evan. Hubungan mereka terutama ketika Morgan mengirim surat kepada Evan dan mengakui penyakitnya, membuat seolah-olah akulah yang sedang memberi surat itu pada Evan. Untuk urusan feel yang didapat, aku punya banyak bintang untuk Marisa. Aku suka dan tidak berhenti deg-degan.

Tapi aku kurang setuju dengan blurbnya yang mengatakan Evan membantunya terhubung dengan dunia luar. Menurutku, Brenda punya peran yang lebih besar dan dia yang membuat Morgan berani melakukan itu.

Lama-kelamaan, aku dibuat benci kepada Morgan. Mulai dari tingkahnya yang merasa Evan akan terbebani karena penyakitnya dan memutuskan menjauh, juga saat Brenda memberikan nasihat-nasihat kepada Morgan yang membuatku menyalahkan tingkah Morgan.

“Hanya karena mereka tampak baik-baik saja, bukan berarti mereka tidak terluka seperti dirimu.” – hlm. 180

Ditambah kehadiran Taylor, teman cewek Morgan di sekolah lamanya (yang sekarang ditutup akibat kejadian mengerikan Lima Belas Oktober) yang sekarang jadi teman satu sekolah Evan, kenyataan bahwa Taylor mempunyai bekas luka peluru akibat kejadian masa lalu itu dan tetap bertahan, membuatku makin tidak menyukai Morgan karena dia terlalu lemah.

Dia terpuruk dan trauma ketika orang-orang lain yang berada di lokasi kejadian memutuskan bertahan dan melanjutkan hidup, melupakan dan memaafkan.

Tapi ternyata tidak sesederhana itu, kekesalanku berubah menjadi keterkejutan yang amat sangat ketika aku membaca alasan dibalik traumanya Morgan. Brenda terkejut, aku juga. Kami sama-sama berkata: “Ya Tuhan.”

Yang jelas, setelah bosan, degdegan sambil tersenyum gila, lalu kesal, aku dibuat tidak bisa berkata-kata dengan konflik aslinya. Lalu tentang masa lalu keluarga Morgan, topik ayah kembali dibahas dan aku tidak bisa tidak mengeluarkan air mata.

Ibunya memang tidak terlalu mendapatkan peran di hatiku, tapi Ben, adik Morgan, benar-benar membuatku ingin melepaskan status anak bungsu demi memiliki adik semenggemaskan itu XD Aku suka bagaimana Marisa menyusun latar belakang keluarga Morgan dan itu sangat menyentuh :”

Sejauh ini aku benar-benar sulit menulis resensi tanpa spoiler. Yang terjadi selanjutnya adalah bagaimana Morgan melalui masalahnya, bagaimana dia bertahan, dan selalu ada orang-orang yang mendukung, menyayangi dan mendampinginya ketika dia melewati semua itu.

Underwater mengajarkanku untuk bertahan dan tetap berjuang. Terlebih ketika banyak orang peduli yang mengelilingimu. Aku iri bagaimana Morgan berhubungan dengan semua orang-orang di dekatnya.
“Jika kau menjauhi seseorang terus-menerus, pada akhirnya orang-orang akan pergi!” – hlm 180
Aku bahkan merasa aneh sendiri ketika menyadari bahwa novel ini ditulis oleh satu orang, pikiran yang sama, tapi kenapa karakter Morgan begitu melekat seolah-olah dia tercipta karena kemauannya sendiri sementara Marisa berusaha mengubah itu dengan memunculkan Evan dan Brenda. #hala

Overall, aku fifty-fifty jika dibilang menyukai novel ini atau tidak. Romance antara Evan dan Morgan membuat wajahku memerah dengan sendirinya, hubungan Morgan dengan Aaron di masa lalu membuatku ngeri dan tegang, hubungan Morgan dan ayahnya (apalagi surat di akhir itu) membuatku menangis tersedu-sedu, tapi aku masih merasa ada yang hilang.

Efek tidak ada puncak klimaks? Aku nggak yakin sih, konflik utama penyebab Morgan trauma sudah terjadi beberapa bulan yang lalu dalam novel ini, dan diceritakan dengan flashback-flashback yang meskipun membuatku terkejut, tapi itu ... masa lalu ._.

Usaha penyembuhan Morgan memang heartwarming, tapi tetap saja aku perlu ‘tembakan pistol’ itu lebih nyata. HAHA.
Jadi aku kasih 3.5 dari 5 bintang untuk Underwater! Aku akan dengan sangat senang hati menunggu novel kedua Marisa Reichardt :)

Its time to qoutes:
“Aku mendengarkan desis mentega di wajah. Bunyi itu mengingatkanku betapa cepatnya hal-hal berubah. Satu detik kau utuh, detik berikutnya kau meleleh.” – hlm 11
“Hatimu memerlukan kenyamanan dan penghiburan. Berikan. Jangan menjadi korban, tapi jadilah penyintas.” – hlm 162
“Jangan bahas soal adil denganku. Hidup itu tidak adil.” – hlm 179
“Aku ingin membencimu, tapi membencimu tidak membawamu kemana-mana. Memaafkanmu akan menjadi awal sembuhku. Memaafkanmu akan membuatku memaafkan diri sendiri.” – hlm. 195
Bagian tersedih favoritku dari novel ini adalah surat dari Morgan untuk ayahnya. Aku hampir-hampir membasahi buku ini oleh air mataku yang tiba-tiba turun dengan sendirinya. Aku ingin menuliskan keseluruhannya karena memang tidak banyak, tapi kupikir, kalian harus membacanya sendiri. Harus!
“Aku selalu menyayangimu. Bahkan ketika rasanya sakit. Bahkan ketika kau tidak ada. Bahkan ketika aku cemas kau telah melupakan siapa diriku. Aku selalu menyayangimu.” – hlm 323

 p.s kalimat pembuka yang aku pakai berasal dari kover asli (atau versi mana lah gitu) dari Underwater, sayang sekali Spring melewatkan kalimat itu, padahal ngena banget. trus, jujur aku lebih suka kover Underwater yang ceweknya tiduran di sofa di bawah air (entah versi negara mana). Itu keren banget :)

Minggu, 17 September 2017

[RESENSI] The Rosie Project by Graeme Simsion




Judul: The Rosie Project
Penulis: Graeme Simsion
Alih bahasa: Dharmawati
Editor: Siska Yuanita
Desain sampul: emte
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
ISBN: 978-602-03-2193-6


Blurb:

Cinta seharusnya bukan ilmu eksakta. Namun, tak ada yang pernah bilang begitu kepada Don Tillman, profesor genetika ganteng berumur 39 yang tak pernah mengalami kencan kedua. Maka, dia pun menciptakan Proyek Istri, suatu survei ilmiah untuk menemukan mitra hidup yang tepat.

Kemudian datanglah Rosie– “wanita yang paling tidak sesuai”. Tanpa dinyana, Rosie mampu mengguncang dunia Don yang aman dan teratur, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang mirip chaos.

Jadi, apakah gerangan perasaan asing yang menggelisahkan hati Don itu?


The Rosie Project adalah novel kedua yang aku dapat dari hasil Bookcrossing. Bagi yang belum tau bookcrossing itu apa, boleh mampir ke sini. XD

Seperti di blurb, novel ini bercerita tentang Don Tillman, seorang profesor genetika, hidupnya tergantung pada jadwal yang tertulis di whiteboard, selalu tepat waktu, tidak pernah menyia-nyiakan waktu dan bahkan menjadwalkan makanan yang sama setiap minggunya XD

Keadaan yang seperti itu membuatnya hanya punya sedikit teman; Gene, seorang dosen di departemen Psikologi dan istrinya, Claudia. Don bahkan sering dijuluki sebagai orang aneh, terlebih dengan ketidakmampuannya dalam berinteraksi sosial.

Suatu waktu, Don berpikir untuk menikah, tapi sayangnya dia tidak pernah mengalami kencan kedua karena di kencan pertama pun, selalu berakhir dengan tragis (read: ditinggalkan XD). Akhirnya dia memutuskan untuk membuat sebuah survei ilmiah bernama Proyek Istri. Kuesioner yang berisi pertanyaan konyol demi menemukan mitra hidup yang tepat.

Lalu, datanglah Rosie, atas usul dari Gene. Tapi Don bingung kenapa Gene menyuruh Rosie datang padanya, ketika Rosie sama sekali tidak sesuai dengan kuesioner yang telah dibuatnya. Kencan pertama bersama Rosie seharusnya berakhir seperti kencan-kencan sebelumnya, namun Rosie berbeda, dia mampu bertahan dengan Don sampai akhir kencan itu, dan bahkan mengacaukan beberapa jadwal Don.

Hingga dimulailah sebuah Proyek Ayah, Rosie menginginkan Don, yang seorang profesor genetika untuk menemukan ayah kandungnya. Berkali-kali mereka bertemu untuk membahas proyek itu, dan mengunjungi para kandidat ayah Rosie untuk mengambil sampel DNA-nya secara diam-diam. Tidak hanya sampai di situ, mereka bahkan mengejar kandidat sampai ke New York. Momen-momen bersama Rosie akhirnya membuat suatu perasaan aneh di hati Don, yang memporak-porandakan hidupnya.

---

Novel ini memakai sudut pandang orang pertama, yaitu Profesor Don Tillman. Di awal-awal bab, aku dibuat pusing dengan segala macam istilah sains dan memang gaya bahasa yang dipakai sangat berat. Untuk memahaminya saja aku perlu membaca beberapa kali XD

Tetapi ketika Rosie muncul, bahasa yang digunakan mulai agak mudah tercerna. Aku suka penyusunan narasinya, kalimatnya indah meski kadang butuh berpikir dua kali. Humor dalam cerita khususnya yang dilemparkan Rosie kepada Don (yang hidupnya serius banget itu) apalagi diceritakan dari sudut pandang si korban ledekan justru sangat menghibur.

Ide cerita yang disuguhkan juga unik, cerita ini memang romance tapi tidak sepenuhnya hanya perjuangan mencari cinta Don ataupun tentang pergulatan batin yang gak ada habisnya. Proyek Ayah serta petualangan Rosie dan Don berperan penting dalam membangun alur yang kuat dan konflik yang seru.

Aku suka bagaimana konflik membawa pertemuan-pertemuan untuk Don dan Rosie, bagaimana perlahan-lahan Rosie mengubah banyak hal pada diri Don. Don yang tidak bisa mencintai seseorang itu mulai menginginkan Rosie, membuat hal yang biasanya dia ucapkan dengan serius, ketika mengucapkan hal tentang cinta, membuatku langsung tersenyum (read: baper XD)

Makin akhir, pergulatan batin antar kedua tokoh mulai muncul. Don ingin mengubah dirinya untuk Rosie, tapi Rosie sendiri tidak bisa menerima Don karena Don tidak benar-benar mengerti apa itu cinta. Sempat dilanda frustrasi, Don membuatku ikut merasakan rasanya patah hati. Tapi justru monolognya sepanjang kepatah-hatian itu membawanya untuk bangkit lagi, menyatakan fakta bahwa dia telah jatuh cinta kepada Rosie.

Overall, aku sangaaat menyukai novel ini. Sedikit kemungkinan untuk novel terjemahan mengecewakanku. Mulai dari gaya bahasa yang memang berat, tapi aku suka dan menikmatinya. Makin sulit dimengerti makin seru XD, ide cerita yang unik, tokoh Don yang bikin gemes, Rosie yang ‘berantakan’ tapi menarik, hingga ilmu-ilmu kegenetikaan yang lumayan bisa aku dipelajari. Pokoknya, aku suka semua aspek yang ada di novel ini!

Dan sejujurnya, aku hampir-hampir nggak ngerti endingnya, kaget pas buka halaman selanjutnya udah bab ucapan terima kasih wkwk. Butuh hampir lima menit buat mengerti ending tentang teka-teki ayah kandung Rosie dan itu bikin aku ketawain diri sendiri saking lemotnya XD

Oh ya, novel ini termasuk novel dewasa, memang mungkin nggak ada adegan dewasa atau apa, tapi dilihat dari narasi, dialog dan kebudayaan orang luar, novel ini cukup mencantumkan bahasa yang vulgar. Buat adek-adek gemes jangan dulu baca yang beginian deh XD

Terakhir, 4.5 bintang buat kuesioner ajaibnya Don! 0.5 kurangnya buat otakku yang hampir meledak berusaha memahami narasi dan beberapa typo menuju ending. Membaca novel ini membuatku ingin kenal dengan orang aneh macam Don XD aku juga mencoba kuesioner ciptaan Don di halaman belakang buku, dan hasilnya aku gak cocok sama Don, tapi masih lebih nggak cocok Rosie, sih XD

Qoutes:

Sebenarnya banyak kalimat yang ingin aku jadikan qoutes, tapi aku gak bisa berenti baca buku ini untuk nyatet qoute XD

“Sepertinya semua yang pernah kulakukan seumur hidupku mengarahkan jalanku kemari, kepadamu.” – hlm 320
“Apa pun modifikasi perilaku yang kau butuhkan dariku merupakan perubahan sepele demi bisa mendapatkanmu sebagai pasanganku.” – hlm 321

*mimisan* XD

Jumat, 01 September 2017

[RESENSI] Fearless by Queen Rex

“It’s not about being unafraid, it’s about being fearless.”



Judul: Fearless
Pengarang: Queen Rex (wattpad: queenrexx)
Tata Letak: Werdiantoro
Rancang sampul: Sukutangan
Editor: Puput Alvia
Penerbit: Aria Media Mandiri (shiramedia – 2017)
ISBN: 978-602-6657-53-4
Jumlah halaman: viii+468 hlm.

Blurb:
   Tahun 3012. Teknologi telah lenyap. Semua hal yang berbau kecanggihan tak lagi berkembang sejak lahirnya penemuan baru dari seorang professor, yang dengan nekatnya berusaha membangkitkan sistem saraf manusia yang telah mati.
   Mundur ke tahun 2995, di mana bentrok besar-besaran antara warga sipil dan pasukan penjaga perdamaian berlangsung. Namun, semua tahu tragedi tersebut tidaklah terjadi tanpa sebab. Kejadian terjadi mengacu pada keselamatan seorang remaja, yang misteri tentang tahun kelahirannya masih belum terkuak hingga detik ini.
It’s not about being unafraid, it’s about being fearless.


Zapher Shadiev, remaja tujuh belas tahun yang bersekolah di sekolah tanpa nama, terletak di luar gerbang kompleks yang tertutup otomatis ketika waktu menunjukan pukul enam sore. Hal itu dikarenakan tempat yang ditinggalinya, Long Island, terdapat para zombie yang selalu muncul ketika malam hari tiba. Zombie-zombie tersebut adalah hasil eksperimen gila seorang professor di masa lalu, yang akhirnya mengacaukan dunia.

Kisah dimulai dengan Zapher yang dikerjai musuh-musuhnya di sekolah, dia disekap di kelasnya ketika pulang sekolah, hal itu membuatnya nyaris menjadi santapan zombie di malam hari. Beruntung akhirnya dia bisa melepaskan diri, namun terlambat untuknya memasuki gerbang kompleks. Mesin itu sudah tertutup dan dia tertahan di depan gerbang dengan serbuan zombie.

Tidak ingin mati konyol apalagi menjadi zombie, Zap memutuskan untuk melawan, beberapa zombie berhasil dikalahkannya namun kakinya menjadi cedera, di saat itulah pasukan Vysteria (para pemburu zombie) datang secara kebetulan, menyelamatkannya dan membawanya ke dalam markas.

Tanpa mengulur waktu, Zap langsung ditawarkan untuk menjadi anggota Vysteria oleh sang Komandan, Pak Brian, mengetahui bagaimana aksinya saat melawan zombie. Setelah itu, dimulailah petualangan Zap menjadi calon Vysteria. Dia juga berteman dengan banyak anggota lain seperti; Miley, Logan, dan Joanne.

Zap dilatih oleh sosok lelaki yang cuek dan dikenal tidak berempati bernama Leo McZeagler. Leo seringkali membawanya latihan yang begitu rumit, membuat keduanya juga menjadi kian lama kian dekat, membentuk banyak momen baru penuh aksi yang keren.

Puncaknya, terjadi Hari Zom-E atau Zombie Explode Day –Ledakan Zombie, dimana populasi zombie memuncak. Hari itu mereka pergi berburu, hingga suatu kejadian membuat Zap, Leo dan Miley terpisah dan terpaksa melarikan diri ke belakang kompleks perlindungan.

Nahas, kejadian tak mengenakkan terjadi pada Miley, juga Leo yang tergigir zombie. Lalu setelah mereka terjatuh di tebing belakang kompleks, mereka diselamatkan oleh dua orang wanita asing yang mengaku sebagai anggota dari Immoratore, orang-orang yang memutuskan untuk tinggal di luar kompleks peerlindungan. Fakta baru terungkap, tentang siapa sosok Zapher sebenarnya dan kenyataan bahwa Immoratore mempunyai penawar khusus bagi zombie, juga fakta-fakta baru tentang zombie itu sendiri.

Setelah melalui perjalanan panjang sampai menyusup ke istana presiden, hari Operasi Pemusnahan tiba, Vysteria dan Immoratore bekerja sama, namun hal itu justru membawa mereka ke sesuatu yang lebih buruk lagi. Kenyataan bahwa Long Island adalah sarang dari zombie dan Pak Brian harus mengirim sukarelawan untuk ekspedisi bunuh diri ke Hutan Berkabut, tempat yang dicurigai sebagai sarang dari zombie.

Di sanalah momen paling menegangkan terjadi antara Leo dan Zap. Berhasilkah mereka berdua menguak kebenaran tentang para zombie yang kian tidak ada habisnya? Dengan banyak fakta baru yang terkuak dan tipisnya harapan mereka untuk memenangkan pertarungan ini, apa yang akhirnya akan terjadi pada dua remaja itu?

---






Well, terlihat dari blurbnya, cerita ini tentu akan menjadi sesuatu yang serius apalagi berhubungan dengan teknologi, science-fiction yang banyak mengungkap rumus atau tetek bengeknya. Namun jangan salah, novel ini murni novel remaja yang ringan.

Memakai sudut pandang orang pertama yaitu Zapher, dan sifatnya yang boyish membuat narasi yang dibawakannya begitu ringan dan khas humor, cukup mirip terjemahan.

Namun ada yang kurang pas menurutku, soalnya di tengah-tengah POV Zap, terselip POV Leo dan di akhir ada pula POV orang ketiga. Memang membantu banyak dalam memperjelas alur tapi menurutku itu menjadikannya tidak rapi dan kurang konsisten.

Untuk konfliknya, adalah hal yang paling aku suka. Aku menilai sebuah cerita dan memutuskan untuk menyukai sebuah cerita adalah karena konfliknya. Penulisan narasi yang cenderung terlalu cepat, namun santai memang membuat aku tidak bosan saat membacanya namun terkadang ada hal yang menurutku butuh sedikit lebih banyak bagian agar feelnya kerasa.

Aku suka novel tebal dan banyak kejadian yang terjadi. Juga plot twist di bagian akhir tentang penawar milik Immoratore sedikit banyak mengejutkanku. Juga kebenaran tentang kejadian dibalik para zombie di masa lalu dan apa kebenaran di balik yang terjadi sampai saat ini.

Poin yang aku suka dari cerita ini adalah ceritanya yang cepat, banyak kejadian, humor dan penggunaan istilah yang unik seperti Vysteria, Vloender (pasukan khusus yang menjaga warga), Zom-E, Immoratore, Baltimore (kawasan tempat tinggal Presiden). Juga istilah yang dipakai untuk pembedaan para zombie: zombie original, whitebi dan giant.

Dan mengenai karakter, aku sangat suka semua karakternya kecuali...Jack (sahabat Zap di sekolah) oke, dia memang muncul dikit dan yang paling kesel waktu Jack gampang disingkirkan ketika Zap akan dibully. Itu doang sih wkwk. Selebihnya aku suka semua karakter yang ada di sini, terutama Kapten Leo, pemimpin yang hebat, berdedikasi, berani dan sifatnya yang dingin, tapi terkadang sifatnya membuat Zap bahkan aku jadi baper hahahaha.

---

Panjang ya? Oke sekarang lanjut ke shortage-nya yang menurutku agak banyak juga. Daripada soal scifi dan penjelasan tetek bengeknya, kisah ini dominan aksi. Sebab nggak banyak penjelasan apa yang membuat zombie bisa hidup, soal penawar yang terbuat dari apa atau kabut virus di Hutan Berkabut yang ternyata ‘dibuat’ atau bagaimana mereka menciptakan mesin dan bahannya. Penulis hanya menuliskan hal-hal itu agar cerita berjalan sesuai dengan alur yang dibuat.

Aku juga menemukan beberapa typo tapi gak banyak, trus yang paling agak mengganggu adalah penulisan kata ‘kau’ yang banyaaaak sekali digabung dengan kata selanjutnya padahal sepengetahuanku kata kau itu dipisah dengan kata selanjutnya. Contohnya kauyang, kaubegitu, kaumembuat. (bukan dari novel)

Juga plot hole seperti; Elen (sepupu Zap) yang katanya seumuran namun saat flashback ke tahun 2995, ketika Zap baru lahir, orangtua Elen masih berstatus bertunangan. Kecuali yah kau tahulah, pergaulan bebas, mungkin, hm, gak dijelasin sih.

Ah dan yang paling jelas adalah di blurb dikatakan bahwa teknologi telah lenyap dan semua hal yang berbau kecanggihan tak lagi berkembang, oke memang ketika memasuki markas dan menemukan segala kecanggihan, Zap berkata: ternyata teknologi tidak benar-benar musnah. Tapi apa kabar...gerbang otomatis yang mengurung kompleks?....

Banyak juga hal-hal yang membuat aku bertanya-tanya. Misal ketika Logan dan Zap menyusup ke Istana Presiden, kenapa mereka harus lompat dari mobil, kenapa gak mobilnya diberentiin aja toh mereka pas jatuh langsung ditangkap Vloender?

Atau saat Immoratore terkuak, kenyataan bahwa pemimpin Immoratore berselisih dengan pemerintah di masa lalu dan mereka membenci pemerintah yang seenaknya pada warga hingga memutuskan menyimpan penawar untuk diri sendiri membuatku berpikir, apa bedanya mereka dengan pemerintah yang menyengsarakan warga?

Dalam kisah diceritakan ketika Leo memberitahu apa saja yang terjadi pada warga akibat zombie, mereka melunak dan ingin bekerja sama dengan Vysteria, padahal seharusnya mereka sudah tahu sejak lama karena salah satu dari mereka kan... (maaf tapi spoiler)

Lalu yang paling membuatku butuh penjelasan adalah alasan kenapa Joanne masuk sebagai anggota Vysteria!! (mau tau kenapa aku menanyakan hal ini? baca bukunya :p)


Masih ada lagi juga pertanyaan-pertanyaan dalam benakku tapi yah, aku nggak bisa menuliskannya di sini karena selain spoiler, juga kepanjangan hahahaha.

---

Well, sekarang saatnya menunjukan sedikit kesalahan yang aku temukan, dalam bentuk foto ya.


ini lebih ke kesalahan penulisan.

Varey salah ngomong mungkin ya, atau biar kejutan :)
 setelahnya kebanyakan, Say.



 senyum tiga jari aja udah paling lebar, ini senyum lima jari :o gila lebar amat yak mulutnya XD

 
pertama-tama begini, katanya Leo gak pingsan.
 
tapi kayaknya Leo gak kuat ya, jadi pingsan.

Yeah, segitu aja review dariku. Bagi yang masih remaja dan doyan cinta-cintaan mulu, nih baca nihhh novel remaja keren yang gak mulu soal cinta-cintaan. Dan aku seneng pernah baca novel ini, idenya mungkin banyak tapi konflik dan alurnya mantap. Menurutku ini termasuk salah satu novel lokal yang bagus, terutama yang berojolan wattpad. Buat Kapten Leo-ku tersayang aku kasih 3.5 bintang!

Bagi yang penasaran ending ZaLeo shipper beda gak sih sama di wattpad karena aku tahu banyak yang kecewa ending di wattpad ya termasuk aku huhuL tapi maaf aku gak bisa ngasih spoiler di sini^^ HEHEHE *ketawa jahat* bagi yang penasaran dan ngefans banget Queen Rex khususnya Kapten Leo kita bersama, yuk segera cari Fearless di toko buku :)


“Keberanian yang sesungguhnya adalah di mana kau bisa melenyapkan rasa takut terbesarmu, bukannya tidak takut akan apa pun.” – Zapher Shadiev (hlm. 440)

Sabtu, 05 Agustus 2017

[RESENSI] Let Me Be With You by Ria N. Badaria




Judul: Let Me Be With You
Penulis: Ria N. Badaria
Editor: Nuriyah Amalia
Desain cover: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
Jumlah halaman; 352 hlm.
ISBN: 978-602-1326-9

Blurb:

   Tidak tahan karena terus didesak menikah oleh keluarganya, Kinanti akhirnya menerima ide gila Rivan Arya, sahabat kakaknya yang telah ia kenal sejak SMA. Mereka akan menerima perjodohan yang diatur tersebut, menikah, dan tinggal bersama demi menyenangkan keluarga sambil menjalani aktivitas masing-masing. Tetapi, bila suatu saat salah satu pihak terganggu dan merasa tidak cocok bersama, mereka akan bercerai baik-baik.
   Tak disangka, perjodohan bisa juga menyenangkan. Kebersamaan yang mulanya kaku dan canggung, perlahan mulai menumbuhkan perasaan nyaman, sayang dan saling membutuhkan kehadiran masing-masing.

   Namun sayangnya, bayang kelam masa lalu terus mengendap-endap mengikuti. Satu demi satu rahasia yang disembunyikan Rivan terancam menghancurkan keping-keping perasaan cinta yang pelan-pelan Kinanti serahkan untuk pria itu. Akankah mereka terus bersama, atau berakhir seperti kisah-kisah yang ditulis Rivan Arya, sang penulis novel best seller itu? Terpaksa mengakui bahwa cinta adalah rasa yang selalu mengguratkan luka dan menyisakan air mata.

---

Cerita ini bermula dengan adegan pertunangan kakak dari Kinanti yang bernama Harlan. Keduanya dipertemukan di acara itu meski awalnya Kinanti lupa pada sosok Rivan, cinta monyetnya dulu.

Pertemuan mereka setelah bertahun-tahun itu justru menjadi senjata bagi Kinanti yang sudah sekian lama dituntut untuk segera menikah. Kehadiran Rivan beserta segala ‘kualifikasi’-nya sebagai calon suami membuat keluarga Kinanti dengan senang hati menginginkan pria itu menjadi sosok pendamping Kinanti.

Keduanya mulai sering dipertemukan secara sengaja, Kinanti tentu saja merasa tidak enak hati kepada Rivan atas tingkah laku keluarganya sementara Rivan sendiri, sosoknya yang baik hati itu menyatakan bahwa dia sama sekali tidak terganggu.

Hingga suatu hari Rivan menyatakan keinginannya untuk menerima ‘perjodohan’-nya bersama Kinanti, meski awalnya gadis itu menganggap ide tersebut adalah hal gila, dia tetap menerima tawaran Rivan dengan alasan keduanya saling ‘memanfaatkan’ situasi.

Siapa sangka perjodohan konyol dan tawaran gila itu berubah menjadi hari-hari yang menyenangkan, namun semua berubah karena kehadiran orang lain di antara mereka berdua, juga kehadiran ‘rahasia’ Rivan yang dia sembunyikan rapat-rapat dari Kinanti.

Konflik mulai terjadi, keretakan mulai datang, kesalahpahaman tersebar. Bagaimana Rivan memenangkan kembali hati Kinanti? Apa dia harus merelakan Kinanti demi menjaga gadis itu ataukah jujur dan memulai semuanya dari awal?

---

Jangan anggap ini novel menye dramatis banget, nggak deh! Serius. Aku kira awalnya begitu, apalagi novel ini diterbitkan cukup lama, dua tahun lalu, yang dulu kan ngetren tema begini. Terus, aku juga ‘menuduh’ novel ini klise awalnya dan karakter Rivan yang akan dibuat badboy lalala gitu hahaha taunya, nggak! Serius, banyak ketipu deh :D

Awalnya aku kira novel ini akan berjalan mendayu-dayu dan penuh melow, tapi setelah aku baca bab-bab pertama, wow, aku suka narasinya. Kesannya tuh, narasi ini fresh, mengalir, setiap adegan yang diceritakan itu asik dan nggak monoton. Mirip kejadian sehari-hari. Aku juga suka karena perbandingan narasi dan dialognya seimbang jadi nggak bosan.

Satu lagi yang aku suka adalah pemilihan waktunya, beberapa awal bab baru diceritakan sudah sebulan kemudian, dua bulan kemudian, entah kenapa, aku jadi suka. Ceritanya kerasa panjang dan ini membuatku lebih masuk ke feel ceritanya.

Lalu soal karakter, astaga aku jatuh cinta sama Rivan Arya! Dia ini seorang adopsi, tetapi saat umurnya tujuh belas tahun, orangtua angkatnya bercerai dan dia jadi ikut ayahnya yang bule pindah ke Kanada. Beda dari yang lain, broken home justru nggak membuat Rivan jadi anak badboy yang suka main cewek (apalagi dia ini seorang penulis yang diidolakan banyak cewek karena novel romance-nya).

Rivan ini manis banget, ucapan dan tingkah lakunya. Penulis membuatku merasakan ketulusan seorang Rivan Arya. Meskipun digambarkan dengan sosok baik-baik, senada dengan pasangannya, Kinanti, kisah cinta mereka nggak ‘kaku’.

Memang Rivan adalah sisi kalemnya, dan Kinanti adalah sisi yang ceria, perpaduan yang pas menurutku. Keseharian mereka yang entah kenapa menurutku cukup ‘polos’ di umurnya yang dewasa justru lucu. Interaksi mereka juga bikin senyam-senyum sendiri. Aku paling suka adegan cincin:

“Pasangan cincin.” 
“Iya... pasangan cincin.” Hlm 65.

Lalu hal-hal kecil seperti kenapa Rivan jadi ingin memakai kacamata untuk beberapa hari lagi, itu, duh, kesenangan Rivan jadi kesenanganku juga :D

Tetapi setelah masuk ke konflik utama, kebaikan Rivan justru membuatku ingin ‘menampar’ sosoknya. Rahasia Rivan yang harus hadir di tengah hubungan mereka yang baru akan memasuki tahap mesra harus tertahan. Dan rahasia itu hanya diketahui Sherly, sahabat Rivan, tentu saja akan membuat segala hal yang berhubungan dengan mereka menjadi kesalahpahaman bagi Kinanti.

Mulai dari kebohongan-kebohongan Rivan yang akhirnya diketahui Kinanti, membuatku gemas ingin masuk ke dalam buku dan memberitahu Rivan bahwa yang dia lakukan salah! XD

Namun jangan salah sangka, Sherly bukanlah sosok antagonis. Justru, dialah yang menggantikanku untuk berbicara seperti itu pada Rivan. Reaksi Rivan? Dijamin bikin pengen– argh!

Belum lagi muncul sosok Rino, karyawan baru di kantor Kinanti, yang dijelaskan bahwa dia mirip dengan seseorang di masa lalu Kinanti. Jujur! Aku benar-benar tertipu banyak hal, sesuatu yang udah kutebak bakal begini akhirnya (klisenya sih gitu), ternyata berbeda dari yang kupikirkan.

Kalau bicara soal konflik, memang kurasa fokus utamanya cukup klise, tapi bumbu-bumbu yang diracik lumayan menyegarkan, ditambah lagi tokoh-tokohnya, terutama sang Penulis Bestseller a.k.a Rivan! Aku nggak nyangka dia ternyata konsisten sampai akhir dengan wataknya itu. XD

((cinta tidak semudah itu merubah seseorang guysss)).

Well, kalian nggak akan menemukan antagonis di sini, satu-satunya antagonis dalam novel ini adalah takdir. Ya. Takdir. Endingnya pun, astaga, aku nggak tahu aku harus nangis, senang atau gimana. Aku... frustrasi XD

Ah ya, sejauh ini aku nggak merasa terganggu oleh apa pun, kecuali satu hal ini: halaman 304-305 aku merasa dalam narasinya terlalu banyak nama Kinanti tanpa kata pengganti seperti dia atau gadis itu, atau wanita itu dst. Itu aja sih, yang lain fineeeee :)

Overall, aku ngasih 3.5 bintang untuk novel cukup menguras emosi ini. Percayalah kalau kalian hanya melihat kover dan sinopsis, pasti bakal bilang: ah ketebak. Mungkin memang begitu, tapi jelas kalian akan terkejut dengan isinya HAHA.

---

Terakhir, qoutes-qoutes favoritku~

“Ia tak pernah menduga cerita sedihnya akan disukai banyak orang. Membuatnya bertanya-tanya, begitu menarikkah kesedihan bagi banyak orang?” – hlm 24

“Aku hanya ingin berada di sebuah tempat yang akan mengingatkanku bahwa aku pernah melalui hal yang lebih sulit dari ini semua.” – hlm 269

“Semua tidak pernah berjalan sesuai rencana dalam hidupku.” – hlm 295

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)