Minggu, 17 September 2017

[RESENSI] The Rosie Project by Graeme Simsion




Judul: The Rosie Project
Penulis: Graeme Simsion
Alih bahasa: Dharmawati
Editor: Siska Yuanita
Desain sampul: emte
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
ISBN: 978-602-03-2193-6


Blurb:

Cinta seharusnya bukan ilmu eksakta. Namun, tak ada yang pernah bilang begitu kepada Don Tillman, profesor genetika ganteng berumur 39 yang tak pernah mengalami kencan kedua. Maka, dia pun menciptakan Proyek Istri, suatu survei ilmiah untuk menemukan mitra hidup yang tepat.

Kemudian datanglah Rosie– “wanita yang paling tidak sesuai”. Tanpa dinyana, Rosie mampu mengguncang dunia Don yang aman dan teratur, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang mirip chaos.

Jadi, apakah gerangan perasaan asing yang menggelisahkan hati Don itu?


The Rosie Project adalah novel kedua yang aku dapat dari hasil Bookcrossing. Bagi yang belum tau bookcrossing itu apa, boleh mampir ke sini. XD

Seperti di blurb, novel ini bercerita tentang Don Tillman, seorang profesor genetika, hidupnya tergantung pada jadwal yang tertulis di whiteboard, selalu tepat waktu, tidak pernah menyia-nyiakan waktu dan bahkan menjadwalkan makanan yang sama setiap minggunya XD

Keadaan yang seperti itu membuatnya hanya punya sedikit teman; Gene, seorang dosen di departemen Psikologi dan istrinya, Claudia. Don bahkan sering dijuluki sebagai orang aneh, terlebih dengan ketidakmampuannya dalam berinteraksi sosial.

Suatu waktu, Don berpikir untuk menikah, tapi sayangnya dia tidak pernah mengalami kencan kedua karena di kencan pertama pun, selalu berakhir dengan tragis (read: ditinggalkan XD). Akhirnya dia memutuskan untuk membuat sebuah survei ilmiah bernama Proyek Istri. Kuesioner yang berisi pertanyaan konyol demi menemukan mitra hidup yang tepat.

Lalu, datanglah Rosie, atas usul dari Gene. Tapi Don bingung kenapa Gene menyuruh Rosie datang padanya, ketika Rosie sama sekali tidak sesuai dengan kuesioner yang telah dibuatnya. Kencan pertama bersama Rosie seharusnya berakhir seperti kencan-kencan sebelumnya, namun Rosie berbeda, dia mampu bertahan dengan Don sampai akhir kencan itu, dan bahkan mengacaukan beberapa jadwal Don.

Hingga dimulailah sebuah Proyek Ayah, Rosie menginginkan Don, yang seorang profesor genetika untuk menemukan ayah kandungnya. Berkali-kali mereka bertemu untuk membahas proyek itu, dan mengunjungi para kandidat ayah Rosie untuk mengambil sampel DNA-nya secara diam-diam. Tidak hanya sampai di situ, mereka bahkan mengejar kandidat sampai ke New York. Momen-momen bersama Rosie akhirnya membuat suatu perasaan aneh di hati Don, yang memporak-porandakan hidupnya.

---

Novel ini memakai sudut pandang orang pertama, yaitu Profesor Don Tillman. Di awal-awal bab, aku dibuat pusing dengan segala macam istilah sains dan memang gaya bahasa yang dipakai sangat berat. Untuk memahaminya saja aku perlu membaca beberapa kali XD

Tetapi ketika Rosie muncul, bahasa yang digunakan mulai agak mudah tercerna. Aku suka penyusunan narasinya, kalimatnya indah meski kadang butuh berpikir dua kali. Humor dalam cerita khususnya yang dilemparkan Rosie kepada Don (yang hidupnya serius banget itu) apalagi diceritakan dari sudut pandang si korban ledekan justru sangat menghibur.

Ide cerita yang disuguhkan juga unik, cerita ini memang romance tapi tidak sepenuhnya hanya perjuangan mencari cinta Don ataupun tentang pergulatan batin yang gak ada habisnya. Proyek Ayah serta petualangan Rosie dan Don berperan penting dalam membangun alur yang kuat dan konflik yang seru.

Aku suka bagaimana konflik membawa pertemuan-pertemuan untuk Don dan Rosie, bagaimana perlahan-lahan Rosie mengubah banyak hal pada diri Don. Don yang tidak bisa mencintai seseorang itu mulai menginginkan Rosie, membuat hal yang biasanya dia ucapkan dengan serius, ketika mengucapkan hal tentang cinta, membuatku langsung tersenyum (read: baper XD)

Makin akhir, pergulatan batin antar kedua tokoh mulai muncul. Don ingin mengubah dirinya untuk Rosie, tapi Rosie sendiri tidak bisa menerima Don karena Don tidak benar-benar mengerti apa itu cinta. Sempat dilanda frustrasi, Don membuatku ikut merasakan rasanya patah hati. Tapi justru monolognya sepanjang kepatah-hatian itu membawanya untuk bangkit lagi, menyatakan fakta bahwa dia telah jatuh cinta kepada Rosie.

Overall, aku sangaaat menyukai novel ini. Sedikit kemungkinan untuk novel terjemahan mengecewakanku. Mulai dari gaya bahasa yang memang berat, tapi aku suka dan menikmatinya. Makin sulit dimengerti makin seru XD, ide cerita yang unik, tokoh Don yang bikin gemes, Rosie yang ‘berantakan’ tapi menarik, hingga ilmu-ilmu kegenetikaan yang lumayan bisa aku dipelajari. Pokoknya, aku suka semua aspek yang ada di novel ini!

Dan sejujurnya, aku hampir-hampir nggak ngerti endingnya, kaget pas buka halaman selanjutnya udah bab ucapan terima kasih wkwk. Butuh hampir lima menit buat mengerti ending tentang teka-teki ayah kandung Rosie dan itu bikin aku ketawain diri sendiri saking lemotnya XD

Oh ya, novel ini termasuk novel dewasa, memang mungkin nggak ada adegan dewasa atau apa, tapi dilihat dari narasi, dialog dan kebudayaan orang luar, novel ini cukup mencantumkan bahasa yang vulgar. Buat adek-adek gemes jangan dulu baca yang beginian deh XD

Terakhir, 4.5 bintang buat kuesioner ajaibnya Don! 0.5 kurangnya buat otakku yang hampir meledak berusaha memahami narasi dan beberapa typo menuju ending. Membaca novel ini membuatku ingin kenal dengan orang aneh macam Don XD aku juga mencoba kuesioner ciptaan Don di halaman belakang buku, dan hasilnya aku gak cocok sama Don, tapi masih lebih nggak cocok Rosie, sih XD

Qoutes:

Sebenarnya banyak kalimat yang ingin aku jadikan qoutes, tapi aku gak bisa berenti baca buku ini untuk nyatet qoute XD

“Sepertinya semua yang pernah kulakukan seumur hidupku mengarahkan jalanku kemari, kepadamu.” – hlm 320
“Apa pun modifikasi perilaku yang kau butuhkan dariku merupakan perubahan sepele demi bisa mendapatkanmu sebagai pasanganku.” – hlm 321

*mimisan* XD

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)