Minggu, 27 September 2020

Bahaya Membeli E-book Murah!


Kalian yang suka baca buku, pasti sering banget nemu penjual e-book dengan harga miring alias lima ribu rupiah aja per e-book. Pernah kan? Pernah dong pastinya. Pernah tergoda atau pernah beli ini?

Bayangkan..

Buku murah itu buku dari penulis favorit kalian.

Harga buku fisiknya mahaaal, mana masih sekolah, duit jajan cuma seupil.

Ini novel favorit kalian di wattpad, penulisnya nggak tamatin di watty eh langsung terbit. Kepo dong??

Lah ini ada yang jual lima ribu doang? Mau nangisss gak sih??

Sebelum kalian terpedaya oleh rayuan maut sang seller dan dorongan hasrat untuk membeli ebook itu, ada hal-hal yang harus kalian tau. Ini nih bahayanya beli ebook dengan harga murah bayar via pulsa:

EBOOK murah yang kalian temuin di medsos itu ILEGAL!

Bahayanya beli buku ilegal? Kalian secara langsung dan tidak langsung merugikan penulis favorit kalian. Merugikan penerbit dan seluruh staff yang bekerja untuk terbitnya buku tersebut. Kalian juga membantu penjahat yang suka kloning buku makin kaya. Jahat banget kan? Dosa tau! Bahaya lah.

Lebih bahaya lagi karena sebenarnya kalian bisa baca buku itu gratisssss di aplikasi perpustakaan online. Gila sih lima ribu bisa gue pake beli seblak daripada ebook, mending kalau legal, lah ini ilegal. Dihhh!

Gimana cara baca gratis kak?

Cari aja di playstore aplikasi iPusnas, iJakarta, iJogja atau i i lainnya sesuai domisili kalian terserahhh asal ada, unduh pake wifi sekolah biar gratisnya poll, tinggal cari buku kemauan kalian, beres.

Belum, nggak sampai di situ. Lanjut baca!

Oke, gue nggak mau nasehatin yang gimana gitu, bawa-bawa rejeki orang itu berat. Tapi gini deh. Berdasarkan logika gue yang nggak seberapa nih ya. Sebagai pecinta buku, demen banget baca buku, gue nggak suka dan anti banget sama yang namanya buku ilegal baik itu fisik atau ebooknya.

Pertama, duit gue nanti kebuang sia-sia buat buku kloningan yang kualitasnya jelek. Kedua, gue malu sama temen-temen gue kalau nanti mereka minjem dan tau buku gue bajakan... ketiga, gue malu aja gitu bahas dan nge-hype buku bareng fans lain tapi gue nggak turut serta ngasih duit gue ke penulis kesayangan.

Beneran deh, ada kebanggaan sendiri punya buku yang legal, apalagi profesi gue itu bookstagrammer yang meskipun lagi hiatus suka foto-foto buku asli lah daripada buku bajakan.

Tapi kan bukunya mahal kak, mana aku masih sekolah, nggak punya uang.

Gue yang udah nggak sekolah aja masih nggak punya uang kok, santai. Tapi gue orangnya emang nggak pernah maksain sesuatu sih. Nggak tau kalau kalian. Kalau gue ada di posisi kalian, gue tetep bakalan nabung seberapa lama pun itu sampe duit gue kekumpul, caw ke gramedia dan tebar uang depan kasir. Sumpah itu satisfying banget tauk. Yang suka beli buku ilegal via pulsa nggak akan bisa rasain dah tuh.

Udah kepo banget sama endingnya! Digantung penulis ngeselin gegara mau diterbitin! Nggak mau beli mahal-mahal soalnya udah kecewa sama penulisnya!

HAHA! I feel you. Mau tau gimana triknya? Nah kalian pergi tuh ke gramedia, cari buku lucknut itu, CARI SAMPELNYA! Baca dah tuh ending-nya doang. Beres. Tapi inget, jangan pernah sekali pun kalian buka segel buku di gramedia, pokok’e jangan!!

Tapi kak, buku itu lama banget masuk ke iPusnas, iJak, i i i i, jadi mau baca kelamaan!

Daripada ngeluarin duit goceng buat satu ebook palsu, gue saranin kalian mending ngeluarin duit 18k buat baca ebook gratis sepuasnya. Nah tuh, nggak cuma dapet satu buku tapi bisa dapet puluhan buku, kan? Dah langsung aja cus unduh Gramedia Digital, patungan sama lima orang temen kalian, beres.

MALAHAN, kalian bisa patungan cuma 10 RIBU DOANG kalau kalian cuma kepengin baca novel fiksi. Sumpah ya ini tuh udah murah banget kenapa masih ada yang mau beli ebook bajakan sih?

Ih, buku-buku yang aku mau baca bukan di penerbit kompas gramedia, gak bakalan masuk ke GD atau iPusnas atau iJak atau atau atau deh kak!

Kalian banya banget alesannya, pengen banget dibolehin beli ebook ilegal ya? Cara teraman yang bisa gue kasih sih cuma:

NABUNG ya kalian pastiiii bisa, kalau sebegitu demen dan keponya sama si buku, nabung ya sayangku.. Atau, bisa patungan bukunya sama temen kalian yang suka juga. Bisa juga kalian baca ulang di wattpadnya dan baca ending-nya di sampel di toko buku. Atau kalian bisa juga baca si sampel dari awal sampe akhir dah tuh nongkrong aja seharian di gramedia. Musiknya enak kok.

Nah barangkali segitu aja tips and tricks ala-ala dari gue buat kalian yang suka baca buku. Diinget baik-baik ya temen-temen, beli buku ilegal itu jahat.

Justru, kalau kalian nemu akun yang jualan ilegal kayak gitu, yuk laporin ke penerbit dan penulisnya! Bantu dunia literasi Indonesia tetap bersih dan semakin berkembang! Siapa tau kalian nanti dapet reward dikasih buku yang kalian mau secara gratis HAHA.

 

Have a nice day, cheers!

Eksa <3

 

 

 

 

 


Senin, 07 September 2020

Rekomendasi Teenlit (agak) Jadul Part 2!


 


Hi guys how are youuuu? I hope y’all are doing well! mulai bulan ini aku berencana buat rutin ngonten minimal seminggu sekali, maksimal dua hehe mudah-mudahan terlaksana:)

By the way, masih inget rekomendasi teenlit jadul yang pernah aku posting Februari lalu? Di sana ada lima judul buku teenlit karya penulis-penulis Indonesia berbakat loh. Kalau belum baca, klik dulu di sini biar afdol. Soalnya di part dua ada rekomendasi yang nggak kalah seru, malah jauh lebih seru, yang ini kalian beneran deh, wajib, kudu, harus, banget baca novel-novel di bawah ini kalau kalian pecinta teenlit lokal sejati. HEHE.

Sebelumnya aku mau tanya, siapa yang pernah bercita-cita jadi agen rahasia atau mata-mata? Sejujurnya aku sendiri nggak pernah kepikiran punya pekerjaan kayak gitu, aku dulunya mau jadi dokter! Apalah daya akhirnya cuma jadi penulis konten di blog pribadi.

Biasanya kalian bakal nemuin cerita tentang agen rahasia di novel atau film-film luar negeri, yang plotnya keren, tegang, banyak plot-twists, kekerasan bla bla, kayak si James Bond itu lah. Tapi sesungguhnya kalian nggak perlu jauh-jauh karena kita semua punya penulis lokal, asli Indonesia, yang bikin novel tentang agen rahasia dan bagaimana cara mereka beroperasi dengan segala macem detail tentang organisasinya loh!

Yup, siapa lagi kalau bukan Clio Freya dan series Fay’s Adventure-nya yang super duper keren. Jujur, aku kurang banyak nemu artikel tentang betapa kerennya series ini, apa karena udah agak jadul? Atau underrated? Padahal nih ya, coba deh cek goodreads dan liat rating series ini. Ketiga bukunya meraih rating di atas 4 bintang loh, masih ragu buat baca?

Dan terlebih lagi, novel ini adalah novel teenlit. IYA, TEENLIT, kalian nggak salah baca. Novel teenlit, tokoh-tokohnya remaja, main agen rahasia T_T segitu aja harusnya udah cukup buat kalian kepo sama ceritanya, iya nggak sih?

Tenang aja, jangan dulu mikir:

“Ah, bukan terjemahan pasti ceritanya mainstream.”

“Paling nanti agen rahasianya cuma disebut-sebut doang, nggak ada penjelasan.”

“Teenlit lokal bikin konflik agen rahasia? Paling versi simpelnya doang.”

“Wah temanya berat, jangan-jangan nanti nggak masuk akal, asal tempel.”

No, no, no, big NO. Kalian salah besar. Meskipun aku juga sebenernya bego dan nggak ngerti apa-apa sama tetek bengek agen rahasia, tapi aku jamin kalian bakal menemukan detail yang memuaskan, nggak asal tempel, dan pastinya riset yang oke. Aku juga mikir mungkin beberapa hal ada yang fiksi tapi setidaknya, penjelasannya masuk akal kok.

Kalau gitu, siap kenalan sama Fay? Lanjut baca biar makin kepo :p

Series Fay’s Adventure dengan buku pertamanya yang berjudul “Eiffel, Tolong!” terbit tahun 2009. Waktu itu aku pertama kali baca sekitar tahun 2014. Dilihat dari kovernya yang maaf, nggak eye-catching, dan judulnya yang kurang menarik, aku nggak berekspektasi apa-apa sama novel ini. Cuma dikasih pinjam temanku lalu aku baca aja kata dia seru. EALAH taunya, aku bucin sendiri, tergila-gila sama ceritanya T_T

Buku satu bercerita tentang Fay Regina Wiranata yang tadinya bakal menghabiskan liburan sekaligus kursus bahasa Perancis seminggu penuh di Paris, sendirian, soalnya ada misscom sama kerjaan orangtuanya. Siapa sih yang nggak seneng? Ide itu sendiri bikin aku seneng setengah mampus pas baca.

Tapi ternyata, baru satu hari di sana, Fay diculik! Penculiknya adalah om-om keren bernama Andrew McGallaghan aku ngetik namanya aja sambil senyam-senyum guys sumpah. Seorang direktur dari perusahaan bernama Llamar Corp. Tentunya, Direktur cuma posisi di luar, di dalem, dia adalah pemimpin agen rahasia sebuah organisasi bernama COU di bawah Llamar Corp juga. Untuk keterangan lebih lanjut silakan baca novelnya.

Next

Fay diancam dan dipaksa untuk melakukan tugas dari Andrew untuk berpura-pura menjadi gadis Malaysia bernama Senna dan menyusup ke rumah seorang milliader bernama Alfred. Sebelum melakukan tugasnya, tentu saja Fay harus dilatih dulu sedemikian rupa, literally sEdEmIkiAn rUPa yang dipenuhi kekerasan T_T

Pagi ikut kursus malem disiksa. Itulah yang akan Fay jalani selama di Paris. Tapi untungnya, ada Kent, pemuda tampan berambut pirang dan bermata biru yang nemenin Fay ngelewatin hari-harinya yang berat, dan ada Reno yang menemaninya di tempat kursus.

Ughhh. Masih belum penasaran juga sama ceritanya??

Oke masuk ke review, berhubung aku udah baca ulang bukunya tahun lalu, ini pendapat aku yang bukan remaja SMA lagi setelah bertahun-tahun baca buku satu: aku masih tetap cinta. Cerita ini nggak gagal bikin aku senyum, kangen, tegang, dan heboh sendiri pokoknya. Cuma satu yang menurutku kurang srek, yaitu eksekusinya yang agak drama gitu, tapi tetep aja keren woy. Nggak banyak yang bisa aku komentarin soalnya: SECINTA ITU aku sama novelnyaaaa. Ratingnya aku kasih 4,5 bintang.

Setahun kemudian, tahun 2015 yang pada saat itu aku masih SMA, aku baru baca lanjutannya di buku kedua yang berjudul “From Paris to Eternity” terbit setahun setelah buku pertama yaitu di tahun 2010. Buku kedua ini...makin gila. Sumpah. Nggak paham lagi. Penderitaan Fay makin kejer aja tapi aku suka banget HUEE.

Ceritanya, Fay kembali ke Indonesia horeee. Abis ujian kelas 3 pula, siap-siap mau kuliah, eh taunya ada telepon dari institute di Paris yang bilang Fay menang lomba essay waktu kursus di Paris setahun yang lalu. Hadiahnya, dia bisa liburan lagi ke Paris! Horeee!

Tapi tentu saja itu cuma khayalan. Soalnya, itu semua cuma kedok Andrew, pertanda bahwa Fay harus kembali ke Paris untuk ngejalanin misi lagi. Fay sih jadi lemes lutut dengernya, tapi aku tetep bersorak: HORE makin kenceng guys.

Di sana, dia kembali ngejalanin latihan berat. Tapi kali ini, yang melatih bukan Andrew, melaikan sosok kakek sihir (julukan dari Fay) yang bernama Philippe Klaan. Paman yang satu ini 100000x lipat lebih mengerikan dari Andrew, aku bener-bener dibuat takut sendiri sama sosok Philippe.

Aku udah baca ulang novel ini bulan ini. Kebencianku ke Philippe masih 100% segar tanpa berkurang sedikitpun. Aku juga agak lumayan lupa sama eksekusi novel ini, dan sempet aku pengen protes, mikir ini terlalu drama, mau ilfeel tadinya, tapi semua itu aku telan lagi bulat-bulat waktu baca endingnya.

Rasanya malu sendiri udah mau ngomel-ngomel sama konfliknya, kalau ada kak Clio di depanku, udah aku kubur diri sendiri dah saking malunya XD tentu saja di sini ada plot twist yang sudah disusun Andrew dengan sangat rapi.

Meskipun pada akhirnya aku tetap merasa hal-hal sebelumnya jadi terkesan buang-buang waktu dan misinya jadi berlebihan, tapi aku nggak bisa protes karena aku sangat menikmatinya. Belum lagi, romance di sini makin kental loh, siapa yang kalau baca buku harus ada romance-nya? Nah tuh puas-puasin di buku dua, romansanya bikin ngiri puol. Tentunya aku kasih 5 bintang buat novel kedua ini.

Aku bersyukur aku baru baca novel ketiga pertama kalinya (bukan reread) kemarin. Soalnya kalau aku ikutin on-going pada masanya, buku ketiga yang berjudul “Traces of Love” baru terbit empat tahun kemudian dari buku keduanya yaitu pada tahun 2014.

Aku lebih bersyukur lagi karena aku nggak harus nunggu selama enam tahun buat nunggu kabar buku ke-empatnya seri Fay ini. Meskipun sekarang statusku berubah jadi salah satu penunggu buku empat terbit, setidaknya aku nggak nunggu dari enam tahun yang lalu haha.

Traces of Love masih bercerita tentang Fay, aku mungkin nggak akan cerita banyak-banyak karena ending buku dua tuh GILA banget aku nggak mau ngasih clue apa pun yang bisa ngurangin kenikmatannya haha. Intinya, ya, Fay pasti di Paris lagi. Namun kali ini ada yang berbeda dari statusnya. Apa hayo?

Di sini, nuansa romance-nya makin kerasa, konfliknya makin keren, Andrew makin tampan sj di pikiranku. Ada banyak karakter-karakter baru yang muncul. Andrew dan Philippe bukan cuma dua orang paman gila, tapi mereka ada lima guys, LIMA.

Lalu, selain Kent dan Reno, kali ini Fay nambah satu satelit: cowok seksi dari Venezuela bernama Enrique. Stok cowok ganteng Fay nggak cuma empat paman (Philippe nggak diitung) dan tiga cowok perhatian, tapi masih ada lagi loh haha. Dan Fay ini akan jadi satu-satunya cewek di “dunianya.”

Review-ku buat novel ini, karena ini pertama kalinya aku baca buku ketiga, rasa penasaran dan senengku makin berlipat-lipat. Aku belum tau apa yang bakal terjadi, nggak tau bakal gimana. Awal-awal aku ngerasa novel ini cukup ‘tenang’ dan ‘menyenangkan’ lah ya, Fay masih disiksa tapi nggak kayak dulu.

Ketika akhirnya aku masuk ke konflik yang sebenarnya, aku nyaris pengen berenti baca karena takut sama apa yang bakal terjadi. Ini beneran, aku sempet tutup bukunya, gak mau tau apa yang terjadi, tapi tentu saja aku kalah sama rasa kepo. Meskipun nggak ada aksi yang cukup intens kayak di buku sebelumnya, konflik ketiga ini lebih nusuk di hati.

Satu hal yang aku sadari: aku ternyata nggak begitu suka karakter Fay karena dia kadang ngeselin banget pengen getok, pantes Andrew gemes. Tapi justru perasaan itulah yang bikin aku makin suka sama seriesnya, keliatan banget kalau Fay itu masih separuh manusia biasa yang bisa ngeselin, bukan heroin yang tanpa cela.

Di novel ini pula, aku makin suka sama Kent. Dan yang mengherankan, ternyata karakter favoritku nomor satu adalah Andrew McGallaghan T_T aku kasih 5 bintang! setelah baca ketiga buku ini, pilihan kalian cuma ada dua: gak suka bukunya atau bucin banget sama McGallaghan family!

Seriously, aku bisa ngabisin berlembar-lembar ms.word kalau aku nggak berenti fangirling sekarang! Padahal aku belom nulis quote guys gimana dong. Dah, udah stop, kalian nanti bosen dan capek bacanya.

Overall, yang masih mau diyakinkan buat baca series ini silakan komen di bawah. Tapi masa sih masih perlu diyakinkan?! Series ini adalah series lokal pertama, teenlit lokal pertama yang bisa bikin aku bucin level 999. Biasanya aku selalu jatuh cinta sama series western dan nggak nyangka aja aku ternyata bisa ditaklukan sama novel lokaaaal. Bener deh, you should give it a shot, dijamin nggak nyesel.

Terakhir, kabar bahagia buat kalian yang keracunin habis baca curhatan fangirl ini: ketiga buku Fay’s Adventure bisa kalian baca GRATIS di iPusnas! Hip hip horeee!

p.s: dari sebuah artikel aku baca katanya series ini bakal berakhir di buku 4 dan kalau nggak ya paling banyak sampe buku 5. Buku keempat tadinya bakal terbit Agustus tahun ini tapi lagi-lagi hilang kabar, katanya sih gegara pandemi :(

Mari berdoa supaya aku (dan kalian yang sekiranya baru mulai baca) nggak harus nunggu bertahun-tahun buat baca lanjutannya ya. Sekian.. happy reading, and see you in another post!

Senin, 31 Agustus 2020

[RESENSI] Shadow and Bone Trilogy by Leigh Bardugo: August Fav-read!!

 

source: personal document @arthms12


Mungkin lebih daripada resensi, postingan ini aku khususkan buat bahas hal-hal mengenai series fantasy karya penulis favoritku ini aja ya. Pertama-tama mari kita kenalan dulu sama series pertama di Grishaverse, cikal bakal series-series luar biasa lainnya dari Leigh Bardugo.

Shadow and Bone adalah buku pertama dari series pertama Grishaverse dalam trilogi “Shadow and Bone”. Buku ini sempat diterbitkan di bawah naungan mizan group dulu, cuma mungkin karena nggak laku, lalu lisensinya kedaluwarsa(?) akhirnya bertahun-tahun kemudian series ini kembali dihadirkan lewat penerbit yang berbeda, yaitu POP & Ice Cube (bukan merek minuman, katanya).

Awalnya sebelum series ini diterbitkan, penerbit POP malah lebih dulu menerbitkan series Grishaverse kedua setelah S&B yaitu Six of Crows Duology yang memang lebih ‘populer’ saat itu dibandingkan kakaknya si S&B.

Anyway!! Aku bakal bikin resensi-semi-curcol tentang Six of Crows duology juga kok nanti setelah aku reread bukunya! Tungguin ya!

Back to topic:

Shadow and Bone terbit di Indonesia tahun 2019 dengan judul bahasa Indonesia-nya “Bayang dan Belulang”. Diterjemahkan oleh penerjemah favoritku, Reni Indardini (yang juga nerjemahin Percy Jackson Series, Heroes of Olympus Series, Six of Crows duology yang semuanya adalah buku favoritku haha), dieditori oleh Anida Nurrahmi, dan dengan jumlah halaman 380 hlm.

Shadow and Bone series adalah series pembuka untuk Grishaverse aka Grisha Universe (Dunia Grisha). Latar tempatnya adalah dunia fantasi, di negara bernama Ravka yang terinspirasi dari negara Rusia. Selain manusia biasa yang ada di sini, ada juga jenis manusia yang mempunyai kekuatan sakti. Mereka lah yang disebut dengan Grisha.

Grisha mempunyai 3 ordo utama yaitu Corporalki, Etherialki, dan Materialki.

1.      Corporalki (ordo denyut dan maut) dibagi lagi menjadi dua kemampuan yaitu: Pengoyak jantung dan Penyembuh.

2.      Etherialki (ordo pemanggil) dibagi menjadi tiga yaitu: pemanggil air, api, dan angin.

3.      Materialki (ordo fabrikator) dibagi menjadi dua yaitu: durast (besi kaca dkk) dan alkemi (ramuan).

Di dunia ini, anak-anak yang terlahir sebagai Grisha dikucilkan, dianggap penyihir, dijauhi, segala macem lah. Hanya Ravka yang mau menerima para Grisha. Di Ravka, para Grisha bisa hidup nyaman meskipun yah, kadang rasis juga. Bukan cuma itu, bahkan Ravka menciptakan serdadu tentara yang dianggotai oleh para Grisha yang disebut Tentara Kedua. Tentara Pertamanya manusia biasa ya guys.

Shadow and Bone sendiri bercerita tentang Alina Starkov yang merupakan salah satu Grisha yang langka pada masanya. Dia adalah seorang Pemanggil Matahari. Pemimpin Tentara Kedua, The Darkling –terjemahannya sang Kelam, tapi aku lebih suka The Darkling, yang mengetahui Alina merupakan seorang pemanggil Matahari lalu merekrutnya ke dalam Tentara Kedua.

Di Ravka saat itu ada semacam selubung bayangan yang memecah antara Ravka barat dan timur, dan tempat itu berisikan makhluk kejam seram pemakan manusia yang disebut volcra. Hanya Alina dan kemampuannya yang bisa membuat siapa pun selamat menyebrangi selubung. Sejak saat itu, The Darkling sangat terobsesi kepada Alina.

Untuk menghindari spoiler besar-besaran, mari kita lanjut ke buku kedua trilogi “Shadow and Bone” ini yang berjudul Siege and Storm (Takhta dan Prahara). Buku ini lebih tebal dari buku sebelumnya yaitu 450an halaman.

Di buku ini, kita bakal dipisahkan dari si villain kharismatik, The Darkling. Tapi jangan khawatir, soalnya di buku ini Alina dan Mal (dua heroes kita di series ini) bakal ketemu sama pangeran Ravka bernama Nikolai Lantsov. Berani taruhan kalian bakal langsung suka sama karakter Nikolai. Kalau nggak jadi pengen peluk gemes ya pasti pengen mukul HAHA.

Siege and Storm nggak sama kayak buku pertama yang lumayan bikin tegang sama plot dan konfliknya, menurutku di sini..cukup hambar. Nggak ada kejadian menarik (kalau Nikolai dianggap menarik ya berarti ada satu). Padahal aku suka banget sama kovernya yang cantik, paling cantik di antara ketiga buku, tapi isinya ada di urutan terakhir buatku.

Siege and Storm lebih menunjukan sisi characters development dari Alina dan Mal, hubungan mereka, strategi perang, dan segala macem persiapan menuju pertempuran di buku tiga. Bisa di bilang, buku kedua ini jembatan doang. Anyway, Mal adalah sahabat Alina sejak kecil, dia merupakan (mantan) anggota Tentara Pertama yang bekerja sebagai Pelacak.

Di buku ini, aku menemukan banyak review tentang betapa Mal nyebelin banget, yang menurutku nggak juga kok, emang sih Alina kesusahan sama situasi ini dan Mal terkesan egois kekanak-kanakan, tapi aku ngerti gimana perasaannya dan pada akhirnya, Mal juga berkembang. Salah satu character development yang aku sukai adalah karakternya Mal, kedua baru Alina.

Lanjut ke buku terakhir dari series ini yaitu Ruin and Rising (Runtuh dan Tumbuh). Di sini, segala yang seru-seru muncul. Setelah agak kecewa sama plot Siege Storm yang biasa aja, aku menemukan obat penawarnya di buku ketiga ini. Bukan cuma eksekusi akhir yang tegang, dari awal sampe akhir buku ini punya banyak hal yang menarik.

Dari mulai karakter-karakter yang tadinya cuma kenalan di buku dua, sekarang mereka jadi tim yang solid meskipun saling waspada satu sama lain, pertarungan, PLOT TWIST, dan tentu saja masih ada Nikolai dan bacotannya: kalian harus baca bagian Baghra (ibu The Darkling) yang galak kalau lagi ketemu Nikolai, ini bagian favorit banget, berharap ada banyak scene kayak gini huhu.

Eksekusi yang memuaskan jelas ada di Ruin and Rising. Aku suka gimana plotnya diatur sedemikian rupa, dialog-dialognya yang bikin betah, plot twist kurang ajar tapi aku suka. Pokoknya buku terakhir ini memenuhi ekspektasiku. Meskipun kadang aku merasa narasinya kurang nendang, kejadian-kejadian seru justru berasa dipotong pendek: meskipun berkesan tapi tetap kayak nggak penuh, kopong. Tapi tetap aku suka banget sama endingnya yang bahkan nggak aku sangka, padahal aku udah baca Six of Crows duluan yang latar waktunya setelah S&B berakhir, aku tetep aja nggak nyangka haha.

Kalau kalian menyelami lebih dalam ke setiap detail ceritanya, konflik di Shadow and Bone ini cukup kompleks dari mulai karakter-karakter yang luar biasa dan tentunya politik, apalagi dibalut dengan fantasi yang mungkin bakal bikin kalian butuh tenaga ekstra buat bayanginnya haha. Tapi tenang, ada banyak fanart di luar sana, hati-hati aja jangan sampe kena spoiler.

Karakter favoritku tentu saja Nikolai Lantsov, lalu Mal-Alina satu paket, yang ketiga sekaligus nomor satu (dari sisi villain) adalah: The Darkling, disusul oleh Genya Safin, dan sampai saat ini aku belum terlalu suka sama Zoya meskipun karakternya badass tapi menurutku lebih ke nyebelin haha.

Sebelum tulisan ini makin panjang, lebih baik kita akhiri saja, dan sebelumnya aku mau bilang kalau memang masih terasa ada kekurangan personal, menurutku sendiri, dari keseluruhan trilogi Shadow and Bone. Dibandingkan Six of Crows yang aku cinta setengah mati, series pendahulu ini agak kurang buatku, nggak seseru dan nggak sekuat kesan yang ditinggalkan Six of Crows. Tapi, series ini tetap worth to read kok! Jangan ragu buat mulai terjun ke Grishaverse! ;)

---

Buat kalian yang mau kenalan sama karya penulis favorit keduaku, Leigh Bardugo, dan mau ikutan jadi penduduk di Grishaverse kalian bisa baca sesuai urutannya, kayak gini ya:

1.      Shadow and Bone Trilogy: Shadow and Bone, Siege and Storm, Ruin and Rising

2.      Six of Crows Duology: Six of Crows, Crooked Kingdom.

3.      Nikolai’s Duology: King of Scars, Rule of Wolves.

Catatan: kalian bisa baca Six of Crows tanpa baca Shadow and Bone trilogy (kata Leigh sendiri), tapi kayaknya lebih asik baca Nikolai di Shadow and Bone dulu kalau kalian mau lanjut ke Nikolai’s Duology. Series pertama dan ketiga latarnya di Ravka, dan kayaknya masih sama-sama tentang kekuasaan soalnya aku belom baca KoS. Sedangkan Six of Crows berlatar di negara yang terpisah sendiri bernama Kerch, karakter yang berbeda, dan konflik yang juga berbeda meski masih sama-sama bertema Grisha.

Catatan lagi: Nikolai’s Duology belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sampai konten ini terbitkan di blogku.

 

 

 

 

Sabtu, 11 Juli 2020

[RESENSI] My Heart and Other Black Holes by Jasmine Warga


sumber: google
                                                   

Judul: My Heart and Other Black Holes (Hati yang Hampa)

Penulis: Jasmine Warga

Alih bahasa: Rosemary Kesauly

Editor: Mery Riansyah

Desain sampul: Rovliene Kalunsinge

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)

ISBN: 978-602-03-8271-5

Jumlah halaman: 326 hlm

Baca via: iPusnas


Blurb ala-ala: Aysel, remaja berusia 16 tahun yang menyukai fisika dan terobsesi untuk bunuh diri. Tapi dia tidak berani untuk bunuh diri sendirian, melalui situs Suicide Partners, dia menemukan kawan bunuh diri, seorang pebasket bernama Roman. Ketika kesepakatan bunuh diri mereka makin konkret, Aysel mulai mempertanyakan apakah ia benar-benar ingin melakukannya. Ia harus memilih antara ingin mati atau berusaha meyakinkan Roman untuk tetap bertahan hidup. Hanya saja, Roman tidak akan mudah diyakinkan.

----

Sebenernya, blurb aslinya agaknya udah menggambarkan keseluruhan alur, tapi agak mislead sedikit dari cerita aslinya. Tapi kita bahas itu nanti.

Alasan aku pengen baca ini? Aku suka tema suicide dan depresi haha. Apalagi kalimat awal blurb tuh beuhh, menantang sekali buat dibaca. Dari kombinasi judul dan kover pun novel ini udah menarik banget.

Awal-awal aku baca ini sempet aku dnf dulu sebentar, alasannya, aku langsung disuguhi banyak deskripsi dan detail, jadi aku agak males bacanya. Tapi ternyata aku masih tetap tertarik nyelesain novel ini sampe akhir. Yang tadinya aku pikir gaya bahasa di sini cukup berat, tapi ternyata nggak alias ringan banget.

Aku makin semangat baca dan enjoy banget buku ini waktu Aysel udah ketemu Roman, dari situ, kerasa banget kalau novel ini adalah novel remaja biasa. Ringan, asik (bagiku asik ya, mungkin bagi sebagian dari kalian ini cukup gloomy HAHA), yang jelas ini kayak kisah cinta remaja biasa kok, yang bikin beda mereka mau bunuh diri tanggal 7 April haha.

Pembahasan tentang depresi di sini juga menurutku nggak terlalu mendalam. Novel ini menggunakan pov 1 Aysel, di mana dia selalu ‘pasrah’ sama hal-hal yang terjadi di hidupnya, toh dia bakal mati juga bentar lagi. Butuh sampai nyaris bab-bab terakhir untuk tahu kenapa Aysel ingin bunuh diri. (dan yang akhirnya tidak berhasil memuaskanku, karena alasannya kurang kuat, tapi dia bener-bener menunjukan pikiran-pikiran dan sikap orang depresi asli, i liked it tho).

Yang sedikit mislead antara isi dan blurbnya adalah, dikatakan kalau ibunya malu atas sang anak, bab awal yang isinya ngenalin tokoh-tokoh keluarga Aysel pun begitu, kesannya ibu dan Georgia, adik tirinya tidak mengharapkan Aysel, padahal di bab-bab selanjutnya mereka berdua berusaha untuk dekat dengan Aysel. Aku gak tau ini mislead atau karena ini pov Aysel dan dia memang menganggap semua orang membencinya.

Lalu tentang Roman, alasan dia depresi dan ingin bunuh diri lebih masuk akal daripada Aysel. Ibu Roman yang mengkhawatirkan anaknya pun kerasa emosinya dibanding kisah Aysel sendiri.

Konflik keseluruhan novel ini pun ringan, hanya membahas hal-hal yang mereka berdua lakukan bersama sebelum 7 April, dan jujur aku suka banget, terutama karena aku membayangkan mereka akan mati bersama di akhir cerita, kan? Bener-bener bikin aku semangat, haha.

Overall, cerita ini memang membuatku agak ke-triggered. Aku bisa merasakan apa yang Aysel rasakan. Setelah aku selesai baca ini, aku suka banget, sepuluh menit kemudian, aku nangis haha. Kenapa? Soalnya aku kepikiran juga, nggak semua orang ‘seberuntung’ Aysel bisa ketemu kawan bunuh diri kayak ‘Roman’, sebagian orang sendirian sampe akhir kan? Kepo nggak? Baca sendiri aja yaa haha.

Recommended buat kalian yang suka isu mental illness, kisah cinta remaja, atau sekalipun kalian yang lagi nyari alasan untuk tetap hidup.. dan untuk menemukan harapan? Aku kasih 3.7ó

“Aku tidak sabar menantikan saat aku tidak ada lagi dalam hidup mereka.” – hlm 27

“Saat aku menyenandungkan requiem Mozart, aku bertanya-tanya seperti apa rasanya saat semua cahaya padam dan segala sesuatu hening selamanya. Aku tidak tahu apakah mati akan terasa menyakitkan dan apakah aku akan takut pada saat-saat terakhir. Aku hanya bisa berharap semua akan berlalu dengan cepat. Dan damai. Dan tetap begitu selamanya.” – hlm 34

“Aku tidak bisa menjamin hal itu tidak akan terjadi, apalagi karena aku yakin ada yang salah denganku. Ada yang rusak. Orang-orang tidak pernah paham bahwa depresi tidak berhubungan dengan hal-hal di luar diri seseorang; tapi dengan hal-hal yang ada di dalam. Ada yang salah dalam diriku.” – hlm 50.

“Kalaupun aku punya pacar, namanya Maut.” – hlm 115

“Mungkin setiap orang hanya butuh dilihat dan diperhatikan orang lain.” – hlm 253

“...aku jadi teringat saat aku masih kecil, saat perasaan berat dan hampa dalam diriku belum menguasai seluruh hidupku dan terasa tidak tertahankan. Mungkin seperti itulah cara kegelapan menguasai kita, dengan meyakinkan kita untuk menyimpannya di dalam dan bukan mengeluarkannya. Aku tidak ingin kegelapan itu menang.” – hlm  285







Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)