Selasa, 04 April 2017

[RESENSI] Une Personne Au Bout De La Rue by Yayan D

“Seseorang di ujung jalan.”




Judul: Une Personne Au Bout De La Rue
Penulis: Yayan D.
Editor: Gita Romadhona dan Adhista
Penata letak: Erina Puspitasari
Desain sampul: Dwi Annisa Anindhika
Penerbit: KataDepan (2017)
Jumlah halaman: 366 hlm
Rating: 3.5 of 5 stars



Blurb:

Daiva

Berhentilah bermimipi Daiva, ini dunia nyata.
Di dunia nyata, terkadang, kita harus belajar menerima kenyataan bahwa mungkin tidak ada yang menunggu kita di ujung sana. Dan, Pangeran Tampan hanya ada dalam cerita pengantar tidur.

Tristan

Saat aku berusaha melupakan luka, aku bertemu dengannya. Gadis yang selalu bisa membuatku mengingat betapa sederhananya menjadi bahagia. Aku jatuh cinta. Seharusnya, semua kembali baik-baik saja, bukan? Sayang, kau tidak pernah bisa menduga, cinta membawa apa.

**

Ini kisah tentang Daiva, yang selalu percaya akan ada seseorang yang tepat pada waktu yang tepat. Namun, seseorang itu tak juga kian terlihat.
Ini juga kisah tentang Tristan yang merasa bisa membeli segalanya, kecuali rasa setia.
Ini kisah tentang seseorang di ujung jalan. Seseorang yang mungkin menunggumu. Seseorang yang mungkin mengubah cara pandangmu tentang cinta.


---


UPABDLR adalah novel jebolan wattpad kedua yang kubaca. Sebenarnya aku ini bisa dibilang pemain lama wattpad, dulu cuma jadi reader dan aku hampir tahu gimana tipe-tipe cerita yang ditulis di wattpad. Sampai eneg deh, nemunya yang gitu-gitu lagi. Kalau nggak badboy, ya CEO. Kalau nggak perjodohan, ya ‘lo-sekarang-pacar-gue’ hah apaaaa? XD Yeah, aku sih nggak masalahin menjamurnya si tokoh utama: badboy atau CEO, yang jelas kalau plot yang dipakai bagus, aku pasti suka.

Une Personne Au Bout De La Rue bercerita tentang Daiva, seorang sekretaris muda yang agak galak, bossy dan sedikit petakilan menurutku. Dia ini jomblo, baru ditinggal pacarnya nikah sama cewek lain, sementara sang Ibu malah jodoh-jodohin sana-sini, pake acara nyuruh Daiva makan sirih pernikahan biar dapet jodoh XD

Di bab pertama, kegalauan Daiva digambarkan sangat baik, aku yang masih remaja aja jadi ngerasain paitnya cewek berumur yang harusnya udah nikah malah kena pengalaman kayak gitu. Ditambah lagi, adiknya Daiva malah mau nikah duluan. Apes? Banget.

Di sisi lain ada Tristan. Seperti yang sudah bisa ditebak, dia ini si Bos. Tampan, kaya, cerdas. Sayangnya doi udah punya tunangan, namanya Karin. Kalau kata Daiva dia ini skuter: selebriti kurang terkenal.

Berbagai kejadian di kantor yang ‘menyenangkan’ membuat Daiva dan Tristan harus bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain. Hingga akhirnya mereka menyadari bahwa mereka saling nyaman kepada satu sama lain. Tapi perjalanan mereka berdua nggak semulus itu, karena tiba-tiba masa lalu mendadak muncul dan memporak-porandakan semuanya.

---

Writing

Aku suka gaya menulis Kak Yayan. Terutama di bab-bab awal, tulisannya mengalir dan asik buat diikuti. Aku sempat pikir gaya menulisnya terinspirasi dari penulis luar, enjoy banget dan suka banget sama pemilihan katanya. Bagaimana Kak Yayan membuat kalimat juga bagus.

Tapi, aku hanya merasakannya di awal. Maksudku, lama-kelamaan gaya menulisnya berubah, aku nggak tahu mungkin mood penulis udah ganti atau terlalu fokus sama plot yang udah dibuat jadi gaya menulisnya terkesan biasa saja, nggak ‘sedalam’ di bab awal. Tapi aku nggak bilang ini jelek, Aku tetep enjoy karena ceritanya juga simpel.

---

Characters

Seperti kebanyakan tema Bos-Sekretaris yang marak beredar, Daiva dan Tristan juga punya sifat yang hampir sama, nyaris sama, kayak kebanyakan itu.

Daiva yang keras kepala, nyablak, dan humoris. Dia sebagai sosok penyegar di novel ini yang bikin pembaca ketawa terus. Tapi meskipun di luar dia selalu terlihat ceria, di dalamnya Daiva ini cukup rapuh, dan dia juga punya pikiran yang sederhana tentang apa-apa yang terjadi di hidupnya.

“Saya merasa saaat ini memang belum bertemu dengan seseorang itu. Seseorang yang seharusnya menemani saya berjalan, yang mungkin sedang menunggu saya di ujung jalan.” – Daiva hlm 202

Sementara Tristan, terlepas dari titel ‘tampan-kaya-cerdas’, aku kurang bisa menemukan keunikannya. Berbeda dengan Daiva yang menonjol, Tristan ini menurutku kurang dieksplor karakternya. Dia terlalu datar, seolah-olah Tristan ini diciptakan dengan pikiran seperti ‘sikap-ini-salah-nah-kalau-yang-ini-benar’. Seperti itulah Tristan. Jujur bukan pria fiksi favoritku, tapi sikap Tristan yang lembut, penyayang, kadang ngeselin dan cemburuan bikin aku senyam-senyum sendiri WKWK.

Untuk karakter lain seperti Karin, dia ini bumbu doang menurutku, konflik paling ‘Bum!’ itu karena keberadaan Karin. Maura dan Randall juga hanya ‘dipakai’ ketika Daiva dan Tristan butuh momen untuk saling berdekatan, tapi ada lucu-lucunya juga sih mereka. Unik. Terus ada Dave, temennya Tristan, entah fungsi dia apa di sini, tapi menurutku dia nggak begitu penting, muncul sekejap terus ilang. Dan efeknya terbesarnya dalam cerita ini cuma bikin Tristan cemburu.

---

Plot

Ketebak adalah satu kata yang bisa kugambarkan untuk 'keseluruhan' novel ini. Tapi halaman demi halaman yang membawa Tristan dan Daiva menuju satu sama lain bikin baper. Hubungan keduanya dibuat mengalir, hingga lama-lama saling menyadari perasaan masing-masing. Nggak ada adegan yang mainstream yang bisa bikin pembaca muter mata sambil bilang ‘tipikal banget sih’ XD

Kisah Bos-Sekretaris ini lebih realistis (berhubung penulisnya juga pernah menjadi sekretaris). Penulis bilang bahwa kisah Daiva-Tristan ini dibuat untuk menghilangkan kesan kisah bos-sekretaris (jebolan wetped) yang terlalu vulgar dan kadang selalu dibayangkan sebagai kejadian nyata di lingkungan kantor. Dan penulis berhasil. Aku suka alur yang dipakai.

Masa lalu yang ada di dalamnya juga cukup bikin aku kaget karena nggak ketebak sama sekali. Sampai-sampai aku teriak ‘What?!

UPABDLR keren!

---

Favorite scene

Banyak! Wuaahaha! Terutama yang adegan Karin berantem sama Daiva di parkiran. Karin dibilang hulk dan Tristan malah ketawa XD

Dan yang kedua adalah ketika Karin ultah, Tristan nggak punya waktu buat ngurusin kado, akhirnya Daiva yang nyiapin kado itu. Nah, ini beneran out of the box banget, nggak ketebak dan aku ngakak terus baca scene ini XD

Lalu ada scene di mana Tristan masuk ke rumah sakit dan dijenguk Dave, Sony dan ada Maura juga. di situ Maura bilang gini: "Kenapa kita berbisik-bisik? Kita mau melakukan kejahatan apa, Om?" #Ngakak

Good job, Kak Yayan :)

---

Qoute fav

"I love it when someone's laugh is funnier than the joke." - hlm 100

"Ia mentari cerah di ufuk timur dan aku adalah pendar muram temaram senja nun jauh di barat. Terlalu kentara perbedaan itu." - hlm 182

"Segeralah bertindak, sebelum pemain layang-layang lain memutuskan layang-layang milik lo." - hlm 231

"Karena ada kalanya engkau begitu terlena dengan kebahagiaan, hingga tak sadar bahwa sesuatu yang jahat sedang mengintaimu. Berusaha menyelinap masuk untuk merampas kebahagiaanmu." - hlm 263

---

Overall, ceritanya sangat menghibur. Sah-sah aja kalau mau ambil plot mainstream apapun, asal kalau bisa mengolahnya dengan baik, pasti ceritanya jauh lebih keren, seperti UPABDLR ini. Kita diajak buat tahu gimana sih keseharian sekretaris itu langsung dari sekretaris yang asli.

Juga gimana perasaan orang dewasa dalam menemukan pasangannya.. ini yang aku suka dari novel romance dengan tokoh yang sudah cukup umur. Enak dibaca dan nggak lebay, beda sama teenlit yang kesannya baru pacaran aja udah ngerasa jatuh-bangun-pengorbanan-bla-bla.

---

Ditunggu karya selanjutnya!

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)