Sabtu, 21 Desember 2019

[RESENSI] Hectic, Hectic, Hat Trick by Sashi Kirana

source: google




Judul: Hectic, Hectic, Hat Trick
Penulis: Sashi Kirana
Editor: M. L. Anindya Larasati
Penerbit: Elexmedia (2019)
ISBN: 978-632-00-1094-1 (Digital)
Baca via: Gramedia Digital
Jumlah Halaman: 209 hlm.

Blurb: Safiya sedang dibuat bingung –blog pribadinya dibekukan oleh pihak sekolah. Tulisannya dianggap kontroversial dan dapat menjatuhkan nama baik Bina Cendekia yang termasuk salah satu sekolah unggulan. Jika Safiya tetap nekat menulis di blognya, ia mungkin dikeluarkan dari sekolah. Beruntung, seorang kakak kelas bernama Irgi datang menawarkan bantuan untuk berunding dengan kepala sekolah.

Tidak hanya itu, seorang teman sekolah bernama Varo terus-menerus mencoba mengajaknya bicara. Teman-temannya bilang Varo menyukainya, tetapi menurut Safiya hal itu mengganggu. Ia menerima bantuan Gavin, temannya sedari kecil.

Apakah Safiya berhasil memperjuangkan blognya dengan bantuan Irgi? Dan apakah Gavin berhasil membantunya mengatasi Varo ... atau malah membuat semuanya lebih runyam?

-----

Udah dari sejak lama kepo sama tulisannya Sashi Kirana, semenjak aku masih aktif di wattpad, soalnya dari blurb-blurb karyanya selalu menarik. Sempet mau baca OHHH tapi kejang duluan soalnya tebel banget gila teenlit doang huft, akhirnya bisa kenalan sama tulisan Sashi lewat novel tipis ini yeay!

Lagi-lagi blurbnya emang menjanjikan banget, tapi mengingat jumlah halamannya cuma 204 hlm, aku nggak mau berekspektasi tinggi. Dan syukurlah aku gak kecewa sih novelnya ternyata nggak se-wah blurbnya,

Bisa dibilang, novel ini bercerita tentang Safiya yang blognya dibekukan oleh sekolah dan Irgi yang mau ngebantu. Lalu, tentang Gavin dan Varo yang saingan buat dapetin hati Safiya. Dipisah? Iya dipisah, soalnya aku merasa dua kasus itu adalah hal yang keliatan jelas garis pembatasnya.

Aku suka ide ceritanya, tapi jujur bab pertama aku udah disuguhi karya pemikiran “kritis”-nya Safiya terus mikir; aduh ni novel keknya bakal berat bijak bla bla nih, tapi ternyata aku salah wkwk. Setelah mulai baca ini, cuma butuh beberapa jam doang buat nyelesain karena emang tipis dan ringan banget nget. Ceritanya juga sederhana, kayak yang aku bilang tadi, nggak se-wah blurbnya. Gaya bahasanya juga enak gak bikin ngantuk.

Malahan, aku merasa Safiya sebagai pemeran utama kurang porsinya. Justru Gavin sama Varo lebih banyak hahaha. Aku juga agak heran sih, perasaan si Safiya ini nggak ada istimewa-istimewanya, tapi kok bisa direbutin dua cowok huhu T_T

Sejujurnya nggak ada tokoh yang aku suka dari novel ini semuanya b aja. Aku malah agak kesel sama Safiya sih, nggak tau kenapa, jutek dan nggak peka, dijelasin sih dia gak peduli sama pacaran bla bla, tapi aku ngeliatnya seolah karakternya dijadiin pusat semesta, padahal dia gak se-oke itu, gitu. Malah aku ngerasa tulisan yang ditulis Safiya lebih kerasa nyinyirnya daripada kritisnya hehe IMO. Tapi, kabar baiknya, dia sendiri yang bilang di ending hati-hati saat menulis. Aku pikir dia sudah intropeksi diri hahaha.

Trus Gavin dan Varo (yang untungnya dua-duanya bukan badboy hahah) aku ngerasa kasian sama mereka jujur. Gak seru banget idupnya cuma ngejar-ngejar Safiya doang. Malah yang dikejar cuek bebek kaliannya yang susah sendiri. Heran dah wkwk. Aku berdoa semoga kalian menemukan kehidupan yang lebih bermanfaat.





Sejujurnya aku nyaris mabok karena tiap halaman bahasnya Safiyaaaa mulu. Sudut pandang siapa pun, yang dibahas cuma si Saf. Bahkan aku ngerasa banyak banget deskripsi perasaan mereka berdua buat Safiya. Gavin ngobrol sama temen-temennya bahasnya Safiya. Varo sama temennya bahas Safiya juga. Enek w sama si Safiya sumpah wkwkw

Terus, aku banyak skip skip narasinya karena rasanya diulang-ulang terus gitu terus, safiya lagi safiya lagi, how to make Safiya loves them back, bla bla, bla bla. Jujur aku tertarik sama idupnya Gavin soalnya sama kek aku, nggak punya tujuan haha tapi cuma sehalaman doang kali dibahasnya. Sad.
“Gue bukannya nggak suka, tapi ... gimana ya? Mungkin gue nggak nyaman karena gue nggak punya bayangan apa-apa tentang hidup gue ke depannya, sedangkan orang-orang udah kepikiran mau kuliah di mana, kerja jadi apa, dan sebagainya.” - Gavin
Belum sampe tingkat bucin sih, masih b aja. Dan, aku ngerasa kok momen Varo-Gavin lebih banyak sih ketimbang Varo-Safiya Gavin-Safiya sih?? Varo sama Gavin aja deh jadi bromance lucuk juga XD
“Kadang gue bingung, loh. Lo tuh, sukanya sama Safiya, tapi kayaknya lebih sering berinteraksi sama Gavin. Udah baikan ya, sekarang? Dia jadi sahabat baru lo?” – hlm 109
Terus, aku ngerasa progress mereka lambat banget. Kukira novel tipis gini mungkin bakal wus wus wus alurnya, ternyata nggak, cuma dua konflik yang udah kusebutin di awal doang. Penyelesaiannya pun ringkas dan sederhana.

Satu lagi unek-unekku buat novel ini; ceritanya bagus deh bener, tapi aku merasa kurang dapet feelnya. Jujur aku baca ini datar aja gitu, cengengesan nggak, ngakak nggak, senyam-senyum juga enggak. Cuma dua kali doang aku senyum pas baca novel 204 halaman ini; pertama di halaman 123 dan di halaman 180. Sumpah Varo ama Gavin jadi couple aja dah wkwk.

Overall, aku tadinya mau kasih 2,5 bintang aja soalnya nyaris b aja novelnya, TAPI KUSUKA endingnya hahaha sumpah deh satisfying banget endingnya! Nggak bisa ngubah perasaanku soal keseluruhan novelnya, tapi endingnya bener-bener penyelamat mood dan kukasih 3ó yeayyy!

Boleh lah dibaca kalau lagi senggang..nggak jamin bakal menghibur karena kutidak terhibur tapi selera beda-beda yah, siapa tau kalian terhibur :D


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)