Minggu, 01 Maret 2020

[RESENSI] The Boy I Knew From Youtube by Suarcani

source: google


Judul: The Boy I Knew From Youtube
Penulis: Suarcani
Penyunting: Midya N. Santi
Penyelaras Aksara: Wienny Siska
Desain Sampul: Sukutangan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)
ISBN: 978-602-06-3820-1 (digital)
Jumlah halaman: 256 hlm.
Baca via; Gramedia Digital

Blurb: Pada hari pertama di SMA, Rai terkejut. Ternyata Pri, pemilik channel Pie Susu, adalah kakak kelasnya. Mereka sering berinteraksi di kolom komentar YouTube, bahkan lanjut ke e-mail.

Pie susu tidak pernah mengetahui identitas Rai. Video cover lagu-lagu yang Rai nyanyikan di channel Peri Bisu hanya menayangkan sosoknya dari belakang. Itu pun sebatas pundak ke atas. Karena sudah tiga tahun Rai tidak lagi nyaman menampilkan bakat menyanyinya di dunia nyata.

Saat tiba-tiba Rai terpaksa harus tampil lagi di depan umum, Kak Pri bersedia mengiringinya dengan gitar. Persiapan lomba akustik pun menggiring interaksi mereka di dunia nyata. Namun, Rai masih tidak percaya diri. Terutama ketika gosip dan perlakuan tidak menyenagkan atas ukuran tubuhnya kembali mencuat.

-----

*warning*

Berisi pendapat pribadi terdalam *eaa

Nggak tau bakal tajem atau nggak sih tapi di-warning aja dulu ehe. Jangan baper.
Ini ketiga kalinya aku baca karya kak Suarcani, pertama yang Welcome Home Rain, lalu Purple Prose dan yang ini ketiga. Yang paling aku suka: Purple Prose jelasssss, aku suka penulis kejam ehe.





Dan jujur saja....aku agak sedikiiiit kecewa sama novel ini. Kita mulai dari judul dan kovernya, dua hal ini adalah daya tarik pertama yang memikatku buat baca, terutama karena banyaknya update-an temen-temenku di goodreads yang pada baca buku ini. Jadi yah, kepo juga. Judulnya unik, kovernya juga bagus, satu bintang buat keduanya.

Tapi, setelah baca isinya, aku jadi mikir, judulnya sama sekali tidak merepresentasikan isinya heu. Aku kira, sesuai judul, isinya bakal disampaikan pake pov pertama dan menceritakan tentang si Pri ini dong. Misalnya ternyata dia anggota sindikat gelap atau apa gitu, wkwk atau menceritakan sisi youtuber dengan lebih luas, tapi ternyata enggak.

Sesuai blurb, novel ini menceritakan tentang Rai yang sesekolah sama youtuber Pri, Rai punya bakat nyanyi tapi gak mau ditunjukin karena sesuatu, terus Pri mendukungnya buat balik lagi nyanyi, tapi permasalahan soal ukuran salah satu bagian tubuh Rai menghambatnya. Udeh. Sisanya tentang Peri Bisu yang misterius di mata Pri, buatku nggak terlalu mengesankan, mungkin kurang porsi misteriusnya? Entahlah.

Oke sekarang ke gaya bahasa, udah baca tiga bukunya doi aku jadi udah terbiasa, enak seperti biasa, mengalir, tapi menurutku kali ini terlalu banyak narasi, aku sampe skip skip gitu hehe ((mana bacanya di GD, bayangkan sj)).

Kedua, konflik: BAGUS! Wow aku terkejut ternyata salah satu yang dibahas ada ukuran yang itu, membuatku inget kalau aku juga sering insecure tentang bagian yang itu hahaha meskipun punyaku nggak segede punya Rai. Dan konflik tentang pelecehan itu uwow banget lah pokoknya, belum lagi tentang menghadapi trauma dan menemukan lagi kepercayaan diri, itu bagus banget menurutku. Satu bintang buat konfliknya.

Tapi,

Ehe, ada tapinya. Mungkin bagian ini yang membuatku nggak begitu bisa merasakan emosi dari konflik ini, jujur aku datar-datar aja bacanya...kenapa? Karena di dunia nyata, nggak semua cewek seberuntung Rai, nggak semua punya sahabat kayak Kiki, nggak semua punya ibu kayak ibu Rai dan punya kakak kayak Saka.

Apalagi yang paling membuatku tersenyum sedih merenung menatap langit-langit kamar adalah nggak semua punya temen kayak Pri yang rela lakuin ini itu buat ngedukung Rai ehe, boro-boro temen sekelas yang jadi polisi koridor dadakan. Yang ada, temen-temen paling cuma bisa bilang “sabar ya”. Ya pantes aja sih Rai bisa bangkit, ehe.

Ketiga, karakternya...hmm..cenderung biasa aja sih nggak ada yang unik. Tapi menurutku Raihani si protagonis dan Lolita si antagonis itu sangat relatable BANGET sama kehidupan nyata. Terus kesalahan Kiki juga membuat karakternya jadi nyata, suka deh. 0.5 bintang buat mereka.

Overall, aku sedikit terhibur lah baca novelnya, karena sepertinya novel ini bukan buat nyari hiburan, tapi lebih ke pelajaran hidup terutama buat para remaja ya iyalah labelnya juga teenlit ci. Pesan yang disampaikannya kuat dan menurutku bagus cocok banget buat remaja. Endingnya juga oke, anti-mainstream lah, aku suka karena nggak dilanjutin dan berenti di titik itu, terima kasih author *sungkem*

So, aku cuma ngasih 2.5 bintang dan dibuletin jadi 3 di goodreads. Recommended buat kalian yang suka insekyur sama tubuh sendiri dan kalian yang nggak pedean, pasti ada sesuatu yang bisa kalian petik dari novel ini. See you in the next review!~

p.s jangan lupa daftarin email kalian atau klik tombol follow di bawah kalau mau dapetin notif review-ku selanjutnya ^_^

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)