Tampilkan postingan dengan label Novel Terjemahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel Terjemahan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Mei 2020

[RESENSI] A Conjuring of Light by V.E Schwab

 

source: google

Judul: A Conjuring of Light – Pemanggil Cahaya (Darker Shade of Magic #3)

Penulis: V.E Schwab

Alih bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Narendra Bintara Adi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

ISBN: 9786020637259 (Digital)

Jumlah halaman: 768 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: Holland berhasil pergi ke London Merah membawa Osaron, London Merah diserang, untuk itu, Kell, Lila dan Alucard bersama-sama menjalani misi untuk menghentikan Osaron.

----

Kira-kira begitu saja inti dari cerita ini. Simpel, tapi banyak yang terjadi. Gimana nggak, 700 halaman. Aku sempat meragukan novel ini, takutnya sama kayak AGoS, tapi karena konflik di novel kedua dilanjut di sini dan sebagai penutup, aku berusaha positive thinking XD

Awal novel ini sudah tegang soalnya hasil cut dari novel sebelumnya. Dan aku merasa bisa mulai kembali menikmati ceritanya. Pertempuran yang sebenarnya dimulai. Tapi baru kira-kira di halaman 300an petualangan Kell, Lila dan Alucard dimulai. Sebelumnya, masihl liat-liat sikon dulu di Arnes heuheu.

Belum lagi, aku merasa di novel ini banyaaak banget sudut pandang. Selain ketiga pelaku utama, ada Holland serta masa lalunya yang cukup panjang, ada Emira sang Ratu, ada Rhy, ada Maxim sang Raja, banyak opini dah pokoknya. Plotnya memang masih agak lambat, tapi setidaknya yang ini nggak separah agos. Walaupun menurutku masih sama aja buang-buang detail, harusnya bisa agak dipersingkat gitu yaaa.

Awalnya kukira petualangan mereka nyari benda yang bisa menjadi rencana mengalahkan Osaron bakal wow banget tapi ternyata biasa aja, lumayan doang menurutku, tegang tapi nggak setegang adsom, entah mungkin karena aku masih terpengaruh sama agos.

Untuk karakternya, aku agak sebel sama cara author bikin karakter Kell, aku merasa dia kurang banget porsinya dan bukan pusat lagi. Lila lebih menonjol meskipun tetap aja aku nggak terima Kell kayak terasingkan wkwk. Kayaknya semua masalah datengnya ke Kell, tapi bukan dia yang nyelesain. Hufff.

Yang paling bikin aku jatuh cinta sama novel ini adalah bagian klimaks dan antiklimaksnya!! Rasanya aku mendadak nggak nyesel pokoknya udah baca agos wkwk, novel ini bener-bener seru, tegang, sedih, segala macem lah pokoknya.

Meskipun bagian raja dan ratu entah kenapa menurutku rada maksa. Tapi sedih juga sih. Yang paling bikin perasaanku mulai tertaut sama novel ini dimulai dari situ, terus pas Alucard tinggal di kapal, pas Holland juga.....oh no i was a little bit sobbing here. Dan mendadak aku sukaaaa banget sama Rhy, dalam artian aku simpati banget sama dia.

Kell masih tersingkirkan, tapi mereka semua jadi lebih kuat perannya buatku. Pokoknya novel ini seruuuuu dan penuh rasa nyesek. Aku pengen banget protes buat apa banyak flashback Holland kalau akhirnya.....i ran out of words. Skip.

Overalllllll, i loved this book so much! Aku suka feelnya, suka konfliknya, suka karakternya, suka endingnya :’))))) terharu aku tuh sampe nangis :’)))) kesan yang ditinggalkan bener-bener ngena di aku. Aku sayang Kell dan Lila bagaimanapun akhirnya :’)) ADSOM series bakal jadi salah satu series favoritku. Aku kasih 5 bintang!

“...tapi kepengecutan datang lebih mudah dibandingkan harapan.” – hlm 14

“Terkadang kau harus berpura-pura, semua tahu itu. Berpura-pura bahagia. Berpura-pura berani. Berpura-pura kuat. Kalau kau berpura-pura cukup lama, akhirnya itu akan menjadi kenyataan.” – hlm 169

“Sebab, ide buruk itu favoritku.” – Lila (hlm 250)

“Kadang-kadang lebih mudah menjadi sosok yang diremehkan, dilupakan, diabaikan.” – hlm 385

“Tapi satu-satunya cara menghindari kehilangan adalah menghindari cinta. Dan betapa menyedihkannya dunia yang seperti itu.” – Tieren (hlm 462)

“Orang mati tidak bisa menyimpan dendam.” – hlm 465

“Dari berbagai cara untuk mati, hanya orang bodoh yang memilih harga diri.” – hlm 468

“Kita tidak memilih siapa kita, tapi kita memilih apa yang kita lakukan.” – hlm 571

“Kau benar, banyak yang harus membayar keputusan yang diambil segelintir orang. Tapi penguasalah yang memutuskan, dan kamilah yang membayar untuk itu.” – hlm 650

“Dan strategi hanya istilah canggih untuk jenis akal sehat yang spesial, kemampuan untuk melihat pilihan-pilihan, menciptakannya bila tidak ada. Itu bukan soal mengetahui aturan. Tapi soal mengetahui cara melanggarnya.” – Lila (hlm 688)

 

 


[RESENSI] A Gathering of Shadows by V.E Schwab

source: google



Judul: A Gathering of Shadows – Penguasa Bayangan (Darker Shade of Magic #2)

Penulis: V.E Schwab

Alih bahasa: Angelic Zaizai

Editor: Nadya Andwiani

Desain sampul: Narendra Bintara Adi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

ISBN: 9786020633633 (Digital)

Jumlah halaman: 648 hlm.

Baca via: Gramedia Digital

 

Blurb: 4 bulan berlalu setelah petualangan Kell dan Lila dalam mengembalikan batu sihir ke London Hitam, kini jalan hidup mereka berbeda. Kell tetap di istana, sementara Lila berlayar. Mereka menemukan kesempatan untuk kembali bertemu saat pertandingan elemen di London dimulai. Saat semua orang fokus pada Essen Tasch itu, di sisi lain, seseorang kembali dan mempersiapkan perebutan takhta.

---

Well, begitulah sinopsisku buat novel kedua series ADSOM ini, soalnya menurutku blurb di belakang buku itu nipu banget :) no offense sih, tapi aku udah naruh ekspektasi yang tinggi buat novel keduanya soalnya aku suka banget sama novel pertamanya kan.

Udah cukup lama aku nyelesain buku ini dan nggak langsung bikin review, jadi aku sebenarnya udah agak lupa haha. Lupa, soalnya buku ini menurutku...meh. Sisa-sisa sensasi ADSOM yang tertinggal bikin aku masih bisa menikmati awal-awal buku ini.

Aku udah nggak kagok sama gaya terjemahannya, bisa langsung ngerti, meskipun nggak terlalu menikmati. Lila, karakter favoritku, kadang-kadang menghibur, kadang nggak. Dan Kell, lumayan lah. Di sini juga ada karakter baru bernama Alucard, kapten kapal yang Lila tumpangi, yang ternyata ada sejarah dengan Rhy.

Di sisi lain, aku pengen nulisin soal POV ketiga selain mereka berdua, tapi jatohnya spoiler buku 1. Pokoknya, di buku dua ini ada kejutan :)

Novel ini selama hampir seluruhnya, ya, 600an halaman, isinya cuma kehidupan sehari-hari Kell dan Rhy, betapa beratnya hidup Rhy, antara hidup enggan mati tak mau, dan Lila dan petualangannya di laut. Part Lila lebih mudah buatku, seenggaknya, ada yang menarik.

Konfliknya adalah hal yang paling bikin aku sakit hati :’) karena konflik utamanya baru muncul di bab-bab akhir. Tepatnya di hlm 625/648 bayangkaaaan. Setelah nahan-nahan bosen demi baca lanjutan adsom, aku kecewa banget. Sebenernya di halaman 500an aku udah feeling ending novel ini bakal gini, tapi tetep aja pas kejadian aku kesel wkwk.

Cerita tentang Essen Tasch ini pun buat aku kurang menarik. Padahal di sini, dunia London Merah lebih dieksplor. Pertandingan ini mengundang rakyat(?) lain selain orang-orang Arnes, yaitu bangsa Faro dan Vesk. Di sini juga dijelasin karakteristik mereka gimana, terus para penyihir yang ikut bertanding juga diceritain. Belum lagi soal Kell dan Lila yang nekat.

Tapi sekali lagi itu gak mempan buatku full menikmati cerita ini, karena apa? Karena blurbnya terlalu menggoda, aku jadi cuma ngarepin konflik utamanya aja yang muncul. Lagipula, Essen Tasch ini seperti cerita Avatar The Legend of Aang buatku. Udah nggak spesial lagi.

Overall, kalau aku nggak naruh ekspektasi tinggi karena blurbnya, mungkin aku lebih bisa menikmati cerita ini. Entahlah huff. Yang jelas di sini nggak ada berantem ama musuh dan nggak ada petualangan, POV di sisi lain pun sebenarnya menarik tapi entah aku malah jadi bosen seluruhnya.

Dan aku juga agak nggak mudeng sama judulnya A Gathering of Shadows – Penguasa Bayangan, siapa penguasa bayangan? Apa penguasa bayangan? Mungkin ke karakter si itu, tapi tetep aja aku merasa nggak menemukan korelasinya. Mungkin saking nggak konsennya jadi nggak ngeuh, who knows lah.

Akhirnya aku cuma ngasih 3 bintang aja buat novel ini. Ada bagian-bagian yang menarik nyempil, ada perasaan-perasaan yang nyesek juga nyempil, kovernya cakep, dan Lila masih jadi favoritku meskipun jadi agak berkurang dikit. Mau mara banget sama endingnya, tapi aku bisa apa hiks. Aku juga agak menyayangkan karakter Kell di akhir, menurutku dia bukan tipe yang bakal mau ngambil keputusan itu, tapi dibuat gitu biar konfliknya jadi. Sayang sekali.

Setelah namatin novel ini, aku langsung baca buku ketiga karena aku gak bisa diginiin. Sekian dan terima kasih :)

“...tapi kekuatan mudah diperoleh, sedangkan ketepatan tidak.” – hlm 462

“Tapi aku tidak ingin mati–mati itu gampang. Tidak, aku ingin hidup, tapi mendekati kematian menjadi satu-satunya cara untuk merasa hidup.” – Lila (hlm 563)

“Sebut saja aku gila, tapi menurutku kita menjalani hidup yang terbaik ketika taruhannya besar.” – Lila (hlm 563)

“Kau bisa saja...” bisiknya, “tinggal.”
“Atau kau bisa saja pergi,” balas Lila. “denganku.”

“Aku tidak bisa terus-terusan menebus kesalahan. Aku memberinya hidupku, tapi Paduka tidak bisa memerintahku berhenti hidup.” – Kell (hlm 620)

“Lila sudah lama sekali tidak memercayai Tuhan –dia tak lagi berdoa setelah jelas terlihat bahwa tidak ada yang akan mengabulkannya.” – hlm 641

“Apa pun aku, semoga itu cukup.” – Lila (hlm 643)


Rabu, 15 April 2020

[RESENSI] A Darker Shade of Magic by V.E Schwab

source: google




Judul: A Darker Shade of Magic – Sihir Kelam (Shades of Magic #1)
Penulis: V.E Schwab
Alih Bahasa: Angelic Zaizai
Editor: Mery Riansyah
Desain Sampul: Narendra Bintara Adi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020623320 (digital)
Jumlah Halaman: 488 hlm
Baca via: Gramedia Digital

Blurb:

London tidak hanya ada satu, melainkan empat. London Merah, kemakmuran dan sihir. London Kelabu, kotor dan membosankan. Londoh Putih, kota yang nyaris mati karena sihir. Yang terakhir, London Hitam, yang sudah hilang.

Kell adalah pengelana dari London Merah, salah satu penyihir terakhir yang dapat bepergian di antara dunia-dunia. Sekaligus, seorang penyelundup, dan tidak sengaja menemukan benda terlarang dari London Hitam.

Saat kabur ke London Kelabu, Kell bertemu Lila, seorang pencopet lihai yang memaksa Kell bertualang menantang bahaya ke dunia lain.

----

Kira-kira, begitulah blurbnya.

Pertama-tama, aku mau bilang kalau aku SUKA sama novel ini karena semua ciri yang bisa bikin aku tertarik sama sebuah novel, ada semuanya di novel ini T_T

1. Judulnya cakepP
2. Kovernya CAKEPP
3. Blurbnya apalagiiiiP

Nggak mikir dua kali buat masukin novel ini di wants-to-read ku pastinya. Salahnya, aku baca duluan Vicious karya penulis yang sama. Di Vicious itu sebenernya aku suka ceritanya, cuma agak berat buatku soalnya tentang sains tapi ide cerita dan konfliknya bagus T_T jujur setelah baca Vicious tuh aku agak males sama ADSOM soalnya takut 11 12 sama Vicious mana ada 3 buku pulak.






Tapi akhirnya, kerinduan baca fantasi dan petualangan akhirnya membawa aku kembali ke buku ini daaaaan aku nggak menyesal sama sekali. ADSOM >>>>> Vicious. Jauh beda. Dan aku sukaaaaa bangetttt sama ADSOM!

Di awal-awalnya efek Vicious masih ada di benakku, aku ngerasa novel ini terlalu berat trus aku harus mikir dua kali buat mencerna. Tapi semua berubah saat aku nemu pov 3 Lila. Lila ini bagaikan oase di tengah gurun buatku wkwk aku yang tadinya gersang dan ngga paham sama dunia Kell akhirnya tertarik buat melek.

Ditambah lagi, Lila ini punya karakter tipe girl-crush ku bangetttt. Gak susah buat jatuh cinta sama karakter Lila. Setelah ketemu Lila, aku mulai bisa ‘connect’ sama novel ini. Narasinya tiba-tiba asik, ngalir, gaya bahasanya tiba-tiba enak dibaca dan gak bikin mikir bahkan aku nemu humor huhu sukaaaa, konfliknya jelas, nggak samar lagi, aku bahkan baru ngerti world building-nya setelah ketemu Lila hahaha.

Konfliknya pun sebenernya cukup sederhana. Kell dan Lila berpetualangan untuk mengembalikan ‘benda’ yang berasal London Hitam itu. Dan tentunya banyak rintangan buat mereka. Tapi V.E Schwab bisa banget bikin cerita ini menarik dengan plotnya. Aku nggak berenti senyam-senyum selama baca ini. Terutama di sini ada sedikit bumbu romance-nya ehe.

Nyaris semua karakternya aku suka. Kell yang baik, loyal dan berani. Lila yang urakan, naif dan badass, dua raja ratu kembar Athos dan Astrid dari London Putih bikin aku inget Jaime dan Cersei Lannister! Astrid dan Cersei setipe banget. Ditambah Pangeran Rhy yang kekanakan tapi kharismatik dan terlalu baik. Suka banget perpaduan karakter-karakternya, favorit banget.

Overall, dua hal yang aku suka dari isi cerita ini adalah karakter dan world building-nya. Cerita tentang London-London itu kayak fairy-tale versi modern, meskipun aku rasa dunia sihirnya belum terlalu dalam. Aku pasti harus kudu wajib baca lanjutannya yaitu A Gathering of Shadows.

Highly recommended buat kalian yang suka fantasi, petualangan, dan plot twist. ADSOM ngasih itu semua dan tidak mengecewakan sama sekali buatku. Aku kasih 5ó

“Masalah itu pencari. Terus mencari sampai menemukanmu. Sekalian saja kita cari duluan.” – hlm 74
“Sihir jahat. Bukan, sihir cerdas. Dan cerdas lebih berbahaya daripada jahat dalam kondisi apa pun.” – hlm 184
“Aku lebih senang mati dalam petualangan daripada mati saat berdiri diam.” – Lila (hlm 241)
“Kasih sayang tidak membelikan kita apa-apa, jadi bersyukurlah atas apa yang kaumiliki dan siapa yang kaumiliki karena kau mungkin kekurangan sesuatu tapi kau tidak membutuhkan apa-apa.” – Lila (hlm 286)
“Sebagian orang mencuri agar tetap hidup, dan sebagian lagi mencuri agar merasa hidup. Sesederhana itu.” – hlm 325
“Kau siap?”
“Tidak.”
“Bagus. Orang yang berpikir sudah siap selalu berakhir mati.” – hlm 422
“Dia menginginkan kebebasan. Dia menginginkan petualangan. Dan dia merasa tak keberatan mati untuk itu. Dia hanya berharap sekarat tidak terlalu menyakitkan.” – hlm 448
“... maka dia hanya berkata, “Jauh-jauhlah dari masalah,”. Lila memberi Kell senyum yang menyiratkan tentu saja dia tak akan melakukan itu.” – hlm 485.



Sabtu, 21 Desember 2019

[RESENSI] The Poppy War by R. F. Kuang

source: google






Judul: The Poppy War (Perang Opium)
Karya: R. F. Kuang
Alih Bahasa: Meggy Soedjatmiko
Editor: Anastasia Mustika Widjaja
Desain sampul: David Ardinaryas Lojaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020634968 (Digital)
Jumlah Halaman: 568 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

Blurb: Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejuta tidaklah selalu menyenangkan.

Karena dianggap anak kampung, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan –syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup.

Kekaisaran Nikan hidup damai, namun bekas penjajahnya, Federasi Mugen, terus mengintai. Kekuatan syamanisme Rin mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkan rakyat, tapi semakin ia mengenal sang dewa Phoenix yang memilihnya, dewa penuh kemurkaan dan dendam, semakin ia khawatir.

Memenangi perang mungkin harus dibayarnya mahal dengan sifat kemanusiaan.

Dan mungkin semuanya sudah terlambat.

-----

Sejak awal liat novel ini mau diterbitin di instagram, aku udah excited bangettttt dan merasa bahwa aku bakal suka dan harus memiliki buku ini. Tapi akhirnya cuma bisa baca lewat GD, rasa kepo berbanding terbalik dengan isi dompet. Tapi tetep aja sih pengen banget punya fisiknya karena

GILA WOY NOVELNYA BAGUS BANGET!1!!1

Aku yang selalu milih novel tipis buat baca di GD aja sampe beraniin diri sendiri baca 500+ The Poppy War karena worth it banget gilakkkk!

Awal mula novel ini udah menarik, meskipun agak klise dikit; anak yatim piatu miskin yang hidup menderita ternyata punya bakat khusus yang bisa mengubah dunia, wow, b aja hahaha. Karena baru aja beresin Shadow and Bone, aku rasa latar belakang Rin mirip-mirip Alina.

Ketika Rin masuk Sinegard, aku langsung kepikiran Harpot wkwk, nggak mirip sih, cuma kesannya kayak baru masuk hogwarts trus para master tiap bidang pelajaran milih murid mana yang diambil buat jadi anak magangnya. Kejamnya, di sinegard, yang nggak diambil master jadi murid harus pulang tanpa dendam.





Jujur sistem Sinegard ini bikin aku merinding tapi aku suka banget. Ekspektasi nemu sesuatu yang wah di sinegard tapi yang kudapatkan cuma penderitaan Rin XD pokoknya, novel ini bener-bener kasih nuansa yang berbeda banget.

Lalu latar cerita ini diambil dari sejarah Cina, yang mana bikin aku tertarik, sesuatu yang beda dan baru pasti menarik buatku. Gaya bahasanya ringan dan terjemahannya juga enak. Minusnya, gegara aku baca di GD, tulisannya jadi kecil-kecil. Aku harap GD nyediain fitur mobile read huhu :( Seandainya font-nya manusiawi, aku nggak akan nyelesain novel ini selama 2 minggu, pasti lebih cepat XD

World Building-nya bagus banget sampe speechless pokoknya. Tapi aku ngerasa novel ini terlalu cepet pace-nya. Dan semua definisi world-nya kayak ditumpahin gitu aja di satu novel, jadi kayak agak keblinger gitu deh terlalu banyak informasi soal world building yang kuterima. Atau mungkin cuma efek baca di hp, kalau baca novel aslinya sepertinya akan b aja gak puyeng haha. Tapi meskipun puyeng, aku merasa kekaisaran Nikan memang ada dan nyata. Penulisnya hebat banget nggak kuat T_T

Untuk karakternya, aku merasa Rin ini mirip Harry Potter hahaha keras kepala dan nggak sabaran bla bla. Dan aku kurang bisa dapet feel karakternya sih, kayak nggak ada character developmentnya buat karakter lain, cuma fokus di Rin aja, yang mana, aku nggak suka-suka amat sama Rin. Hehe. Tiap ada karakter baru, dan mulai pelan-pelan suka, tiba-tiba aja cerita sudah berpindah setting dan berpisah sama karakter-karakter sebelumnya. Heu.

Tapi meskipun aku gak suka-suka amat sama Rin, character developmentnya bagus, dan aku suka, aku suka karena Rin jahat, tapi kadang aku ngerasa pilihannya nggak kusukai dan kadang dia bisa jadi sangat annoying haha.

Selain itu, aku paling gemes gendok sama nama-nama di novel ini soalnya aku gak bisa bedain mana cewek mana cowok huhuhu awalnya aja aku nyangka Nezha cewek XD kebanyakan namanya sulit dibedakan gendernya haha

Jujur aku memang suka dan tertarik sama novel ini, tetapi 250 halaman pertama bikin aku puyeng 
soal world building itu, tapi lama-lama aku bisa mengikuti dan sisa halamannya, novel ini bener-bener worth to read banget. Sebagai seseorang yang suka perang-perangan apalagi semenjak nonton GoT, aku rekomen novel ini. Dan yang agak sedih buatku, di sini nggak ada romance hehehe.

Kalau kalian ngarep bakal ada perang-perangan yang menengangkan dan kejayaan yang wah, The Poppy War justru sebaliknya, di sini mereka semua putus asa, kecewa, merasa nggak berguna dan lain-lain. Terutama karena jalan Rin menjadi syaman tidak mulus.

Jujur aku gak tau lagi mau nulis apa, banyak yang terjadi di novel ini. Dari mulai Rin belajar buat lolos Keju dan pergi ke Sinegard, dilatih, ternyata punya kemampuan syamanisme, dan lanjut jadi perang karena Federasi Mugen balik lagi ke Nikan. Banyak yang terjadi dan aku ngerasa pace-nya cepet gitu, kayak belum sempat menghayati tapi tau-tau Rin udah lulus Sinegard.

Selain itu, sepertinya aku bakal buat warning bagi yang lemah mental mending jangan baca novel ini karena novelnya gore abisssssss. Aku aja sampe mual bacanya huhu. Rasanya pengen ngasih award ke R.F Kuang “penulis paling jahat 2019”

Tetapi justru karena banyak penderitaan di novel ini, aku makin suka, udahan soal nasib baik selalu ada di akhir, nasib baik itu cuma bualan (kata nemesis). Novel ini bener-bener ngajarin supaya kuat mental dari awal. Makin ke akhir, makin buruk T_T

Overall, bagi yang suka high-fantasy (apakah bisa dibilang begitu aku tdk yakin), perang-perangan, gore, dan novel tanpa kebahagiaan, aku rekomen banget novel ini. Ada beberapa bagian yang humor juga dan itu precious banget ga tau dah, nggak bikin ngakak tapi setidaknya aku bisa tersenyum di antara kepahitan ini. 4.8ó karena kepuyenganku (subjektif) membuat 0.2 bintangnya luntur.
“Kita juga bakal jadi orang brengsek kalau keluarga kita kaya dan menarik.” – Kitay (hlm 68)
“Keju tidak berarti apa-apa. Keju hanya taktik untuk membuat para petani tidak berpendidikan agar tetap di tempat mereka. Kalau kita berhasil lolos melewati Keju, mereka toh masih akan tetap mengeluarkan kita. Keju menjaga agar kaum kelas bawah tidak ribut. Itu membuat kami terus bermimpi. Itu bukan tangga untuk perubahan; itu cara untuk membuat orang-orang seperti aku untuk tetap berada persis di tempat mereka dilahirkan. Keju itu obat bius.” – Rin (hlm 101)
“Rasa sakit berarti keberhasilan. Ia membuat dirinya sendiri sengsara. Tetapi, semua opsinya memang mengarah ke penderitaan.” – hlm 110
Hal yang paling aku sukai dari novel ini mungkin tentang mitologinya, dewa-dewa, dan konsep kehidupannya.
“Jadi apa yang terjadi saat kita mati? Kita kembali ke dunia roh, kita meninggalkan ilusi ini. Kita terjaga. Kita tidak bisa dibilang mati, melainkan kembali ke kehampaan. Kita terurai. Kita tak lagi punya ego. Kita berubah dari hanya menjadi satu hal, menjadi segalanya.” – hlm 236



Jumat, 13 Desember 2019

[RESENSI] Frankly in Love by David Yoon

source: google




Judul: Frankly in Love
Penulis: David Yoon
Ilustrasi Sampul: Staven Andersen
Penerjemah: Daniel Santosa
Editor: Tri Saputra Sakti
Proofreader: Kavi Aldrich
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020631707 (Digital)
Jumlah halaman: 464 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

Blurb: Pada tahun terakhirnya di SMA, Frank Li, seorang Limbo –istilah yang dia pakai untuk menyebut anak-anak Korea-Amerika– terjebak di antara ekspektasi orangtua yang tradisional dan kehidupan modern California Selatan. Orangtuanya punya satu aturan dalam pacaran –“hanya boleh dengan orang Korea” – yang menjadi rumit ketika Frank menaksir Brit Means, yang cerdas, cantik –dan berkulit putih.

Sebagai sesama Limbo, Joy Song juga terjebak dalam masalah yang sama dan mereka membuat perjanjian: mereka akan pura-pura pacaran supaya bisa mendapat sedikit kebebasan. Frank merasa rencananya sempurna, tapi pada akhirnya, taktik pura-pura pacaran ini membuat Frank bertanya-tanya apakah dia benar-benar mengerti apa itu cinta –atau siapa dirinya.

----

Tertarik dengan novel ini sejak pertama kali liat kover, dan dalam hati aku langsung bilang: pokoknya harus bacaaaa harusssss. Tapi dalam hati terdalam, aku nggak ingin memiliki buku fisiknya. HAHA. Dan firasatku benar.....

Jujur, paling males baca ebook di hape (terutama) yang halamannya banyak banget. 400+, aku pengen ngumpat aja rasanya, trus DNF, tapi nggak jadi karena rasa kepoku lebih mendominasi. Biasanya aku cuma kuat sampe 100an halaman baca font kecil gini, tapi Frankly in Love mecahin telor deh, rekor banget, aku bisa selesai baca ini bahkan nggak sampe seminggu.

Dari halaman awal, pembahasan tentang nama korea di latar amerika udah bikin aku tertarik dan melek. Aku, yang seneng banget baca suatu budaya lain (apalagi emang k-fans) tentu aja langsung seneng disuguhin orang-orang korea di Amerika haha.

Di luar dugaan, terjemahannya enakkkk, atau emang gini ya gaya bahasa penulisnya, padahal cowok lho. Tapi di awal, aku merasa si Frank ini kecewek-cewekan, entah gegara terjemahan atau emang gitu haha, tapi lama-lama nggak kok. Dan jujur lagi, awal-awalnya memang menarik tapi narasinya agak membosankan.

Waktu Frank dan Joy mulai pura-pura pacaran, fake relationship emang salah satu trope favorit aku juga sih, aku mulai lebih melek dari yang sebelumnya, narasi berubah menjadi page turnerrrrr. Dan kebanyakan memang nyeritain kisah cinta Frank.

Terlepas dari situ, di sini juga ada isu rasisme dari orang-orang korea keluarga mereka. meski nggak ada showing tentang rasismenya sih, tapi cuma telling kalau orangtua Frank dan Joy serta perserikatan orang-korea-di-california semua rasis. Cuma boleh sama orang korea.





Konfliknya bisa dibilang sederhana dan kayak masalah cinta monyet biasa, yang memberatkan adalah permasalahan orangtua. Untungnya, porsi orangtua di sini nggak banyak, cuma penentang aja haha. Dan lama-kelamaan aku justru jadi #TeamJoy karena aku suka sifat Joy yang slengekan jadi cewek nggak kayak Brit yang feminin(?) banget haha.

Ketika semuanya sudah berjalan lancar seperti yang aku inginkan.....aku harus menelan pil pahit karena kebanyakan, novel YA luar yang aku baca endingnya pasti begini dah!! Pasti!! Ngeselin. Kadar sukaku yang tadinya 100% mulai berkurang jadi 80% karena aku benci alurnya yang kayak gini T_T

Overall, ceritanya menurutku recommended sih, apa ya, lebih ke hiburan dan pelajaran juga, secara objektif novel ini bagussss banget dan sarat makna, secara subjektif, aku masih kezal hahaha. Maka dari itu aku hanya kasih 4ó. Oh and anyway, si Q ini ketebak banget sih, nggak bikin kaget. Yang bikin kaget itu Frank dan Joy. Makanya aku tiba-tiba melonjak suka banget novel ini :D


Senin, 19 Agustus 2019

[RESENSI] Vicious by V.E Schwab


Resensi Vicious karya V.E Schwab

IG: @Arthms12



Judul: Vicious
Penulis: V.E Schwab
Alih Bahasa: Rosemary Kesauly
Editor: Mery Riansyah
Sampul: Kemasacil
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
Jumlah halaman: 432 hlm
Harga: IDR 115k

Blurb: Victor dan Eli berteman saat kuliah –anak-anak pintar, arogan, dan kesepian yang cerdas dan ambisius. Riset mereka tentang adrenalin, pengalaman nyaris mati, dan berbagai peristiwa yang seolah supernatural mengungkapkan kemungkinan menarik: bahwa dalam kondisi yang tepat, manusia dapat memiliki kemampuan di atas normal. Namun, ketika tesis mereka berubah dari akademis menjadi eksperimental, semua jadi kacau.

Sepuluh tahun kemudian, Victor keluar dari penjara, bertekad menemukan teman lamanya (sekarang musuh), dibantu gados dengan kemampuan luar biasa. Sementara itu, Eli punya misi melenyapkan manusia super power lain. sama-sama memiliki kekuatan dahsyat, digerakan ingatan tentang pengkhianatan dan kehilangan, kedua musuh bebuyutan ini bertekad menuntaskan dendam –tapi siapa yang akhirnya mampu bertahan?

----





Vicious adalah novel ‘ter-rapi’ yang pernah aku baca, dari segi alurnya, novel ini bener-bener ngalir tanpa tanjakan. Plotnya ‘rapi’ banget. Hampir seluruh garis besar cerita diungkapkan di blurb.
Tentang Victor yang ingin membalas dendam kepada Eli karena masa lalu dan pengkhianatan.

Cerita diawali dengan Victor yang sedang menggali kuburan bersama Sydney, gadis kecil berusia 13 tahun. Lalu setelah itu, alurnya dibuat maju-mundur di rentang masa lampau. Sejujurnya aku agak males bacanya soalnya bikin pusing dan bosan. Ketika babnya sudah mencapai hampir masa kini, tiba-tiba mundur lagi ke sepuluh tahun sebelumnya.

Aku merasa baca buku ini kayak muter-muter terus nggak maju-maju. Tapi enaknya, bab-bab di sini dikit, satu bab bisa cuma beberapa halaman. Aku termasuk yang suka bab sedikit, karena lebih bisa cepet bacanya. Tapi lagi, khusus vicious, ada hal yang bikin aku justru selambat novel bab panjang biasanya XD

Awal-awalnya, aku merasa narasinya berat, susah dicerna, entahlah pokoknya gitu, mana alurnya maju-mundur, mana pembahasannya tentang fisika kimia bla bla dan eksperimen bla bla hehe. Di halaman 100an aku baru mulai bisa menikmati kisahnya, meskipun belum menarik minatku seutuhnya. Dan di sini gaya bahasanya juga mulai enak meskipun alurnya tetep lambat gegara diseling masa lalu.

Tokoh yang paling aku suka di sini adalah semuanya kecuali Eli hahaha tapi nggak benci juga sama Eli, soalnya mereka semua jahat (kecuali Sydney). Khusus Victor, aku merasa aku relate banget sama dia. Waktu cewek yang dia suka ternyata suka sama temannya sendiri, Eli. Ketika Eli berubah jadi Eli yang tidak ambisius di depan Angie. Angie direbut Eli dari Victor, Eli direbut Angie dari dia juga. How he explained her mind, it was so relatable.

Victor di masa lalu memang berandal jenius yang ambisius, sementara Eli lebih jenius teratur agamis dan ambisius juga. Ketika akhirnya Eli mengkhianati Victor setelah eksperimen mereka tentang Manusia LuarBiasa (LB) berhasil, tentu saja Victor akan balas dendam.

Banyak yang bilang kisah ini tentang Superhero, tapi justru cerita ini nggak ada adegan superhero menyelamatkan dunia bla bla. Eli dan Victor adalah dua jenius gila yang bereksperimen kalau kekuatan super manusia bisa diciptakan. Dan ketika hal itu berhasil, terjadi pengkhianatan. Victor di penjara, sementara Eli menjalankan misi untuk melenyapkan para LB, sampai Victor kembali untuk membalas dendam.

Seperti yang kubilang, plotnya rapi, ngga ada belokan tanjakan jurang curam. Victor mau balas dendam, dia balas dendam dengan rapi.

Jujur aku bosen juga selama hampir 400an halaman, soalnya novel ini kelewat serius, datar, dan ngga ada humor sama sekali. Aku suka tema dark-dark begini cuma kayaknya aku ngga cocok sama yang terlalu flat. Juga kesan merindingnya nggak terlalu kerasa, biasa aja.

Dibanding kekuatan Victor, Eli dan Sydney, aku merasa Serena lebih berkuasa di sini dan cuma dia yang sanggup bikin bulu kudukku berdiri beberapa kali XD

Di halaman 400+ aku mulai merasakan serunya, tegangnya, dan degdegannya karena di akhir ini akhirnya Victor melakukan rencana besarnya. Dari 432 halaman dong dan aku baru bisa bener-bener suka di 30an halaman terakhir. Tapi anehnya, ratingku buat buku ini langsung melonjak karena endingnya yang memorable gila!!!

Nyarissss cuma bisa ngasih 3 bintang ajaaaaa karena suka tema dan kovernya tapi jadi 4 gara-gara endingnya HAHA dan nggak sabarrrr nunggu vengeful diterjemahin T_T

Overall, kalau kamu suka tokoh yang semuanya orang jahat, tema serius dan narasinya banyak tanpa humor, plot rapi dan menyenangkan, Vicious cocok buat kamu.

“Ada banyak manusia yang sikapnya seperti monster, dan ada banyak monster yang tahu cara bersikap manusiawi.” – hlm 339



[RESENSI] Confession by Minato Kanae

Resensi Confessions karya Minato Kanae

IG: @arthms12

Judul: Confession
Penulis: Minato Kanae
Penerjemah: Clara Canceriana & Andry Setiawan
Penyunting: Prisca Primasari
Penyelaras Aksara: Titish A.K
Desain Sampul: Pola
Penata Sampul: @teguhra
Penerbit: Haru (Agustus 2019)
Jumlah halaman: 304 hlm

Blurb: Moriguchi Yuko adalah seorang guru SMP. Saat anaknya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal, semua orang mengira itu cuma kecelakaan nahas.
Akan tetapi, Moriguchi yakin anaknya dibunuh oleh dua dari anak didiknya. Karena itu, dia tidak akan membiarkan kedua anak itu bebas. Dia ingin membalas dendam, dan balas dendam yang dia lakukan itu hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk.

----





Cerita dibuka dengan cerita Moriguchi sebagai penutup tahun ajaran di sekolah tempatnya bekerja sekaligus berpamitan karena dia tidak akan lagi mengajar di sana. Tapi, kisah-kisahnya merujuk kepada satu kejadian, kematian anaknya, Manami, yang dilakukan oleh dua orang muridnya. Dia juga membocorkan balas dendam apa yang baru saja dia mulai itu.

Awalnya aku mengira akan menemukan bacaan yang cukup berat terutama karena genrenya iya-misu aka psychological thriller. Ternyata, aku menemukan gaya bahasa yang enak sekali dibaca. Aku salut dengan penerjemah dan editornya yang membuat kisah ini mudah dicerna dan bahkan sampai aku nggak sabar untuk membalik halamannya.

Novel ini cukup tipis dan hanya terdiri dari 6 bab saja. Isinya, kurang lebih menceritakan hal yang sama, kronologis kejadian pembunuhan tersebut tetapi melalui sudut pandang yang berbeda—eda.
Kita diajak menyelami berbagai kejadian yang menimpa para tokoh setelah aksi balas dendam Moriguchi. Lebih daripada konflik dan alur, menurutku di sinilah titik berat novel ini. Yaitu pada penggambaran karakter-karakternya, pengembangan dan perubahannya, pikiran-pikiran mereka yang gelap dan membuat kita mempertanyakan lagi banyak hal.

Apa yang membuat manusia bisa bersikap dan bersifat seperti itu? Kenapa semua orang nggak bisa hanya cukup bersikap baik terhadap satu sama lain?

Jujur aku lebih tertarik dengan Naoki yang menurutku sudah kehilangan kewarasan, tetapi yang paling menyedihkan memang Shuya meskipun mereka memang sama-sama gila. Kelakuan orang-orang di sana cenderung bar-bar dan bikin merinding. Lagi-lagi, pertanyaan itu muncul: kenapa mereka semua bisa sampai melakukan hal-hal keji?

Bagian yang paling aku suka adalah plot twist di bab pertama, menurutku itulah daya tarik yang paling utama yang bikin aku pengen cepet-cepet selesaikan novel ini. Penasaran apa yang bakal terjadi. Dan di setiap bab selalu aja dikagetkan dengan berbagai adegan.

Untuk keseluruhan, konfliknya lumayan menarik buatku. Nggak ada rasa lelah sama sekali meskipun banyak narasi. Banyak pelajaran yang bisa diambil demi memahami sesama manusia. Dan jangan lupakan kover yang cakep ini astaga!

Pokoknya, novel ini bakal mengaduk-aduk pikiran dan hatimu. Apa kamu masih memiliki hal-hal yang lazim dimiliki manusia atau tidak?

4ó

“Orang dewasa cuma bisa mengukur dengan penggaris mereka sendiri, dan tidak bisa mengukur dunia anak-anak. Mereka memberikan nasihat-nasihat yang tidak bisa kita lakukan.” Hlm 212

“Saat aku membuka mataku pada pagi hari, pertama, aku menangis karena hari ini aku masih hidup.” – hlm 213

Sabtu, 27 Juli 2019

[RESENSI] The Wrath and The Dawn by Renée Ahdieh (TwaTD #1)


Resensi The Wrath and The Dawn karya Renee Ahdieh

IG: @arthms12




Judul: The Wrath and The Dawn
Penulis: Renée Ahdieh
Penerjemah: Mustika
Penyunting: Katrine Gabby Kusuma
Penataletak dan Perancang Sampul: Deborah Amadis Mawa
Penerbit: POP Ice Cube (April, 2016)
Jumlah Halaman; 447 hlm.
ISBN: 978-602-6208-74-3

Blurb:

Khalid Ibnu al-Rashid, Khalif Khorasan yang berusia delapan belas tahun, adalah seorang monster. Dia menikahi perempuan muda setiap malam dan menjerat pengantin barunya dengan tali sutra saat fajar tiba. Ketika sahabatnya menjadi korban kezaliman Khalid, Shahrzad al-Khayzuran bersumpah akan menuntut balas. Gadis enam belas tahun itu mengajukan diri menjadi pengantin sang Khalif. Shahrzad tak hanya bertekad untuk bertahan hidup, tetapi juga bersumpah akan mengakhiri rezim sang raja bocah.

Malam demi malam, Shahrzad memperdaya Khalid, menceritakan kisah-kisah memikat yang membuatnya terus bertahan, meski tiap fajar bisa jadi merupakan saat terakhirnya melihat matahari terbit. Tetapi sesuatu yang tak terduga mulai terkuak: ternyata Khalid bukanlah sosok yang Shahrzad bayangkan. Sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seorang pembunuh berdarah dingin. Mata emasnya memancarkan kehangatan. Monster yang ingin dilawan Shahrzad itu tak lebih daripada pemuda dengan jiwa yang tersiksa.

Dan Shahrzad mulai jatuh hati kepadanya...

----





WARNIng: Anda akan membaca resensi dari seorang fangirl fanrom aka fantasy-romance XD
Khalid, ya sekarang tiap mendengar atau membaca nama itu aku akan selalu halu wkwk. Seorang remaja 18 tahun, cakep, jago pedang, raja di Khorasan, dingin cuek bebek, kikuk, tapi MANIS banget! Siapa yang tipe bookboyfriend-nya mirip Khalid? Kalau aku, Khalid adalah tipeku BANGET!

Lalu ada Shahrzad atau yang panggilan sayangnya Shazi (biar gampang), cewek 16 tahun, cantik, tomboy, keras kepala, jago PANAHAN!!, ambisius, dan cerdas. Lagi-lagi, Shazi ini tipe heroin favoritku.

Dan dua tipe favoritku jadi satu di novel ini! Kebayang nggak, secinta apa aku sama kisah ini? XD
Kisah berawal dari perpisahan Shazi dan ayahnya karena hari itu Shazi resmi menjadi istri sang Khalif (raja) Khorasan, Khalid. Malam pertama mereka berlangsung biasa saja, tanpa gairah dari keduanya, tapi demi menyelamatkan nyawanya sendiri dari jerat tali sutra, Shazi menawarkan kisah Agib si pencuri, lucunya, Khalid menyukai kisah itu, sampai dia lupa bahwa fajar telah datang.
Shazi selamat, begitu pula malam-malam selanjutnya.

Terlalu banyak menghabiskan waktu bersama, selayaknya kisah cinta pada umumnya, membuat keduanya yang tadinya saling bersikap dingin, mulai mencair. Ketika Jenderal dan para bawahan Khalid memaksa ingin membunuh Shazi, Khalid justru menyelamatkannya.

Shazi telah memutus rantai pembunuhan itu. Khalid peduli padanya dan lambat laun Shazi pun goyah dari niat awalnya membunuh sang Khalif. Namun, satu hal yang tetap menjadi penghalang rasa cinta Shazi, yaitu apa sebenarnya alasan dibalik pembunuhan-pembunuhan itu.

Dia sering memaksa Khalid bercerita, tapi Khalid menolak, mereka akhirnya sering bertengkar. Sementara itu, sahabat sekaligus cinta pertama Shazi, Tariq, tengah menghimpun bala bantuan demi menyelamatkan Shazi yang memasukan diri ke kandang singa itu, sekaligus menyusun rencana untuk menggulingkan pemerintahan Khalid.

Untuk konflik, aku memang sudah pernah membaca cerita yang mirip dengan konfliknya, bisa dibilang cukup klise, toh memang katanya ini terinspirasi dari kisah 1001 malam. Raja yang membunuh para pengantinnya dan tiba-tiba salah satunya membuat dia jatuh cinta dan bum rahasia terbongkar.

Tapi, sebagai bucin penikmat romance, sungguh aku sangatttt menyukai bagaimana penulis membuat cerita ini HUHU aku SUKA banget! Dibuat baper, seneng, sedih, degdegan, geregetan, segalaaaa macem deh! T_T

Kemistri antara Khalid dan Shazi bercampur dua sifat yang paling aku sukai itu sukses bikin aku jatuh cinta, dapet banget feelnya, humornya juga. Shazi yang mulutnya pedes dan Khalid yang kadang kikuk tapi kece HAHA.

Gaya bahasanya, astaga, ENAK BANGET, gatau emang Renee nulisnya enak atau emang penerjemahnya yang OKE ABIS. Saking enjoynya baca buku ini, aku bener-bener baca pelan-pelan demi meresapi setiap detailnya tapi justru nggak bikin novelnya lama abis, sebaliknya malah cepet. 

Sampe-sampe buku ini jadi satu-satunya yang aku baca di tahun 2018 dan bikin aku bilang “Kok udah abis lagi sih?? Kok cepet sihh??”

Settingnya ada di timur tengah kayaknya ya, novel ini ada PETANYA loh! Dan aku suka bangettt novel yang ada petanya :D nama daerah-daerahnya memang asing, ciptaan penulis sendiri sih kayaknya tapi berhubungan dengan timur tengah dan beberapa kali disebut daerah Yunani gitu.

Novel ini juga seimbang antara narasi dan dialognya, tapi meskipun emang kadang banyak narasi, yha gitu, aku nggak bosan sama sekali T_T entah kenapa tapi menurutku narasi yang dibuat Renee itu kayak sihir yang bisa bikin betah dan enjoy selama baca, apalagi doi ini bisa banget deh bikin kalimat-kalimat menohok ataupun yang manisnya kebangetan! >.<

Apalagi ya? Kekurangan? Jelas menurutku NGGAK ada sama sekali HAHA. Aku cinta mati cerita fantasy-romance meskipun di sini romance lebih dominan. Kelebihan? Sudah kusebutkan semua kayaknya, ditambah satu lagi, kovernya yang megah dan cantik banget menurutku.

Overall, ya Tuhan aku cinta banget sama buku ini. Aku suka kisah cintanya yang sanggup bikin baper (oh ya, perhatian ini untuk 17+ yaa), aku suka karakter-karakternya, aku suka gaya bahasanya, aku..akuu..pokoknya semua hal-hal yang aku inginkan ada di novel fanrom, semuanya ada di sini huhu gimana yha. 1000 stars for TWaTD!!!

Quote(s)

“Tanpa tingkat kesombongan tertentu, bagaimana mungkin seseorang mau mencoba sesuatu yang mustahil?” – Despina (hlm 48)
“Tidak ada yang tidak akan kulakukan untukmu. Tidak ada yang tidak akan kupertimbangkan jika itu berarti membuatmu aman. Bahkan dunia harus takut kepadaku kalau dia menghalangi kita.” – Tariq (hlm 304)
“Masa lalu bersama tidak memberikanmu masa depan, sahabatku.” – Omar (hlm 336)
“Kehilangan adalah kehilangan. Dan pelajaran yang dipetik selalu sama.” – Omar (hlm 337)
“Balas dendam tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang dariku.” – Khalid (hlm 384)
“Karena tidak ada apa pun, tidak matahari, tidak hujan, bahkan tidak pula bintang paling terang di langit gelap, yang mampu menandingi keistimewaan dirimu.” – Khalid (hlm 406)
“Aku mengerti betapa sulitnya menyerahkan hatimu ke tangan orang lain. Tapi, jika kau tidak melakukannya, bagaimana kau mampu benar-benar memahami seseorang?” – Shazi (hlm 410)



[RESENSI] The Hidden Oracle by Rick Riordan (Trials of Apollo #1)


Resensi The Hidden Oracle karya Rick Riordan

instagram: @arthms12


Judul: The Hidden Oracle
Penulis: Rick Riordan
Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Yuli Pritania
Penata aksara: twistedbydesign
Penerbit: Mizan Fantasi (cetakan ke-4: November 2017)
Jumlah halaman: 458 hlm.
ISBN: 978-602-385-230-7

Blurb:

Apollo tidak pernah merasa seterhina ini selama empat ribu tahun kehidupannya!
Semua orang mengenalnya sebagai dewa paling tampan, paling berbakat, dan paling populer. Namun, kini wujudnya yang mengagumkan berubah menjadi sesosok remaja culun berambut keriting, dengan muka berjerawat dan perut menggelambir bernama Lester Papadopoulos!

Sang Dewa Musik tidak lagi memiliki satu kekuatan dewata pun dan tanpa sengaja malah membuat dirinya terikat menjadi pesuruh seorang demigod remaja bernama Meg.

Siapa yang membuat Apollo dikutuk menjadi manusia fana dan berakhir di dalam salah satu tong sampah di New York? Apa yag harus dia lakukan demi mendapatkan kembali wujud dewatanya dan pulang ke Olympus?

----

Finallyyyyy setelah sekian lama nggak baca buku Om Rick XD yang kurasakan ketika memulai baca novel ini adalahhhhh kangeeeen! Aku kangen Camp Half-blood, kangen orang-orangnya dan kangen petualangannya.

Seperti yang bisa diketahui aku penggemar ‘berat’ tulisan Om Rick jadi...mon maap apabila nantinya resensi ini tidak berisi kekurangan HAHA nggak deng.

Cerita ini dibuka dengan Apollo yang terjatuh dari langit, terdampar di tong sampah, dipalak, diselamatkan oleh Meg, cewek nyentrik yang berambut pendek, lalu Apollo terpaksa menjadi pelayannya karena Meg adalah seorang demigod (meski orangtuanya belum diketahui). Yah, salah Apollo juga sih kenapa mulut nggak bisa dijaga, jadi Meg menobatkannya jadi pesuruhnya WKWK.

Mereka lalu pergi ke rumah Percy. YHA salam. Percy. Aku nggak bisa nahan senyam-senyum pas scene ini, ada Percy dan Sally dan oh oh..Sally lagi hamil huhuhu Percy bakalan punya adek! Dari sana Percy mengantar mereka ke CHB, dan taulah ya gayanya Om Rick, (((tidak semudah itu Pulgosso, said uncle Rick.)))) jadi mereka dihadang roh.





Oh oh di CHB pun lagi ada masalah. Pekemah yang hilang dan tentunya oracle delphi yang biasanya merasuki Rachel nggak bekerja, disebabkan oleh Pithon (penunggu Oracle Delphi yang asli di Yunani) lepas dari Tartarus saat perang the seven di series HoO. Dia kembali menunggui gua itu makanya Delphi nggak bisa kerja :’)

Kalau Delphi nggak bisa kerja, otomatis ramalan nggak berjalan, kalau ramalan nggak jalan, otomatis tidak ada yang bisa dilakukan para pekemah :’) karena mereka harus menjalankan misi berdasarkan ramalan.

Cuma Apollo yang bisa mengembalikan ini semuaaa. Dia yang bertanggung jawab melepaskan Delphi dari Pithon. Sayang beribu sayang (tidak semudah itu Apollo) ternyata Pithon pun dikuasai oleh musuh. Musuh seluruh orang baik yang pernah ada di buku 1-10 seri PJO dan HoO.

Yha gitulah ya HAHA aku speechless gimana om Rick menyusun konflik ini..benar-benar cerdas. Rick mampu membuat musuh berdasarkan fakta-fakta yang belum terungkap di buku-bukunya terdahulu. Kebayang nggak sih? Rick nulis The Sea of Monsters tahun 200x dan sekarang musuh tersembunyi di buku itu keluar sebagai musuh nyata di The Hidden Oracle bertahun-tahun kemudian??? Wth man.... this is why I really love his books omg.

Mulai dari mana? Alur ya? Cepet. Maksudnya, dalam artian baik. Nggak bertele-tele dan banyak aksi-aksi wkwk banyak petualangan. Suka (1). Narasi? Yang udah baca semua novel Om Rick nggak usah meragukan gimana gaya menulis Om yang satu ini, imbang antara narasi dan dialognya, menyenangkan, ringan dan mengalir, HUMORnya yang pasti selalu khas tak terlupakan :’D Suka (2) terlebih karena aku punya The Lightning Thief versi Indo dan Inggris, aku sekarang tau kalau penerjemahnya berperan banyak bikin cerita ini enak dibaca :’)

Good job translator and editor ;)))

Konfliknya selalu seru, pasti seru, pasti menegangkan, pasti merambt kemana-mana, fakta-fakta baru dan jangan lupakan twist HAHA om Rick punya semua yang aku butuhkan di dalam kisah fiksi :’) Suka (3)

Sayang beribu sayangggg, ada satu hal yang menurutku kurang srek. Dan itu adalah...tokoh utamanya sendiri. Apollo. Well, jujur nih ya jujurrr dari awal sampai akhir aku belum bisa benar-benar menyatu/mendapatkan kemistri/iba/mendukung/mencintai dan menyayangi/apalah itu Apollo dengan benar.

Di mata pikiranku, dia dewa. Dalam wujud manusia? it’s so weird, karena dia juga bertingkah seperti dewa dalam narasi dan pikiran-pikirannya. Apollo juga annoying, menurutku, songong, kadang celetukannya bikin ketawa, tapi kadang bikin ‘apasih’.

Pokoknya aku belum bisa mencintai Lester Papadopoulos. Begitu juga Meg. Kenapa yha. Aku juga nggak paham. Meg lucu sih, orangnya cuek tapi konyol. Tapi ya gitu, belum bisa sepenuhnya memahaminya. Lalu orang-orang baru di CHB, (kayaknya sih, mungkin aku lupa? Tapi beneran nggak pernah denger nama-nama mereka sih), nggak ada yang kukenal kecuali Chiron, well
Solangelo di siniiiiiii and it was thrilled me (: trus ada Rachel. Udah. Bahkan Pak D nggak ada!

Agak terobati Percy ada sebagai cameo, juga guest star yang ditunggu jutaan tahun akhirnya pulang lagi dan ini di endingnya sih tapi tetep bikin nyesek dengan kerinduan yang dalam, dan tamu istimewa ini bakal jadi tokoh pendamping Apollo di buku kedua ayeeee! XD SUKA (4)

Entah kenapa aku lebih mampu merasakan kenyesekan ketika nama-nama the seven disebut. Aku udah terlalu jatuh cinta sama mereka bertujuh jadi sulit move-on dan ketika nama mereka cuma disebut aja beuh bapernya.

Overall, aku nggak mungkin nggak jatuh cinta sama tulisan Rick. Meskipun agak kecewa sama Apollo dan itu mengurangi kegiatan ‘menjiwaiku’ atas novel-novel Rick yang biasanya nggak pernah kulewatkan. Aku tetap kasih 5 bintang terutama twist dan si guest star ituloh ;)

Anywayyy, maaf resensi kali ini sangat jauh dari formal dan sesuka-sukanya aku, gajelas atau whatever you say it. Because I’m happy! Happy to finally read Riordan’s book again :D

Uh ya, satu hal lagi, aku nggak terlalu memikirkan soal quote di sini soalnya semua narasi Rick enak sih quotable jadi aku nggak...nyatet...kan ya. Tapi aku suka yang ini:

“Olahaga semata-mata merupakan pengingat memilukan bahwa kita bukan dewa.” – hlm 163



[RESENSI] An Ember In The Ashes by Sabaa Tahir


Resensi An Ember In The Ashes karya Sabaa Tahir

instagram: @arthms12


Judul: An Ember In The Ashes (An Ember In The Ashes #1)
Penulis: Sabaa Tahir
Penerjemah: Yudith Listiandri
Pemeriksa Bahasa: Brigida Ruri
Penyunting: Mery Riansyah
Proofreader: Titish A.K
Design Cover: Aufa Aqil Ghani
Penerbit: Spring (November 2016)
Jumlah halaman: 520 hlm.
ISBN: 978-602-74322-8-4

Blurb:

Laia seorang budak, Elias seorang prajurit. Keduanya bukan orang merdeka.
Saat kakak laki-laki Laia ditahan dengan tuduhan pemberontakan, Laia harus mengambil keputusan. Dia rela menjadi menjadi mata-mata Komandan Blackcliff, kepala sekolah militer terbaik di Imperium, demi mendapatkan bantuan untuk membebaskan kakaknya. Di sana, dia bertemu dengan seorang prajurit elite bernama Elias.

Elias membenci militer dan ibunya, sang Komandan yang brutal. Pemuda ini berencana untuk melarikan diri dari Blackcliff, menanggung risiko dicambuk sampai mati jika ketahuan. Dia hanya ingin bebas.

Elias dan Laia. Keduanya akan segera menyadari bahwa nasib mereka akan saling silang, dan keputusan-keputusan mereka akan menentukan nasib Imperium dan bangsa mereka.

----

I fell in love with this book at the first sight. Aku suka judulnya yang menurutku keren, kovernya jugaaa, dan sinopsisnya yang menjanjikan. Terlebih, fantasi adalah genre nomor satuku. Butuh ‘perjuangan’ HAHA buat ngedapetin novel ini dan akhirnya dia mendarat juga di tanganku ;)

Nah, cerita di mulai dengan prolog penculikan Darin aka kakak Laia, dan Laia yang saat itu memilih untuk kabur hanya karena kakaknya memintanya begitu. Dia terlalu panik, dan aku paham posisinya, jadi dia pergi.

Lalu Laia mencari kelompok Resistance, kelompok pemberontak yang diyakini sebagai alasan penangkapan Darin. Dia menemukannya, meskipun awalnya kelompok itu menolak, namun akhirnya Laia mengungkap jati dirinya, dan kelompok itu mau membantu juga. Tapi dengan satu syarat: Laia menyusup ke kediaman sang Komandan, wanita terbengis di Imperium dan menjadi budaknya untuk mendapatkan informasi tentang Ujian pemilihan Kaisar baru.

Infomasi ditukar dengan penyelamatan kakaknya. Laia be like: why not? Dia cuma terancam dicungkil matanya kok, asalkan Darin selamat.

Gambaran garis besar latar novel ini: sebuah negara, Imperium, awalnya diduduki bangsa Scholar yang berjaya, namun bangsa Martial merenggutnya, menjadikan bangsa Scholar budak, tawanan, dan bla bla. Bangsa Martial memiliki Kaisar, mendirikan sekolah Blackliff, semacam sekolah militer, ada tingkatan, paling atas namanya Skull dan jika sudah lulus dari Skull, mereka resmi jadi anggota pasukan Mask. Para anggoata militer memakai topeng (baja? Besi? Atau?) yang bisa menyatu dengan wajah mereka. Hiii.

Kedua ada Elias. Muak dengan ibunya, dengan Martial, Imperium, militer, dan bla bla. Berniat melarikan diri supaya bisa bebas dari semua itu saat hari kelulusannya dari Skull. Mumpung topengnya belum menyatu dengannya (yang membuat dia banyak dibully sebagai pemberontak) padahal teman-temannya yang lain udah pada nyatu.

Tapi gagal.

Soalnya, tepat besoknya ada pemilihan calon kaisar, karena kaisar yang lama nggak ada keturunan. Augur (peramal versi mitologi Romawi) bilang kalau Elias bakal bebas tapi caranya bukan dengan kabur. Dan terpilihlah Elias menjadi salah satu calon kaisar (Aspiran) yang wajib mengikuti 4 Ujian, bersama sahabatnya, Helene, satu-satunya cewek di tingkat Skull, dan si kembar Marcus-Zak, musuhnya.

Begitu. Panjang ya. Pokoknya Elias dan Laia bertemu di situ. Dan takdir mereka saling bersilangan. Gitu.

Saat pertama kali baca buku ini aku langsung suka sama gaya bahasanya yang simpel dan nggak berat, salah satu faktor yang krusial buat aku karena kalau novel fantasi dan berat rasanya...sulit.
Namun, entah kenapa aku merasa alurnya cukup lambat di awal, entah juga, padahal dialog dan narasi seimbangnya harusnya bikin aku betah, tapi aku malah jadi bosen dan sering ketunda, juga mungkin karena aku belum bisa menyatukan kemistri dengan cerita ini.

Konflik sudahhhh dimulai sejak awal mula. Sudah menegangkan sejak awal mula. Bagaimana Laia bertemu komandan dan tiap detiknya aku merasa di neraka, takut hal-hal buruk terjadi pada Laia. Sementara bagian Elias dipenuhi konflik batinnya yang tidak ingin berada di Blackcliff, juga momen bersama Helene, momen menjadi tentara di sana dan bla bla.

Kemudian, satu persatu Ujian datang. Novel ini menggunakan dua sudut pandang yaitu Elias dan Laia. Keduanya punya porsi yang sama besar dalam membuat jantung dagdigdug. Laia yang harus hati-hati mencuri dengan pembicaraan Komandan dan kabur diam-diam untuk menemui Keenan, penanggungjawab misinya dari Resistance untuk melapor. Sementar Elias dan dipaksa menghadapi ujian-ujian berat dan mengancam nyawa.

Selain itu, novel ini ada romance-nyaaa yeaaaay salah satu hal yang aku sukaiiii. Aku selalu suka fantasi berbumbu romance. Cinta segi empat barangkali? Laia menyukai Keenan tapi berdebar juga didekat Elias. Elias menyukai Laia tapi memendam perasaan terlarang yang dipendamnya untuk Helene.





Dan karena aku terbawa naluri kedua tokoh utama dalam setiap pov, aku suka Laia bersama Elias. Aku mengenal mereka lewat sudut pandang mereka dan menjadi lebih dekat dengan mereka daripada yang lain, jadi...aku memutuskan untuk melepas kapal Elaia untuk berlayar dan semoga mereka tidak tenggelam :’)

Untuk tokoh-tokohnya, jujur kuakui NGGAK ada yang kubenci yeayyy! Bahkan villainnya :D aku justru sangat mengagumi kebengisan Keris Veturia, sang Komandan yang entah kenapa sangat keren :’)

Elias yang kuat dan berani, selalu memilih sisi yang baik, dan penyanyang peduli dan bla bla. Dan dia tidak sesempurna ituloh, kadang dia nggak peka sama Helene, kadang dia juga nyebelin karena terlalu plin-plan(?) terlalu lama mengambil keputusan karena hati baiknya..yha..

Laia juga sama sering plin-plan namun bertekad kuat. Dia penakut tapi memaksakan diri. Manis dan mandiri. Baik hati haha. (sifat umum hero dan heroin).

Nah kalau Helene, dia nggak langsung mencuri hatiku sepenuhnya, kebanyakan, dia bikin aku jengkel karena alasan pribadi HEHE. Karena dia menyukai Elias. Yah. Gitu. Aku cemburu:’) tapi Helene ini kuat dan tipe cewek favoritku karena dia badass dan cerdas, jago bertarung, dia juga sangat setia entah itu kepada Imperium maupun Elias. Sifat ini perlu diacungi jempol.

Keenan, aku merasakan dia dianak-tirikan di novel ini karena termasuk dalam 4 besar tokoh utama namun nggak terlalu dieksplor :’) disamping Elias-Laia yang memang seharusnya punya banyak part, posisi Keenan harusnya sama kayak Helene tapi Helene punya porsi yang lebih banyak. Semoga di buku selanjutnya part Keenan banyak, soalnya dia ini tipe cowok lovable yang cuek-cuek-perhatian ehe.

Overall, aku mulai menyukai novel ini ketika halaman tengah ke akhir. Menurutku geregetnya lebih dapet. Belum lagi karena misteri mulai bermunculan meski belum terbongkar di novel pertama ini. Terutama keterlibatan sang Komandan yang haus akan kekuasaan.

Novel ini penuh dengan aksi, romance, intrik, darah, dan segalanya yang memacu adrenalinku. Terlalu geregetttt! I decided to give 5 stars!!

“Terlalu banyak rasa takut, kau akan lumpuh. Terlalu sedikit rasa takut, kau menjadi arogan.” – hlm 490
“Kau takkan pernah melupakan mereka, bahkan setelah bertahun-tahun. Tapi suatu hari nanti, kau bisa bertahan semenit penuh tanpa merasa sedih. Hatimu akan pulih. Aku janji.” – Keenan (hlm 114)
“Pasti ada orang lain di sini yang kesepian seperti aku. Namun, tidak ada yang mengerutkan kening, menangis, atau bersungut-sungut. Mereka punya alasan untuk tersenyum dan tertawa. Alasan untuk berharap.” – Laia (hlm 295)

Kamis, 18 Juli 2019

[RESENSI] Dark Matter by Blake Crouch

Resensi Dark Matter karya Blake Crouch




Judul: Dark Matter
Penulis: Blake Crouch
Penerjemah: Jia Effendi
Penyunting: Maria Lubis
Penyelaras Aksara: Nunung Wiyati
Penata Aksara: CDDC
Perancang Sampul: Fahmi Ilmansyah
Digitalisasi: Elliza Titin
Penerbit: Noura Publishing
Baca via: Google Playbooks

Blurb: Suatu malam, Jason Dessen diculik. Sesuatu disuntikan ke tubuhnya. Dia mendapati dirinya terbangun di dunia yang berbeda. Di sana istrinya bukanlah istrinya dan anaknya tak pernah terlahir sama sekali. Di sana dia bukanlah dosen fisika biasa, melainkan genius terkenal yang telah melakukan hal-hal istimewa. Di sana segalanya tampak sama, sekaligus berbeda. Ke mana kehidupannya yang lama? Bagaimana caranya agar dia bisa kembali?

Hanya itulah yang Jason inginkan: kembali ke keluarga yang dicintainya, tempat dia merasa bahagia. Namun, perjalanan menuju ke sana demikian berliku dan menakutkan, melebihi imajinasi terliarnya.

----

Satu kata buat novel ini: KEREN. Oke, dua deh: KEREN BANGET!

Aku baca ini tanpa tau apa-apa soal novel ini, cuma denger-denger katanya novel ini thriller dan seru bangetttt. Cuma emang kurang nge-hype yaa nggak tau kenapa. Ternyata pas aku baca isinya, novel ini adalah novel sci-fi! Dan aku seneng hahah. Suka gabungan scifi/thriller/suspense/bla bla kayak gini!

Awal baca bukunya itu masih enak dibaca, masih belum bertanya-tanya, dan enaknya tuh langsung masuk ke konflik gak pake intro lama-lama. Trus, ketika Jason bangun di laboratorium itu otakku langsung digerus dipaksa bekerja terus menerus haha

Narasinya apa ya, dibilang nggak enak sih nggak, dibilang enggak enak juga nggak. Tapi emang agak berat, soalnya kebanyakan isinya pikiran-pikiran Jason yang emang lagi bingung. Secara harfiah. Oke gak tau juga. Pokoknya narasinya tuh kayak berbelit-belit, belum lagi penjelasan situasi yang lumayan detail. Jujur aku capek bacanya haha.

Ditambah penjelasan soal fisika-fisika, mekanika kuantum dan multiverse yang bikin kepala nyut-nyutan, tapi hasilnya, aku jadi lumayan paham soal teori multiverse. Seengggaknya ya haha.

Dan dari dulu aku selalu suka tema-tema yang gini, bahwa dunia kita tuh nggak sesederhana kelihatannya. Bahwa masih banyak rahasia-rahasia yang belum terpecahkan soal semesta ini. Tema-tema kayak ginilah yang menggelitik otakku. Meski banyak bingung dan capek, aku menikmati kisahnya.

Cukup gemes karena alurnya agak lambat menurutku, udah kepo akut tapi ampul senyawa yang Jason dan Amanda pake buat kembali ke dunia sebenarnya masih 44, dan aku yakin ini pasti nggak bakalan ketemu sampe ampulnya abis hahaha. Mungkin karena narasinya yang bikin capek makanya alurnya jadi kerasa lambat, who knows.





Karakternya, menurutku karakternya nggak terlalu menonjol ya. Jason cuma pria baik-baik yang sayang keluarga. Amanda wanita baik yang suka nolong. Gitu doang. Karena emang ceritanya tuh menekankan banget di konflik yaaaa.

Orang-orang bilang novel ini ada plot twistnya, tapi aku udah bisa nebak plot twistnya di halaman 180an yeaaaay, dan malah menurutku novel ini gak ada plot twistnya sih, secara kayak..gampang banget loh nebak apa yang terjadi sama Jason. Malah aku aja sebel kok baru ngeuh di halaman 180an sih hahaha.

Dan buat endingnya!! Ahhh bete banget mau nangissss!! Setelah baca endingnya perasaaan aku terbagi dua antara aku bener-bener suka konfliknya, suka temanya, suka alurnya, suka ketegangannya, tapi aku sebel kenapa endingnya begituh ahahhsdfd yang bikin aku mulai bertanya-tanya tentang karakter lain. akhir dari mereka tuh gimana?!! Berharap nemu ekstra part tapi ngga ada!! Pengen jambak rambut rasanya!

Aku penasaran gimana Amanda, gimana Leighton, dan pas ngelawan si palsu juga gitu doang ternyata hadehh, bahkan aku penasaran sama ending itu sendiri. Sumpah bikin emosi jiwa bacanya!1!

Overall, aku bener-bener rekomen novel ini bagi kalian yang suka scifi dan suka tema multiverse atau pengen tau multiverse itu kayak gimana. Ini novelnya worth it banget!! Keren abis 4.5ó


“Kita semua hidup hari demi hari tanpa benar-benar mengetahui fakta kalau kita adalah bagian dari realitas yang lebih besar dan lebih aneh daripada semua yang bisa kita bayangkan.” – hlm 144
“Hal paling indah yang bisa kita alami adalah yang misterius.” – hlm 219
“Sungguh sebuah anugerah memiliki orang-orang yang menunggumu pulang setiap hari. Dicintai. Diharapkan.” – hlm 324
“Hidup tidak berjalan seperti itu. Kau hidup dengan pilihan-pilihanmu dan mempelajari sesuatu dari itu. Kau tidak menipu sistem.” – hlm 452
“Jika kau pergi dengan ketakutan, ketakutanlah yang akan kau temukan.” – hlm 469


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)