Selasa, 21 Agustus 2018

[RESENSI] Kana di Negeri Kiwi by Rosemary Kesauly

IG: arthms12



Judul: Kana di Negeri Kiwi
Penulis: Rosemary Kesauly
Ilustrasi sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (cetakan keenam: Juli 2018)
Jumlah halaman: 200 hlm.
ISBN: 9786020380315

Blurb:
Tak pernah terlintas di benak Kana bahwa dia harus pindah ke Negeri Kiwi. Itu berarti dia harus meninggalkan Yogyakarta, kota asalnya, dan Rudy, cowok yang dicintainya. Tapi apa boleh buat, mau tak mau Kana harus menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya: ayah yang dikenalnya setelah usianya lima belas tahun, teman-teman baru, sekolah baru, kebiasaan baru, dan yang lebih penting pengalaman baru.

Untung ada Jyotika. Cewek imigran India yang cantik itu langsung menjadi teman baik Kana. Namun pada tahun kedua di Negeri Kiwi, Kana mulai merasakan berbagai perubahan. Banyak masalah yang membuatnya pusing. Berat badan yang naik, tugas-tugas yang menumpuk, obsesinya pada Rudy yang tak pernah berakhir, dan lebih parah lagi Jyotika, yang selalu diandalkan sebagai tempat curhat, tiba-tiba menjauh. Jyotika menjadi cepat tersinggung dan selalu menghindar. Apa yang terjadi? Bosankah dia menjadi temannya? Ataukah karena akhir-akhir ini Kana sering jalan bareng Tsunehisa, cowok Jepang kece di sekolahnya, yang juga cowok favorit Joy?

----

Kana di Negeri Kiwi bercerita tentang Kana yang dipaksa ibunya untuk tinggal dengan ayahnya di New Zealand karena ibunya mau menikah lagi. Di sana, dia memiliki sahabat bernama Jyotika atau Joy. Konflik utama dibuka dengan Joy yang tiba-tiba berubah sikapnya kepada Kana.

Padahal, biasanya Joy tidak pernah marah dan selalu ada waktu untuk meladeni keluhan-keluhan kecil dari Kana seperti berat badan dan Rudy, mantan pacarnya di Jogja yang masih dicintai Kana.
Seperti pada blurb, konflik utama ini lebih berfokus kepada masalah yang dialami Joy, aku nggak bakal ceritain clue-nya masalah itu karena bisa spoiler dan nggak kejutan :p

Yang jelas, konflik yang diambil menurutku sangat berani. Saranku, jangan baca about author di halaman belakang novel ini jika kalian suka iseng baca halaman belakang buku, apalagi pas belum masuk konflik XD

Alasan kenapa aku lebih menyukai Kana di Negeri Kiwi (KDNK) daripada Mamimoma adalah gaya bahasa di KDNK lebih asik, mungkin karena sudut pandang orang pertama juga latar di New Zealand otomatis membuat buku ini memakai gaya bahasa yang baku tapi asik. Mirip novel-novel terjemahan deh pokoknya, aku sukak! Meski novel ini menurutku didominasi oleh narasi ketimbang dialog.

Seperti yang aku bilang, konfliknya memang cukup berani dan kadang aku pun dibuat merinding sendiri ketika membacanya. Tapi ide Kana setelah ‘badai’ itu berakhir justru lebih menarik perhatianku. Idenya membuat hm..semacam komunitas(?) bernama R.A.S.A, yang nggak akan kukasih tau singkatannya XD Ide ini nggak hanya menarik tapi mungkin memang patut ditiru oleh kebanyakan sekolah.

Selain konflik utama, novel ini juga ada bumbu romance-nya loh. Tentu saja cowok itu adalah Tsunehisa. Memang aku nggak terlalu mendapatkan chemistry antara mereka karena jatahnya udah banyak diambil sama konflik ‘badai’ itu.

Menjelang ending, entah kenapa aku jadi baru merasa bahwa novel ini adalah novel remaja. Sisi keremajaannya seakan-akan baru benar-benar muncul ketika menjelang akhir. Aku suka bagian cuplikan buku tahunan Kana yang diisi oleh teman-temannya.

Meskipun novel ini berjudul Kana di Negeri Kiwi, tapi aku nggak merasa cerita ini berfokus kepada Kana. Fokusnya lebih kepada Joy dan Kana yang mendapat pelajaran berharga atas segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Aku bahkan masih merasa cerita ini menggantung karena nggak ada kelanjutan hubungan Kana dan ibunya, atau Rudy atau tentang tujuannya setelah lulus SMA.

Karakter Kana ini bisa dibilang cewek yang bawel, narasi-narasinya juga penuh dengan humor ala Kana yang ringan dan nggak bikin bosan. Dan yang membuatku terkesan adalah, aku harus membayangkan banyak rupa di novel ini karena teman-teman Kana berasal dari negara yang berbeda-beda. Itu salah satu kelebihannya menurutku, novel ini jadi begitu berwarna :D

Overall, setelah bertahun-tahun baca novel ini dan kembali membacanya lagi, aku masih suka! Konfliknya yang telah lama aku lupakan sekarang membuatku kaget lagi serta tentang masa-masa SMA Kana yang membuatku senyam-senyum lagi.

Aku merekomendasikan kalian para remaja (atau bukan) yang mau membaca novel ringan namun dengan konflik berani, di novel ini juga banyak sekali self-reminder yang akan kita dapatkan.

Never trouble about trouble until trouble troubles you.” – Jyotika (hlm 39)
“Kadang hidup memang tidak berjalan sesuai yang kauinginkan. Dalam perjalanan hidupmu akan ada banyak orang yang meninggalkanmu dan menyakiti perasaanmu, tapi bersamaan dengan itu juga akan ada banyak orang yang memasuki hidupmu. Semuanya terus berputar.” – Dad (hlm 106)
Love actually is everywhere.” – hlm 127
Dan qoute terakhir yang paling menggambarkan novel ini adalah:
“Jangan ragu, tak usah malu, semua yang terjadi bukan salahmu.” – hlm 155


Minggu, 19 Agustus 2018

[RESENSI] Dharitri by Nellaneva

IG: @arthms12



Judul: Dharitri
Penulis: Nellaneva
Cover illustration: Choi Archie Amano
Illustration: Choi Archie Amano
Editor: Muhajjah Saratini
Penerbit: Inner Child Crowdfund Publisher – ICC Publisher (2017)
Jumlah halaman: 376 hlm
ISBN: 987-602-74865-1-5

Blurb:
Dunia Baru, bentuk restorasi setelah Perang Dunia III, diyakini sebagai dunia yang lebih baik bagi sisa umat manusia di Bumi. Pernyataan itu rupaya tidak berlaku bagi Aran dan Shreyas. Terdampar di Dharitri, negara pembangkang yang menolak konsep Dunia Baru, mereka berdua mencari cara untuk mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Selamat menikmati Dharitri, tempatmu menemukan bagian dirimu yang hilang dan merengkuh rekan sejatimu. Negeri mentari yang merangkul para petualang, selama kamu tidak tahu apa yang tertanam di dalamnya.

---

Dharitri, dengan kover seekor naga, bercerita tentang Aran atau Ranala yang tadinya ingin ‘melarikan’ diri dari unit 41 tempatnya tinggal di Dunia Baru alih-alih terdampar di tanah asing negara Dharitri. Di sana ia bertemu Lal, naga yang terluka dan menjadi sahabat setelah Aran mengurusnya.

Wabah penyakit di desa tempat seseorang menampung Aran, membuatnya terpaksa mengikuti Laga, sebuah acara mirip gladiator di mana dia harus bertarung demi mendapatkan uang untuk membeli obat. Tak disangka, justru Laga itu membawanya pada Rayon Pusat dan ‘paksaan’ menjadi salah satu anggota Bala Karta yang berhubungan dengan Hibrida, hewan-hewan hasil rekayasa genetika seperti Lal yang berkeliaran secara bebas di Dharitri.

Timnya, Adhyastya Hibrida, menemukan suatu gerakan pemberontakan yang melibatkan para Hibrida. Aran berserta kawan-kawannya berusaha menghentikan pemberontakan itu, namun salah satu timnya yang bernama Shreyas justru ingin mengeluarkan Aran dari tim. Aran tidak tahu, bahwa sebenarnya Shreyas merupakan tokoh penting dalam petualangannya dan mempunyai banyak rahasia.
---
Aku langsung menikmati Dharitri setelah membaca paragraf awalnya. Gaya bercerita yang asik dan luwes membuatku betah berlama-lama membaca novel ini. Meskipun pada versi yang ini, kertasnya lumayan tipis dan tintanya agak pudar, tetapi itu bukan masalah besar buatku. Sama sekali nggak mengurangi kesenanganku dalam membaca buku ini.

Begitu banyak narasi. Jujur, aku memang menikmatinya karena narasinya mengandung cerita dan pokok permasalahan yang secara runut diceritakan dengan gamblang. Dan aku kira memang bab-bab awal cenderung seperti ini, menceritakan secara jelas keadaan Dunia Baru dan situasi yang sedang dihadapi Aran, tetapi ternyata sampai seluruh isi buku pun, aku menemukan narasi memang dominan dalam buku ini.

Kalau narasinya tidak menyengangkan, pastinya aku bakal ngeluh deh :D meskipun aku juga ingin lebih banyak dialog di novel ini.

Alurnya lumayan lambar menurutku, tapi toh aku santai dan enjoy aja sih waktu baca petualangan Aran sampai jadi anggota Bala Karta. Yang bikin aku bilang alurnya lambat adalah aku bahkan nggak bisa menemukan konflik apa yang sebenarnya mereka hadapi. Seakan-akan novel ini hanya berisi petualangan Aran saja di Dharitri selepas kepergiannya dari Unit 41. Aku belum benar-benar menemukan inti cerita ini sampai pertengahan buku, terutama karena rahasia Shreyas masih ditutup rapat-rapat tanpa clue yang berarti.

Setelah melewati pertengahan buku, aku mulai menemukan konflik utamanya. Pemberontakan, penyalahgunaan Hibrida adalah konflik utama petualangan Aran dan tim Bala Karta, yang mana semuanya berhubungan dengan Shreyas. Plot twist cukup menyenangkan buatku dan aku sangat terhibur meskipun awalnya aku kira konflik akan berhubungan dengan Persatuan Unit. Aku sama sekali nggak menduga kalau masalah ini akan jadi konfliknya :D

Karakter Aran memang bakal jadi favoritku, tapi setelah dipikir-pikir lagi, aku merasakan perubahan yang sangat signifikan dengan Ranala yang dulu di Unit 41. Terlalu cepat kayaknya, tapi aku suka Aran yang sekarang :D

Shreyas bisa dibilang punya porsi benci dan cinta buatku. Aku kesel banget sama dia soalnya karakternya plin-plan ketika bagian Karlis dan saat dia menarik ulur Aran. Seakan-akan dia orang yang berbeda, tapi juga seakan-akan dia memang orang yang sifatnya tidak berpendirian teguh. Aku juga sebal karena alasan dia ingin menyingkirkan Aran itu nggak jelas banget. Tapi tetep aja aku baper karena loveline Aran-Shreyas :’)

Aku mau niup kapal Cakra-Aran supaya berlayar tapi nggak tahu kenapa, perasaanku aja atau karakter Cakra sengaja dibuat tidak menonjol (padahal dia itu Kapten Adhyastya Hibrida huhuhu), seakan-akan ngasih tau secara tersirat tapi menusuk: “Cakra bukan tokoh utamanya ih! Bukan! Tapi Shreyas. Jadi biarin aja Cakra jadi biasa aja.” Eheheheh :D

Terlepas dari para manusia itu......karakter (atau bukan) yang bikin aku jatuh cinta pertama kali adalah Lal! Jujur aku nangis baca endingnya. Lal-ku, eh, Lal-nya Aran deng T_T kenapa harus begitu huhuhu nggak mau terima tapi yasudahlah, Lal semoga baik-baik aja ya sayangku T_T

Endingnya seperti yang aku bilang, bikin aku nangis sih ngga rela, tapi puassssss. Overall, aku memang baru baca fantasi lokal sedikit sih tapi Dharitri ini sungguh luar biasa keren! Aku rekomendasikan novel ini ke siapa pun pecinta fantasi di Indonesia mwuehehehe nggak mengecewakan deh, serius :D

Dan serius juga pengen ada sekuelnya ;’) karena aku merasa masih ada masalah yang belum selesai pada Aran dan keluarganya di Unit 41, bagaimana pun juga aku penasaran:’) belum lagi Lal:’)
Qoutes:

“Untuk menjadi dirimu, di tempat yang menerimamu.” – Aran (hlm 374)
“Kadang lebih mudah membenci daripada menyukai, karena yang kedua selalu berujung pada pengharapan, dan tidak semua harapan mewujud nyata.” – Shreyas (hlm 374)

[RESENSI] Kersik Luai by LM Cendana

IG: @arthms12



Judul: Kersik Luai
Penulis: LM Cendana
Editor: Nurti Lestari
Layouter: Harumi OL
Cover: LM Cendana
Penerbit: Histeria (2017)
Jumlah halaman: 508 hlm

Blurb:
Beberapa dekade selanjutnya. Tanah Air memasuki era dystopia yang telah dikuasai golongan oligarkis. Seorang manusia buatan, Btari, yang dinyatakan sebagai kloningan gagal hendak dibuang menuju plosok negeri untuk dijadikan budak. Di tengah perjalanan, helikopter yang ditumpanginya ditembak jatuh di Laut Jawa. Di pesisir pantai, ia ditemukan oleh seorang revolusioner, Nagara, yang mengajarkannya banyak hal. Kemanusiaan, nasionalisme, dan cinta.

---

Seperti kata blurb, Btari (dibaca Bidari) adalah cewek hasil rekayasa genetika yang hendak dibuang karena ada masalah dengan jantungnya. Di Waluku, tempat para oligarkis berkuasa, memang diadakan pemeriksaan kesehatan bagi setiap orang. Manusia normal kalau sakit cuma disuruh karantina aja terus dipulangin, kalau manusia kloning, cacat sedikit harus dibuang. Menarik kan?

Btari ditemukan oleh Nagara, seorang revolusioner muda. Selama tinggal di rumah Nagara, Btari banyak mendapatkan hal-hal yang tidak diketahuinya sebagai orang borjuis yang tinggal di Waluku. Di novel ini, banyak sekali bercerita tentang budaya Indonesia. Selama perjalanan mengenal jati diri Indonesia bersama Nagara itulah, benih-benih cinta di hati Btari muncul untuk laki-laki itu.

Ketika aksinya dalam gerakan revolusi terciduk oleh Presiden Andromeda, pemimpin Waluku, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan Nagara selain kabur. Btari, tentu saja mengikutinya. Selama pelarian itu, Btari melihat langsung bagaimana kaum Oligarkis penduduk Waluku memperlakukan orang-orang sebangsanya yang dianggap bodoh dan dijuluki proletar dengan semena-mena, jiwa patriotisme Btari terbakar. Dia menyerukan demokrasi.

Pindah ke tempat lain, Btari akhirnya berhasil ditemukan oleh Bima, demi memperbaiki jantungnya yang rusak. Hanya saja, ada harga yang harus dibayar..

---

Kira-kiranya, aku kasih tau kalau resensi ini subjektif. Fantasi lokal memang jarang ya, makanya ketika mendapat kesempatan buat baca novel ini, aku seneng banget. Mulanya, aku memang nggak tau arti Kersik Luai, dan setelah tau artinya, kok aku lebih suka bahasa Indonesianya ya. Tapi yang jelas, aku baca buku ini karena blurbnya menjanjikan.

Gaya bahasa LM Cendana, aku sempet baca Klandestin sedikit di wattpad, dan jujur memang gaya bahasa penulis yang satu ini oke punya. Begitu pula saat aku memulai Kersik Luai, gaya bahasa penulis langsung menyihirku masuk ke dunianya. Deskripsinya begitu mendetail, runut, dan dijelaskan dengan santai.

Sayangnya ada sedikit masalah, aku kira font-nya terlalu kecil sementara spasi antar paragraf begitu renggang dan pembatas scene satu dengan yang lain terlalu besar. Itu aja sih.

Kedua, alur. Oke..sejak awal aku memang merasakan kalau alurnya lambat, tapi entah kenapa aku tetap menikmati bukunya. Selain karena interaksi Nagara dan Btari yang manis, aku suka cerita-cerita tentang sejarah di Indonesia yang mana ada juga yang belum aku tau. Contohnya cerita tentang Srikandi, lagu-lagu daerah, tarian dan sebagainya. Belum lagi karena narasinya yang detail dan panjang, membuatku jadi paham betul tentang tujuan penulis yang ingin mengenalkan budaya Indonesia.

Namun lama-lama, hal ini rupanya bermasalah buatku. Catat, buatku. Aku tipe yang terlalu nggak sabaran. Aku membaca dan membaca sambil bertanya-tanya, konflik utamanya mana? Memang sejak awal aku tau kalau Nagara seorang revolusioner dan di sana, di Waluku, Presiden Andromeda juga disebut-sebut tengah merencanakan sesuatu. Sayangnya, novel ini memakai sudut pandang orang pertama Btari, yang mana dia nggak tahu menahu soal ketegangan ini.

Aku mulai gemas, ingin cepat-cepat masuk ke konflik utama dan itu membuat alur lambat serta narasi yang panjang jadi melelahkan buatku. Karena aku percaya juga kalau novel ini bakal menyajikan sesuatu yang mengejutkan di akhir.

Tetapi aku harus bersabar karena justru novel ini masih terasa adem-ayem bahkan ketika nasib Nagara tinggal satu langkah lagi. Memang endingnya lumayan mencengangkan sampai-sampai aku pun sulit untuk tidak bertepuk tangan. KEREN. Pada titik itu, novel ini sungguh kerennya bertambah sepuluh kali lipat. Ditambah karena menuju akhir, tiba-tiba ada POV-1 Nagara.

Hanya saja, aku dibuat kecewa dengan eksekusi yang seperti ini. Plot twist memang bagus, tapi ternyata nggak ada lanjutannya. Aku kira setelah twist itu, bakal ada apa...gitu. Tapi nggak.
Novel ini seakan diakhiri begitu saja ((karena halamannya udah kepanjangan woey)). Endingnya... gantung. Aku belum membaca dengan jelas seperti apa gerakan revolusioner itu sendiri setelah ‘misi’ Nagara selesai. Belum ada yang menang. Bahkan Presiden Andromeda disebutkan berkata bahwa permainan baru saja dimulai.

Jadi..

Gini loh..

Selama 500an halaman yang aku baca...itu..apa.....

Well, aku memang suka bagaimana amanat yang coba disampaikan penulis, menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri kita. Aku mengakui memang ide ceritanya sangat sangat luar biasa. Tapi buatku rasanya keterlaluan jika 500 halaman ini aku tidak menemukan inti konfliknya. Setelah narasi panjang dan alur lambat yang sudah kutempuh, aku ingin kejelasan di akhir cerita, itu aja sih.
((Denger-denger, novel ini bakal ada sekuelnya. Gatau juga sih. Jadi mari kita nantikan))

Resensinya udah kepanjangan ya? Tapi aku belum cerita soal Nagara, tokoh utama cowok yang bener-bener berhasil mencuri perhatian, belum lagi karena sikapnya saat menghadapi Btari yang polos dan blak-blakan. Mereka itu otp banget deh! Sayangnya kurang aksi, yeah, kurang aksi revolusinya kecuali pas ending WKWK.

Nah, mungkin segitu aja cuap-cuapku soal novel Kersik Luai. High recommended karena aku suka bahasan di dalam novel ini yang penuh dengan kearifan lokal :D Tentunya bagi kalian yang sabaran (gak kayak aku), aku jamin novel ini bener-bener sempurna:’)

Oh ya, novel ini juga banyakkkk qoute yang bertebaran lohhh;’) aku cuma nulis beberapa nih ya:
“Kamu mungkin belum mengenal kami. Kami semua lahir dari ketakutan, kelemahan, dan penindasan.” – Anjani (hlm 315)
“Manusia memang sering lupa di mana ia memulai dan berakhir. Memang benar yang dikatakan Bung Karno. Perjuangan melawan penjajah asing lebih mudah daripada melawan bangsa sendiri.” – hlm 486
Kami belajar dari Datura Arboera yang tidak pernah mengeluh walau seumur hidupnya tak pernah mengenal langit. Ia tertunduk ramah memandang bumi meski dianugerahi keindahan tiada tara. Dan siapa sangka jikalau ia menyimpan racun mematikan di setiap jengkal tubuhnya yang tampak rapuh nan layu?” – Candrakanti (hlm 419)


Rabu, 08 Agustus 2018

[RESENSI] Mamimoma by Rosemary Kesauly



Judul: Mamimoma
Penulis: Rosemary Kesauly
Desain Sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (cetakan ketiga Juli 2018)
Jumlah halaman: 240 hlm
ISBN: 9786020387437

Blurb:
Empat cewek yang sama-sama sekolah di SMA Benedict I ini sekilas kelihatan bahagia, padahal mereka masing-masing menyimpan masalah.

Maggie anak orang kaya. Meski punya segalanya, dia benciiiii banget punya rambut keriting kaku yang nggak pernah bisa “jinak”. Dia jadi terobsesi menjadi cantik seperti cewek-cewek di majalah, sampai-sampai rela nyobain segala bentuk produk kecantikan.

Milly paling cantik di antara semuanya, tapi dia pincang. Hampir semua orang menatapnya dengan sorot mata mengejek. Tambahan lagi, dia hanya tinggal berdua sama kakeknya yang protektif banget. Jangan harap dia bisa jalan-jalan ke mal atau nongkrong bareng teman-temannya.

Molly cuek dan omongannya sering ketus. Lewat sifat kerasnya, Molly selalu berhasil menyembunyikan kesedihan karena punya mama yang hobi mabuk dan sering pulang pagi. Belakangan dia mulai ragu, apa benar mamanya pelacur seperti gosip miring para tetangga?

May gampang bosan dan seleranya suka berubah-ubah kalau naksir cowok. Hal itu bikin teman-temannya sering geregetan. Sekarang dia malah naksir Oscar, padahal kan Oscar playboy dan hobi nge-drugs.

Setelah saling mengenal lebih dalam, bisa nggak ya persahabatan mereka bertahan?

----

Kedua kalinya baca novel ini setelah bertahun-tahun, aku bener-bener lupa cerita dan alurnya dan sekarang baca lagi tuh nostalgia banget.

Dilihat dari blurb, kita pasti udah tau kalau novel ini bercerita tentang persahabatan. Memakai sudut pandang orang ketiga, isi bab-bab ini bergantian antara Maggie, Milly, Molly dan May. Hanya saja aku merasa porsi Maggie agak kurang di sini. Sebenarnya yang benar-benar mengalami hal-hal rumit hanya Milly, Molly dan May. Ide tentang rambut Maggie hanya hal umum yang hanya seperti pemanis saja, selebihnya Maggie biasa saja.

Alurnya dibuat maju dengan konflik keseharian mereka, lebih banyak tentang mencari jati diri, dan juga ada konflik tentang orangtua mereka. Meskipun bisa dibilang konflik yang dimuat cukup berat, namun Rosemary Kesauly meramunya dengan sederhana dan penyelesaian yang sederhana pula. Nggak banyak drama dan mengalir saja.

Menurutku, yang membuat novel ini unik adalah dengan kepribadian keempat tokoh utamanya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang menonjol. Maggie yang hidupnya sempurna namun rambut yang keriting menyulitkannya. Milly cantik tapi pincang. Molly tegas tapi ketus. Sementara May sosok cewek imut oriental yang plin-plan. Mereka bagai kombinasi sempurna yang saling melengkapi.

Meskipun mereka kadang kala berkonflik satu sama lain, tetapi mereka bisa menemukan cara untuk kembali bersama, terutama karena Milly jauh lebih dewasa dan berpikiran terbuka untuk menuntun teman-temannya yang lain.

“Kalau rasa yang kita tulus, kita nggak akan memilih siapa yang kita sayang. Apakah teman kita pincang atau keriting atau punya keluarga nggak jelas atau butuh waktu satu jam untuk memesan makanan, kita nggak peduli, karena kita sayang, karena siapa pun mereka, mereka tetap sahabat kita.” – Milly (hlm 127)
Ada pula sisi romansa yang diceritakan dan aku cukup suka dengan sosok Christopher Ray. Juga tokoh-tokoh pembantu lainnya seperti Astrid, kakak May. X-Ray kurang lebih menyatakan kalau zaman sekarang jarang menemukan persahabatan tulus, remaja cenderung memaksakan diri menjadi seperti orang lain hanya demi sebuah pertemanan. Menurutku ini sangat relate dengan pertemanan sekarang ini.

“Lagian, kamu nggak tahu betapa susahnya mencari teman di sini. Kita harus ‘sama’ dengan yang lain kalau nggak mau dikucilkan, dianggap nggak cool, dicap pengecut.” – X-Ray (hlm 165)
Gaya bahasa yang dipakai khas anak muda dan santai. Narasinya nggak memakai kata-kata baku, misalnya di novel ini narasinya memakai kata ‘nggak’ bukannya ‘tidak’, terus ada kata banget dan agak heboh dengan seruan yang panjang kayak: “MAMAAAA!!” pokoknya santai banget deh jadi nggak cepet bosan atau terlalu kaku. Aku rekomen novel ini bagi yang baru mulai suka baca buku. Novel ini asik banget dari segi gaya bahasa.

Karakter favoritku di sini adalah Molly. Entah mungkin karena dia relate sama aku kali ya, cuek dan ketus. Hehe.

“Kamu bakal selalu kaget dan kecewa kalau menilai orang dari penampilan.” – Molly (hlm 168)
“Aku ya aku. Kalau kamu nggak paham, ya itu masalahmu.” – Molly (hlm 171)
Aku sebenarnya merasa novel ini terlalu ringan padahal masih banyak yang bisa digali dan dibuat konflik lain seperti halnya masalah keluarga Milly yang sama sekali nggak muncul, tapi karena genrenya teenlit jadi sepertinya lebih pas begini.

Tapi... gereget aja gitu :D belum lagi soal Maggie dan Milly yang ikut lomba yang sama, aku kira bakal ada semacam ribut-ribut kecil yang biasa terjadi antar sahabat, tapi ternyata nggak, dan memang sikap dewasa Milly perlu dicontoh untuk menghindari konflik antar sahabat :D

“Asam klorida biasanya lebih memiliki efek merusak pada wadah tempat ia disimpan daripada objek tempat ia dituang. Seperti itulah efek kebencian pada hati. Kebencian hanya akan lebih meyakiti dan merusak hati kita daripada orang yang kita benci.” – Milly (hlm 190)
Sedikit banyak, novel ini lebih memberitahu kepada pembaca tentang pencarian jati diri dan juga persahabatan. Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, tentu dengan kehadiran sahabat dan upaya saling pengertian akan mengurangi beban itu sendiri. Nggak perlu takut merasa sendirian, karena Mamimoma memberitahu bahwa sahabat akan selalu ada, akan selalu menerima apa adanya.
Berbagai konflik yang diusung juga sangat relate dengan kehidupan sehari-hari dan memberikan makna yang kuat bagi remaja-remaja zaman sekarang.

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)