Jumat, 19 Oktober 2018

[RESENSI] Once and For All by Sarah Dessen

IG: @arthms12

Judul; Once and For All (Sekali untuk Selamanya)
Penulis: Sarah Dessen
Alih Bahasa: Mery Riansyah
Editor: Dion Rahman
Penata Letak: Divia Permatasari
Penerbit: Elex Media Komputindo (2018)
Jumlah halaman: 364 hlm
ISBN: 978-602-04-8000-8

Blurb:

Louna, putri perencana pernikahan terkenal Natalie Barrett, telah melihat setiap jenis pernikahan. Di pantai, di rumah mewah bersejarah, di hotel, dan klub mahal. Mungkin, itulah sebabnya dia memandang sinis sebuah akhir kisah bahagia selamanya, terutama sejak cinta pertamanya berakhir tragis.

Saat Louna bertemu dengan Ambrose Little, si –cowok-penuh-pesona dalam sebuah acara pernikahan, dia membentangkan jarak dengan cowok yang tidak mungkin masuk daftar kencannya tersebut.

Namun, Ambrose tidak berkecil hati atas penolakan Louna. Cowok itu selalu punya cara brilian yang juga menakjubkan untuk memenangkan hati gadis yang benar-benar diinginkannya.
Setelah kejadian pada malam di toko satu dolar, apakah Louna masih berpikir tidak ada akhir yang bahagia dalam kisah cintanya?

----

Kisah bermula saat Louna harus menenangkan calon pengantin yang mendadak gelisah. Deborah, namanya, bertanya apakah Louna percaya pada cinta sejati?
Tentu saja tidak. Tapi dia tidak menjawab.
“Semoga beruntung. Semoga kalian selalu punya jawaban untuk pertanyaan penting satu sama lain.” – hlm 9
Lalu pernikahan selanjutnya adalah pernikahan milik Eve Little. Di sana, dia terpaksa menyeret anak lelaki Eve Little yang desersi dari acara. Dialah Ambrose Little, sedang tebar pesona kepada seorang gadis.

Bermula dari sanalah, Ambrose merasakan benih cinta itu, yang tumbuh secara tiba-tiba untuk Louna. Tapi gadis itu, yang mempunyai kisah suram tentang cinta, menolak mengakui bahwa dirinya juga tertarik kepada Ambrose hanya karena lelaki itu senang berkencan dengan siapa saja dalam waktu yang singkat.

Pernikahan selanjutnya adalah Bee Little, kakak dari Ambrose. Demi membuat Bee tenang menghadapi pernikahannya yang juga diurusi oleh Natalie Barrett, Natalie membuat Ambrose bekerja padanya. Itu artinya, dia akan bekerja dengan Louna.

Jilly, teman Louna yang sangat berharap Louna bisa sembuh dari lukanya dan kembali membuka hati, tidak berhenti mengenalkan gadis itu ke beberapa cowok, namun tidak ada yang berjalan dengan lancar. Sampai akhirnya Ambrose mengejeknya, Louna balas mengejek, lalu berlanjut dengan taruhan.

Ambrose ditantang untuk berkencan dengan satu cewek saja selama 7 minggu sementara Louna harus banyak berkencan dengan cowok-cowok yang berbeda selama 7 minggu pula. Yang menang, bebas memilih siapa pun untuk jadi pacar selanjutnya bagi yang kalah. Siapa yang akan menang?

Kisah yang cukup unik buatku, bertemakan Wedding Planner, sedikit banyak memberiku pengetahuan soal bagaimana proses dari perencanaan pernikahan. Awalnya aku kira novel ini adalah novel dengan karakter tokoh dewasa, namun ternyata novel ini adalah novel remaja, young-adult lah!
Aku suka kovernya yang cantik, dan agak sedikit serius makanya aku pikir ini novel dewasa, tapi jujur aku lebih suka kover versi aslinya XD

Pertama kalinya membaca novel Sarah Dessen dan di halaman pertama aku langsung jatuh cinta sama novel ini. Dimulai dari pertanyaan yang membuat aku langsung mengenal Louna dan memahami posisinya. Gaya bahasa yang mengalir dan enak untuk diikuti, santai dan manis, terjemahannya pun enak.

Aku sempat berpikir juga novel ini akan penuh drama anak muda atau gaya hidup ala barat yang terkesan liar namun di sini aku tidak menemukan itu dan aku sukaaa. Memakai sudut pandang Louna yang merupakan anak baik-baik dan sibuk membantu ibunya menjadi wedding planner, aku suka setting ini.

Konfliknya bisa dibilang cukup sendu karena Louna kehilangan mantan pacarnya yang sempurna itu secara tragis dan itu memengaruhi sikap dan pandangannya saat ini. Dengan alur maju mundur, novel ini mengajakku kembali ke masa lalu di mana Louna masih berbahagia dengan Ethan sekaligus suram di masa sekarang.

Di situlah karakter Ambrose tepat berada pada tempatnya. Dia tertarik pada Louna dalam satu pandangan. Namun gadis itu banyak menolaknya. Ambrose adalah tipe cowok yang mudah penasaran dengan wanita, tapi Louna membuat segalanya menjadi dua kali lebih sulit bagi Ambrose.
Tingkahnya yang tidak tertebak, selalu tebar pesona dan penuh ide-ide jahil membuat karakter Ambrose menjadi lovable menurutku, dia iseng dan sarat akan kejutan, Ambrose bagai pelangi di kisah hidup Louna yang datar dan muram.

“Aku semacam mirip enigma. Misterius, sulit ditebak.” – Ambrose (hlm 80)
Aku suka bagaimana Ambrose memberi tantangan itu kepada Louna, yakin bahwa dia akan menang. Karena semua orang tahu, Jilly tahu, William (rekan kerja Natalie) pun tahu, kalau Ambrose memenangkan taruhan ini, dia akan membuat dirinya sendiri menjadi pacar Louna yang selanjutnya.

Louna, yang menurutku sedikit kurang peka ini tidak sadar bahwa dia selalu gagal mencoba berkencan dengan seorang cowok, namun selalu bisa mengatasi Ambrose seajaib apa pun tingkahnya.
Aku sangat suka interaksi keduanya yang menggemaskan. Ambrose selalu punya cara untuk ‘mengganggu’ Louna. Tapi satu hal yang Ambrose nggak tahu, yaitu masa lalu Louna dan Ethan.

“Aku tidak mau menghancurkan keyakinanmu, tapi hanya karena kau membuat banyak permohonan bukan berarti kesempatan itu dikabulkan akan semakin meningkat.” – Louna to Ambrose (hlm 241)
Louna adalah gadis yang murung sekaligus mudah untuk dicintai. Dalam narasi-narasinya, dia mengajak pembaca untuk berpikir bahwa dia baik-baik saja, dia hanya belum bisa menemukan cinta yang selanjutnya karena masih terbayang Ethan dan bagaimana hubungan mereka berakhir.
“Terkadang melupakan sama buruknya dengan mengingat.” – hlm 113
“Kita berhenti memercayai harapan ketika satu-satunya yang kau inginkan tidak terkabulkan.” – hlm 242
Well, aku suka kisah remaja ini, manissss dan sendu sekaligus, kemistri antara kedua tokoh yang kuat, feel cerita yang sangat dapet. Ceritanya yang heartwarming dan sekaligus membuat kita bakal percaya dengan yang namanya cinta sejati meskipun setiap cerita tidak harus happy ending.
“Kita tidak bisa mengukur cinta dari waktu yang dihabiskan bersama, tapi dari betapa bermaknanya momen-momen tersebut.” – hlm 118
p.s ada satu rasa penasaran soal Phone Lady yang mendadak bikin merinding di bagian akhir namun sayangnya nggak ada penjelasannya:’)

“Hidup membentuk seseorang dalam cara-cara yang unik. Tidak ada yang dapat benar-benar mengerti bagaimana masing-masing kejadian pada masa tahun lalu –berat dan ringan– telah mengasahku menjadi diriku sekarang, tajam di beberapa tempat, lebih kapalan dai tempat-tempat yang lain. Aku bukan monster. Belum.” – hlm 139
“Seluruh hal tentang jatuh cinta, sangat romantis, hal penting. Kapan kau mendapatkan itu?” – hlm 275
“Isn’t that the way everything begins? A night, a love, a once and for all.”[]

Senin, 15 Oktober 2018

[RESENSI] Ready Player One by Ernest Cline

instagram: @Arthms12

Judul: Ready Player One
Penulis: Ernest Cline
Penerjemah: Hetih Rusli
Penyunting: Raya Fitrah
Penyelaras Aksara: Muthia Esfand
Desain Sampul: Sukutangan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (Maret 2018)
Jumlah halaman: 544 hlm.
ISBN: 9786020382777

Blurb:

Pada tahun 2045, realitas adalah tempat yang buruk. Wade Watts hanya merasa sepenuhnya hidup saat masuk ke dunia utopia virtual yang dikenal sebagai OASIS.

Wade membaktikan hidupnya untuk mempelajari teka-teki tersembunyi dalm dunia virtual tersebut. Teka-teki yang berasal dari James Halliday, sang pencipta OASIS, tempat Halliday menyembunyikan harta peninggalannya yang paling berharga dalam obsesinya terhadap budaya pop dan permainan video tahun 1980-an.

Saat Wade menemukan petunjuk pertama, seluruh dunia mengejarnya, karena banyak orang yang rela membunuh demi menemukan rahasia tempat Halliday menyembunyikan hartanya. Dan sejak itu dimulailah perburuan yang sesungguhnya.

Bagi Wade, ini bukan sekadar perburuan, tapi bagaimana dia bisa menyelamatkan dunia virtual tempatnya berlindung, dan pada saat yang sama berusaha menyelamatkan orang-orang yang dicintainya di dunia nyata. Satu-satunya cara bagi Wade untuk bisa melakukan adalah dengan memenangi perburuan itu.

---

Kita mulai dari menjelaskan apa itu OASIS (versi mudah dan pendeknya yak). OASIS adalah dunia virtual ciptaan James Halliday. Di sana semacam suatu galaksi lagi, banyak planet-planet dan terbagi beberapa sektor, di setiap planet pokoknya kita bisa melakukan apa pun yang kita mau sesuai dengan minat dan bakat. (lah).

Peralatannya hanya butuh komputer, sarung tangan dan visor semacam kacamata gitu kayak disampulnya. Terus tinggal login, masuk deh ke OASIS. Di sana juga kita pake avatar yang bebas dimodifikasi sesuka hati.

Bukan lagi sebatas game yang ngumpulin poin atau benda-benda senjata buat naikin level avatar, OASIS sekarang menjadi gaya hidup. Banyak orang yang menghabiskan sisa waktunya di OASIS. Bahkan sampai sekolah pun bisa di OASIS. Keren banget ya? Mau sekolah cukup login aja nggak repot-repot pergi ke sekolah XD

Salah satunya Wade Watts. Bosan karena jadi pecundang yang nggak pernah punya teman dan suka dibully, Wade pindah ke sekolah ke OASIS. Di dunia virtual itu, Wade bukan lagi pecundang, dia merasa bebas dan nyaman menjadi dirinya sendiri dengan nama avatar Parzival.

Dia punya sahabat di OASIS bernama Aech, avatarnya seorang cowok tinggi dan menurut bayanganku sih, gagah gitu, jago bertarung juga. Parzival juga punya idola, seorang bloger cewek yang bawel dan sama jagonya bernama Art3mis.

Lalu, konflik dimulai saat Parzival menemukan berhasil menemukan satu kunci dari tiga yang disembunyikan Halliday untuk menemukan easter-egg atau tempat yang menyimpan seluruh harta kekayaannya setelah meninggal.

Easter-egg menjadi perburuan yang diincar semua pengguna OASIS, bahkan butuh lima tahun bagi Parzival untuk menemukan letak kunci itu.

Jujur pertama kali aku baca halaman pertamanya aja, aku langsung jatuh cinta sama gaya bercerita Ernest Cline yang elegan tapi asik. Belum lagi prolognya yang langsung bikin penasaran.
Menurutku, world buildingnya juga bagus banget, novel ini bener-bener dilengkapi detail yang rinci jadi nggak bikin bingung. Meskipun yeah, aku cukup gereget sama deskripsi sepanjang jalan kenangan ini karena menurutku bikin alurnya jadi lambat, belum lagi, kadang memang ada kejadian-kejadian yang nggak begitu penting.

500++ halaman ini bikin aku kenyang dengan memuaskan pokoknya! Aku tetap menikmatinya meskipun narasi deskripsinya banyak XD

Konfliknya juga keren banget, aku nggak punya kata-kata lain selain keren. Perburuan untuk memperebutkan harta Halliday di dunia virtual. Apakah akan jatuh ke tangan yang tepat ataukah jatuh ke tangan musuh, perusahaan bernama IOI yang menginginkan OASIS menjadi dunia virtual yang mengerikan?

Parzival, Aech, Art3mis dan sahabat baru dari Jepang bernama Shoto melawan Sorrento dari IOI dan puluhan pemburu (gunter) dari IOI yang disebut sixer. Mereka sama-sama menjadi sepuluh teratas papan skor yang berhasil menemukan kunci dan gerbang-gerbang menuju easter-egg. Masalahnya,
IOI melakukannya dengan cara curang.

Disamping teka-teki membingungkan dari Halliday, novel ini juga terdapat konflik lain seperti IOI yang berusaha membunuh Parzival dan kawan-kawannya di dunia nyata. Menurutku konfliknya luar biasa pelik dan seru. Banyak kejutan-kejutan di dalamnya yang bikin aku semangattttt!

Belum lagi ada konflik asmara antara Parzival dan Art3mis yang bikin gemes. Aku suka interaksi keduanya. Karena mereka semua hanya pernah bertemu secara virtual di OASIS, aku sempat membayangkan jika salah satu dari mereka adalah pengkhianat...

Karakter, aku suka Parzival dan Art3mis. Seperti kebanyakan Hero, Parzival ini dibuat sekeren mungkin oleh Ernest Cline. Aku suka dia yang berani dan bodoh dalam mengambil risiko, ide-idenya yang genius dan selera humornya yang asik. Sempet heran kenapa dia nggak bisa punya temen di dunia nyata? Hm.

Art3mis tokoh heroin di sini, meskipun nggak terlalu tipe-favoritku-banget, Art juga keren kok. Selera humornya setingkat sama Parzival, aku suka cara mereka berinteraksi. Hanya saja karena POV-nya pakai POV Parzival, Art kurang dieksplor. Tapi aku tahu dia keren :D

Aech, ouw my man. Satu kata buat dia: syok. Aku syok padamu Aech XD

Overall, saking bersemangatnya aku mengikuti petualangan Parzival sampai dikejar-kejar IOI di dunia nyata trus harus ganti nama dari Wade jadi Bryce demi sembunyi....setelah semua ini..setelah semua rahasia-rahasia yang terungkap, dan begitu banyaknya detail yang harus diingat, kuputuskan AKU SUKA!

Novel ini begitu membara seperti api dan begitu rumit dan menegangkan dan mengejutkan pokoknya W.O.W :D

5 stars!!

“Bagian terburuk menjadi anak-anak adalah tak ada seorang pun yang memberitahu kebenaran tentang keadaanku. (...). Jadi aku menelan bulat-bulat segala omong kosong masa kegelapan yang mereka cekoki. Waktu pun berlalu. Aku bertambah umur, dan lambat laun aku menyadari bahwa nyaris semua orang membohongiku tentang segalanya sejak aku keluar dari rahim ibuku. (...) Hal ini membuatku jadi tidak mudah percaya di kemudian hari.” – hlm 28
“Ibuku sering memaksaku logout setiap malam karena aku tak pernah mau kembali ke dunia nyata. Karena dunia nyata tidak menyenangkan.” – hlm 32
“Aku sudah berjudi dengan keberuntunganku lebih daripada yang bisa dilakukan orang waras.” – hlm 405
“Sepanjang hidupku, aku selalu takut. Terus ketakutan sampai aku mengetahuinya menjelang ajal. Pada saat itulah aku sadar, seberapa pun menakutkan dan menyakitkan kenyataan itu, tapi hanya di sana satu-satunya tempat kau bisa menemukan kebahagiaan sejati. Karena kenyataan itu nyata. Kau mengerti?” – James Halliday (hlm 530)

Minggu, 30 September 2018

[RESENSI] Mortal Engines by Philip Reeve

IG: arthms12


Judul: Mortal Engines (Mesin-Mesin Manusia)
Penulis: Philip Reeve
Penerjemah: Nuraini Mastura
Penyunting: Yuli Pritania
Penyelaras aksara: Ken Laksmi Satyaningtyas
Penata aksara: TBD
Penebit: Noura Publishing (Februari 2018)
Jumlah halaman: 388 hlm
ISBN: 978-602-385-309-0

Blurb:

Ini bukan lagi dunia yang kita kenal. Abad-abad telah berlalu, kota-kota kini melayang, digerakan mesin canggih, saling memakan satu sama lain agar bisa terus hidup. Negeri Luar, hamparan daratan yang tidak ditempati, adalah tempat berbahaya yang mengancam nyawa.

London pun tengah berburu. Menyantap kota kecil dan kabur dari kota pemangsa yang lebih besar. Dan, dalam kemeriahan tangkapan terbaru, terjadilah serangan terhadap sang pahlawan kota, Thaddeus Valentine.

Tom, seorang pemuda magang, yang mengidolakan Valentine –dan jatuh hati kepada anaknya, Katherine– langsung mengejar si tersangka, seorang gadis bermuka parut yang kabur dengan terjun dari London yang tengah melaju. Namun, saat Tom menanyai Valentine mengapa gadis bernama Hester Shaw itu ingin membunuhnya, Valentine menjawab dengan cara mendorong Tom hingga ikut terlempar menyusul gadis itu.

Kini, Tom terdampar di Negeri Luar bersama Hester Shaw yang sinis dan terluka parah. Mereka bekerja sama menemukan jalan kembali ke London untuk alasan yang jauh berbeda: Tom ingin kembali ke rumah, Hester ingin membunuh Valentine.

Yang belum mereka sadari, Negeri Luar akan menghajar mereka hingga babak belur sebelum mereka sampai di tujuan. Berhasilkan mereka bertahan?

---

Novel ini terbit pertama kali tahun 2001 versi aslinya, diterjemahkan tujuh belas tahun kemudian di Indonesia dan kabarnya filmnya akan tayang akhir tahun nanti. Seperti yang tertulis di blurb, novel ini bercerita tentang petualangan Tom dan Hester untuk kembali ke London. Saat diperjalanan, hal-hal menakutkan selalu mereka temui, dari dikejar oleh Manusia Mesin bernama Shrike yang ingin membunuh mereka sampai tak sengaja menaiki kota perompak.

Awalnya aku merasa novel ini akan begitu berat dan menjemukan, tapi ternyata cuma halaman pertamanya saja. Setelah itu, novel ini menurutku punya gaya bahasa yang ringan sehingga aku nggak perlu susah payah membacanya.

Belum lagi narasinya memang asik, jadi nggak bikin bosan dan malah bikin cepet bacanya. Aku sempat kaget karena ternyata konflik langsung masuk di bab awal, aku kira akan ada semacam pendahuluan-pendahuluan gitulah biar chemistry ceritanya lebih ngena. Meskipun aku suka tipe novel yang langsung masuk ke konflik, tapi menurutku Mortal Engines kurang kencang ‘ikatan’nya.
Setting tempatnya pun agak membingungkan buatku, kota London sedang mengincar mangsa di tanah berburu, Laut Utara, entah di mana. Heu. Juga nama-nama kota Aksis (kota yang bergerak) lain juga nggak ada yang kukenal .___.

Konfliknya OKE. Yes, aku suka konfliknya yang seru ini. Di samping kedua tokoh utama Tom dan Hester yang berpetualangan untuk kembali ke London, di kota London itu sendiri ada tokoh yang sedang melakukan pengintaiannya sendiri. Dialah Katherine, putri Valentine yang menelusuri rahasia ayahnya sendiri yang sedang pergi atas perintah Walikota.

Menurutku, konflik utama novel ini dipegang oleh Katherine. Dialah yang mencari tahu kenapa Hester ingin membunuh ayahnya, menemukan rahasia-rahasia Crome (walikota London) atas Medusa dan memegang peran penting di akhir cerita. Justru petualangan Tom yang memang lebih seru, tapi tidak bersangkut paut secara penuh di konflik utama.

Sedikit kekurangan menurutku di novel ini tidak disebutkan asal mulai kenapa Bumi jadi berbahaya seperti kata blurb. Kenapa kota-kota harus bergerak terus padahal ada kota-kota yang masih diam di bumi.

Tokoh-tokohnya pun menurutku biasa saja kecuali Hester Shaw yang paling mencolok. Tom, sang tokoh utama menurutku agak ‘gemulai’(?) untuk ukuran cowok, entah pikiranku aja atau beneran HAHA. Katherine yang lugu namun berani. Dan tokoh-tokoh pembantu lainnya biasa. Namun Hester Shaw yang digambarkan sebagai sosok mengerikan, dengan gurat pedang dari dagu sampai dahi, garis bibir yang luka melebar ke pipi (cmiiw) dan hidung yang hancur justru lebih menarik perhatianku.

Aku suka petulangan Tom dan Hester yang seru, terutama saat bagian di mana Shrike, (seorang manusia yang telah mati tapi dibangkitkan dengan teknologi dan sekarang menjadi robot dengan otak manusia) menjelaskan tujuannya memburu Hester. Bikin merindinggggg.

Juga, disela-sela petualangan mereka ada humor-humor menyelip terutama dari Walikota Kota perampok yang mereka naiki. Selain itu, novel ini juga cukup memualkan karena makanan-makanan yang disebutkan serta keadaan di bagian perut kota London saat Katherine berusaha mengorek informasi ke seseorang bernama Pod.

Memang awalnya agak sulit membayangkan setiap detail kejadian di novel ini apalagi yang sudah menjelaskan soal kota-kota yang kelaparan, namun aku dibantu ketika melihat trailer filmnya yang keren banget huhu kalian bisa liat di sini. (sayangnya Hester di film malah jadi cantik heu:()

Overall, aku suka kisah ini, bener-bener tipeku karena mengandung banyak petualangan dan konfliknya juga seru! Tapi, ada sedikit rasa ganjal di hati, karena menurutku kisah ini kurang kuat ‘nyawa’nya, sesekali aku bersemangat, lalu biasa saja, gitu terus. Tapi endingnya sangat memuaskan. Kalau aku klop dengan ‘nyawa’ novel ini, pasti aku udah nangis sesenggukan, tapi justru aku malah senang dengan plot twistnya dan semangat saat menyelesaikan novel ini.

Kurang bernyawa bukan berarti aku nggak suka novelnya, hanya saja perasaanku jadi berbeda dan kurang menghayati aja, tapi..aku suka Mortal Engines! 4 stars.


Senin, 24 September 2018

[RESENSI] Warcross by Marie Lu

instagram; @arthms12



Judul: Warcross
Penulis: Marie Lu
Penerjemah: Nadya Andwiani
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Emi Kusmiati
Penerbit: Mizan Fantasi (Maret 2018)
Jumlah halaman: 472 hlm
ISBN: 978-602-6699-11-4

Blurb:

Warcross bukan sekadar permainan. Ini adalah gaya hidup.

Warcross adalah game yang tiba-tiba mengobsesi jutaan bahkan miliaran orang di dunia sejak sepuluh tahun lalu. Tak hanya sebagai katarsis untuk melupakan realita, bagi orang-orang tertentu Warcross adalah pengeruk keuntungan–besar-besaran.

Emika Chen meretas The International Warcross Championships dan aksinya itu membuat game mengalami malfungsi. Bukannya dipenjara, Emika malah ditawari menjadi mata-mata oleh Hideo Tanaka, sang pencipta Warcross. Tanaka ingin Emika menjadi bounty hunter, melacak pemain Warcross yang bertaruh secara ilegal. Tak disangka, penyelidikannya menguak sebuah plot jahat yang bisa menghancurkan tak hanya Warcross, tapi juga tatanan dunia.

---

Kisah fiksi ilmiah, di mana dunia game adalah tema novel ini. Game itu bernama Warcross, diciptakan oleh sosok miliader asal Jepang yang tampan dan genius, Hideo Tanaka. Warcross sendiri adalah permainan di mana dua tim saling bertarung untuk memperebutkan artefak masing-masing kelompok, tentunya secara virtual. Alat yang digunakan hanyalah sebuah kacamata yang mampu membuat sosok avatar kita masuk ke dalam dunia game dan bermain.

Lalu ada Emika, hidupnya yang kacau semenjak kematian ayahnya serta utang di mana-mana membuatnya terpaksa menjadi pemburu bayaran, dia menangkap penjahat judi ilegal Warcross yang tidak bisa ditangkap polisi karena terlalu sibuk. Karena terdesak, Emika terpaksa meretas Warcross saat pembukaan kejuaraan, demi mendapatkan item yang mahal untuk dijual secara ilegal.

Namun, dia ketahuan. Hideo Tanaka mengiriminya sebuah jet pribadi dan menjemputnya khusus untuk dibawa ke Jepang. Di sana, Emika ditawari menjadi pemburu bayaran bagi Hideo. Karena, ada seseorang yang misterius telah beberapa kali meretas dan mengacaukan Warcross. Tugas Emika adalah memburu orang itu. Salah satu cara agar misinya sukses adalah menjadi wildcard, calon pemain resmi yang akan direkrut oleh pemain resmi Warcross pada acara Wardraft.

Di sana ia bertemu dengan timnya, teman-temannya, berlatih dan mengikuti babak penyisihan sesuai ketentuan. Di samping kegiatan itu, ia juga harus memburu pelaku peretasan Warcross yang dijuluki Hideo sebagai Zero, bahkan sampai ke Dark World. (Kalau di dunia nyata, Dark World di novel ini semacam deep web, bagi yang belum tau, silakan searching apa itu deep web dan gimana keadaan di sana, 11 12 sama Dark World-nya Warcross)

Tetapi penyelidikannya malah berujung kepada plot twist yang cukup menegangkan.

---

Setelah membaca karya Marie Lu sebelumnya dan merasa kelam selama tiga buku, Warcross menyajikan cerita yang cukup cerah. Karakter Emika Chen menjadi narator cerita ini membuatku langsung jatuh cinta karena dia tipe cewek yang mandiri dan badass. Belum lagi penampilan fisiknya yang menurutku keren; rambut pelangi dan tato di sepanjang tangan kiri.

Gaya bahasa Marie Lu juga lumayan asik, menurutku, dia udah pas banget nulis narasi kelam macam TYE Series jadi ketika berubah tema ke yang menyenangkan kayak gini, aku kurang bisa merasakan gaya bercerita yang asiknya. Seharusnya bisa lebih asik lagi, gitu, heu.

Plotnya, well, aku memang suka ide ceritanya dan konfliknya tapi awal-awal cerita ini aku merasa idenya sangat fangirl-gimana-gitu. Karena ceritanya Emika ini fans-nya Hideo, tiba-tiba dijemput pake jet pribadi dan utang-utangnya dibayarin dan lain-lain yang bikin Emika berasa di dunia gemerlap tiba-tiba, aku merasakan ini memang mainstream, tapi lucu kok aku suka :D

Memang menyenangkan dan aku menikmati membaca novel ini, kejutan-kejutan kecil di dalam misi Emika juga seru, belum lagi tiap Hideo ada di dalam cerita, aku nggak bisa nggak terpesona sama sosoknya. Tapi seperti yang aku ingat di novel The Young Elites dan The Rose Society, pola Marie Lu adalah biasa-biasa di awal dan menuju akhir barulah kekerenan itu muncul.

Aksi-aksi Emika dan timnya ketika melawan tim lain di pertandingan Warcross final paling bisa mengeluarkan seluruh semangatku, ditambah lagi Zero yang muncul dan membuat suasana menjadi tegang, lalu jangan lupakan romansa Hideo dan Emika yang bikin baper XD

Satu hal yang paling aku keluhkan adalah narasinya yang terlalu banyak deskripsi. Aku yang tipe pembaca nggak sabaran ini kewalahan ketika membaca deskripsi yang banyak, antara nggak sabar sama bingung membayangkannya, karena Marie Lu emang khayalannya tinggi :’D

Setting novel ini adalah di Jepang! Yap, inilah salah satu faktor kenapa aku semangat banget! Marie Lu asal China, besar di Amerika dan menulis buku dengan latar dan tokoh utama orang Jepang *applause* meski Jepangnya nggak begitu kerasa banget ya, hiks, tetep aja aku excited banget >.< sensasinya beda aja gitu XD

Untuk karakter, paling menonjol pastilah Emika. Emika dan misinya. Sesekali Emika dan Hideo. Memang awal-awal Hideo agak jarang muncul, dan kalau muncul pun paling gitu gitu aja ngomongin kegeniusan dia dan misi Emika. Itu juga yang bikin aku agak kaget karena tau-tau Hideo udah naksir Emika. PDKT-nya nggak ada. Rada nggak srek sama perubahan perasaan Hideo ini tapi tetep aja pas baca momen mereka bikin baper ;’)

Sejujurnya OTP yang satu ini bener-bener tipeku bangettt! Emika Chen yang badass, hacker genius, supel dan cantik disandingkan dengan Hideo Tanaka yang dingin, necis, genius, kaya raya, pintar, misterius dan sinis ;’)

Overall, aku suka banget scifi yang satu ini. Penuh ketegangan dan romansa yang manis. Meski masih banyak kebingungan dan ngga paham sama istilah teknologi, tetapi aku tetap menikmati ceritanya. Plot-twist-nya yang cakep abissss. Keren. Novel ini keren banget!
Tapi, belajar dari pengalaman, aku nggak mau terlalu jatuh cinta sama buku-buku Marie Lu lagi karena takut akhirnya akan patah hati ;’)

Aku menunggu Wildcard diterjemahkan di Indonesia!

4.8 stars.

“Dia biasa berkata bahwa seharusnya aku mengenakan pakaian seolah-olah dunia adalah tempat yang lebih baik daripada yang sebenarnya.” – hlm 38
“Jika aku bisa memecahkan masalah-masalah ini, aku bisa mengendalikan sesuatu.” – hlm 55
“Kelihatannya aku menjadi senjata rahasia bagi lebih banyak orang daripada yang kusukai.” – hlm 172
“Mereka percaya setiap objek punya jiwa. Semakin kau memberinya cinta, semakin indah kelihatannya.” – hlm 323
“Dan, memangnya orang kebanyakan pandai memilih pemimpin mereka?” – Hideo (hlm 451)

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)