IG: arthms12 |
Judul: My Own Private Mr. Cool
Penulis: Indah Hanaco
Desain Sampul: Orkha Creative
Desain Isi; Nur Wulan Dari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)
Jumlah halaman: 261 hlm
ISBN: 978-602-03-9522-7
Blurb:
Bagi Heidy Theapila, latar belakang keluarga membuatnya tak
mudah menemukan pasangan sejiwa. Tapi, ceritanya berbeda dengan Mirza. Heidy
meyakini lelaki itu mencintainya dengan tulus. Namun, keyakinannya tumbang.
Pertemuan mereka bukan cuma karena campur tangan Allah, melainkan skenario rapi
yang berkaitan dengan materi.
Marah sekaligus patah hati, Heidy membatalkan rencana masa
depannya dan memilih kabur ke Italia. Langkahnya mungkin tak dewasa, tapi Heidy
butuh ruang untuk meninjau ulang semua rencana dalam hidupnya.
Lalu, Allah memberinya kejutan. Dalam pelayaran menyusuri
Venesia, Heidy bertemu raksasa bermata biru. Graeme MacLeod, si Mr. Cool, Pria
yang mencuri napasnya di pertemuan pertama mereka. Meski ketertarikan di antara
mereka begitu besar, Heidy tidak berniat menjalin asmara singkat. Graeme harus
dilupakan.
Ketika apa yang terjadi di Venesia tidak bisa tetap
ditinggal di Venesia, Heidy mulai goyah. Apalagi Graeme ternyata lelaki gigih
yang mengejarnya hingga ke Jakarta dan tak putus asa tatkala ditolak. Meski
akhirnya satu per satu rahasia kelam lelaki itu terbuka, Heidy justru kian
jatuh cinta.
Pertanyaannya, apakah cinta memang benar-benar mampu
menyatukan mereka?
------
Kisah bermula saat Heidy mendadak membatalkan pernikahannya
dengan Mirza karena suatu alasan. Dia memakai paket yang sudah dipesannya untuk
bulan madu menjadi liburan seorang diri ke Venesia.
Dia ingin menenangkan diri, kabur dari semua hal yang
menyesakkan di Jakarta. Lalu, dia bertemu raksasa bermata biru. Graeme MacLeod,
nama pria itu. Pria yang mengambil napasnya ketika pertama kali berpandangan.
Bukan hanya Heidy, ternyata Graeme merasakan hal yang sama pada gadis itu,
merasakan tubuhnya disengat sesuatu tak kasat mata ketika pandangan mereka
bertemu.
Pada suatu malam, Graeme, seorang lelaki yang dijuluki Mr.
Cool, memberanikan diri untuk berkenalan dengan Heidy. Untungnya, Heidy tipe
orang yang supel, membuat perkenalan keduanya tidak kaku. Meskipun jantung
keduanya tidak bisa berhenti berdetak terlalu cepat.
Mereka banyak menghabiskan waktu bersama di Venesia, berbagi
cerita, makan bersama, dan mengunjungi tempat-tempat di sana. Kebersamaan itu
membuat Graeme akhirnya menyadari bahwa perasaannya nyata. Dia menyatakan cinta
tepat ketika Heidy hendak pulang ke Jakarta, mengurusi segala masalah yang
ditinggalkannya.
Tentu saja pernyataan cinta itu ditolak oleh Heidy. Gadis
itu masih belum sembuh, masih belum bisa mempercayai cinta lagi, situasinya
kacau dan dia tidak ingin menjalin hubungan terutama dengan pria asing yang
baru dikenalnya.
Namun, penolakan Heidy tidak membuat Graeme gentar,
berjauhan dengan Heidy dan hanya mendengar suara gadis itu lewat telepon
membuatnya kian menyadari rasa cintanya. Graeme menekatkan diri, membawanya
terbang ke Jakarta hanya untuk meraih cinta Heidy.
-----
My Own Private Mr. Cool adalah novel pertama Kak Indah
Hanaco yang aku baca! Aku suka kovernya sampai-sampai aku nggak bisa berenti
bolak-balik mandang kovernya selagi baca XD
Sinopsisnya, memang kayaknya terlalu panjang padahal intinya
bisa dipersingkat. Dimulai dari prolog, aku udah langsung tertarik karena di
sana menyebutkan ‘kecacatan’ apa yang dimiliki Graeme.
Latar belakang kedua tokoh menjadi poin utama dari konflik
dalam novel ini, termasuk yang satu yang terunik dari keseluruhan ceritanya.
Heidy yang membatalkan pernikahan karena suatu alasan yang mencengangkan serta
ibunya yang tukang-ikut-campur padahal usianya sudah 29 tahun, sementara Graeme
yang merupakan mantan marinir, tertarik kepada Islam meski agamanya Kristen,
dan pernah kehilangan seseorang yang berarti baginya di medan perang.
Aku suka cara penulis mendeskripsikan segala sesuatu. Sangat
mendetail namun tidak menghilangkan keasyikan saat membacanya. Narasinya
mengalir dan mudah dimengerti, serta banyak pengetahuan baru yang berhubungan
tentang Venesia maupun hal-hal lain seperti kapal Vivaldi dan tentang makanan.
Membaca novel ini membuatku enjoy hingga tidak terasa aku
sudah hampir sampai di halaman terakhir.
Konflik yang diangkat sebenarnya cukup umum, bagaimana dua
orang yang patah hati, berusaha menyembuhkan diri dan bertemu satu sama lain
lalu saling jatuh cinta. Menurutku, hal-hal yang membangun konflik cukup heboh (seperti
masa lalu Graeme, agama, ibu Heidy yang bawel dan mantan yang mengejar-ngejar)
namun secara intinya, konflik ini tidak terlalu menegangkan. Hanya konflik
ringan tentang romansa yang menyentuh hati.
“Bahwa cara terbaik untuk menghindar dari kehilangan adalah tak pernah melakukan hal-hal impulsif demi memuaskan keinginan hati.” – hlm 97
Alur yang dipakai adalah alur maju-mundur. Flashback
menceritakan tentang Graeme dan masa lalunya di Fallujah, tempat yang sedang
berperang dan bagaimana dia mulai mengenal Islam. Selebihnya, alur yang
digunakan adalah maju. Setting novel ini berada di Venesia dan Jakarta lalu
sedikit London.
Tidak sulit untuk merasa bahwa cerita berlatar di Venesia
karena penulis melakukan riset yang hebat demi terbangunnya nuansa Venesia di
benak pembaca. Seperti yang kubilang, novel ini sangat detail.
Dari segi penokohan, aku memang tidak merasa ada yang begitu
istimewa. Heidy yang tipe ceria dan menyukai anak kecil, sementara Graeme yang
kaku dan rapuh sekaligus. Namun, latar belakang Graeme membuatku lebih tertarik
dan menjadikannya tokoh favoritku, terutama karena aku suka setiap dialog yang
dilontarkannya saat bersama Heidy.
“Kenapa kau menyukaiku?”
“Kalau aku tahu alasannya, aku sudah mencari obat penawarnya supaya sampai tidak separah ini.” – hlm 114
Selain romansa, novel ini berlatarkan agama Islam yang cukup
kentara. Karena baru pertama kali membaca novel berlatarkan agama seperti ini,
jujur aku cukup terkejut dan agak canggung saat membacanya. Aku terbiasa
membaca novel yang tidak menjelaskan suatu hal tentang agama, kalau pun ada
mungkin hanya sepintas.
“Tak masalah apakah kau memanggil-Nya dengan Allah, Tuhan, atau nama lain. Dia pemilik segala bahasa. Dia tahu maksudmu.” – hlm 44
Meskipun tidak mendalam, ciri kebiasaan umat Muslim di sini
digambarkan dengan jelas. Bukannya anti membaca suatu novel yang mengangkat
topik krusial, tapi aku lebih suka suatu novel netral saja karena memang genre
utamanya adalah romace contemporer.
Overall, aku menikmati membaca novel ini, ceritanya manis
dan menyentuh. Beberapa kali aku juga dibuat tertawa oleh humor celetukan yang
ada di dalam novel ini juga perasaan cinta yang besar di antara kedua tokoh
yang diceritakan dengan sangat baik. Kemistri kedua tokoh sangat terasa. Novel
ini memberi tahu kita bahwa, cinta memang bisa menyatukan dua anak manusia.
Namun, cinta saja tidak cukup. Ada sesuatu yang jauh lebih penting untuk
dipertimbangkan selain cinta.
Apakah itu? Temukan di novel My Own Private Mr. Cool!1! XD
“Pada akhirnya, aku percaya kalau orang baik tetaplah orang baik. Tak peduli agama yang dianut atau rasnya.” – hlm 34
“Bukankah lebih baik melakukan sesuatu meski akhirnya gagal dibanding jika dia hanya berdiam diri dan menyesali segalanya suatu ketika nanti?” – hlm 62
“Cintaku mahal, Heidy. Tidak ada yang bisa membayar perasaan sesakral itu.” – hlm 217
“Kurasa, berusaha mengenal seseorang itu butuh waku seumur hidup. Manusia selalu berubah. Juga punya kemampuan menyembunyikan banyak rahasia.” – hlm 240