Sabtu, 27 Juli 2019

[RESENSI] The Wrath and The Dawn by Renée Ahdieh (TwaTD #1)


Resensi The Wrath and The Dawn karya Renee Ahdieh

IG: @arthms12




Judul: The Wrath and The Dawn
Penulis: Renée Ahdieh
Penerjemah: Mustika
Penyunting: Katrine Gabby Kusuma
Penataletak dan Perancang Sampul: Deborah Amadis Mawa
Penerbit: POP Ice Cube (April, 2016)
Jumlah Halaman; 447 hlm.
ISBN: 978-602-6208-74-3

Blurb:

Khalid Ibnu al-Rashid, Khalif Khorasan yang berusia delapan belas tahun, adalah seorang monster. Dia menikahi perempuan muda setiap malam dan menjerat pengantin barunya dengan tali sutra saat fajar tiba. Ketika sahabatnya menjadi korban kezaliman Khalid, Shahrzad al-Khayzuran bersumpah akan menuntut balas. Gadis enam belas tahun itu mengajukan diri menjadi pengantin sang Khalif. Shahrzad tak hanya bertekad untuk bertahan hidup, tetapi juga bersumpah akan mengakhiri rezim sang raja bocah.

Malam demi malam, Shahrzad memperdaya Khalid, menceritakan kisah-kisah memikat yang membuatnya terus bertahan, meski tiap fajar bisa jadi merupakan saat terakhirnya melihat matahari terbit. Tetapi sesuatu yang tak terduga mulai terkuak: ternyata Khalid bukanlah sosok yang Shahrzad bayangkan. Sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seorang pembunuh berdarah dingin. Mata emasnya memancarkan kehangatan. Monster yang ingin dilawan Shahrzad itu tak lebih daripada pemuda dengan jiwa yang tersiksa.

Dan Shahrzad mulai jatuh hati kepadanya...

----





WARNIng: Anda akan membaca resensi dari seorang fangirl fanrom aka fantasy-romance XD
Khalid, ya sekarang tiap mendengar atau membaca nama itu aku akan selalu halu wkwk. Seorang remaja 18 tahun, cakep, jago pedang, raja di Khorasan, dingin cuek bebek, kikuk, tapi MANIS banget! Siapa yang tipe bookboyfriend-nya mirip Khalid? Kalau aku, Khalid adalah tipeku BANGET!

Lalu ada Shahrzad atau yang panggilan sayangnya Shazi (biar gampang), cewek 16 tahun, cantik, tomboy, keras kepala, jago PANAHAN!!, ambisius, dan cerdas. Lagi-lagi, Shazi ini tipe heroin favoritku.

Dan dua tipe favoritku jadi satu di novel ini! Kebayang nggak, secinta apa aku sama kisah ini? XD
Kisah berawal dari perpisahan Shazi dan ayahnya karena hari itu Shazi resmi menjadi istri sang Khalif (raja) Khorasan, Khalid. Malam pertama mereka berlangsung biasa saja, tanpa gairah dari keduanya, tapi demi menyelamatkan nyawanya sendiri dari jerat tali sutra, Shazi menawarkan kisah Agib si pencuri, lucunya, Khalid menyukai kisah itu, sampai dia lupa bahwa fajar telah datang.
Shazi selamat, begitu pula malam-malam selanjutnya.

Terlalu banyak menghabiskan waktu bersama, selayaknya kisah cinta pada umumnya, membuat keduanya yang tadinya saling bersikap dingin, mulai mencair. Ketika Jenderal dan para bawahan Khalid memaksa ingin membunuh Shazi, Khalid justru menyelamatkannya.

Shazi telah memutus rantai pembunuhan itu. Khalid peduli padanya dan lambat laun Shazi pun goyah dari niat awalnya membunuh sang Khalif. Namun, satu hal yang tetap menjadi penghalang rasa cinta Shazi, yaitu apa sebenarnya alasan dibalik pembunuhan-pembunuhan itu.

Dia sering memaksa Khalid bercerita, tapi Khalid menolak, mereka akhirnya sering bertengkar. Sementara itu, sahabat sekaligus cinta pertama Shazi, Tariq, tengah menghimpun bala bantuan demi menyelamatkan Shazi yang memasukan diri ke kandang singa itu, sekaligus menyusun rencana untuk menggulingkan pemerintahan Khalid.

Untuk konflik, aku memang sudah pernah membaca cerita yang mirip dengan konfliknya, bisa dibilang cukup klise, toh memang katanya ini terinspirasi dari kisah 1001 malam. Raja yang membunuh para pengantinnya dan tiba-tiba salah satunya membuat dia jatuh cinta dan bum rahasia terbongkar.

Tapi, sebagai bucin penikmat romance, sungguh aku sangatttt menyukai bagaimana penulis membuat cerita ini HUHU aku SUKA banget! Dibuat baper, seneng, sedih, degdegan, geregetan, segalaaaa macem deh! T_T

Kemistri antara Khalid dan Shazi bercampur dua sifat yang paling aku sukai itu sukses bikin aku jatuh cinta, dapet banget feelnya, humornya juga. Shazi yang mulutnya pedes dan Khalid yang kadang kikuk tapi kece HAHA.

Gaya bahasanya, astaga, ENAK BANGET, gatau emang Renee nulisnya enak atau emang penerjemahnya yang OKE ABIS. Saking enjoynya baca buku ini, aku bener-bener baca pelan-pelan demi meresapi setiap detailnya tapi justru nggak bikin novelnya lama abis, sebaliknya malah cepet. 

Sampe-sampe buku ini jadi satu-satunya yang aku baca di tahun 2018 dan bikin aku bilang “Kok udah abis lagi sih?? Kok cepet sihh??”

Settingnya ada di timur tengah kayaknya ya, novel ini ada PETANYA loh! Dan aku suka bangettt novel yang ada petanya :D nama daerah-daerahnya memang asing, ciptaan penulis sendiri sih kayaknya tapi berhubungan dengan timur tengah dan beberapa kali disebut daerah Yunani gitu.

Novel ini juga seimbang antara narasi dan dialognya, tapi meskipun emang kadang banyak narasi, yha gitu, aku nggak bosan sama sekali T_T entah kenapa tapi menurutku narasi yang dibuat Renee itu kayak sihir yang bisa bikin betah dan enjoy selama baca, apalagi doi ini bisa banget deh bikin kalimat-kalimat menohok ataupun yang manisnya kebangetan! >.<

Apalagi ya? Kekurangan? Jelas menurutku NGGAK ada sama sekali HAHA. Aku cinta mati cerita fantasy-romance meskipun di sini romance lebih dominan. Kelebihan? Sudah kusebutkan semua kayaknya, ditambah satu lagi, kovernya yang megah dan cantik banget menurutku.

Overall, ya Tuhan aku cinta banget sama buku ini. Aku suka kisah cintanya yang sanggup bikin baper (oh ya, perhatian ini untuk 17+ yaa), aku suka karakter-karakternya, aku suka gaya bahasanya, aku..akuu..pokoknya semua hal-hal yang aku inginkan ada di novel fanrom, semuanya ada di sini huhu gimana yha. 1000 stars for TWaTD!!!

Quote(s)

“Tanpa tingkat kesombongan tertentu, bagaimana mungkin seseorang mau mencoba sesuatu yang mustahil?” – Despina (hlm 48)
“Tidak ada yang tidak akan kulakukan untukmu. Tidak ada yang tidak akan kupertimbangkan jika itu berarti membuatmu aman. Bahkan dunia harus takut kepadaku kalau dia menghalangi kita.” – Tariq (hlm 304)
“Masa lalu bersama tidak memberikanmu masa depan, sahabatku.” – Omar (hlm 336)
“Kehilangan adalah kehilangan. Dan pelajaran yang dipetik selalu sama.” – Omar (hlm 337)
“Balas dendam tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang dariku.” – Khalid (hlm 384)
“Karena tidak ada apa pun, tidak matahari, tidak hujan, bahkan tidak pula bintang paling terang di langit gelap, yang mampu menandingi keistimewaan dirimu.” – Khalid (hlm 406)
“Aku mengerti betapa sulitnya menyerahkan hatimu ke tangan orang lain. Tapi, jika kau tidak melakukannya, bagaimana kau mampu benar-benar memahami seseorang?” – Shazi (hlm 410)



[RESENSI] The Hidden Oracle by Rick Riordan (Trials of Apollo #1)


Resensi The Hidden Oracle karya Rick Riordan

instagram: @arthms12


Judul: The Hidden Oracle
Penulis: Rick Riordan
Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Yuli Pritania
Penata aksara: twistedbydesign
Penerbit: Mizan Fantasi (cetakan ke-4: November 2017)
Jumlah halaman: 458 hlm.
ISBN: 978-602-385-230-7

Blurb:

Apollo tidak pernah merasa seterhina ini selama empat ribu tahun kehidupannya!
Semua orang mengenalnya sebagai dewa paling tampan, paling berbakat, dan paling populer. Namun, kini wujudnya yang mengagumkan berubah menjadi sesosok remaja culun berambut keriting, dengan muka berjerawat dan perut menggelambir bernama Lester Papadopoulos!

Sang Dewa Musik tidak lagi memiliki satu kekuatan dewata pun dan tanpa sengaja malah membuat dirinya terikat menjadi pesuruh seorang demigod remaja bernama Meg.

Siapa yang membuat Apollo dikutuk menjadi manusia fana dan berakhir di dalam salah satu tong sampah di New York? Apa yag harus dia lakukan demi mendapatkan kembali wujud dewatanya dan pulang ke Olympus?

----

Finallyyyyy setelah sekian lama nggak baca buku Om Rick XD yang kurasakan ketika memulai baca novel ini adalahhhhh kangeeeen! Aku kangen Camp Half-blood, kangen orang-orangnya dan kangen petualangannya.

Seperti yang bisa diketahui aku penggemar ‘berat’ tulisan Om Rick jadi...mon maap apabila nantinya resensi ini tidak berisi kekurangan HAHA nggak deng.

Cerita ini dibuka dengan Apollo yang terjatuh dari langit, terdampar di tong sampah, dipalak, diselamatkan oleh Meg, cewek nyentrik yang berambut pendek, lalu Apollo terpaksa menjadi pelayannya karena Meg adalah seorang demigod (meski orangtuanya belum diketahui). Yah, salah Apollo juga sih kenapa mulut nggak bisa dijaga, jadi Meg menobatkannya jadi pesuruhnya WKWK.

Mereka lalu pergi ke rumah Percy. YHA salam. Percy. Aku nggak bisa nahan senyam-senyum pas scene ini, ada Percy dan Sally dan oh oh..Sally lagi hamil huhuhu Percy bakalan punya adek! Dari sana Percy mengantar mereka ke CHB, dan taulah ya gayanya Om Rick, (((tidak semudah itu Pulgosso, said uncle Rick.)))) jadi mereka dihadang roh.





Oh oh di CHB pun lagi ada masalah. Pekemah yang hilang dan tentunya oracle delphi yang biasanya merasuki Rachel nggak bekerja, disebabkan oleh Pithon (penunggu Oracle Delphi yang asli di Yunani) lepas dari Tartarus saat perang the seven di series HoO. Dia kembali menunggui gua itu makanya Delphi nggak bisa kerja :’)

Kalau Delphi nggak bisa kerja, otomatis ramalan nggak berjalan, kalau ramalan nggak jalan, otomatis tidak ada yang bisa dilakukan para pekemah :’) karena mereka harus menjalankan misi berdasarkan ramalan.

Cuma Apollo yang bisa mengembalikan ini semuaaa. Dia yang bertanggung jawab melepaskan Delphi dari Pithon. Sayang beribu sayang (tidak semudah itu Apollo) ternyata Pithon pun dikuasai oleh musuh. Musuh seluruh orang baik yang pernah ada di buku 1-10 seri PJO dan HoO.

Yha gitulah ya HAHA aku speechless gimana om Rick menyusun konflik ini..benar-benar cerdas. Rick mampu membuat musuh berdasarkan fakta-fakta yang belum terungkap di buku-bukunya terdahulu. Kebayang nggak sih? Rick nulis The Sea of Monsters tahun 200x dan sekarang musuh tersembunyi di buku itu keluar sebagai musuh nyata di The Hidden Oracle bertahun-tahun kemudian??? Wth man.... this is why I really love his books omg.

Mulai dari mana? Alur ya? Cepet. Maksudnya, dalam artian baik. Nggak bertele-tele dan banyak aksi-aksi wkwk banyak petualangan. Suka (1). Narasi? Yang udah baca semua novel Om Rick nggak usah meragukan gimana gaya menulis Om yang satu ini, imbang antara narasi dan dialognya, menyenangkan, ringan dan mengalir, HUMORnya yang pasti selalu khas tak terlupakan :’D Suka (2) terlebih karena aku punya The Lightning Thief versi Indo dan Inggris, aku sekarang tau kalau penerjemahnya berperan banyak bikin cerita ini enak dibaca :’)

Good job translator and editor ;)))

Konfliknya selalu seru, pasti seru, pasti menegangkan, pasti merambt kemana-mana, fakta-fakta baru dan jangan lupakan twist HAHA om Rick punya semua yang aku butuhkan di dalam kisah fiksi :’) Suka (3)

Sayang beribu sayangggg, ada satu hal yang menurutku kurang srek. Dan itu adalah...tokoh utamanya sendiri. Apollo. Well, jujur nih ya jujurrr dari awal sampai akhir aku belum bisa benar-benar menyatu/mendapatkan kemistri/iba/mendukung/mencintai dan menyayangi/apalah itu Apollo dengan benar.

Di mata pikiranku, dia dewa. Dalam wujud manusia? it’s so weird, karena dia juga bertingkah seperti dewa dalam narasi dan pikiran-pikirannya. Apollo juga annoying, menurutku, songong, kadang celetukannya bikin ketawa, tapi kadang bikin ‘apasih’.

Pokoknya aku belum bisa mencintai Lester Papadopoulos. Begitu juga Meg. Kenapa yha. Aku juga nggak paham. Meg lucu sih, orangnya cuek tapi konyol. Tapi ya gitu, belum bisa sepenuhnya memahaminya. Lalu orang-orang baru di CHB, (kayaknya sih, mungkin aku lupa? Tapi beneran nggak pernah denger nama-nama mereka sih), nggak ada yang kukenal kecuali Chiron, well
Solangelo di siniiiiiii and it was thrilled me (: trus ada Rachel. Udah. Bahkan Pak D nggak ada!

Agak terobati Percy ada sebagai cameo, juga guest star yang ditunggu jutaan tahun akhirnya pulang lagi dan ini di endingnya sih tapi tetep bikin nyesek dengan kerinduan yang dalam, dan tamu istimewa ini bakal jadi tokoh pendamping Apollo di buku kedua ayeeee! XD SUKA (4)

Entah kenapa aku lebih mampu merasakan kenyesekan ketika nama-nama the seven disebut. Aku udah terlalu jatuh cinta sama mereka bertujuh jadi sulit move-on dan ketika nama mereka cuma disebut aja beuh bapernya.

Overall, aku nggak mungkin nggak jatuh cinta sama tulisan Rick. Meskipun agak kecewa sama Apollo dan itu mengurangi kegiatan ‘menjiwaiku’ atas novel-novel Rick yang biasanya nggak pernah kulewatkan. Aku tetap kasih 5 bintang terutama twist dan si guest star ituloh ;)

Anywayyy, maaf resensi kali ini sangat jauh dari formal dan sesuka-sukanya aku, gajelas atau whatever you say it. Because I’m happy! Happy to finally read Riordan’s book again :D

Uh ya, satu hal lagi, aku nggak terlalu memikirkan soal quote di sini soalnya semua narasi Rick enak sih quotable jadi aku nggak...nyatet...kan ya. Tapi aku suka yang ini:

“Olahaga semata-mata merupakan pengingat memilukan bahwa kita bukan dewa.” – hlm 163



[RESENSI] An Ember In The Ashes by Sabaa Tahir


Resensi An Ember In The Ashes karya Sabaa Tahir

instagram: @arthms12


Judul: An Ember In The Ashes (An Ember In The Ashes #1)
Penulis: Sabaa Tahir
Penerjemah: Yudith Listiandri
Pemeriksa Bahasa: Brigida Ruri
Penyunting: Mery Riansyah
Proofreader: Titish A.K
Design Cover: Aufa Aqil Ghani
Penerbit: Spring (November 2016)
Jumlah halaman: 520 hlm.
ISBN: 978-602-74322-8-4

Blurb:

Laia seorang budak, Elias seorang prajurit. Keduanya bukan orang merdeka.
Saat kakak laki-laki Laia ditahan dengan tuduhan pemberontakan, Laia harus mengambil keputusan. Dia rela menjadi menjadi mata-mata Komandan Blackcliff, kepala sekolah militer terbaik di Imperium, demi mendapatkan bantuan untuk membebaskan kakaknya. Di sana, dia bertemu dengan seorang prajurit elite bernama Elias.

Elias membenci militer dan ibunya, sang Komandan yang brutal. Pemuda ini berencana untuk melarikan diri dari Blackcliff, menanggung risiko dicambuk sampai mati jika ketahuan. Dia hanya ingin bebas.

Elias dan Laia. Keduanya akan segera menyadari bahwa nasib mereka akan saling silang, dan keputusan-keputusan mereka akan menentukan nasib Imperium dan bangsa mereka.

----

I fell in love with this book at the first sight. Aku suka judulnya yang menurutku keren, kovernya jugaaa, dan sinopsisnya yang menjanjikan. Terlebih, fantasi adalah genre nomor satuku. Butuh ‘perjuangan’ HAHA buat ngedapetin novel ini dan akhirnya dia mendarat juga di tanganku ;)

Nah, cerita di mulai dengan prolog penculikan Darin aka kakak Laia, dan Laia yang saat itu memilih untuk kabur hanya karena kakaknya memintanya begitu. Dia terlalu panik, dan aku paham posisinya, jadi dia pergi.

Lalu Laia mencari kelompok Resistance, kelompok pemberontak yang diyakini sebagai alasan penangkapan Darin. Dia menemukannya, meskipun awalnya kelompok itu menolak, namun akhirnya Laia mengungkap jati dirinya, dan kelompok itu mau membantu juga. Tapi dengan satu syarat: Laia menyusup ke kediaman sang Komandan, wanita terbengis di Imperium dan menjadi budaknya untuk mendapatkan informasi tentang Ujian pemilihan Kaisar baru.

Infomasi ditukar dengan penyelamatan kakaknya. Laia be like: why not? Dia cuma terancam dicungkil matanya kok, asalkan Darin selamat.

Gambaran garis besar latar novel ini: sebuah negara, Imperium, awalnya diduduki bangsa Scholar yang berjaya, namun bangsa Martial merenggutnya, menjadikan bangsa Scholar budak, tawanan, dan bla bla. Bangsa Martial memiliki Kaisar, mendirikan sekolah Blackliff, semacam sekolah militer, ada tingkatan, paling atas namanya Skull dan jika sudah lulus dari Skull, mereka resmi jadi anggota pasukan Mask. Para anggoata militer memakai topeng (baja? Besi? Atau?) yang bisa menyatu dengan wajah mereka. Hiii.

Kedua ada Elias. Muak dengan ibunya, dengan Martial, Imperium, militer, dan bla bla. Berniat melarikan diri supaya bisa bebas dari semua itu saat hari kelulusannya dari Skull. Mumpung topengnya belum menyatu dengannya (yang membuat dia banyak dibully sebagai pemberontak) padahal teman-temannya yang lain udah pada nyatu.

Tapi gagal.

Soalnya, tepat besoknya ada pemilihan calon kaisar, karena kaisar yang lama nggak ada keturunan. Augur (peramal versi mitologi Romawi) bilang kalau Elias bakal bebas tapi caranya bukan dengan kabur. Dan terpilihlah Elias menjadi salah satu calon kaisar (Aspiran) yang wajib mengikuti 4 Ujian, bersama sahabatnya, Helene, satu-satunya cewek di tingkat Skull, dan si kembar Marcus-Zak, musuhnya.

Begitu. Panjang ya. Pokoknya Elias dan Laia bertemu di situ. Dan takdir mereka saling bersilangan. Gitu.

Saat pertama kali baca buku ini aku langsung suka sama gaya bahasanya yang simpel dan nggak berat, salah satu faktor yang krusial buat aku karena kalau novel fantasi dan berat rasanya...sulit.
Namun, entah kenapa aku merasa alurnya cukup lambat di awal, entah juga, padahal dialog dan narasi seimbangnya harusnya bikin aku betah, tapi aku malah jadi bosen dan sering ketunda, juga mungkin karena aku belum bisa menyatukan kemistri dengan cerita ini.

Konflik sudahhhh dimulai sejak awal mula. Sudah menegangkan sejak awal mula. Bagaimana Laia bertemu komandan dan tiap detiknya aku merasa di neraka, takut hal-hal buruk terjadi pada Laia. Sementara bagian Elias dipenuhi konflik batinnya yang tidak ingin berada di Blackcliff, juga momen bersama Helene, momen menjadi tentara di sana dan bla bla.

Kemudian, satu persatu Ujian datang. Novel ini menggunakan dua sudut pandang yaitu Elias dan Laia. Keduanya punya porsi yang sama besar dalam membuat jantung dagdigdug. Laia yang harus hati-hati mencuri dengan pembicaraan Komandan dan kabur diam-diam untuk menemui Keenan, penanggungjawab misinya dari Resistance untuk melapor. Sementar Elias dan dipaksa menghadapi ujian-ujian berat dan mengancam nyawa.

Selain itu, novel ini ada romance-nyaaa yeaaaay salah satu hal yang aku sukaiiii. Aku selalu suka fantasi berbumbu romance. Cinta segi empat barangkali? Laia menyukai Keenan tapi berdebar juga didekat Elias. Elias menyukai Laia tapi memendam perasaan terlarang yang dipendamnya untuk Helene.





Dan karena aku terbawa naluri kedua tokoh utama dalam setiap pov, aku suka Laia bersama Elias. Aku mengenal mereka lewat sudut pandang mereka dan menjadi lebih dekat dengan mereka daripada yang lain, jadi...aku memutuskan untuk melepas kapal Elaia untuk berlayar dan semoga mereka tidak tenggelam :’)

Untuk tokoh-tokohnya, jujur kuakui NGGAK ada yang kubenci yeayyy! Bahkan villainnya :D aku justru sangat mengagumi kebengisan Keris Veturia, sang Komandan yang entah kenapa sangat keren :’)

Elias yang kuat dan berani, selalu memilih sisi yang baik, dan penyanyang peduli dan bla bla. Dan dia tidak sesempurna ituloh, kadang dia nggak peka sama Helene, kadang dia juga nyebelin karena terlalu plin-plan(?) terlalu lama mengambil keputusan karena hati baiknya..yha..

Laia juga sama sering plin-plan namun bertekad kuat. Dia penakut tapi memaksakan diri. Manis dan mandiri. Baik hati haha. (sifat umum hero dan heroin).

Nah kalau Helene, dia nggak langsung mencuri hatiku sepenuhnya, kebanyakan, dia bikin aku jengkel karena alasan pribadi HEHE. Karena dia menyukai Elias. Yah. Gitu. Aku cemburu:’) tapi Helene ini kuat dan tipe cewek favoritku karena dia badass dan cerdas, jago bertarung, dia juga sangat setia entah itu kepada Imperium maupun Elias. Sifat ini perlu diacungi jempol.

Keenan, aku merasakan dia dianak-tirikan di novel ini karena termasuk dalam 4 besar tokoh utama namun nggak terlalu dieksplor :’) disamping Elias-Laia yang memang seharusnya punya banyak part, posisi Keenan harusnya sama kayak Helene tapi Helene punya porsi yang lebih banyak. Semoga di buku selanjutnya part Keenan banyak, soalnya dia ini tipe cowok lovable yang cuek-cuek-perhatian ehe.

Overall, aku mulai menyukai novel ini ketika halaman tengah ke akhir. Menurutku geregetnya lebih dapet. Belum lagi karena misteri mulai bermunculan meski belum terbongkar di novel pertama ini. Terutama keterlibatan sang Komandan yang haus akan kekuasaan.

Novel ini penuh dengan aksi, romance, intrik, darah, dan segalanya yang memacu adrenalinku. Terlalu geregetttt! I decided to give 5 stars!!

“Terlalu banyak rasa takut, kau akan lumpuh. Terlalu sedikit rasa takut, kau menjadi arogan.” – hlm 490
“Kau takkan pernah melupakan mereka, bahkan setelah bertahun-tahun. Tapi suatu hari nanti, kau bisa bertahan semenit penuh tanpa merasa sedih. Hatimu akan pulih. Aku janji.” – Keenan (hlm 114)
“Pasti ada orang lain di sini yang kesepian seperti aku. Namun, tidak ada yang mengerutkan kening, menangis, atau bersungut-sungut. Mereka punya alasan untuk tersenyum dan tertawa. Alasan untuk berharap.” – Laia (hlm 295)

[RESENSI] The Prince’s Escape by Faradita


Resensi The Prince's Escape karya Faradita

instagram: @arthms12


Judul: The Prince’s Escape
Penulis: Faradita
Ilustrasi sampul: M. Kumara Dandi
Ilustrasi isi: Dadi Permadi
Penyunting naskah: Nurul Amanah dan Prisca Primasari
Penerbit: Pastel Books (2019)

Blurb: Noah boleh saja memiliki masa lalu yang kelam dan berteman baik dengan preman. Namun, itu tidak menghalanginya untuk menjadi laki-laki yang baik. Ketika dia bertemu Elata, gadis cantik, lucu, dan pemberani yang menolongnya, Noah semakin ingin menjadi yang terbaik. Dia memberi Elata cinta, petualangan, dan melindungi gadis itu dengan tulus.

Bagi Noah, Elata masa depan serta mimpinya. Noah pun tahu, Elata menganggapnya istimewa. Meski begitu, Noah tidak tahu sampai kapan cinta mereka bisa bertahan. Bisakah Noah mempertahankan Elata, meskipun itu justru akan mengancam keselamatan Elata?

-----

Blurbnya agak-agak drama banget nggak sih? Apalagi kalimat terakhirnya. Tapi jangan salah, novel ini isinya secantik kovernya!

Jujur setelah baca invalidite aku nggak berekspektasi lagi sama novel Faradita ini, tapi berhubung ini romance teenlit, aku nyantai aja bacanya.

Ternyata pas aku baca ceritanya, seru juga. Dan aku nggak mesti ngomentarin soal layout buku atau EBI atau apa soalnya novel ini rapiiiii banget, bikin enak bacanya, mungkin karena salah satu editornya itu penulis kesukaan aku juga, Prisca Primasari hehe.

Ditambah lagi adegan pembukaannya itu langsung dikejar-kejar preman, makin semangat lah aku bacanya XD

Dibanding invalidite, TPE ini narasinya lebih enak, ngalir, nggak kaku kayak inval, betah bacanya, nggak bosen, bikin senyam-senyum terus. Dan aku pun mutusin kalau aku suka novel ini.

Alurnya agak lambat, tapi karena interaksi Noah dan Elata yang bikin gemes, aku santai aja, bacanya juga pelan-pelan saking menikmatinya. Seperti inval, konflik ‘panas’ baru keluar di akhir, agak drama dan lebay juga sih, aku cuma bisa ketawa aja, tapi kesan ‘pertama’ di awal novel udah sangat baik buat aku, makanya aku tetep enjoy bacanya.





Awalnya suka konflik Elata dan ortunya, gimana Elata yang sebenernya rebel itu jadi penurut karena tuntutan mamanya. Mamanya keterlaluan banget, tapi entah kenapa aku sendiri dibikin nggak berkutik sih sama alasannya haha. Papa Elata baiiiik banget, iri deh, tapi tegasnya telat banget ya pak wkw.

Suka sama cara Noah bikin Elata rebel, kabur-kaburan, meskipun agak tepok jidat juga sama beberapa tingkah laku mereka. Selebihnya mereka manis banget.

Buat karakternya, sumpah aku suka dua-duanya, meskipun terkesan biasa aja sih nggak unik banget. Noah favoritku, dia ini manis, baik, sopan, misterius, agak nekat juga tapi kalem gitu deh sukaaa banget. Awalnya penasaran sama keluarga Noah dan kenapa dia bisa sampe berakhir sama para preman. Ternyata konflik utama yang agak drama ini semua berhubungan sama Noah.

Elata cewek yang baik dan manis, pemberani tapi naif, untungnya nggak lebay banget sih tau kalau Noah banyak diincer cewek lain terutama sama Regina, adik kelasnya yang cantik. Gaya pacaran mereka juga nggak lebay kecuali pas di pesta Mona itu geli banget dah wkwk.

Scene paling lebay menurutku itu pas kantin kebakaran. Helaw masa kudu murid yang nanganin, secara pasti di sana juga banyak orang dewasa. Trus sama lompat dari motor itu hadeh. Di blurb katanya Noah nawarin petualangan, menurutku petualangan mereka itu nggak lebih dari kabur dan pertama kalinya Elata berani nentang kebiasaan yang diatur mamanya. Udah.

Tapi meskipun nggak ada petualangan gimana gimana, kisah Noah dan Elata tetep menarik untuk dinikmati. Aku suka twistnya, yang membawa Noah dan Elata ke drama. Akhirnya rasa kepo gara-gara dikejar-kejar musuh preman itu terbayar di sini. Juna sekalinya muncul bikin gendok dan syok abis haha.

Overall, aku sukaaa ceritanya. Menarik dan manis banget, Noah dan Elata itu gemesin banget, aku suka pas Noah balikin senyum Elata huhu dan suka pas Noah abis nenangin Ginan, Elata nanya 'gimana?' Noah malah ngegombal hahaha. Konfliknya emang agak drama tapi masih bisa dimaafkan. Sampe sekarang penasaran gimana kelanjutannya mamanya Elata soal Noah, penasaran juga sama mimpinya Noah kesampaian nggak ya.

Terus tawaran Mila, guru les Elata biar Elata ikut ke pertunjukan(?) itu gimana juga ya? Masih banyak yang belum tertuntaskan seluruhnya sih. Dan di situ mungkin kekurangannya, novel ini udah tebel banget untuk ukuran teenlit sih tapi masa masih ada yang gantung gini wkwk

Tapi nggak apa-apa aku tetep terhibur dan suka ceritanya. Khususnya bagian Noah dan Elata yang cute abis. Noah bener-bener bukan cuma nyuri senyum Elata, tapi senyum aku juga. Enaknya, senyum Elata dibalikin, senyum aku nggak. Haha. 4ó

"Kadang, kita memang harus bersembunyi buat ngerasain sebuah kebebasan." - hlm 90

"Tapi, selagi kamu punya mimpi, hidup kamu enggak akan pernah mati." - hlm 158
Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)