Senin, 17 September 2018

[RESENSI] By The Time You Read This, I’ll Be Dead by Julie Anne Peters

IG : @arthms12





Judul: By The Time You Read This, I’ll Be Dead
Penulis: Julie Anne Peters
Penerjemah: Hedwigis Chrisma Hapsari
Penyelaras aksara: Lani Rachmah
Penata Letak: Nurhasanah Ridwan
Penerbit: Noura Publishing (April 2015)
Jumlah halaman: 308 hlm
ISBN:978-602-0989-13-6

Blurb:

Hanya tersisa 23 hari untuk mewujudkan rencana Daelyn. Dia sudah memperhitungkan semuanya, mempersiapkannya dengan matang. Tak akan ada yang bisa menghalangi atau menghentikannya lagi. Tidak boleh. Kali ini, dia harus berhasil. Dia harus mengakhiri semuanya, mengakhiri hidupnya.
Namun, muncul satu masalah. Ada cowok aneh yang selalu berusaha mendekati Daelyn. Meski diabaikan, cowok itu tak pernah menyerah. Tidak mungkin, kan, Daelyn membiarkan seseorang menyusup ke hatinya saat dia sudah siap pergi dari dunia ini?

Tidak saat semuanya sudah berjalan baik. Saat dirinya sudah yakin sepenuh hati untuk berjalan menuju cahaya.

---

Hal pertama yang membuatku tertarik membaca buku ini adalah karena judulnya. Judulnya terasa suram dan sedih. Ketika aku membacanya, jujur cerita ini mempunyai pembawaan yang santai khas novel remaja, namun memang isinya agak mengerikan.

Novel ini memakai sudut pandang orang pertama, Daelyn. Dia adalah cewek lima belas(?) barangkali, yang sekarang sedang diawasi 24 jam penuh oleh kedua orangtuanya. Karena, dia sudah berkali-kali mencoba bunuh diri namun selalu gagal.

Di sekolah yang entah keberapanya, dia selalu menunggu ibunya menjemput di sebuah bangku semen. Di sana, dia bertemu dengan Santana, cowok aneh yang tiba-tiba mendekatinya. Namun Daelyn tidak pernah menanggapinya, lagipula, dia tidak bisa bicara. Hal itu karena salah satu metode bunuh dirinya yang gagal.

Tapi sekarang dia yakin dia tidak akan gagal lagi. Untuk itu dia diam-diam mendaftar ke salah satu situs bunuh diri bernama menuju-cahaya(.)com. Di situs itu, dia bertemu banyak orang yang sama-sama putus asa.

Di situs itu juga, Daelyn sering mengetik tentang masa lalunya, masa-masa ketika dia dibully hingga akhirnya mencoba bunuh diri berkali-kali. Daelyn adalah cewek gemuk, dia selalu dibully karenanya. Dipermainkan dan dipermalukan anak-anak cowok, direndahkan anak-anak cewek, orangtuanya menganggap hal itu biasa dan Daelyn pun tidak bisa bercerita karena takut, serta kejadian mengerikan di kamp gemuk membuatnya benar-benar menderita.

Konflik utama novel ini adalah tentang Daelyn yang mengikuti petunjuk situs untuk membunuh dirinya. Dia diberi waktu 23 hari. Namun dalam 23 hari itu pula, ada Santana di sana.

Menurutku novel ini juga agak mengerikan karena di situsnya dijelaskan tentang berbagai macam metode bunuh diri, keefektifan hingga tingkat rasa sakit. Tidak dianjurkan bagi kalian-kalian yang sedang depresi, yha bukan apa-apa, takutnya kehasut kan:( sumpah bagian ini tuh serem banget.

Ada satu hal yang membuatku terganggu ketika membaca cerita ini, yaitu narasi yang kadang nggak jelas latarnya, kayak tiba-tiba pindah dari kejadian yang sedang berlangsung ke kejadian lain. Terjemahannya juga enak, tapi ada satu dua kalimat yang kadang bikin mikir dua kali, masih agak kaku juga, atau mungkin memang begini gaya penulisan Julie Anne Peters. Entah.

Kita beralih ke Santana Llyod Girard II, aku pikir novel ini bakal manis ketika membaca blurbnya, namun sayang Daelyn sangat sangatttt menutup diri sehingga Santana tidak terlalu tereksplor. Dia seharusnya jadi pemeran utama juga, tapi aku merasa dia hanya pemeran pembantu, yang disempilkan, untuk sedikit menyadarkan kondisi Daelyn.

Sebenarnya, Daelyn pun tidak dalam kondisi dibully lagi. Memang banyak orang yang menganggapnya gila dan tidak mau berteman dengannya karena percobaan bunuh dirinya diketahui orang-orang, tapi menurutku saat itu kondisi Daelyn masih aman, terutama karena orangtuanya yang memperhatikannya 24 jam.

Tapi luka karena bullying tidak mudah sembuh, apalagi setingkat Daelyn. Aku merasa aku paham kenapa Daelyn menarik diri dari semua orang dan berniat untuk berhasil dalam bunuh dirinya kali ini.
Sejujurnya, banyak narasi pikiran negatif Daelyn dalam perspektifnya, dan mau nggak mau aku cenderung setuju dengan Daelyn. Menurutku, hampir semua orang pasti pernah punya pikiran-pikiran yang dicetuskan Daelyn.

Bohong kalau aku bilang aku nggak pernah stres atau tertekan bla bla, kebanyakan orang juga pasti pernah mengalaminya, dan kisah Daelyn ini sejujurnya relate dengan diriku sendiri, itulah mengapa aku suka cerita ini.

Kalau dibilang penuh amanat, nggak. Narasi Daelyn nggak sedikitpun mengandung amanat, karena semua pikiran negatifnya ditumpahkan dari halaman awal sampai akhir. Tapi kita, sebaiknya mengambil hal-hal yang perlu, bagaimana cara menghadapi seseorang yang depresi atau bagaimana mengenali gejala-gejala orang yang ingin bunuh diri. Novel ini tentunya bikin kita sedih dan nggak ingin hal yang dilakukan Daelyn terjadi di tengah-tengah kita. Novel ini bakal bikin kita lebih aware dengan orang-orang di sekitar kita.

Overall, aku suka cerita ini, suka banget, bahkan sampai bikin aku nangis. Tapi ada satu hal yang bikin aku ngasih 4 bintang, bukannya 5. Kenapa? Silakan baca sendiri. Kalau selesai bacanya bikin pengen lempar bukunya jauh-jauh, berarti kita sama.

Anyway, aku punya banyak qoutes yang aku ambil dari buku ini. Aku suka sama kata-katanya.

“Namun, supaya merasa lebih baik, aku menelan semua rasa sakit. Kemudian, rasa sakit menelanku.” – hlm 41
“Aku tidak tahu mengapa aku tidak dapat membiarkan hinaan-hinaan itu berlalu, tapi aku tetap tidak bisa. Aku adalah produk dari setiap luka yang pernah ditorehkan di diriku.” Hlm 42
“Karena air mata tidak ada gunanya.” – hlm 56
“Kadang-kadang, aku tidak mengerti alasan dari hal-hal yang kulakukan. Aku hanya tahu, aku bangun setiap pagi dan berharap aku mati.” – hlm 78
“Siapa bilang neraka ada di bawah? Bisa saja di atas. Neraka bisa saja di samping pintu surga. Neraka bisa saja merupakan bagian dari surga, seperti kampung miskin di tengah-tengah kota kaca.” – hlm 110
“Bisakah kau memonitor aktivitas di sini, di bumi? Namun, jika alasanmu untuk pergi adalah untuk membalas seseorang, atau melukai seseorang, itu mungkin berguna. Alasanku bukan itu. Aku hanya ingin perasaan sakit ini berakhir.” – hlm 129
“Semakin aku terluka, semakin banyak aku makan.” – hlm 139
Well, ini menunjukan bahwa mereka yang depresi nggak melulu jadi kurus kering. Yang gemuk bisa lebih depresi daripada itu, dan paling menyakitkan kalau orang-orang udah bilang “Gemuk ih, berarti bahagia” no, it’s totally wrong.

Aku harap kita semua berhenti mengomentari bentuk tubuh orang lain, mau dia kurus atau gemuk atau yang lain-lainnya. Karena kita nggak pernah tahu alasan-alasannya, hidupnya, jadi please berhenti.

Jaga mulut kita, karena kita nggak tahu kalau bisa saja orang itu tersinggung dan akhirnya merasa sedih. Kesedihan-kesedihan kecil itulah, jika berkali-kali didapatkannya bisa jadi mengarah ke sesuatu yang mengerikan.

“Ketika Tuhan tidak mengambilku, itu membuatku mempertanyakan imanku. Sedikit iman yang dulu kupunya.” – hlm 182
“Setiap orang kadang-kadang terluka. Tidak perlu malu dengan itu.” – hlm 304-305
“Aku tidak sanggup menghadapi hal-hal yang sangat buruk itu. Pilihannya adalah membunuh setiap orang atau membunuh diriku sendiri.”
“Jika aku tinggal dan hidup hingga lulus sekolah menengah, masuk ke universitas, mendapatkan pekerjaan, apa yang akan bisa berubah? Kegelapan dalam diriku tidak akan pernah tersingkirkan.”
"Mengapa kau tidak berhenti mencoba untuk memperbaiki aku? Dunia ini tidak diciptakan untukku. Aku lahir terlalu cepat, atau terlalu lambat. Terlalu banyak kecacatan."
"Orang-orang tidak berubah. Ada dua jenis orang di dunia ini: para pemenang dan para pecundang." 
Satu lagi, aku foto aja karena kepanjangan XD:




0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)