Senin, 17 September 2018

[RESENSI] Raelia by Moemoe Rizal

IG: @arthms12





Judul: Raelia
Penulis: Moemoe Rizal
Ilustrasi sampul: Haikal
Ilustrasi isi: TOR Studio
Penyunting naskah: Diha dam Irawati Subrata
Penyunting Ilustrasi: Kulniya Sally
Proofreader: Hetty Dimayanti
Penerbit: Pastel Books (Februari 2017)
Jumlah halaman: 236 hlm
ISBN: 978-602-0851-75-4

Blurb:

Merah itu warna darah, warna nilai rapor yang di bawah KKM, warna api yang membakar, warna yang nyuruh berhenti di setopan jalan, warna yang ngelarang orang-orang melakukan ini itu, dan bikin sakit mata kalau dilihat terus-terusan.

Bottomline, I hate red. Coba sebutkan satu alasan kenapa kita enggak harus benci warna merah?
“Merah itu warna yang berani. Warna yang ... romantis.” Itu yang dibilang Chris, cowok yang kutemui di Berry-Tasty. Tapi dia punya problem dengan kejiwaan. Misi utamanya ingin bunuh diri. Jadi, pendapat ida enggak valid.

“Gue sih sukanya turquoise.” Nah, kalau ini Adam yang ngomong. Enggak nyambung sama topik yang sedang kubahas, tapi pendapatnya perlu kumasukan. Karena, dia banyak banget bantu aku selama menjadi jurnalis di majalah anak SMA se-Bandung, Periwinkle. Keduanya penting. They both are sooo kind and helpful and cute and ... aku suka dua-duanya. Serius.

The problem is ... ini lebih parah dibandingkan aku melihat warna merah di depan mukaku. Chris adalah cowok tajir, berprestasi, perhatian, tapi bersikeras untuk mati. Sementara Adam banyak fans, botak, lucu, tapi punya banyak utang. Aku harus pilih mana? Yang umurnya pendek atau yang jatuh miskin?

---

Well, alasan kenapa aku mau baca buku ini adalah premisnya yang menarik. Dan memang novel ini terasa sangat remaja banget.

Novel ini bercerita tentang Raelia yang menjadi seorang jurnalis di organisasi majalah. Anggotanya semua murid SMA di Bandung. Di sana, ada salah satu fotografer namanya Adam. Ketika redaksi menyuruhnya pergi ke tempat-tempat untuk urusan artikel travel, Raelia harus pergi bersama Adam, berdua. Hanya saja ketika mereka pergi ke Bali, Chris yang tidak sengaja dikenalnya di kafe ingin ikut ke sana untuk membantu Raelia.

Konfliknya memang sangat ringan karena diambil dari sudut pandang Raelia, dia berteman dengan Chris yang tampan, kaya, atlet tapi ingin bunuh diri serta Adam yang lucu, gundul, tapi punya banyak utang.

Mereka berdua mengisi hati Raelia dengan caranya masing-masing. Perjalanan Raelia ke tempat-tempat yang diusulkan redaksi membentuk momen-momen tersendiri antara Raelia-Adam maupun Raelia-Chris.

Narasi yang dipakai pun nggak baku, remaja banget, gampang dicerna dan bikin enjoy. Novel ini cukup tipis dan ringan, nggak bikin bosen deh pokoknya. Gaya berceritanya juga asik dan humor seringkali terselip, terutama bagian Adam.

“Kenapa kamu enggak pernah bener nyebut nama aku? RAELIA. Kenapa harus diganti sama apa pun yang belakangnya ‘ia’?” – Raelia ke Adam (hlm 235)


Salah satu ciri khas Adam yang paling aku suka adalah karena dia suka manggil Raelia dengan nama-nama lain. Mongolia, Dalia, Malia, Dahlia, Lidya, Sesilia, dan lain-lain XD dan kalian harus tau bahwa jawaban Adam sangat-sangat bikin baper XD

Menurutku, novel ini bener-bener unik dan beda dari kebanyakan novel romance remaja. Tentang jurnalistik dan jalan-jalan, nggak melulu setting di sekolah. Ini salah satu kelebihan yang aku suka. Kelebihan lainnya adalah karena dua tokohnya, Chris dan Adam yang mempunyai latar belakang yang cukup ekstrem.

Tokoh yang aku suka adalah Chris dan Adam pastinya. Adam karena dia tipe cowok yang humoris dan penyemangat di novel ini, selalu seru tiap dia muncul, meskipun karakternya udah mainstream, tapi Adam ini memang lovable.

“Foto itu persoalan momen, kenangan. Bukan betapa cantik hasil akhirnya.” – Adam (hlm 55)


Sementara itu Chris juga punya bagian tersendiri di hatiku. Entah kenapa aku suka dia, sisi menarik Chris selain dia ganteng dan kaya dan bla bla, Chris menarik karena kerapuhannya. Belum lagi karena Raelia sering bikin Chris kecewa, aku jadi jatuh simpati terhadapnya.

“Kamu mau makan di sini, jadi yang dibaca nama makanannya bukan harganya.” – Chris (sambil mengedipkan mata) ((hlm 155))


Raelia sendiri nggak cukup bikin dia spesial buatku, bagiku dia biasa-biasa saja, :D
Salah satu sisi menarik lainnya, setiap awal bab diawali dengan warna. Cukup unik dan bikin pengen terus lanjut baca buku ini :D

Nah, keliatannya memang simpel kan, tapi setelah baca seluruh bukunya, ketika Raelia menyimpulkan semua kisahnya bersama Adam maupun Chris, aku dibuat tertohok dengan kalimat Raelia. Meskipun aku nggak bisa menuliskan qoute Raelia di sini karena takut spoiler XD
Intinya, Raelia sekarang udah nggak benci warna merah lagi. Adam dan Chris punya alasan-alasan kenapa dia nggak harus benci warna merah.

Overall, aku suka banget sama cerita ini. Simpel dan manis. Unik dan asik. Walaupun agak-agak nggak rela dengan endingnya tapi aku puas, tapi endingnya memang sudah yang terbaik. Mau nangis terharu rasanya. Novel Raelia bikin aku jatuh cinta sekaligus patah hati secara bersamaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)