IG: @arthms12 |
Judul: The Rose Society
Penulis: Marie Lu
Penerjemah: Prisca Primasari
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Emi Kusmiati
Desain Sampul: Windu Tampan
Penerbit: Mizan Fantasi (Oktober 2016)
ISBN: 978-979-433-993-0
Jumlah halaman: 480 hlm.
Blurb:
Suatu ketika, seorang
gadis memiliki
Ayah, pangeran, dan
sekelompok teman.
Mereka mengkhianatinya,
Jadi dia hancurkan
mereka semua.
Setelah terusir dari Perkumpulan Belati, Adelina Amouteru
membuat tandingannya, yakni Perkumpulan Mawar. Di antara para Elite Muda yang
berhasil dia rekrut adalah Magiano Sang Pencuri dan Sergio Sang Penenun Hujan. Dengan
bantuan para Mawar, Adelina bermaksud membalas dendam pada Teren dan Aksis
Inkuisisi, serta merebut takhta Kerajaan Kenettra. Ini bukan hal mudah, karena
Perkumpulan Belati bekerja sama dengan Maeve, Ratu Beldain yang juga mengincar
takhta Kenettra.
Ketika pertempuran besar semakin dekat, Adelina tidak hanya
harus menghadapi musuh-musuh dari luar, tapi juga dari dalam dirinya sendiri. Terkadang
dia tidak dapat mengendalikan kekuatan, dan ilusi-ilusi yang dia ciptakan
berbalik menyerangnya. Bisakah Adelina menuntaskan aksi balas dendamnya sebelum
kegelapan menghancurkan dirinya?
---
Sedikit panduan ala-ala: 1) Jika sedang membaca The Young Elites,
jangan baca blurb belakang buku The Rose Society XD 2) Jika sedang membaca buku
The Rose Society, jangan baca blurb belakang buku The Midnight Star :D
Karena aku ini paling males kalau udah tau endingnya bakal
gimana, dan menurutku blurb TRS dan TMS itu spoiler ending buku sebelumnya
banget. Tapi bagi kalian yang nggak keberatan sih gapapa XD
Dan satu lagi, yang belum baca/lagi baca TYE sebaiknya
jangan baca review-ku karena
ditakutkan ada spoiler terselubung ;)
---
The Rose Society seperti halnya The Young Elites, dibuka
dengan bab-bab permulaan yang adem ayem. Makin ke tengah, makin seru karena
klimaks dan inti cerita ngumpul semua di belakang. Sepertinya aku mulai paham
dengan pola ini. Nggak bisa dibilang bosen sih, emang agak flat tapi entah kenapa suasananya mencekam banget dan seringkali aku
dibuat merinding.
Alur yang dibuat nggak lambat atau pun nggak cepet
menurutku, cuma ada beberapa yang kurang nendang. Kayak..ternyata itu tuh gitu
doang? Kirain bakal bla bla. Tapi nggak merusak ekspektasi sih, tetep keren.
Konfliknya tentu saja lebih keren dan menantang daripada The
Young Elites, karena di sini musuh Adelina ada Teren dan Aksis Inkuisisi serta
Perkumpulan Belati. Belum lagi karena bakal ada satu kejutan di sini, berkaitan
dengan Maeve dan kekuatan Elite-nya. Dijamin kalian yang baca bakal baper
berkepanjangan. XD
Aku punya banyak opini dan perasaan yang campur aduk soal kejutan ini, tapi aku nggak bisa cerita
panjang:( pokoknya di bagian ini entah kenapa bikin aku sedih banget. Padahal aku
seharusnya seneng, tapi Marie Lu malah bikin seolah-olah kejutan itu adalah
sebuah kesalahan yang nggak boleh disenangi. Makanya perasaanku jadi campur
aduk:(
Untuk perangnya, sejujurnya aku merasa agak kesulitan
membayangkannya. Apa mungkin karena terlalu banyak tokoh? Entahlah. Saat POV 1
Adelina menceritakan tokoh yang lain lagi perang sama yang ini bla bla, aku
malah jadi mikir. Jadi situ ngapain aja selagi nyeritain orang lain Del? XD
Narasinya kelam. Inilah kekuatan dan poin utama dari novel
The Rose Society. Karena setiap tokohnya kelam, Adelina selaku pemeran utamanya
pun adalah seorang antagonis, dari awal sampai akhir novel ini bener-bener hitam dan bikin stres sendiri pas baca
XD aku nggak bisa berenti mikir yang buruk-buruk setiap kali membuka
halamannya. Aura buku ini suram banget pokoknya. Sampai sekarang aja aku masih
belum sanggup baca The Midnight Star soalnya parno XD
Para tokoh, karena di sini Adelina makin jahat, aku nggak
yakin apakah aku masih dukung dia atau nggak. Soalnya dia juga pemeran utama
dan POV 1 pula, yang bikin aku merasa menyatu dengan pikirannya. Sedangkan Para
Belati, aku juga nggak begitu suka mereka. Teren dan aksis Inkuisisi, sudah
jelas aku nggak dukung mereka. Jadi kesimpulannya, aku bener-bener nggak punya
tokoh peganganku di series ini. Mereka terlalu menakutkan buatku HAHA.
Etapi di sini ada tokoh baru, Magiano namanya. Kekuatan Elite-nya
adalah kemampuan untuk meniru kekuatan Elite lain. Setelah kemampuan Violetta,
aku merasa kemampuan Magiano lah yang terkeren.
Sayangnya aku merasa kurang srek sama Magiano ini. Entah perasaanku
aja atau Marie Lu kurang bisa membuat kemistri antara tokoh-tokohnya. Aku gak
bisa merasakan ikatan antara Magiano dan Adelina. Padahal Magiano ini tipe
karakter yang menghibur, sayang sekali dia harus tertutup kesuraman novel ini.
Tapi kalau soal kedepresi-an Adelina, aku acungkan dua
jempol untuk kemampuan Marie Lu.
Overall, aku nggak tau apakah aku suka atau nggak sama
series ini. Lalu, selalu ada kejutan di endingnya. Dan kejutan ini nggak kalah
mengerikan dibanding segala sesuatu yang udah terjadi di seluruh isi bukunya. Aku
rasa selain jago membuat konflik dan narasi yang suram, penulis juga seneng
banget bikin tokoh-tokohnya menderita. Aah, aku nggak tahan baca buku ini
sebenernya tapi penasaran :’)
Meskipun perasaanku bimbang suka/nggak, aku pasti nyelesain
series ini. Pasti. Walaupun setelahnya bakal galau nggak keruan dan parno
berkepanjangan, aku tetep sayang sama series ini.
Mungkin cerita fantasi yang cocok buatku memang cuma middle
grade dan bukannya YA kelam macam ini;’)
“Ilusi-ilusiku membuat mereka takut, tapi ketakutan mereka membuatku kuat.” – Adelina (hlm 30)
“Keputusasaan akan memancing kegelapan dari diri semua orang.” – halaman 44
“Apa sih hebatnya menjadi baik hati?” – Adelina (hlmn 129)
Dan qoute terakhir yang palingggg aku suka adalah:
“Tetapi, para pemimpin sejati bukan dilahirkan. Kami diciptakan.” – Adelina (hlm 451)