IG: @arthms12 |
Judul: Raelia
Penulis: Moemoe Rizal
Ilustrasi sampul: Haikal
Ilustrasi isi: TOR Studio
Penyunting naskah: Diha dam Irawati Subrata
Penyunting Ilustrasi: Kulniya Sally
Proofreader: Hetty Dimayanti
Penerbit: Pastel Books (Februari 2017)
Jumlah halaman: 236 hlm
ISBN: 978-602-0851-75-4
Blurb:
Merah itu warna darah, warna nilai rapor yang di bawah KKM,
warna api yang membakar, warna yang nyuruh berhenti di setopan jalan, warna
yang ngelarang orang-orang melakukan ini itu, dan bikin sakit mata kalau
dilihat terus-terusan.
Bottomline, I hate red. Coba
sebutkan satu alasan kenapa kita enggak harus benci warna merah?
“Merah itu warna yang berani.
Warna yang ... romantis.” Itu yang dibilang Chris, cowok yang kutemui di
Berry-Tasty. Tapi dia punya problem dengan kejiwaan. Misi utamanya ingin bunuh
diri. Jadi, pendapat ida enggak valid.
“Gue sih sukanya turquoise.” Nah,
kalau ini Adam yang ngomong. Enggak nyambung sama topik yang sedang kubahas,
tapi pendapatnya perlu kumasukan. Karena, dia banyak banget bantu aku selama
menjadi jurnalis di majalah anak SMA se-Bandung, Periwinkle. Keduanya penting.
They both are sooo kind and helpful and cute and ... aku suka dua-duanya.
Serius.
The problem is ... ini lebih parah
dibandingkan aku melihat warna merah di depan mukaku. Chris adalah cowok tajir,
berprestasi, perhatian, tapi bersikeras untuk mati. Sementara Adam banyak fans,
botak, lucu, tapi punya banyak utang. Aku harus pilih mana? Yang umurnya pendek
atau yang jatuh miskin?
---
Well, alasan kenapa aku mau baca
buku ini adalah premisnya yang menarik. Dan memang novel ini terasa sangat
remaja banget.
Novel ini bercerita tentang Raelia
yang menjadi seorang jurnalis di organisasi majalah. Anggotanya semua murid SMA
di Bandung. Di sana, ada salah satu fotografer namanya Adam. Ketika redaksi
menyuruhnya pergi ke tempat-tempat untuk urusan artikel travel, Raelia harus
pergi bersama Adam, berdua. Hanya saja ketika mereka pergi ke Bali, Chris yang
tidak sengaja dikenalnya di kafe ingin ikut ke sana untuk membantu Raelia.
Konfliknya memang sangat ringan
karena diambil dari sudut pandang Raelia, dia berteman dengan Chris yang
tampan, kaya, atlet tapi ingin bunuh diri serta Adam yang lucu, gundul, tapi
punya banyak utang.
Mereka berdua mengisi hati Raelia
dengan caranya masing-masing. Perjalanan Raelia ke tempat-tempat yang diusulkan
redaksi membentuk momen-momen tersendiri antara Raelia-Adam maupun
Raelia-Chris.
Narasi yang dipakai pun nggak
baku, remaja banget, gampang dicerna dan bikin enjoy. Novel ini cukup tipis dan
ringan, nggak bikin bosen deh pokoknya. Gaya berceritanya juga asik dan humor
seringkali terselip, terutama bagian Adam.
“Kenapa kamu enggak pernah bener nyebut nama aku? RAELIA. Kenapa harus diganti sama apa pun yang belakangnya ‘ia’?” – Raelia ke Adam (hlm 235)
Salah satu ciri khas Adam yang
paling aku suka adalah karena dia suka manggil Raelia dengan nama-nama lain.
Mongolia, Dalia, Malia, Dahlia, Lidya, Sesilia, dan lain-lain XD dan kalian
harus tau bahwa jawaban Adam sangat-sangat bikin baper XD
Menurutku, novel ini bener-bener
unik dan beda dari kebanyakan novel romance remaja. Tentang jurnalistik dan
jalan-jalan, nggak melulu setting di sekolah. Ini salah satu kelebihan yang aku
suka. Kelebihan lainnya adalah karena dua tokohnya, Chris dan Adam yang
mempunyai latar belakang yang cukup ekstrem.
Tokoh yang aku suka adalah Chris
dan Adam pastinya. Adam karena dia tipe cowok yang humoris dan penyemangat di
novel ini, selalu seru tiap dia muncul, meskipun karakternya udah mainstream,
tapi Adam ini memang lovable.
“Foto itu persoalan momen, kenangan. Bukan betapa cantik hasil akhirnya.” – Adam (hlm 55)
Sementara itu Chris juga punya
bagian tersendiri di hatiku. Entah kenapa aku suka dia, sisi menarik Chris
selain dia ganteng dan kaya dan bla bla, Chris menarik karena kerapuhannya.
Belum lagi karena Raelia sering bikin Chris kecewa, aku jadi jatuh simpati
terhadapnya.
“Kamu mau makan di sini, jadi yang dibaca nama makanannya bukan harganya.” – Chris (sambil mengedipkan mata) ((hlm 155))
Raelia sendiri nggak cukup bikin
dia spesial buatku, bagiku dia biasa-biasa saja, :D
Salah satu sisi menarik lainnya,
setiap awal bab diawali dengan warna. Cukup unik dan bikin pengen terus lanjut
baca buku ini :D
Nah, keliatannya memang simpel
kan, tapi setelah baca seluruh bukunya, ketika Raelia menyimpulkan semua
kisahnya bersama Adam maupun Chris, aku dibuat tertohok dengan kalimat Raelia.
Meskipun aku nggak bisa menuliskan qoute Raelia di sini karena takut spoiler XD
Intinya, Raelia sekarang udah
nggak benci warna merah lagi. Adam dan Chris punya alasan-alasan kenapa dia
nggak harus benci warna merah.
Overall, aku suka banget sama
cerita ini. Simpel dan manis. Unik dan asik. Walaupun agak-agak nggak rela
dengan endingnya tapi aku puas, tapi endingnya memang sudah yang terbaik. Mau
nangis terharu rasanya. Novel Raelia bikin aku jatuh cinta sekaligus patah hati
secara bersamaan.