IG : @arthms12 |
Judul: By The Time You Read This, I’ll Be Dead
Penulis: Julie Anne Peters
Penerjemah: Hedwigis Chrisma Hapsari
Penyelaras aksara: Lani Rachmah
Penata Letak: Nurhasanah Ridwan
Penerbit: Noura Publishing (April 2015)
Jumlah halaman: 308 hlm
ISBN:978-602-0989-13-6
Blurb:
Hanya tersisa 23 hari untuk mewujudkan rencana Daelyn. Dia
sudah memperhitungkan semuanya, mempersiapkannya dengan matang. Tak akan ada
yang bisa menghalangi atau menghentikannya lagi. Tidak boleh. Kali ini, dia
harus berhasil. Dia harus mengakhiri semuanya, mengakhiri hidupnya.
Namun, muncul satu masalah. Ada cowok aneh yang selalu
berusaha mendekati Daelyn. Meski diabaikan, cowok itu tak pernah menyerah.
Tidak mungkin, kan, Daelyn membiarkan seseorang menyusup ke hatinya saat dia
sudah siap pergi dari dunia ini?
Tidak saat semuanya sudah berjalan baik. Saat dirinya sudah
yakin sepenuh hati untuk berjalan menuju cahaya.
---
Hal pertama yang membuatku tertarik membaca buku ini adalah
karena judulnya. Judulnya terasa suram dan sedih. Ketika aku membacanya, jujur
cerita ini mempunyai pembawaan yang santai khas novel remaja, namun memang
isinya agak mengerikan.
Novel ini memakai sudut pandang orang pertama, Daelyn. Dia
adalah cewek lima belas(?) barangkali, yang sekarang sedang diawasi 24 jam
penuh oleh kedua orangtuanya. Karena, dia sudah berkali-kali mencoba bunuh diri
namun selalu gagal.
Di sekolah yang entah keberapanya, dia selalu menunggu
ibunya menjemput di sebuah bangku semen. Di sana, dia bertemu dengan Santana,
cowok aneh yang tiba-tiba mendekatinya. Namun Daelyn tidak pernah
menanggapinya, lagipula, dia tidak bisa bicara. Hal itu karena salah satu
metode bunuh dirinya yang gagal.
Tapi sekarang dia yakin dia tidak akan gagal lagi. Untuk itu
dia diam-diam mendaftar ke salah satu situs bunuh diri bernama
menuju-cahaya(.)com. Di situs itu, dia bertemu banyak orang yang sama-sama
putus asa.
Di situs itu juga, Daelyn sering mengetik tentang masa
lalunya, masa-masa ketika dia dibully hingga akhirnya mencoba bunuh diri
berkali-kali. Daelyn adalah cewek gemuk, dia selalu dibully karenanya.
Dipermainkan dan dipermalukan anak-anak cowok, direndahkan anak-anak cewek,
orangtuanya menganggap hal itu biasa dan Daelyn pun tidak bisa bercerita karena
takut, serta kejadian mengerikan di kamp gemuk membuatnya benar-benar
menderita.
Konflik utama novel ini adalah tentang Daelyn yang mengikuti
petunjuk situs untuk membunuh dirinya. Dia diberi waktu 23 hari. Namun dalam 23
hari itu pula, ada Santana di sana.
Kita beralih ke Santana Llyod Girard II, aku pikir novel ini
bakal manis ketika membaca blurbnya, namun sayang Daelyn sangat sangatttt
menutup diri sehingga Santana tidak terlalu tereksplor. Dia seharusnya jadi
pemeran utama juga, tapi aku merasa dia hanya pemeran pembantu, yang
disempilkan, untuk sedikit menyadarkan kondisi Daelyn.
Sebenarnya, Daelyn pun tidak dalam kondisi dibully lagi.
Memang banyak orang yang menganggapnya gila dan tidak mau berteman dengannya
karena percobaan bunuh dirinya diketahui orang-orang, tapi menurutku saat itu
kondisi Daelyn masih aman, terutama karena orangtuanya yang memperhatikannya 24
jam.
Tapi luka karena bullying
tidak mudah sembuh, apalagi setingkat Daelyn. Aku merasa aku paham kenapa
Daelyn menarik diri dari semua orang dan berniat untuk berhasil dalam bunuh
dirinya kali ini.
Sejujurnya, banyak narasi pikiran negatif Daelyn dalam
perspektifnya, dan mau nggak mau aku cenderung setuju dengan Daelyn. Menurutku,
hampir semua orang pasti pernah punya pikiran-pikiran yang dicetuskan Daelyn.
Bohong kalau aku bilang aku nggak pernah stres atau tertekan
bla bla, kebanyakan orang juga pasti pernah mengalaminya, dan kisah Daelyn ini
sejujurnya relate dengan diriku
sendiri, itulah mengapa aku suka cerita ini.
Kalau dibilang penuh amanat, nggak. Narasi Daelyn nggak
sedikitpun mengandung amanat, karena semua pikiran negatifnya ditumpahkan dari
halaman awal sampai akhir. Tapi kita, sebaiknya mengambil hal-hal yang perlu,
bagaimana cara menghadapi seseorang yang depresi atau bagaimana mengenali
gejala-gejala orang yang ingin bunuh diri. Novel ini tentunya bikin kita sedih
dan nggak ingin hal yang dilakukan Daelyn terjadi di tengah-tengah kita. Novel
ini bakal bikin kita lebih aware
dengan orang-orang di sekitar kita.
Overall, aku suka
cerita ini, suka banget, bahkan sampai bikin aku nangis. Tapi ada satu hal yang
bikin aku ngasih 4 bintang, bukannya 5. Kenapa? Silakan baca sendiri. Kalau
selesai bacanya bikin pengen lempar bukunya jauh-jauh, berarti kita sama.
Anyway, aku punya
banyak qoutes yang aku ambil dari
buku ini. Aku suka sama kata-katanya.
“Namun, supaya merasa lebih baik, aku menelan semua rasa sakit. Kemudian, rasa sakit menelanku.” – hlm 41
“Aku tidak tahu mengapa aku tidak dapat membiarkan hinaan-hinaan itu berlalu, tapi aku tetap tidak bisa. Aku adalah produk dari setiap luka yang pernah ditorehkan di diriku.” Hlm 42
“Karena air mata tidak ada gunanya.” – hlm 56
“Kadang-kadang, aku tidak mengerti alasan dari hal-hal yang kulakukan. Aku hanya tahu, aku bangun setiap pagi dan berharap aku mati.” – hlm 78
“Siapa bilang neraka ada di bawah? Bisa saja di atas. Neraka bisa saja di samping pintu surga. Neraka bisa saja merupakan bagian dari surga, seperti kampung miskin di tengah-tengah kota kaca.” – hlm 110
“Bisakah kau memonitor aktivitas di sini, di bumi? Namun, jika alasanmu untuk pergi adalah untuk membalas seseorang, atau melukai seseorang, itu mungkin berguna. Alasanku bukan itu. Aku hanya ingin perasaan sakit ini berakhir.” – hlm 129
“Semakin aku terluka, semakin banyak aku makan.” – hlm 139
Well, ini
menunjukan bahwa mereka yang depresi nggak melulu jadi kurus kering. Yang gemuk
bisa lebih depresi daripada itu, dan paling menyakitkan kalau orang-orang udah
bilang “Gemuk ih, berarti bahagia” no,
it’s totally wrong.
Aku harap kita semua berhenti mengomentari bentuk tubuh
orang lain, mau dia kurus atau gemuk atau yang lain-lainnya. Karena kita nggak
pernah tahu alasan-alasannya, hidupnya, jadi please berhenti.
Jaga mulut kita, karena kita nggak tahu kalau bisa saja
orang itu tersinggung dan akhirnya merasa sedih. Kesedihan-kesedihan kecil
itulah, jika berkali-kali didapatkannya bisa jadi mengarah ke sesuatu yang
mengerikan.
“Ketika Tuhan tidak mengambilku, itu membuatku mempertanyakan imanku. Sedikit iman yang dulu kupunya.” – hlm 182
“Setiap orang kadang-kadang terluka. Tidak perlu malu dengan itu.” – hlm 304-305
“Aku tidak sanggup menghadapi hal-hal yang sangat buruk itu. Pilihannya adalah membunuh setiap orang atau membunuh diriku sendiri.”
“Jika aku tinggal dan hidup hingga lulus sekolah menengah, masuk ke universitas, mendapatkan pekerjaan, apa yang akan bisa berubah? Kegelapan dalam diriku tidak akan pernah tersingkirkan.”
"Mengapa kau tidak berhenti mencoba untuk memperbaiki aku? Dunia ini tidak diciptakan untukku. Aku lahir terlalu cepat, atau terlalu lambat. Terlalu banyak kecacatan."
"Orang-orang tidak berubah. Ada dua jenis orang di dunia ini: para pemenang dan para pecundang."
Satu lagi, aku foto aja karena kepanjangan XD: