instagram; @arthms12 |
Judul: Warcross
Penulis: Marie Lu
Penerjemah: Nadya Andwiani
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Emi Kusmiati
Penerbit: Mizan Fantasi (Maret 2018)
Jumlah halaman: 472 hlm
ISBN: 978-602-6699-11-4
Blurb:
Warcross bukan sekadar permainan. Ini adalah gaya hidup.
Warcross adalah game yang tiba-tiba mengobsesi jutaan bahkan
miliaran orang di dunia sejak sepuluh tahun lalu. Tak hanya sebagai katarsis
untuk melupakan realita, bagi orang-orang tertentu Warcross adalah pengeruk keuntungan–besar-besaran.
Emika Chen meretas The International Warcross Championships
dan aksinya itu membuat game
mengalami malfungsi. Bukannya dipenjara, Emika malah ditawari menjadi mata-mata
oleh Hideo Tanaka, sang pencipta Warcross. Tanaka ingin Emika menjadi bounty hunter, melacak pemain Warcross
yang bertaruh secara ilegal. Tak disangka, penyelidikannya menguak sebuah plot
jahat yang bisa menghancurkan tak hanya Warcross, tapi juga tatanan dunia.
---
Kisah fiksi ilmiah, di mana dunia game adalah tema novel
ini. Game itu bernama Warcross, diciptakan oleh sosok miliader asal Jepang yang
tampan dan genius, Hideo Tanaka. Warcross sendiri adalah permainan di mana dua
tim saling bertarung untuk memperebutkan artefak masing-masing kelompok,
tentunya secara virtual. Alat yang digunakan hanyalah sebuah kacamata yang
mampu membuat sosok avatar kita masuk ke dalam dunia game dan bermain.
Lalu ada Emika, hidupnya yang kacau semenjak kematian
ayahnya serta utang di mana-mana membuatnya terpaksa menjadi pemburu bayaran,
dia menangkap penjahat judi ilegal Warcross yang tidak bisa ditangkap polisi
karena terlalu sibuk. Karena terdesak, Emika terpaksa meretas Warcross saat
pembukaan kejuaraan, demi mendapatkan item yang mahal untuk dijual secara
ilegal.
Namun, dia ketahuan. Hideo Tanaka mengiriminya sebuah jet
pribadi dan menjemputnya khusus untuk dibawa ke Jepang. Di sana, Emika ditawari
menjadi pemburu bayaran bagi Hideo. Karena, ada seseorang yang misterius telah
beberapa kali meretas dan mengacaukan Warcross. Tugas Emika adalah memburu
orang itu. Salah satu cara agar misinya sukses adalah menjadi wildcard, calon
pemain resmi yang akan direkrut oleh pemain resmi Warcross pada acara Wardraft.
Di sana ia bertemu dengan timnya, teman-temannya, berlatih
dan mengikuti babak penyisihan sesuai ketentuan. Di samping kegiatan itu, ia
juga harus memburu pelaku peretasan Warcross yang dijuluki Hideo sebagai Zero,
bahkan sampai ke Dark World. (Kalau di dunia nyata, Dark World di novel ini
semacam deep web, bagi yang belum tau, silakan searching apa itu deep web dan gimana keadaan di sana, 11 12 sama
Dark World-nya Warcross)
Tetapi penyelidikannya malah berujung kepada plot twist yang
cukup menegangkan.
---
Setelah membaca karya Marie Lu sebelumnya dan merasa kelam
selama tiga buku, Warcross menyajikan cerita yang cukup cerah. Karakter Emika
Chen menjadi narator cerita ini membuatku langsung jatuh cinta karena dia tipe
cewek yang mandiri dan badass. Belum lagi penampilan fisiknya yang menurutku
keren; rambut pelangi dan tato di sepanjang tangan kiri.
Gaya bahasa Marie Lu juga lumayan asik, menurutku, dia udah
pas banget nulis narasi kelam macam TYE Series jadi ketika berubah tema ke yang
menyenangkan kayak gini, aku kurang bisa merasakan gaya bercerita yang asiknya.
Seharusnya bisa lebih asik lagi, gitu, heu.
Plotnya, well, aku memang suka ide ceritanya dan konfliknya
tapi awal-awal cerita ini aku merasa idenya sangat fangirl-gimana-gitu. Karena
ceritanya Emika ini fans-nya Hideo, tiba-tiba dijemput pake jet pribadi dan
utang-utangnya dibayarin dan lain-lain yang bikin Emika berasa di dunia
gemerlap tiba-tiba, aku merasakan ini memang mainstream, tapi lucu kok aku suka
:D
Memang menyenangkan dan aku menikmati membaca novel ini,
kejutan-kejutan kecil di dalam misi Emika juga seru, belum lagi tiap Hideo ada
di dalam cerita, aku nggak bisa nggak terpesona sama sosoknya. Tapi seperti
yang aku ingat di novel The Young Elites dan The Rose Society, pola Marie Lu
adalah biasa-biasa di awal dan menuju akhir barulah kekerenan itu muncul.
Aksi-aksi Emika dan timnya ketika melawan tim lain di
pertandingan Warcross final paling bisa mengeluarkan seluruh semangatku,
ditambah lagi Zero yang muncul dan membuat suasana menjadi tegang, lalu jangan
lupakan romansa Hideo dan Emika yang bikin baper XD
Satu hal yang paling aku keluhkan adalah narasinya yang
terlalu banyak deskripsi. Aku yang tipe pembaca nggak sabaran ini kewalahan
ketika membaca deskripsi yang banyak, antara nggak sabar sama bingung
membayangkannya, karena Marie Lu emang khayalannya tinggi :’D
Setting novel ini adalah di Jepang! Yap, inilah salah satu
faktor kenapa aku semangat banget! Marie Lu asal China, besar di Amerika dan
menulis buku dengan latar dan tokoh utama orang Jepang *applause* meski
Jepangnya nggak begitu kerasa banget ya, hiks, tetep aja aku excited banget >.< sensasinya beda
aja gitu XD
Untuk karakter, paling menonjol pastilah Emika. Emika dan
misinya. Sesekali Emika dan Hideo. Memang awal-awal Hideo agak jarang muncul,
dan kalau muncul pun paling gitu gitu aja ngomongin kegeniusan dia dan misi
Emika. Itu juga yang bikin aku agak kaget karena tau-tau Hideo udah naksir
Emika. PDKT-nya nggak ada. Rada nggak srek sama perubahan perasaan Hideo ini
tapi tetep aja pas baca momen mereka bikin baper ;’)
Sejujurnya OTP yang satu ini bener-bener tipeku bangettt!
Emika Chen yang badass, hacker genius, supel dan cantik disandingkan dengan
Hideo Tanaka yang dingin, necis, genius, kaya raya, pintar, misterius dan sinis
;’)
Overall, aku suka
banget scifi yang satu ini. Penuh
ketegangan dan romansa yang manis. Meski masih banyak kebingungan dan ngga
paham sama istilah teknologi, tetapi aku tetap menikmati ceritanya. Plot-twist-nya yang cakep abissss.
Keren. Novel ini keren banget!
Tapi, belajar dari pengalaman, aku nggak mau terlalu jatuh
cinta sama buku-buku Marie Lu lagi karena takut akhirnya akan patah hati ;’)
Aku menunggu Wildcard diterjemahkan di Indonesia!
“Dia biasa berkata bahwa seharusnya aku mengenakan pakaian seolah-olah dunia adalah tempat yang lebih baik daripada yang sebenarnya.” – hlm 38
“Jika aku bisa memecahkan masalah-masalah ini, aku bisa mengendalikan sesuatu.” – hlm 55
“Kelihatannya aku menjadi senjata rahasia bagi lebih banyak orang daripada yang kusukai.” – hlm 172
“Mereka percaya setiap objek punya jiwa. Semakin kau memberinya cinta, semakin indah kelihatannya.” – hlm 323
“Dan, memangnya orang kebanyakan pandai memilih pemimpin mereka?” – Hideo (hlm 451)