Minggu, 01 Maret 2020

[RESENSI] The Boy I Knew From Youtube by Suarcani

source: google


Judul: The Boy I Knew From Youtube
Penulis: Suarcani
Penyunting: Midya N. Santi
Penyelaras Aksara: Wienny Siska
Desain Sampul: Sukutangan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)
ISBN: 978-602-06-3820-1 (digital)
Jumlah halaman: 256 hlm.
Baca via; Gramedia Digital

Blurb: Pada hari pertama di SMA, Rai terkejut. Ternyata Pri, pemilik channel Pie Susu, adalah kakak kelasnya. Mereka sering berinteraksi di kolom komentar YouTube, bahkan lanjut ke e-mail.

Pie susu tidak pernah mengetahui identitas Rai. Video cover lagu-lagu yang Rai nyanyikan di channel Peri Bisu hanya menayangkan sosoknya dari belakang. Itu pun sebatas pundak ke atas. Karena sudah tiga tahun Rai tidak lagi nyaman menampilkan bakat menyanyinya di dunia nyata.

Saat tiba-tiba Rai terpaksa harus tampil lagi di depan umum, Kak Pri bersedia mengiringinya dengan gitar. Persiapan lomba akustik pun menggiring interaksi mereka di dunia nyata. Namun, Rai masih tidak percaya diri. Terutama ketika gosip dan perlakuan tidak menyenagkan atas ukuran tubuhnya kembali mencuat.

-----

*warning*

Berisi pendapat pribadi terdalam *eaa

Nggak tau bakal tajem atau nggak sih tapi di-warning aja dulu ehe. Jangan baper.
Ini ketiga kalinya aku baca karya kak Suarcani, pertama yang Welcome Home Rain, lalu Purple Prose dan yang ini ketiga. Yang paling aku suka: Purple Prose jelasssss, aku suka penulis kejam ehe.





Dan jujur saja....aku agak sedikiiiit kecewa sama novel ini. Kita mulai dari judul dan kovernya, dua hal ini adalah daya tarik pertama yang memikatku buat baca, terutama karena banyaknya update-an temen-temenku di goodreads yang pada baca buku ini. Jadi yah, kepo juga. Judulnya unik, kovernya juga bagus, satu bintang buat keduanya.

Tapi, setelah baca isinya, aku jadi mikir, judulnya sama sekali tidak merepresentasikan isinya heu. Aku kira, sesuai judul, isinya bakal disampaikan pake pov pertama dan menceritakan tentang si Pri ini dong. Misalnya ternyata dia anggota sindikat gelap atau apa gitu, wkwk atau menceritakan sisi youtuber dengan lebih luas, tapi ternyata enggak.

Sesuai blurb, novel ini menceritakan tentang Rai yang sesekolah sama youtuber Pri, Rai punya bakat nyanyi tapi gak mau ditunjukin karena sesuatu, terus Pri mendukungnya buat balik lagi nyanyi, tapi permasalahan soal ukuran salah satu bagian tubuh Rai menghambatnya. Udeh. Sisanya tentang Peri Bisu yang misterius di mata Pri, buatku nggak terlalu mengesankan, mungkin kurang porsi misteriusnya? Entahlah.

Oke sekarang ke gaya bahasa, udah baca tiga bukunya doi aku jadi udah terbiasa, enak seperti biasa, mengalir, tapi menurutku kali ini terlalu banyak narasi, aku sampe skip skip gitu hehe ((mana bacanya di GD, bayangkan sj)).

Kedua, konflik: BAGUS! Wow aku terkejut ternyata salah satu yang dibahas ada ukuran yang itu, membuatku inget kalau aku juga sering insecure tentang bagian yang itu hahaha meskipun punyaku nggak segede punya Rai. Dan konflik tentang pelecehan itu uwow banget lah pokoknya, belum lagi tentang menghadapi trauma dan menemukan lagi kepercayaan diri, itu bagus banget menurutku. Satu bintang buat konfliknya.

Tapi,

Ehe, ada tapinya. Mungkin bagian ini yang membuatku nggak begitu bisa merasakan emosi dari konflik ini, jujur aku datar-datar aja bacanya...kenapa? Karena di dunia nyata, nggak semua cewek seberuntung Rai, nggak semua punya sahabat kayak Kiki, nggak semua punya ibu kayak ibu Rai dan punya kakak kayak Saka.

Apalagi yang paling membuatku tersenyum sedih merenung menatap langit-langit kamar adalah nggak semua punya temen kayak Pri yang rela lakuin ini itu buat ngedukung Rai ehe, boro-boro temen sekelas yang jadi polisi koridor dadakan. Yang ada, temen-temen paling cuma bisa bilang “sabar ya”. Ya pantes aja sih Rai bisa bangkit, ehe.

Ketiga, karakternya...hmm..cenderung biasa aja sih nggak ada yang unik. Tapi menurutku Raihani si protagonis dan Lolita si antagonis itu sangat relatable BANGET sama kehidupan nyata. Terus kesalahan Kiki juga membuat karakternya jadi nyata, suka deh. 0.5 bintang buat mereka.

Overall, aku sedikit terhibur lah baca novelnya, karena sepertinya novel ini bukan buat nyari hiburan, tapi lebih ke pelajaran hidup terutama buat para remaja ya iyalah labelnya juga teenlit ci. Pesan yang disampaikannya kuat dan menurutku bagus cocok banget buat remaja. Endingnya juga oke, anti-mainstream lah, aku suka karena nggak dilanjutin dan berenti di titik itu, terima kasih author *sungkem*

So, aku cuma ngasih 2.5 bintang dan dibuletin jadi 3 di goodreads. Recommended buat kalian yang suka insekyur sama tubuh sendiri dan kalian yang nggak pedean, pasti ada sesuatu yang bisa kalian petik dari novel ini. See you in the next review!~

p.s jangan lupa daftarin email kalian atau klik tombol follow di bawah kalau mau dapetin notif review-ku selanjutnya ^_^

Sabtu, 29 Februari 2020

[RESENSI] Bukan Nikah Biasa by Maeta

source: goodreads


Judul: Bukan Nikah Biasa
Penulis: Maeta
Penyunting: Afrianty P. Pardede
Penata Letak: Divia Permatasari
Penerbit: Elex Media Komputindo (2020)
ISBN: 978-623-00-1318-8
Jumlah halaman: 260 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

Blurb: Bagi Dishi, cinta tak pernah menjadi syarat penting dalam pernikahan. Itulah mengapa ketika Dimas menawarkan pernikahan, Dishi menerimanya dengan tangan terbuka. Dimas yang baik, humoris, juga tampan, membuat Dishi mengira akan lebih mudah jatuh cinta kepada lelaki itu. Nyatanya, cinta ataupun debar-debar istimewa itu tak pernah muncul.

Lonjakan hormon cinta Dishi justru bereaksi kepada Ditya, bos di kantor barunya. Dishi harus berjuang mengendalikan hatinya, terlebih ketika ia tahu rahasia terbesar Ditya. Dishi merasa bersalah. Pernikahannya, walaupun tidak didasari cinta, bukanlah pernikahan main-main. Sah di hadapan hukum dan agama.

Bagaimana Dishi membangun pertahanan anti-selingkuh untuk tetap setia kepada Dimas?

---

Jujur nih, aku senyam-senyum sendiri tauuuk ngetik blurb novel ini!! Nggak tau harus mulai dari mana tapi mungkin kalimat ini boleh juga; AKU SUKA NOVELNYA!

Bercerita tentang Dishi dan Dimas, teman sejak SMA, yang sama-sama udah diteror buat nikah, akhirnya mutusin buat nikah. Dua-duanya baik, dari keluarga baik-baik, cuma satu yang kurang; cinta. Dishi dan Dimas nggak saling mencintai, tapi meskipun gitu, rumah tangganya baik-baik aja. Mungkin juga efek udah kenal dari SMA gitu ya.....Masalah datang saat Dishi kerja di kantor barunya, dia ketemu cowok novelable bernama Ditya yang bikin euforia jatuh cinta dirasakannya lagi.





Nah, jujur lagi nih, kover BNB ini bukan tipe kover yang bakal menarikku buat baca bukunya...biru muda..terang, sepasang sepatu yang nggak serasi, kesannya kayak novel b aja dan kayak bercandaan buat ukuran le marriage-nya elex. Hmmm..pendapat pribadi doang sih ini. Tapi semua berubah begitu baca blurbnya T_T

Sumpah ya blurbnya bikin aku nggak mikir dua kali buat baca novel ini dari sekian banyak novel yang aku donlot setelah sehari aktif GD! Sekepo itu aku sama blurbnya! Tapi ternyata, isinya beda dari ekspektasi aku, aku kira bakal ada sesuatu yang wow antara Dishi dan Ditya, atau malah Dimas bakalan jadi korban yang bikin hati tercabik-cabik haha ternyata engga guys dan yang aku suka adalah..novel ini memang gak sesuai ekspektasiku awalnya tapi ternyata lebih dari ekspektasi aku!!

Dari halaman pertama sampai akhir, aku nggak pernah berhenti senyam-senyum karena tingkah Dimas. Cowok satu ini berhasil bikin aku betaaaaah banget baca novel ini. Sesuai sama yang tercantum di blurb, Dimas ini cowok baik, humoris, dan ganteng (meskipun ngga keliatan tapi kerasa wkwk).

Nyaris semua unsur yang ada di novel ini aku suka semuaanyaaa. Gaya bahasanya ringan, page turnerrrrr banget, nggak ngebosenin, gak banyak narasi, dialog banyak tapi nggak bikin bosen malah tiap ada dialog tuh ada aja yang bikin ngakak. SELERA HUMOR-nya nomor satu buatku...aku cocok banget! Karakternya OKE semua hahaha.

Konfliknya sederhana banget tapi nyampe point-nya. Pernah sekali aku baca novel yang melibatkan kegalauan tokoh-tokohnya sampe aku kesel sendiri (judulnya moon and her sky), nah di sini tuh hampir sama..Dishi, Dimas dan segala pikiran mereka yang saling awut-awutan tapi bedanya aku suka banget di sini, nggak bikin kesel apalagi pusing. Menurutku, tokoh Dishi dan Dimas ini loveable banget, meskipun mereka curiga sana sini galau sana sini, tapi hubungan mereka berdua di mana pun mereka berada tetep manis...aaaaa sukaaaa.....

Kukira Dishi ini bakal jadi tokoh yang nyebelin, apalagi semenjak ketemu Ditya, tapi sama kayak Dimas, aku sendiri heran sama tingkah ajaibnya Dishi. Apalagi Dimas, ini emaknya ngidam apa sampe lahirin karakter se-loveable dia sih???? Bikin mupeng taukkk pengen punya partner kayak Dimas! T_T

Dan...yang paling enak adalah nggak ada karakter antagonis, nggak ada drama-drama klise ngga jelas, nggak ada– aaaah udah nanti malah spoiler hahaha XD

Overall, novel ini highly recommended banget ya buat yang suka karakter Dimas seperti yang aku jabarin di atas, buat yang suka romcom sweet sweet-an ala Dimshi, dan tentunya buat yang suka novel sederhana tanpa konflik drama. Tapi sayangnya, aku kurang suka endingnya, menurutku masih banyak hal yang belum kelar tapi kayak tiba-tiba di-cut aja gitu huhu sedih banget. Ending inilah yang bikin aku gak kasih full stars dan cuma masuk ke shelf favorites-level-2 di akun goodreads-ku. Hehe.

Tambahan, novel ini ada nuansa islaminya gitu, aku dari dulu nggak terlalu suka sih kalau baca novel yang nyinggung ajaran agama tertentu (kalau dikit-dikit sih gapapa) dan di novel ini lumayan banyak, tapi anehnya aku nggak terganggu sama sekali, penulis pinter banget nyempilin sisi islaminya heheheh~

“Karena bagiku jauh lebih mudah mencintai apa yang kita miliki dibandingkan memiliki apa yang kita cintai.” – Dimas (hlm119)
“Maksudku, kalian emang seakrab itu? Aku pikir kalian cuma temenan biasa.”
“Emang sekarang kami lagi temenan luar biasa?” (hlm 203)
“Siapa bilang ungkapan cinta itu nggak penting? Lu tahu kagak Allah Maha-tahu, elu nggak bilang apa-apa aja Allah tahu. Tapi kita masih perlu mengungkapkan cinta kita ke Allah, lewat surat Al Fatihah setiap kita salat misalnya. Apalagi sama suami yang nggak maha-tahu. Kalau bukan bininya yang bilang cinta, lu mau cewek lain yang bilang cinta ke doi?” – hlm 245

Yang baca novel ini gegara resensiku, aku doain dapet cowok kayak Dimas yaa hehe (kalau dia tipe kalian sih). See you in the next review!


Kamis, 13 Februari 2020

Rekomendasi Teenlit Jadul Buat Remaja Masa Kini

REKOMENDASI TEENLIT JADUL BUAT REMAJA MASA KINI



Haii! Udah lama banget nggak buka blog ini dan rasanya udah berdebu dan banyak sarang laba-labanya. Maklum, aku lagi disibukin sama tugas-tugas kampus yang makin lama nggak manusiawi. Tapi meskipun blognya berdebu, baca buku tetep jalan donggg.

Salah satu buku yang aku tamatin bulan desember lalu adalah novel teenlit jadul yang baru cetak ulang, judulnya Little White Lie karya Titish A.K. Setelah aku baca novel itu, aku jadi mikir...novel remaja yang lagi booming sekarang itu jauhhhhh beda dari novel ini loh.

Nggak kayak novel-novel sekarang yang bertebaran badboy-goodgirl atau badgirl-coolboy, novel ini nggak menunjukan sifat mencolok itu. Tokoh-tokoh di sini ya...apa adanya. Remaja biasa, ada nyebelinnya, ada kocaknya, ada polosnya hehe. Setelah suka banget sama novel ini, aku mutusin buat minta rekomendasi ke temenku tentang novel-novel teenlit lain yang temanya kayak gini; polos-polos gemes.

Nah, sekarang ini setelah cukup lama nggak nulis di blog, aku bacain dah tuh semua rekomendasi dari temenku dan ternyataaaa....novel-novel teenlit itu sebagus itu guys T____T aku sudah cukup muak dicekokin badboy, dan baca novel jadul ini bikin aku seger lagi dan terutama relate banget sama masa remajaku dulu hahaha.

Daripada aku simpen sendiri, mending aku bagiin aja deh ke kalian. Buat kalian yang sama kayak aku, muak dicekokin badboy dan novel teenlit lain yang terlalu 'berbobot' *halah mending bacain novel-novel jadul ini, biar tau gimana gemesnya kisah cinta jaman dulu sebelum badboy menyerang *eaaa

pertama-tama aku mau cerita dulu nih, menurut aku nih ya ada dua jenis teenlit jaman sekarang, yang pertama teenlit klise: udah mah banyak tema yang sama, terus kayak alur kisah cintanya gitu-gitu aja, ditambah kadang ada yang lebay udah kayak novel cinta seumur hidup bla bla, pokoknya kemodern-annya tuh kerasa banget dan kadang bikin aku jenuh. Terlalu klise. Dan yang paling utama, nggak lengkap kalau si tokoh utama nggak punya kisah kelam yang membentuk kepribadiannya yang sekarang. Hahaha.

Tapi, nggak semua kok. Ada juga novel teenlit yang beda dan berbobot malah jatuhnya menurutku terlalu berbobot. Yaitu novel teenlit yang isinya dicampuradukin dari berbagai aspek, aspek persahabatan, keluarga, ekonomi, kewarganegaraan, bisnis bla bla haha bercanda deng. Pokoknya, novel tipe kayak gini itu selalu ingin memberikan nilai moral dari setiap aspek, sampai-sampai kisah utamanya itu nggak ngena di hati. Eaaa. 

Kadang kalau aku baca novel kayak gini, udah bacanya tuh aku bingung sendiri ini novel ceritanya apa sih, dan jatohnya nggak ada yang spesial karena terlalu banyak nilai moral.

IMO, terlalu banyak pesan moral yang pengen disampaikan pun nggak bagus buat teenlit, aku malah lebih suka novel teenlit yang fokus aja di satu konflik. Ini mah, udah punya musuh di sekolah, eh emak bapaknya juga bikin masalah. Apa tidak pusing..

Dan daftar novel yang bakal kusebutin ini bener-bener sederhana dan polos, satu konflik dan pastinya ceritanya bener-bener ngena, serta karakter-karakternya yang beneran ‘remaja’ banget hehe.





Mon maap kebanyakan cingcong, ini dia daftarnya.....

1. Little White Lie karya Titish A.K

source: google

 
Nggak heran dong, kenapa novel ini masuk di daftar pertama hehe. Novel ini memang sebagussss itu. Selain kisahnya yang anti-mainstream sama novel-novel jaman sekarang, tokoh-tokohnya pun polos-polos gitu. Lebih dari itu, novel ini bikin flashback jaman belum ada smartphone kayak sekarang. Lucu deh, sumpah. FYI, novel ini udah cetak ulang ganti kover sebanyak 3 kali loh. Dan kover yang ini adalah kover favoritku.

Ceritanya tentang Ocha yang sebel banget sama Adit, idola di sekolahnya yang sering bikin dia sial. Akhirnya Ocha sengaja jailin Adit lewat SMS dengan nama samaran Ayu. Eh taunya Adit malah suka sama Ayu. Ocha jadi kelabakan sendiri deh.. Buat yang mau baca resensiku soal novel ini, baca aja di sini.

Tertarik buat baca dan beli sendiri? Psst hati-hati novel bajakan! Beli yang original di sini yuk!

2. MatemaCinta karya Razy Bintang Argian


source: google


Pertama-tama, urutan ini nggak menentukan rating ya hehe. Novel MatemaCinta ini sebenernya kurang menarik buatku, pertama karena kover jadulnya yang udah nggak menarik di mataku dan yang kedua karena aku kurang suka trope murid-guru meskipun jarak umurnya deket. Aku sengaja nggak bikin resensi novel ini karena novel ini udah jadul banget, beda sama Little White Lie yang baru terbit dengan kover baru.

Ceritanya tentang Rin yang suka memanfaatkan alam sekitar dengan cara nyolong mangga mateng di halaman orang dan berakhir ketauan sama ponakan pemilik rumah. Ternyata, si ponakan itu bernama Rio dan dia adalah guru matematika dan wali kelas pengganti di kelas Rin. Sejak itu, Rin selalu kena hukuman sama Rio, tapi lama-lama kebencian itu juga ilang sendiri, ya tau lah ya dari judulnya.

Kesannya sih memang klise, tapi setelah baca ini, novel ini pun sama polos dan gemesinnya karena novel ini belum terkontaminasi keklisean yang kayak sekarang ini banyak di mana-mana hehe. Buat yang suka trope guru-murid coba kalian baca novel ini.

Mau koleksi novel MatemaCinta? Klik di sini!

3. Miss Cupid karya Mia Arsjad


source: google


Telaaaat banget karena sepertinya aku mulai ngefans sama Mia Arsjad. Novel-novelnya bagusss. Salah satunya novel Miss Cupid ini. FYI, novel ini menang lomba kategori penulis berbakat. Awal baca buku ini aku merasa buku ini heboh banget, dari gaya penulisannya. Tapi lama-lama aku terbiasa juga, justru gaya penulisan gini bisa bikin aku lebih ngena sama ceritanya dan lebih menghayati, kesannya kayak nggak formal gitu deh.

Novel ini bercerita tentang Tinka, si makcomblang tokcer di sekolahnya. Semua yang dicomblangin Tinka sukses besarrr. Tapi kemudian datanglah Rocky, cowok b aja yang pada suatu hari berubah jadi cowok keren (pas main bola doang) tapi kayaknya cewek-cewek di sekolah Tinka udah kekunci sama penampilan Rocky yang keren itu, makanya mereka jadi ngejar-ngejar Rocky dan minta Tinka buat nyomblangin mereka sama Rocky. Salah satunya si Maya, sahabat Tinka yang super feminin. Tapi, ternyata Tinka malah jadi tertarik sendiri sama Rocky gara-gara nerima orderan Maya. Duh, pusing deh, Tinka.

Beli novel Miss Cupid di sini yaaa!

4. Satria November karya Mia Arsjad


source: google

Another from Mia Arsjad! Sesungguhnya karena novel ini lah aku jadi suka banget sama tulisan Kak Mia. Satria November masuk jadi salah satu novel remaja favoritku nyusul si Little White Lie. Gimana nggak, novel ini berlatar sesuatu yang nggak biasa di dunia remaja alias ada sisi kriminalnya, which is my type bangetttt T_T Gaya penulisannya masih sama hebohnya sama Miss Cupid, tapi cocoklah sama karakter ceweknya yang memang bawel nggak ketulungan.

Novel ini bercerita tentang Mima, cewek bawel yang harus menerima kenyataan kalau bakal ada orang asing ikut tinggal di rumahnya. Dia lah Inov, anak sahabat mamanya Mima. Inov ini kesannya nyeremin buat Mima, soalnya Inov baru keluar rehabilitasi narkoba. Hiii. Tapi setelah Inov masuk ke sekolah Mima, Mima jadi tau rahasia besar apa yang lagi dijalanin Inov. Mima takut tapi toh dia nyebur juga, hehe.

Sumpah novel ini rekomen bangetttt dehhhh. Emang sih tentang kriminal, tapi isinya sederhana kok, dan seru juga. Aku sampai mikir kalau aja novel ini difilmin dan dipoles dikit, pasti bagus. Inov juga bukan badboy gimana gitu. Pokoknya mereka ini bener-bener remaja biasa, ditambah sifat sok heroik dan sok bertanggungjawab gini bikin mereka bener-bener kerasa remajanya.


5. Satria November 2 karya Mia Arsjad

source: google

Udah baca SN 1 ya nggak lengkap kalau nggak baca SN 2. IMO, ending di SN 1 ini bener-bener gemesss. Aku nggak tau gimana jadinya kalau SN 2 nggak ada, mungkin kusudah ngamuk. Di novel ini, ceritanya lebih keren lagi loh. Dan tingkat kebucinannya naik jadi 100%. Jadi kalau pada suka novel jaman sekarang karena banyak bucin, novel ini juga banyak bucinnya hahaha. 

Nggak usah khawatir karena nggak lebay juga kok, cuma memang kadarnya tinggi banget. Aku yang memang lagi pengen bucin, bahagia banget baca kisah Mima dan Inov di sini. Meskipun latar kriminal di sini bikin agak hah hah keong, tapi aku menikmati,

Ceritanya masih tentang Mima dan Inov, susah ngasih sinopsis karena takutnya spoiler SN 1 bagi yang belum baca. Tapi yang pasti, lebih mencekam dan lebih menantang. Lebih gereget dan lebih bikin ngumpat. Di sini, Kak Mia juga cukup tega sama karakternya huhu. Seru deh!

FYI, setelah SN 2 lahir, SN 1 juga cetul alias cetak ulang pake kover baru biar serasi sama kover yang kedua. Ini nih kovernya buat kalian yang mo ngoleksi hehe.

Inov 1 dan Inov 2 bisa didapetin di sini looh!


source: google


-----

Nah, itu dia 5 novel jadul yang boleh lahh dibaca sama remaja-remaja jaman sekarang. Dan rasakan sensasinya sendiri hahaha. Pasti ada yang bertanya-tanya kemana novel legendaris Jingga dan Senja kok nggak masuk??! Ya karena aku belum baca JDS hehe dan nanti bakal ada rekomendasi part 2 dan part part selanjutnya jadiiii tenang ajaaa.

See you in another post and keep reading yhaa!~

Sabtu, 21 Desember 2019

[RESENSI] Hectic, Hectic, Hat Trick by Sashi Kirana

source: google




Judul: Hectic, Hectic, Hat Trick
Penulis: Sashi Kirana
Editor: M. L. Anindya Larasati
Penerbit: Elexmedia (2019)
ISBN: 978-632-00-1094-1 (Digital)
Baca via: Gramedia Digital
Jumlah Halaman: 209 hlm.

Blurb: Safiya sedang dibuat bingung –blog pribadinya dibekukan oleh pihak sekolah. Tulisannya dianggap kontroversial dan dapat menjatuhkan nama baik Bina Cendekia yang termasuk salah satu sekolah unggulan. Jika Safiya tetap nekat menulis di blognya, ia mungkin dikeluarkan dari sekolah. Beruntung, seorang kakak kelas bernama Irgi datang menawarkan bantuan untuk berunding dengan kepala sekolah.

Tidak hanya itu, seorang teman sekolah bernama Varo terus-menerus mencoba mengajaknya bicara. Teman-temannya bilang Varo menyukainya, tetapi menurut Safiya hal itu mengganggu. Ia menerima bantuan Gavin, temannya sedari kecil.

Apakah Safiya berhasil memperjuangkan blognya dengan bantuan Irgi? Dan apakah Gavin berhasil membantunya mengatasi Varo ... atau malah membuat semuanya lebih runyam?

-----

Udah dari sejak lama kepo sama tulisannya Sashi Kirana, semenjak aku masih aktif di wattpad, soalnya dari blurb-blurb karyanya selalu menarik. Sempet mau baca OHHH tapi kejang duluan soalnya tebel banget gila teenlit doang huft, akhirnya bisa kenalan sama tulisan Sashi lewat novel tipis ini yeay!

Lagi-lagi blurbnya emang menjanjikan banget, tapi mengingat jumlah halamannya cuma 204 hlm, aku nggak mau berekspektasi tinggi. Dan syukurlah aku gak kecewa sih novelnya ternyata nggak se-wah blurbnya,

Bisa dibilang, novel ini bercerita tentang Safiya yang blognya dibekukan oleh sekolah dan Irgi yang mau ngebantu. Lalu, tentang Gavin dan Varo yang saingan buat dapetin hati Safiya. Dipisah? Iya dipisah, soalnya aku merasa dua kasus itu adalah hal yang keliatan jelas garis pembatasnya.

Aku suka ide ceritanya, tapi jujur bab pertama aku udah disuguhi karya pemikiran “kritis”-nya Safiya terus mikir; aduh ni novel keknya bakal berat bijak bla bla nih, tapi ternyata aku salah wkwk. Setelah mulai baca ini, cuma butuh beberapa jam doang buat nyelesain karena emang tipis dan ringan banget nget. Ceritanya juga sederhana, kayak yang aku bilang tadi, nggak se-wah blurbnya. Gaya bahasanya juga enak gak bikin ngantuk.

Malahan, aku merasa Safiya sebagai pemeran utama kurang porsinya. Justru Gavin sama Varo lebih banyak hahaha. Aku juga agak heran sih, perasaan si Safiya ini nggak ada istimewa-istimewanya, tapi kok bisa direbutin dua cowok huhu T_T

Sejujurnya nggak ada tokoh yang aku suka dari novel ini semuanya b aja. Aku malah agak kesel sama Safiya sih, nggak tau kenapa, jutek dan nggak peka, dijelasin sih dia gak peduli sama pacaran bla bla, tapi aku ngeliatnya seolah karakternya dijadiin pusat semesta, padahal dia gak se-oke itu, gitu. Malah aku ngerasa tulisan yang ditulis Safiya lebih kerasa nyinyirnya daripada kritisnya hehe IMO. Tapi, kabar baiknya, dia sendiri yang bilang di ending hati-hati saat menulis. Aku pikir dia sudah intropeksi diri hahaha.

Trus Gavin dan Varo (yang untungnya dua-duanya bukan badboy hahah) aku ngerasa kasian sama mereka jujur. Gak seru banget idupnya cuma ngejar-ngejar Safiya doang. Malah yang dikejar cuek bebek kaliannya yang susah sendiri. Heran dah wkwk. Aku berdoa semoga kalian menemukan kehidupan yang lebih bermanfaat.





Sejujurnya aku nyaris mabok karena tiap halaman bahasnya Safiyaaaa mulu. Sudut pandang siapa pun, yang dibahas cuma si Saf. Bahkan aku ngerasa banyak banget deskripsi perasaan mereka berdua buat Safiya. Gavin ngobrol sama temen-temennya bahasnya Safiya. Varo sama temennya bahas Safiya juga. Enek w sama si Safiya sumpah wkwkw

Terus, aku banyak skip skip narasinya karena rasanya diulang-ulang terus gitu terus, safiya lagi safiya lagi, how to make Safiya loves them back, bla bla, bla bla. Jujur aku tertarik sama idupnya Gavin soalnya sama kek aku, nggak punya tujuan haha tapi cuma sehalaman doang kali dibahasnya. Sad.
“Gue bukannya nggak suka, tapi ... gimana ya? Mungkin gue nggak nyaman karena gue nggak punya bayangan apa-apa tentang hidup gue ke depannya, sedangkan orang-orang udah kepikiran mau kuliah di mana, kerja jadi apa, dan sebagainya.” - Gavin
Belum sampe tingkat bucin sih, masih b aja. Dan, aku ngerasa kok momen Varo-Gavin lebih banyak sih ketimbang Varo-Safiya Gavin-Safiya sih?? Varo sama Gavin aja deh jadi bromance lucuk juga XD
“Kadang gue bingung, loh. Lo tuh, sukanya sama Safiya, tapi kayaknya lebih sering berinteraksi sama Gavin. Udah baikan ya, sekarang? Dia jadi sahabat baru lo?” – hlm 109
Terus, aku ngerasa progress mereka lambat banget. Kukira novel tipis gini mungkin bakal wus wus wus alurnya, ternyata nggak, cuma dua konflik yang udah kusebutin di awal doang. Penyelesaiannya pun ringkas dan sederhana.

Satu lagi unek-unekku buat novel ini; ceritanya bagus deh bener, tapi aku merasa kurang dapet feelnya. Jujur aku baca ini datar aja gitu, cengengesan nggak, ngakak nggak, senyam-senyum juga enggak. Cuma dua kali doang aku senyum pas baca novel 204 halaman ini; pertama di halaman 123 dan di halaman 180. Sumpah Varo ama Gavin jadi couple aja dah wkwk.

Overall, aku tadinya mau kasih 2,5 bintang aja soalnya nyaris b aja novelnya, TAPI KUSUKA endingnya hahaha sumpah deh satisfying banget endingnya! Nggak bisa ngubah perasaanku soal keseluruhan novelnya, tapi endingnya bener-bener penyelamat mood dan kukasih 3ó yeayyy!

Boleh lah dibaca kalau lagi senggang..nggak jamin bakal menghibur karena kutidak terhibur tapi selera beda-beda yah, siapa tau kalian terhibur :D


Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)