Sabtu, 23 September 2017

[RESENSI] Crenshaw by Katherine Applegate

“Sahabat Beda Dunia”



Judul: Crenshaw
Penulis: Katherine Applegate
Penerjemah: Prisca Primasari
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Emi Kusmiati
Desain Cover: Agung Wulandana
Penerbit: Mizan Fantasi (Maret, 2017)
Jumlah halaman: 172 hlm.
ISBN: 978-602-61099-2-7


Blurb:

“Teman-teman khayalan tidak sembarangan muncul. Kami diundang. Kami akan tinggal selama yang diperlukan. Dan baru setelah itulah kami akan pergi.”

Jackson tahu ada yang salah dengan hidupnya, dengan hidup keluarganya. Dia dan adik perempuannya selalu merasa kelaparan. Ayah dan ibunya diam-diam bertengkar sepanjang waktu. Satu per satu barang di apartemen mereka raib. Puncaknya, muncul seekor kucing raksasa bernama Crenshaw, yang hanya bisa dilihat oleh Jackson.

Ya, Jackson tahu, Crenshaw adalah teman khayalannya yang telah lama menghilang. Crenshaw bilang, ia kembali karena Jackson memerlukan bantuannya. Tapi apakah bantuan dari seorang teman khayalan saja cukup untuk menyelamatkan keluarga Jackson dari kehilangan segalanya?


Ketika pertama kali memutuskan untuk menyukai novel ini dan ingin membacanya adalah karena kovernya! Aku suka warna dan gambarnya, dan entah kenapa ya, buku-buku fantasi Mizan itu wanginya enak. Wkwk. (perasaan doang kali ya)

Ketika membaca blurb, sejujurnya nggak terlalu tertarik, tapi karena ini fantasi dan aku sangat suka fantasi, jadi kupikir: okelah, mari kita baca.

Ternyata isinya memang nggak sesuai harapanku, meski nggak bisa dikatakan jelek. Novel ini bercerita tentang kehidupan Jackson dan keluarga miskinnya. Hidupnya sangat kesusahan sampai-sampai aku ikutan baper.

Setiap hari, Jackson dan adiknya kelaparan. Mereka biasa memainkan permainan sampai lapar itu menghilang. Lalu ketika ayah dan ibunya menyuruh mereka mengumpulkan barang-barang untuk diloakkan, bagaimana penulis menggambarkan Jackson yang baru kelas lima SD itu bersikap seolah-olah dia mampu menanggungnya, padahal tidak. Dia tidak mau kamarnya kosong, dia tidak mau menjual barang-barangnya.

Jujur itu membuatku nyesek. Penggambaran konflik batin Jackson sangat bisa kurasakan karena sedikit banyak aku juga pernah melalui hal-hal sulit seperti Jackson meski dalam situasi yang berbeda.
Terdapat banyak juga flashback, ketika pertama kali Crenshaw muncul ketika Jacks kelas satu SD. Jacks sempat tinggal di van selama empat belas minggu. Dan bagi siapa pun yang bacanya, termasuk aku, gak punya hati banget kalau nggak langsung bersyukur!

Novel ini mengandung banyak pelajaran berharga tentang pentingnya rasa syukur dan perjuangan. Walaupun terkadang di beberapa bagian aku mengutuk kedua orangtuanya hahahaha yang membuat hidup Jackson dan Robin, adiknya, sampai ikut menderita.

Tapi toh, orangtua mana yang mau anak-anaknya ikut menderita yes? Nggak ada. Setelah baca tentang bagian ayah Jacks yang menangis, aku ikut sedih.

Balik lagi soal fantasinya. Satu kata: kurang! Aku nggak puas dengan kehadiran Crenshaw yang cuma dijelaskan berselancar, mandi gelembung, dan selanjutnya ngobrol sama Jacks. Kurang keajaiban, kurang peran penting dari Crenshaw. Kucing raksasa itu cuma bilang kepada Jacks untuk berkata jujur. Dan setelah Jacks melakukannya.. Udah.

Jadi ya, aku merasa kehadiran Crenshaw nggak istimewa, tapi tetep aja aku jadi pengin punya temen khayalan. Dan endingnya pun nggak gereget, seperti yang sudah seharusnya terjadi. Tapi bikin lega.

Overall, aku kasih 3 bintang! Satu untuk kover, satu untuk si maskot karena kucing hewan kesukaanku, bintang terakhir untuk kisah Jackson yang memilukan. Ada yang perlu kisah inspirasi yang ringan? Aku merekomendasikan Crenshaw.


p.s jangan lupa sayangi ayah dan ibu :)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)