Judul: The
Maps of Bones
Penulis:
Francesca Haig
Penerjemah:
Reni Indardini
Penyunting:
Lisa Indriyana
Penata
aksara: CDDC
Perancang
sampul: artgensi
Penerbit:
Noura Books (Mizan Fantasi) 2016
Blurb:
Piper menyentuh
wajahku. Dia tidak menginginkan apa-apa, cuma bermaksud menghiburku. Namun aku
tidak bisa dihibur. Aku rusak sungguhan. Benakku dipenuhi bayangan api,
terawangan mengenai Kip di dalam tangki, dan momen ketika Kip jatuh ke lantai
silo. Piper tak akan mengerti ada hal-hal yang tidak bisa diperbaiki.
Cass tak bisa
menyingkirkan bayang-bayang kejadian pada hari itu, ketika Kip mengorbankan
nyawa demi menyelamatkannya. Sesuatu yang bahkan belum tentu sudi dilakukan
Zach –kembaran Cass– seandainya tidak ada ikatan kematian yang mempersatukan
Alpha dan Omega.
Alpha dan
Omega lahir dan mati secara bersamaan –sesuatu yang alami dan tak terhindarkan.
Namun hal itu tidak menghalangi para Alpha untuk mengucilkan saudara-saudara
Omega-nya. Batas-batas tetap terbentuk dan diskriminasi terjadi di mana-mana
Cass dan
kawan-kawan seperjuangannya sudah muak ditindas. Meskipun masih dihantui
terawangan tentang masa depan dan mimpi buruk mengenai kematian Kip, dia masih
berusaha menemukan jalan untuk kehidupan layak dan kesetaraan bagi para Omega.
Melanjutkan
review-ku sebelumnya, ini adalah buku kedua dari trilogi The Fire Sermon yang
berjudul The Maps of Bones. Seperti yang dikatakan di blurb bahwa Kip, teman
seperjalanan Cass di buku satu telah meninggal. Kematian Kip yang setidaknya
turut membantu dalam memperlambat gerakan rencana Dewan.
Kisah berlanjut
dengan pencarian Tempat Lain, sebuah tempat yang katanya lebih baik. Tapi
selama perjalanan itu, aku merasa cukup bosan karena Cass terus saja bersikap
terpuruk dan mengingat-ngingat Kip. Butuh waktu lama bagi Cass untuk move-on,
tapi narasi yang disampaikannya tidak begitu datar, berbagai permasalahan kecil
juga ikut menambah nilai plus.
Mereka melakukan perjalanan sambil menghindari
serdadu Dewan, juga bertemu banyak orang yang dulunya terlibat gerakan
perlawanan. Tapi masalah muncul di tengah-tengah, terawangan Cass soal tempat
pelariannya dulu bersama Kip, New Hobart, menimbulkan masalah besar.
Di sana Dewan bukan hanya sekadar melakukan
isolasi untuk menemukan buronan ( Cass dan Kip) tetapi ada sesuatu yang Dewan
cari di sana, sesuatu yang berhubungan dengan mesin, dengan Tempat Lain.
Cass, serta Zoe dan Piper mulai berangkat ke New
Hobart, tapi di sana mereka mengalami kesulitan karena Dewan sudah mulai
melakukan tindakan memasukan Omega ke dalam tangki, sesuatu mengerikan yang
dicetuskan saudara kembarnya sendiri, Zach.
Tidak ada jalan lain, perang tak terhindarkan.
Dan jujur di bagian ini aku sangat menikmati ceritanya. Suasana perang dan
sabetan pedang yang sangat terasa. Satu serdadu Alpha yang mati di medan
perang, pasangan Omeganya akan langsung tumbang di mana pun dia berada, begitu
pun sebaliknya. Di bagian ini juga aku makin menyukai ide bahwa pasangan kembar
terikat dengan kematian.
Tiga ribu serdadu dewan melawan lima ratus orang
Omega di gerakan perlawanan.
Konflik mereka tidak sampai di situ, karena
mereka tetap harus menemukan Tempat Lain. Beruntung karena spesialis Cass
adalah menemukan sebuah tempat, mereka akhirnya menemukan Bahtera, tempat yang
menyimpan sejarah tentang orang-orang yang bertahan dalam ledakan di masa lalu.
Di sana dia bertemu Zach, juga seorang yang amat
dekat dengan dirinya; Kip.
Well, jujur aku lebih menikmati buku kedua
daripada yang pertama. Buku pertama secara garis besar hanya berupa pelarian
yang sangat lama dan kurang aksi. Meskipun sama-sama berbalut perang antar
kembar, tapi buku kedua ini terkesan lebih hidup. Juga ditambah lagi dengan
banyaknya rahasia yang terungkap dan ini sangat menantang buatku.
Untuk ending-nya,
seperti kebanyakan trilogi lainnya tentu saja ending-nya menggantung hanya saja aku sangat puas dan bersemangat.
Diakhiri dengan harapan besar namun seakan-akan hanya bayangan yang suram.
Terakhir aku memberikan 4.5 bintang lagi karena
novel fantasi ini belum bisa membuatku kecanduan:)
Tapi aku akan tetap
menantikan buku ketiganya, yang masih belum ada kabar. Dan juga aku nggak rela
kalau sampai nggak tahu akhir dari tokoh favoritku; Zach.
Psst, Zach memang muncul hanya sedikit dalam dua
novel ini tapi entah kenapa aku tersihir sama karakternya. Dibanding para
protagonis; Cass, Zoe dan Piper, aku lebih menyukai Zach HAHA.
Quotes~
“Apa bedanya andaikan aku memberitahu nama pemberian orangtuaku? Kenapa nama pemberian orangtua lebih autentik daripada nama yang kita pilih sendiri?” – sang Pemimpin Sirkus (hlm 65)
“Aku sendiri sering mempertanyakannya. Adakalanya aku merasa kewarasanku bakal terlepas bagaikan gigi tanggal. Ketika kebakaran meledak dalam benakku berkali-kali, aku sendiri heran bisa-bisanya aku masih normal seperti sediakala.” – Cass (hlm 120)
“Kata-kata merupakan simbol tak berdarah yang bisa kita andalkan demi menjaga jarak dari dunia.” – hlm 381
“Kami seharusnya belajar dari pengalaman bahwa tak ada yang lebih berbahaya daripada harapan.” – 542
Seri ketiga nya belom keluar juga kan yaa? :(
BalasHapusiya belum ada padahal udah lama keluar versi aslinya :(
Hapus