Tampilkan postingan dengan label Novel Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel Indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Februari 2022

Cinta Segitiga + Friendzone di Nonversation (a review)

 

source: goodreads


 

Judul: Nonversation

Penulis: Valerie Patkar

Penerbit: Bhuana Sastra (2019)

Jumlah halaman: 348 hlm

Baca via: iPusnas

 

Bagai keluar dari kandang buaya, malah masuk ke kandang macan (ya ini ngarang aja g usah serius2). Ini adalah pikiran gue waktu selamat dari baca Claires, eh malah kejebak di Nonversation.

Sedikit pembukaan, dari dulu gue pengen baca novelnya Valerie. Claires yang judulnya menarik serta kover pink bikin gue penasaran. Tapi ternyata gue memutuskan kalau gue nggak sanggup baca cerita ini karena karakter Ares di 4 bab pertama, nggak ada bagus-bagusnya! Kasarnya, semua red flags ditunjukkin semua dah buset. Jadilah gue nggak tertarik untuk tau apa green flagsnya Ares sampe bisa dapetin Claire yang polos.

Tapi gue belum nyerah buat baca novelnya Valerie, minimal satu aja gitu, kenalan sama tulisannya. Lalu akhirnya Nonversation-lah yang tersedia di iPusnas.

Nothing was wrong when i read some first chapters of this book. Ceritanya tentang cinta segitiga dan friendzone sekaligus. Tetapi masalahnya, udah di-spoiler duluan di halaman awal sama penulisnya ke mana ceritanya akan berlabuh :D jadi buat apa gw baca gitu kan sebenernya tapi yodah.

Dua tokoh utama kita di Nonversation adalah Theala dan Dirga. Theala si anak baik yang naksir Trian dari SMA, tapi berakhir malah sahabatan sama Dirga sejak masuk kuliah di kampus yang sama. Dirga ini adalah playboy sekaligus temen Trian yang tobat dan hanya mencintai Theala sejak bertemu pertama kali entah karena apa gue juga ngga terlalu nangkep.

Dirga emang tobat dan sahabatan sama Theala, tapi dia tetep pura-pura brengsek aja biar Theala nggak nyadar perasaan Dirga, soalnya Dirga tau Theala sukanya sama Trian. Sembari tetep di samping Theala, panggil-panggil sayang, sampe skinship pun Theala nggak nyadar kalau Dirga naksir dia karena Dirga masih gonta-ganti cewek.

OK. Masuk ke gaya bahasanya, satu hal yang gue rasain pas baca ini adalah gue nggak bisa baca cepet. Ya, dari dulu gue termasuk orang yang bisa baca kalimat dengan cepet, tapi anehnya pas baca nonver gue jadi ngelag gitu loh, kayak hape yang kuotanya skarat. Harus bener-bener gue cerna dengan baik.

Gaya bahasanya agak-agak puitis, diksinya tuh kayak sengaja dibuat deep sehingga supaya pembaca baper. Gaya bahasa ditambah gaya hidup karakter-karakternya yang diceritain kadang bikin gue mikir ini kayak high society love story yang nggak mashok dibaca sama rakyat jelata kek gue. Kayak ketinggian aja gitu untuk bisa gue resapi T_T

Setiap bab awal ada puisi pendek. Setiap judul bab adalah gabungan dari dua kata bahasa inggris yang mana menurut gue idenya unik tapi beberapa ada gabungan yang i hope i didnt read it lmao.

POV di novel ini ada tiga orang; Dirga, Theala, dan Trian. Yang mana gue tegaskan sekali lagi, couple buku ini udah jelas siapa, mengapa harus ada pov Trian pun gue nggak tau juga.

Sedikit yang mengganggu gue di POV ini, gue kadang nggak tau siapa yang lagi bernarasi. Kadang narasi mereka tuh kayak curhat, kalo di sinetron tuh kayak suara pikiran tokoh yang kedengeran sama penonton.

Dan menurut gue semua narasi mereka nggak bisa gue bedain. Nuansa pikiran mereka sama semua, poetic semua, deep semua. Nggak ada ciri khas. Mana mereka ya seringnya kan ngobrol satu sama lain makanya kadang-kadang gue ilang fokus dan harus balik lagi ke atas buat mastiin ini pov siapa. Haha.

Masuk ke karakter, nggak ada satupun karakter yang gue suka di buku ini. Sorry to say. Theala cuma gadis baik biasa, loyal, punya trauma, lembut, yang diem aja dan sabar saat dilabrak mantan Dirga, ibu peri banget pokoknya.

Dirga si playboy yang doyan main cewek, hm apalagi ya, gatau mau deskripsiin dia apa? Bucin? Tulus? Pengertian? Gue nggak terlalu bisa menilai dia karena dia baiknya sama Theala doang dan teman-temannya. Both of them have daddy’s issues anyway.

Nah Trian nih gue bingung, dia bener-bener cuma tempelan doang di sini. Cuma kayak tokoh pembantu yang karakternya dibikin ngarang aja asal ada konflik dan kemajuan buat kedua tokoh utamanya. I felt bad for him. Sumpah di bagian karakterisasi Trian, gue beneran marah dan nggak terima sama penulisnya.

The plot: karena dari awal ke tengah gue bisa tahan baca novel ini, gue jadi nggak bisa buat DNF saat plot mulai nunjukin tanda-tanda trope yang paling gue benci. Tanggung. Sebenernya di plot inilah gue mulai turn off sama Nonversation.

I do like ‘love triangles’ trope or ‘friendzone’, in short, i like reading romance no matter what theme it has.

Tapi plot yang kayak gini? Big turn off and there was no way to go back. I had to finish what I started. Makanya gue bilang gue berasa selamat dari Claires tapi kejebak di Nonversation.

Penasaran plot seperti apa yang bikin gue turn off? Gih baca!

Yang jelas, gue bener-bener ngerasa Trian ternistakan banget haha. Poor Trian.

Memasuki puncak konflik ini pun, gue ngerasa ternyata Theala nggak sebaik yang gue pikirkan selama ini. Dia bersikap jahat dengan cara yang paling baik. Kalau Dirga nggak usah ditanya, a walking green flag just for Theala. Pokoknya cerita ini bener-bener nekenin kalau Dirga itu yang paling tepat dan paling benar dan paling sempurna untuk Theala!!

Tapi menurut gue, orang waras manapun pasti bakal liat duluan track record Dirga kayak gimana. Gue sendiri skeptis sama orang yang bisa tiba-tiba tobat karena jatuh cinta. Bisa jadi kalau udah bosen, ya liarnya kumat lagi. Yes, i didn’t trust Dirga. That is what i think, how ‘bout you?

So, dari tema cinta segitiga dan plotnya yang dikemas begini, cerita ini termasuk klasik dan mainstream menurut gue. Gue sangat amat berharap plotnya nggak akan nyeret-nyeret Trian sekejam ini sebenernya, he’s actually lovely, tapi yah..mau gimana.

Sebenernya masih banyak banget unek-unek gue soal Nonversation. Gue nulis ini H+3 setelah selesai baca, kalau gue nulisnya pas setelah selesai baca banget, dijamin ini bakal sampe 2000+ words dah haha.

Overall, hampir semua elemen di novel ini nggak gue suka. This book is definitely, 100%, not my cup of tea. Gue nggak cocok sama karakter-karakternya, ga cocok sama gaya hidup mereka, dan ga cocok sama plotnya. Kalau gaya bahasa masih bisa gue terima meskipun tetep merasa ada ketidakcocokan sama selera gue. Ceritanya terlalu biasa. Kehidupan sehari-hari yang membosankan. Endingnya ketebak dan not satisfying at all.

Hanya dua hal yang gue suka dari novel ini adalah kovernya dan judulnya yang menarik. Dah segitu aja. Anyway, gue tadinya berencana untuk menyudahi ‘pertemanan’ gue sama tulisan Valerie karena baru kenalan sama dua buku aja udah gini, tapi gue kayaknya agak berubah pikiran dan berharap bisa baca Luka Cita suatu saat nanti.

2 for Nonversation from me.

Cheers! Don’t forget to click follow/submit your email below! Have a nice day!

 

Minggu, 21 November 2021

Resensi – A Sky Full of Stars by Nara Lahmusi

 

source: goodreads


Judul: A Sky Full of Stars

Penulis: Nara Lahmusi

Penyunting: Irna Permanasari

Penyelaras aksara: Vania Adinda

Desain sampul: Bella Ansori

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)

Jumlah halaman: 240 hlm.

Baca via: Ipusnas

 

Hi! Udah lama yaa nggak nulis di blogku. Setahun ini aku sibuk banget jadi nggak terlalu banyak baca buku. Kalau baca pun nggak ada niat buat bikin resensi hehe.

Tapi kali ini aku mau banget nulis review buat novel teenlit terbitan GPU yang baru aja aku selesain beberapa waktu lalu. Karena menurut aku buku ini bagus banget isinya.

A Sky Full of Stars bercerita tentang Raya, seorang anak yatim yang cerdas dan pekerja keras. Demi nambah-nambah uang buat keluarganya, Raya yang udah kelas 3 SMA ini bela-belain ngelamar kerja jadi tutor private.

Dari situ, akhirnya dia ketemu sama Dika, cowok yang berusia setahun di bawahnya untuk jadi muridnya. Nggak cuma Dika, ternyata Raya juga harus berurusan sama Dirga, kakak Dika yang bandel dan terkenal di sekolahnya. Ditambah lagi, ternyata Raya dan Dirga satu sekolah.

Dikelilingi oleh dua kakak beradik yang diam-diam tertarik sama Raya, nggak bikin Raya balik tertarik sama mereka karena sebenarnya Raya sendiri udah punya cinta pertamanya. Cowok yang beliin dia buku waktu SMP.

Tapi, apa jadinya kalau cinta pertama Raya ternyata adalah salah satu dari kakak beradik itu?

Ini pertama kalinya aku baca novelnya Nara Lahmusi, dari novel-novel beliau, aku paling tertarik sama A Sky Full of Stars ini karena cover-nya cakeeep. Meskipun sebenarnya aku sangka novel ini bakal bertema agak kelam dan diakhiri dengan acceptance tokoh utamanya. Emang guenya aja yang pikirannya kemana-mana.

Ternyata novel ini hanya teenlit biasa dengan bumbu romance dan nilai moral yang baik. Aku berharap cover-nya bisa lebih unyu aja gitu haha.

Dari gaya penulisannya, aku suka karena nggak terlalu berat dan mengalir. Konfliknya ringan dan disampaikan dengan baik, nggak bertele-tele, nggak loncat-loncat, pokoknya padet. Ini salah satu hal yang bikin aku betah bacanya.

Selain konflik cinta Raya yang masih teka-teki, di sini pun ada konflik tentang bahaya merokok buat remaja, hubungan orangtua-anak, dan pentingnya belajar serta cita-cita. Aku bersyukur karena konfliknya nggak ditambah-tambahin ini itu lagi, jadi ceritanya bener-bener fokus. Alurnya juga dibuat maju dan sederhana dengan POV orang ketiga.

Penokohan yang paling penting di sini cuma ada 4. Yaitu Raya, Dika, Dirga, dan Rila (adik Raya). Sesekali bapaknya double D muncul, ibu Raya, trus sama ada side story dua guru di sekolah yang aku skip ceritanya karena nggak penting menurutku haha jangan ditiru.

Tokoh favorit aku hmm..siapa ya. Kayaknya nggak ada. Semua peran berbeda-beda dan unik, tapi nggak ada yang sampe bikin aku nge-crush. Pada akhirnya mereka semua cuma remaja biasa.

Menurut dan seinget aku, Raya ini terlalu dewasa. Bahkan bisa dibilang dia hampir nggak punya kesalahan di sini. Dia baik, cantik, pinter, tegas, penyayang, peduli sesama, bla bla. Tapi ada satu sih yang bikin aku nggak terlalu suka, dia ini tukang ikut campur urusan orang.

Alasan kenapa aku bilang dia hampir nggak punya kesalahan..? Karena sifat ikut campurnya ini punya output yang bagus bagi tokoh-tokoh di sekitarnya, dan bikin konfliknya mengarah ke arah yang lebih baik.

Tapi bagi aku pribadi, sorry to say, ngeselin banget kalau sampe segala macem dikomenin Raya. Kalau blurb aslinya bilang Raya terpaksa terlibat, errr I disagreed. Just mind your own business deh Rayyy!

Lalu ada Dirga, cowok yang paling keliatan character development-nya. Ofc. Not surprised lah ya. Dirga ini selain punya father-issue, dia juga punya karakter yang ngeselin-gemesin, tukang ngerokok dan bolos jam pelajaran. Tapi di balik itu semua dia orang baik sie.

Lain Dirga, lain juga adeknya, Dika. Dika ini cowok manis yang sakit-sakitan. Dia orangnya tulus dan baik. Ah prince charming deh ya. Minor character development. Lalu ada Rila, sifatnya jauh dari kakaknya si Raya. Rila ini tipe yang lebih aktif dan ceria. No character development.

Bisa dibilang, novel ini adalah paket lengkap teenlit deh buat remaja-remaja yang mau nyari bacaan ringan gemes sekaligus metik hal yang berharga.

Anyway, karena aku bukan anak sekolahan lagi yang butuh edukasi kayak gini *ea* bagian favorit aku di novel ini tentunya kisah cinta Raya. Cinta segitiga emang paling ngeselin tapi menantang.

Di antara dua kapal ini, jujur aku bingung pilih siapa. Sebagai orang yang sering kena sub-complex, aku sebenarnya cenderung ada di pihak calon sadboy HAHA.

Pas lagi baca bener-bener dukung Dika, tapi ternyata..aku nggak bisa kena sub-complex karena aku ngerasa di sini semuanya nggak ada yang berhak jadi sadboy aaaak. Bener-bener terombang-ambing deh dibikin sama novel ini T_T Apalagi menuju ending, dahlah nyerah aku main kapal-kapalan, mending nyebur aja ke laut hiks.

Overall, novelnya cukup memuaskan. Hanya satu yang kurang bikin aku sreg, yaitu endingnya. Aku udah siap gagal move-on tauk! Hmm. Nggak ada yang salah sebenarnya di endingnya cuma aku prefer nggak usah dibikin tiba-tiba berubah haluan aja gitu. Akan lebih baik kalau dipelanin kayak alur keseluruhan.

3 dari aku buat nambah-nambahin bintang di langit mereka.

 

 

 

Senin, 07 September 2020

Rekomendasi Teenlit (agak) Jadul Part 2!


 


Hi guys how are youuuu? I hope y’all are doing well! mulai bulan ini aku berencana buat rutin ngonten minimal seminggu sekali, maksimal dua hehe mudah-mudahan terlaksana:)

By the way, masih inget rekomendasi teenlit jadul yang pernah aku posting Februari lalu? Di sana ada lima judul buku teenlit karya penulis-penulis Indonesia berbakat loh. Kalau belum baca, klik dulu di sini biar afdol. Soalnya di part dua ada rekomendasi yang nggak kalah seru, malah jauh lebih seru, yang ini kalian beneran deh, wajib, kudu, harus, banget baca novel-novel di bawah ini kalau kalian pecinta teenlit lokal sejati. HEHE.

Sebelumnya aku mau tanya, siapa yang pernah bercita-cita jadi agen rahasia atau mata-mata? Sejujurnya aku sendiri nggak pernah kepikiran punya pekerjaan kayak gitu, aku dulunya mau jadi dokter! Apalah daya akhirnya cuma jadi penulis konten di blog pribadi.

Biasanya kalian bakal nemuin cerita tentang agen rahasia di novel atau film-film luar negeri, yang plotnya keren, tegang, banyak plot-twists, kekerasan bla bla, kayak si James Bond itu lah. Tapi sesungguhnya kalian nggak perlu jauh-jauh karena kita semua punya penulis lokal, asli Indonesia, yang bikin novel tentang agen rahasia dan bagaimana cara mereka beroperasi dengan segala macem detail tentang organisasinya loh!

Yup, siapa lagi kalau bukan Clio Freya dan series Fay’s Adventure-nya yang super duper keren. Jujur, aku kurang banyak nemu artikel tentang betapa kerennya series ini, apa karena udah agak jadul? Atau underrated? Padahal nih ya, coba deh cek goodreads dan liat rating series ini. Ketiga bukunya meraih rating di atas 4 bintang loh, masih ragu buat baca?

Dan terlebih lagi, novel ini adalah novel teenlit. IYA, TEENLIT, kalian nggak salah baca. Novel teenlit, tokoh-tokohnya remaja, main agen rahasia T_T segitu aja harusnya udah cukup buat kalian kepo sama ceritanya, iya nggak sih?

Tenang aja, jangan dulu mikir:

“Ah, bukan terjemahan pasti ceritanya mainstream.”

“Paling nanti agen rahasianya cuma disebut-sebut doang, nggak ada penjelasan.”

“Teenlit lokal bikin konflik agen rahasia? Paling versi simpelnya doang.”

“Wah temanya berat, jangan-jangan nanti nggak masuk akal, asal tempel.”

No, no, no, big NO. Kalian salah besar. Meskipun aku juga sebenernya bego dan nggak ngerti apa-apa sama tetek bengek agen rahasia, tapi aku jamin kalian bakal menemukan detail yang memuaskan, nggak asal tempel, dan pastinya riset yang oke. Aku juga mikir mungkin beberapa hal ada yang fiksi tapi setidaknya, penjelasannya masuk akal kok.

Kalau gitu, siap kenalan sama Fay? Lanjut baca biar makin kepo :p

Series Fay’s Adventure dengan buku pertamanya yang berjudul “Eiffel, Tolong!” terbit tahun 2009. Waktu itu aku pertama kali baca sekitar tahun 2014. Dilihat dari kovernya yang maaf, nggak eye-catching, dan judulnya yang kurang menarik, aku nggak berekspektasi apa-apa sama novel ini. Cuma dikasih pinjam temanku lalu aku baca aja kata dia seru. EALAH taunya, aku bucin sendiri, tergila-gila sama ceritanya T_T

Buku satu bercerita tentang Fay Regina Wiranata yang tadinya bakal menghabiskan liburan sekaligus kursus bahasa Perancis seminggu penuh di Paris, sendirian, soalnya ada misscom sama kerjaan orangtuanya. Siapa sih yang nggak seneng? Ide itu sendiri bikin aku seneng setengah mampus pas baca.

Tapi ternyata, baru satu hari di sana, Fay diculik! Penculiknya adalah om-om keren bernama Andrew McGallaghan aku ngetik namanya aja sambil senyam-senyum guys sumpah. Seorang direktur dari perusahaan bernama Llamar Corp. Tentunya, Direktur cuma posisi di luar, di dalem, dia adalah pemimpin agen rahasia sebuah organisasi bernama COU di bawah Llamar Corp juga. Untuk keterangan lebih lanjut silakan baca novelnya.

Next

Fay diancam dan dipaksa untuk melakukan tugas dari Andrew untuk berpura-pura menjadi gadis Malaysia bernama Senna dan menyusup ke rumah seorang milliader bernama Alfred. Sebelum melakukan tugasnya, tentu saja Fay harus dilatih dulu sedemikian rupa, literally sEdEmIkiAn rUPa yang dipenuhi kekerasan T_T

Pagi ikut kursus malem disiksa. Itulah yang akan Fay jalani selama di Paris. Tapi untungnya, ada Kent, pemuda tampan berambut pirang dan bermata biru yang nemenin Fay ngelewatin hari-harinya yang berat, dan ada Reno yang menemaninya di tempat kursus.

Ughhh. Masih belum penasaran juga sama ceritanya??

Oke masuk ke review, berhubung aku udah baca ulang bukunya tahun lalu, ini pendapat aku yang bukan remaja SMA lagi setelah bertahun-tahun baca buku satu: aku masih tetap cinta. Cerita ini nggak gagal bikin aku senyum, kangen, tegang, dan heboh sendiri pokoknya. Cuma satu yang menurutku kurang srek, yaitu eksekusinya yang agak drama gitu, tapi tetep aja keren woy. Nggak banyak yang bisa aku komentarin soalnya: SECINTA ITU aku sama novelnyaaaa. Ratingnya aku kasih 4,5 bintang.

Setahun kemudian, tahun 2015 yang pada saat itu aku masih SMA, aku baru baca lanjutannya di buku kedua yang berjudul “From Paris to Eternity” terbit setahun setelah buku pertama yaitu di tahun 2010. Buku kedua ini...makin gila. Sumpah. Nggak paham lagi. Penderitaan Fay makin kejer aja tapi aku suka banget HUEE.

Ceritanya, Fay kembali ke Indonesia horeee. Abis ujian kelas 3 pula, siap-siap mau kuliah, eh taunya ada telepon dari institute di Paris yang bilang Fay menang lomba essay waktu kursus di Paris setahun yang lalu. Hadiahnya, dia bisa liburan lagi ke Paris! Horeee!

Tapi tentu saja itu cuma khayalan. Soalnya, itu semua cuma kedok Andrew, pertanda bahwa Fay harus kembali ke Paris untuk ngejalanin misi lagi. Fay sih jadi lemes lutut dengernya, tapi aku tetep bersorak: HORE makin kenceng guys.

Di sana, dia kembali ngejalanin latihan berat. Tapi kali ini, yang melatih bukan Andrew, melaikan sosok kakek sihir (julukan dari Fay) yang bernama Philippe Klaan. Paman yang satu ini 100000x lipat lebih mengerikan dari Andrew, aku bener-bener dibuat takut sendiri sama sosok Philippe.

Aku udah baca ulang novel ini bulan ini. Kebencianku ke Philippe masih 100% segar tanpa berkurang sedikitpun. Aku juga agak lumayan lupa sama eksekusi novel ini, dan sempet aku pengen protes, mikir ini terlalu drama, mau ilfeel tadinya, tapi semua itu aku telan lagi bulat-bulat waktu baca endingnya.

Rasanya malu sendiri udah mau ngomel-ngomel sama konfliknya, kalau ada kak Clio di depanku, udah aku kubur diri sendiri dah saking malunya XD tentu saja di sini ada plot twist yang sudah disusun Andrew dengan sangat rapi.

Meskipun pada akhirnya aku tetap merasa hal-hal sebelumnya jadi terkesan buang-buang waktu dan misinya jadi berlebihan, tapi aku nggak bisa protes karena aku sangat menikmatinya. Belum lagi, romance di sini makin kental loh, siapa yang kalau baca buku harus ada romance-nya? Nah tuh puas-puasin di buku dua, romansanya bikin ngiri puol. Tentunya aku kasih 5 bintang buat novel kedua ini.

Aku bersyukur aku baru baca novel ketiga pertama kalinya (bukan reread) kemarin. Soalnya kalau aku ikutin on-going pada masanya, buku ketiga yang berjudul “Traces of Love” baru terbit empat tahun kemudian dari buku keduanya yaitu pada tahun 2014.

Aku lebih bersyukur lagi karena aku nggak harus nunggu selama enam tahun buat nunggu kabar buku ke-empatnya seri Fay ini. Meskipun sekarang statusku berubah jadi salah satu penunggu buku empat terbit, setidaknya aku nggak nunggu dari enam tahun yang lalu haha.

Traces of Love masih bercerita tentang Fay, aku mungkin nggak akan cerita banyak-banyak karena ending buku dua tuh GILA banget aku nggak mau ngasih clue apa pun yang bisa ngurangin kenikmatannya haha. Intinya, ya, Fay pasti di Paris lagi. Namun kali ini ada yang berbeda dari statusnya. Apa hayo?

Di sini, nuansa romance-nya makin kerasa, konfliknya makin keren, Andrew makin tampan sj di pikiranku. Ada banyak karakter-karakter baru yang muncul. Andrew dan Philippe bukan cuma dua orang paman gila, tapi mereka ada lima guys, LIMA.

Lalu, selain Kent dan Reno, kali ini Fay nambah satu satelit: cowok seksi dari Venezuela bernama Enrique. Stok cowok ganteng Fay nggak cuma empat paman (Philippe nggak diitung) dan tiga cowok perhatian, tapi masih ada lagi loh haha. Dan Fay ini akan jadi satu-satunya cewek di “dunianya.”

Review-ku buat novel ini, karena ini pertama kalinya aku baca buku ketiga, rasa penasaran dan senengku makin berlipat-lipat. Aku belum tau apa yang bakal terjadi, nggak tau bakal gimana. Awal-awal aku ngerasa novel ini cukup ‘tenang’ dan ‘menyenangkan’ lah ya, Fay masih disiksa tapi nggak kayak dulu.

Ketika akhirnya aku masuk ke konflik yang sebenarnya, aku nyaris pengen berenti baca karena takut sama apa yang bakal terjadi. Ini beneran, aku sempet tutup bukunya, gak mau tau apa yang terjadi, tapi tentu saja aku kalah sama rasa kepo. Meskipun nggak ada aksi yang cukup intens kayak di buku sebelumnya, konflik ketiga ini lebih nusuk di hati.

Satu hal yang aku sadari: aku ternyata nggak begitu suka karakter Fay karena dia kadang ngeselin banget pengen getok, pantes Andrew gemes. Tapi justru perasaan itulah yang bikin aku makin suka sama seriesnya, keliatan banget kalau Fay itu masih separuh manusia biasa yang bisa ngeselin, bukan heroin yang tanpa cela.

Di novel ini pula, aku makin suka sama Kent. Dan yang mengherankan, ternyata karakter favoritku nomor satu adalah Andrew McGallaghan T_T aku kasih 5 bintang! setelah baca ketiga buku ini, pilihan kalian cuma ada dua: gak suka bukunya atau bucin banget sama McGallaghan family!

Seriously, aku bisa ngabisin berlembar-lembar ms.word kalau aku nggak berenti fangirling sekarang! Padahal aku belom nulis quote guys gimana dong. Dah, udah stop, kalian nanti bosen dan capek bacanya.

Overall, yang masih mau diyakinkan buat baca series ini silakan komen di bawah. Tapi masa sih masih perlu diyakinkan?! Series ini adalah series lokal pertama, teenlit lokal pertama yang bisa bikin aku bucin level 999. Biasanya aku selalu jatuh cinta sama series western dan nggak nyangka aja aku ternyata bisa ditaklukan sama novel lokaaaal. Bener deh, you should give it a shot, dijamin nggak nyesel.

Terakhir, kabar bahagia buat kalian yang keracunin habis baca curhatan fangirl ini: ketiga buku Fay’s Adventure bisa kalian baca GRATIS di iPusnas! Hip hip horeee!

p.s: dari sebuah artikel aku baca katanya series ini bakal berakhir di buku 4 dan kalau nggak ya paling banyak sampe buku 5. Buku keempat tadinya bakal terbit Agustus tahun ini tapi lagi-lagi hilang kabar, katanya sih gegara pandemi :(

Mari berdoa supaya aku (dan kalian yang sekiranya baru mulai baca) nggak harus nunggu bertahun-tahun buat baca lanjutannya ya. Sekian.. happy reading, and see you in another post!

Rabu, 15 April 2020

[RESENSI] Finn by Honey Dee

source: google


Judul: Finn
Penulis: Honey Dee
Editor: Anastasia Aemilia & Putri Wardhani
Desain sampul: Liffi Wongso
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
ISBN: 9786020634876 (digital)
Jumlah halaman: 312 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

---

Novel ini bercerita tentang Liz, mahasiswa semester dua yang memutuskan untuk kabur dari rumahnya di Jakarta ke Balikpapan untuk bekerja, tapi sebenarnya Liz hanya ingin kabur dari keadaan di sana setelah kematian adiknya, Arthur yang mengidap autisme.

Pekerjaannya di Balikpapan bermula dari pencarian terapis untuk adiknya oleh seorang pemuda bernama Andika. Akhirnya, Liz bekerja menjadi terapis Finn, pemuda berusia 21 tahun. Pertemuan mereka bertiga menjadi sebuah kesempatan untuk menyembuhkan diri dari luka.

---

Novel mbak Honey Dee selalu memikat mataku entahhh kenapa. Pertama Rooftop Buddies dan yang kedua novel Finn. Keduanya punya kover dan blurb yang menggoda. Sayangnya, aku nggak cocok sama RB dan DNF di bab 3 haha. Coba lagi peruntungan sama novel Honey Dee, aku baca Finn. 
Dan...kaget sih, tapi aku suka banget novel ini sampe ngasih full stars ga ngerti lagi T_T





Aku nggak bakal panjang-panjang nulis reviewnya, soalnya bakal bingung juga nulis apa aja kalau aku udah fix suka banget sama ceritanya wkw bagiku kekurangannya dimaafkan lah ya!

Pertama dari gaya bahasa, enak banget, ngalir, enjoyable, nggak bikin pusing, nggak bikin bosen haha. Tapi mungkin karena ini pake pov pertama, Liz, yang mana aku suka banget karakter dia jadi buatku enak banget sih narasinya buat dibaca. Page turner!

Terus konfliknya juga memang sebelumnya belum pernah aku baca, tentang autisme. Di novel ini juga banyak pelajaran tentang apa itu autisme dan gimana cara menghadapi penderitanya, dan lagi di sini ada pov kedua dari Finn. Suka banget sama pov-nya Finn, beneran kayak lagi masuk ke dalem kepalanya penderita autisme, meskipun aku juga gatau beneran gitu apa ngga ya, pokoknya mah 
kayak nyata aja gitu T_T

Konflik di sini selain tentang kisah hidup Liz yang kabur dari rumahnya dan kerja jadi terapis Finn, juga ada konflik dari keluarga Andika dan Finn juga. Ayahnya yang abusive dan Andika yang sangat disayangkan XD

Alur di sini menurutku pas, nggak kecepetan atau kelambatan. Dan yang paling aku suka di antara semuanya adalah karakternya. Nggak ngerti lagi pokoknya aku merasa semua penempatan dan pemilihan karakteristiknya pas banget. Liz yang keras kepala dan tipikal cewek strong, Andika yang nggak tegas dan penakut, ayah Agus yang tukang nyiksa, semuanya passss.

Aku paling suka Liz, karakter cewek badass selalu jadi favoritku, ditambah pikiran-pikirannya di pov-nya banyak relate sama aku sendiri. Baca pov Liz selalu bikin aku semangat dan berasa punya temen :(

Andika bukan favoritku, tapi karakternya yang penakut itu emang bikin kesel, tapi menurutku dia realistis banget. Nggak semua cowok pemberani :’) walaupun ngeselin, tapi aku nggak benci Andika kok hehe.

Dan untuk Finn, sejujurnya aku gabisa bayangin bule ganteng dengan wajah autis mon maap, aku suka pov nya tapi aku cenderung biasa aja sih sama karakter dia. Nggak ada yang spesial, malah kadang di beberapa scene tuh aku kesal sama Finn tapi kasian juga bingung dah maafkan aku, aku jahat.

Overall, yang bikin aku betah baca ini adalah karena Liz dan pov nya, lalu tema autisme-nya. Apakah ada romance? Ada, minor. Nggak begitu kerasa. Aku sih setuju-setuju aja, tapi aku baca banyak review di goodreads yang bilang “nggak suka ada romancenya” dan “kena second lead syndrome” huehue jujur aja, aku juga biasanya tim sekenlid, tapi kalau kasusnya kayak gini ya aku dukung-dukung aja sama lead male nya lah :(

Mon maap lagi aku jahat. Tapi..realistis lah yah ahahaha. Mungkin karena aku merasa aku adalah bagian dari Liz, karakter cowok tidak penting-penting amat buatku. Dan romance yang dimasukan juga gak ngaruh sama kesukaanku ke ceritanya kok.

Highly recommended buat yang mau baca cerita tentang autisme! Sisanya, sesuai selera. Sekali lagi, karena aku relateee banget sama karakter Liz dan pikiran-pikirannya, makanya aku suka novel ini dan ngasih bintang penuh 5/5ó

Sekarang aku mau bagiin banyak quotes dari Liz yang aku suka banget.

“Terkadang para dosen terlalu lelah untuk mengoreksi begitu banyak tulisan. Jadi, mereka hanya melihat kalimat pertama dan terakhir. Kalau kau bisa menuliskan kata kunci yang mendekati kebenaran dengan bahasa berbelit-belit agar terlihat cerdas, nilaimu pasti bakal bagus. Ini yang kupelajari selama dua semester di kampus ini.” – hlm 15
“Sebenarnya, aku kangen bisa ngobrol dengan orang sungguhan. Aku pengin ribut seperti cewek remaja di film, keinginan yang nggak mungkin bisa terkabul.” – hlm 32
“Tuhan memang Mahabesar, Rom. Bisa banget bikin kamu hidup sampai selama ini walau tanpa otak. Kamu keajaiban penciptaan.” – hlm 35
“Kata Ibu Montik, kepala adalah bagian terpenting dari manusia. Saya harus melindungi kepala sekalipun kata Ayah Agus di dalam kepala saya tidak ada apa-apa. Ini cara untuk tetap hidup.” – Finn (hlm 58)
“Nggak ada yang mengerti beratnya hari yang kulalui karena memiliki nama ini. Nggak ada yang mengerti betapa aku benci nama ini.” – hlm 106
“Aku bukan hanya nggak suka namaku, aku juga nggak suka takdir hidupku dan segala yang menempel padaku. Kalau boleh, aku ingin sekali pindah ke tempat baru, mengganti nama, dan menghilangkan semua memori yang kupunya.” – hlm 107
“Hidup tanpa ada niat untuk hidup. Kita hidup hanya karena memang harus hidup. Kamu hidup untuk memenuhi keinginan orang lain. Aku hidup karena takut mati.” – hlm 152
“Rasanya ada bom di dalam diriku yang ingin meledak. Aku ingin hancur bersama bom itu.” – hlm 188
“Kuharap otakku rusak biar aku nggak perlu merasakan rasa sakit lahir-batin begini. Pasti menyenangkan hidup tanpa merasakan tekanan di belakang kepala saat menahan amarah. Sekalipun seluruh dunia nggak menganggapku, mungkin rasanya nggak sesakit ini.” – hlm 209
“Ah, andai aku nggak sekuat ini. Andai aku punya keberanian untuk mati.” – hlm 210
“Ah, hidup memang seenggak adil ini. Hidup memilih orang-orang tertentu untuk diberi kemewahan dan kebahagiaan, lalu menimpakan semua sisa kesialan pada orang lainnya.” – hlm 221
“Walaupun saya adalah tragedi, saya bahagia. Saya ingin menjadi tragedi yang tidak sedih. Saya ingin menjadi tragedi yang bahagia.” – Finn.
Jangan lupa masukin e-mail kamu di bawah atau klik tombol follow kalau mau dapetin notif review atau tulisan terbaru dari aku. See you in the next review!

Minggu, 29 Maret 2020

[RESENSI] Second Chance by Flara Deviana

source: goodreads


Judul: Second Chance
Penulis: Flara Deviana
Editor: Ruth Priscilia Angelina
Penyelia naskah: Vania Adinda
Ilustrasi sampul: Sukutangan
Penata letak: Bayu Deden Priana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)
ISBN: 9786020636320 (digital)
Jumlah halaman: 296 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

---

warning: bacanya santai aja ya biasa aja takutnya ada yg baper haha

----

Aku mau nulis blurbnya sendiri, soalnya blurb aslinya kepanjangan untuk novel simpel kayak gini. 

Bercerita tentang Flavia, seorang pengasuh di day care yang terlilit utang mendiang ibunya lalu putus kuliah demi membayar utang-utang tsb. Sahabatnya, Dela, menyarakannya untuk kerja menjadi pendamping bocah kembar Okan dan Olin yang punya Papa galak bernama Ray. Via jadi pengasuh dan harus tinggal nginep di rumah Ray, tauuu kan mauuu di bawa kemana kapal ini uwu.

Meski jalan keceritanya ketebak gitu, tapi pembawaan novel ini bagus loh, kisah masa lalu Ray juga oke meski sudah bisa ketebak intinya aslinya gimana. Aku suka narasinya yang rapi banget dan enjoy ketika dibaca, perbabnya banyak halaman tapi aku tumben cepet baca novel ini hehe.





Aku juga suka konfliknya meski secara garis besar udah biasa banget, lah ya, si kembar maunya cuma sama tante Via titik, cuma Via yang sanggup ngadepin si kembar titik. Aku tertarik baca ini karena sering banget liat temen-temen di goodreadsku update lagi baca ini, bahkan sebelum bukunya resmi terbit huehue. Dan setelah ada di GD, cuss langsung donlot.

Aku sih nggak masalah sama tipe konflik yang udah ketebak gini, memang sengaja pengin baca, lagi pengen keuwuan soalnya. Gapapalah klise asal uwu, gitu pikirku, hehe. Tapi setelah baca ini, jujur aku agak kecewa karena aku tidak merasakan keuwuan yang kuharapkan kkkkk.

Konfliknya simpel tapi ngena, alurnya pas, sederhana tapi adaan lah gitu. Yang aku kurang suka di sini cuma karakternya huhu. Dua-duanya pun aku tak suka maafff.

Pertama, Ray, digambarkan sosok pria galak bertato gitu, trus dia tuh nggak deket sama si kembar, dingin abis. Awalnya aku masih b aja gitu, tapi pas puncak konflik aku merasa dia sangat immature. Sebenarnya ada dua opsi, Ray memang immature atau aku yang gagal menyerap penderitaan dan trauma dia. Udah. Karena memang jujur aku merasa karakter keduanya kurang kuat dan aku gak dapet emosinya. Puncak konflik dah pokoknya super ilfeel.

Yang kedua, Flavia, aduh nak, aku paling sebel sama kamu huahsuahsua sebenernya dia digambarin jadi karakter yang oke, independent, cerdas, sabar, supel bla bla sempurna amat idup lu udah dah, dikelilingi cowok ganteng dan sahabat-sahabat yang oke punya. Utang ibunya? Nyaris cuma sebagai background doang dan sama seperti Ray, aku nggak ngerasain emosi/feeling apa pun tentang penderitaan Flavia.

TAPI sebenernya bukan itu yang membuatku males sama tokoh Flavia, melainkan karena tawaran PAPANYA NORA, sahabat Via. Lagi-lagi aku merasa tokoh ini immature, atau gede gengsi, keras kepala, atau apalah gatauuuu pokoknya sebel dah baca aja sendiri kalau penasaran apa yang ditawarin papanya Nora ke Via pas dia putus kuliah(?) sumpah kalau kalian masih sayang Via, kita musuhan. Hahahahabweifjwifcej. Bercanda.

Overall, terlepas dari kedua karakter utama yang biasa aja (dan mencak-mencaknya aku) novel ini rapi dari segi konflik dan alur, sederhana dan enak dibaca, ada 17+ nya juga kalau-kalau mau tau haha, eksekusi novel ini bagus sekali dan masuk akal.

Novel ini nggak aku rekomen sih soalnya gak bagus-bagus amat tapi juga nggak jelek sama sekali. Bebas silakan yang tertarik ya monggo dibaca. 3/5ó dari aku, tadinya mo ngasih seteng, tapi novel ini nggak nyebelin kok jadi ku masih kasih 3, nilai aman versi aku ^_^

Jangan lupa subscribe email kalian di bawah atau klik tombol follow kalau mau dapet update review 
dari aku. See ya!




Minggu, 08 Maret 2020

[RESENSI] Miss Wanda by Eriska Helmi




source: google


Judul: Miss Wanda
Penulis: Eriska Helmi
Penata letak: Syafitri
Desainer sampul: @Hayharits
Penerbit: Elex Media Komputindo (2019)
ISBN: 978-623-00-0615-19 (Digital)
Jumlah halaman: 326 hlm
Baca via: Gramedia Digital

Blurb: Menjadi seorang guru yang disenangi para murid serta tunangan pengusaha kaya dan tampan, nyaris membuat hidup Wanda sempurna. Namun mimpi buruk selalu datang tiba-tiba, mencuri segenap kebahagiaan yang dimiliki. Kecelakaan telah merenggut Bagas dari hidupnya, meninggalkan segenap kesedihan yang amat mendalam.

Ardhito sudah menaruh perhatian kepada Wanda sejak mereka bertemu pertama kali di sekolah. Namun dia mundur teratur sejak tahu bahwa Wanda milik Bagas, temannya. Ketika Bagas meninggal, dia memiliki celah untuk masuk ke hidup Wanda. Hanya sedikit, karena perempuan itu sama sekali tidak pernah melihat dirinya seperti cara orang-orang melihatnya, sebagai artis yang banyak dikagumi.

Apakah Wanda bisa bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya bersama Ardhito?

----

Woy sumpah blurbnya spoiler bat tapi ya mau gimana lagi, tadinya mau nulis blurb sendiri tapi kepikiran takut pada nyangka spoiler kalau aku bilang Bagasnya mati.

Oke, jadi, aku udah tertarik baca novel ini dari lamaaa, karena ceritanya tentang guru, kisah cintanya dan melibatkan murid juga. Asik nih. Wew. Tapi baru sempet baca Miss Wanda sekarang.





Kesan pertama, aku...nggak terlalu suka pemilihan nama Ardhito, jadi keingetan aktor enkacetehai. Mana tokohnya artis pula, halah.. bawaannya males aja nih kalau ada si Ardhito di novel ini, padahal dia tokoh utama ugh.

Kedua, sebenernya perasaanku buat novel ini setengah-setengah, aku bingung apa aku suka atau nggak sama novel ini. Karena konsepnya seteng-seteng, aku review-nya langsung dibagi dua aja yak.

Mulai dari hal-hal yang aku kurang suka dulu:

Pertama, nama Ardhito, hehehe.

Kedua, ide mematikan tokoh Bagas. Serius dah, Bagas muncul hampir(?) mau ke tengahnya, dan memang isinya tentang dia yang bagus-bagus doang wong mau dimatiin karakternya, cuma ya aku kurang srek aja, kenapa gak dari awal aja matinya..kalau dimatiinnya ditengah sebagai puncak konflik kayaknya gak pas aja gitu.

Ketiga, konsep instalove-nya Ardhito. Ini sih paling ganggu. Sejak pertama melihat? Seorang artis cakep terbiasa liat cewek-cewek cakep lain sesama artis bisa jatuh cinta sama guru biasa kayak Wanda? Seriously ..... ? Bukan maksud menghakimi kecantikan Wanda yang mungkin ulala, tapi jatohnya kayak fairytale banget deh disukai sama artis, mana jelas-jelas bidang pekerjaannya jauhhh, mana si artis sukanya at first sight gitu huhu. Jadi berasa baca fanfiction :’)

Keempat, banyak narasi yang gak perlu hehe menurutku yahhh, jujur aku banyak skip-skip karena udah bosen sama narasinya mau langsung tau aja gimana cerita mereka, terus si narasinya juga banyak ngegambarin pergerakan tokoh yang bikin capek aja gitu bayanginnya. Ini pendapat pribadi yah!!

Segitu hal-hal yang aku kurang suka. Sekarang bagian yang aku sukanya:

Pertama adalah karakter Wanda, oke sebenernya seteng-seteng juga sih sama hal ini. Di awal aku suka sama dia, tegas, baik, guru idaman, terutama saat dia lagi ngehindarin banget si Ardhito yang annoying, sumpah can relate banget wkwk tapi setelah Bagas meninggal, aku ngerasa si Wanda ini jadi berubah ‘lembek’, perubahan sikapnya ke Ardhito juga nggak kuat, padahal dulu dijauhin mati-matian. Sama kayak instalove-nya si Dhito, perubahan sikap Wanda ke Ardhi juga gitu, tiba-tiba, ada sih alasannya, tapi menurutku gak kuat.

Kedua, blurbnya bohong! XD Ardhito mundur teratur? Pffftt. Kagak. Dia fakboi annoying banget menurutku hahaha tapi gegara reaksi Wanda yang cakep aku jadi demen nih cara gangguin si Ardhito. Bikin ikutan kesel, serasa aku yang digangguin wkwkw. Nilai kebaperan 7/10 buat bagian yang ini.

Ketiga, murid-murid tersayang, Ari, Mike dan Edel lumayan bikin aku bersemangat lanjutin baca. Terutama Ari. Dan humor di novel ini juga mayan lah 5/10.

Keempat, latar sekolah! Aku sukaa banget kebetulan juga aku mendadak banting stir dan bakal jadi calon guru magang tahun depan, sama-sama di bidang bahasa Inggris kayak Wanda hehe. Suka juga sama istilah-istilah kependidikan gitu heeee.

Udah sampai di situ aja. Jujur setelah Bagas meninggal dan giliran Ardhito beraksi tanpa rintangan (kecuali perasaan Wanda yang belom move-on) aku mulai kurang tertarik sama ceritanya, tau lah gimana akhirnya, tau juga gimana jurus-jurus si Ardhito, nggak bikin baper sama sekali 1/10 (angka satu buat ngelus kepala meskipun heran juga si Wanda mau mauan aja).

Overall, ceritanya biasa aja menurutku, yang berkesan pas awal-awalnya aja waktu masih ada Bagas. Kalau dikalkulasiin, tingkat kebaperannya 5/10 aja buatku. Jumlah hal yang disuka dan tidak disuka pun sama-sama ada 4. Yah, jadi aku cuma ngasih 2.5ó yang dibuletin jadi 3ó di goodreads buat novel ini. Recommended gak? Yah gak tau juga ya, nilaiku cuma setengah, silakan simpulkan sendiri tertarik apa nggak baca novel Miss Wanda. Hehe.

See you in the next review! Jangan lupa masukin e-mail kamu di bawah atau klik tombol follow kalau mau dapetin update review dari aku. Bye~



Minggu, 01 Maret 2020

[RESENSI] The Boy I Knew From Youtube by Suarcani

source: google


Judul: The Boy I Knew From Youtube
Penulis: Suarcani
Penyunting: Midya N. Santi
Penyelaras Aksara: Wienny Siska
Desain Sampul: Sukutangan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)
ISBN: 978-602-06-3820-1 (digital)
Jumlah halaman: 256 hlm.
Baca via; Gramedia Digital

Blurb: Pada hari pertama di SMA, Rai terkejut. Ternyata Pri, pemilik channel Pie Susu, adalah kakak kelasnya. Mereka sering berinteraksi di kolom komentar YouTube, bahkan lanjut ke e-mail.

Pie susu tidak pernah mengetahui identitas Rai. Video cover lagu-lagu yang Rai nyanyikan di channel Peri Bisu hanya menayangkan sosoknya dari belakang. Itu pun sebatas pundak ke atas. Karena sudah tiga tahun Rai tidak lagi nyaman menampilkan bakat menyanyinya di dunia nyata.

Saat tiba-tiba Rai terpaksa harus tampil lagi di depan umum, Kak Pri bersedia mengiringinya dengan gitar. Persiapan lomba akustik pun menggiring interaksi mereka di dunia nyata. Namun, Rai masih tidak percaya diri. Terutama ketika gosip dan perlakuan tidak menyenagkan atas ukuran tubuhnya kembali mencuat.

-----

*warning*

Berisi pendapat pribadi terdalam *eaa

Nggak tau bakal tajem atau nggak sih tapi di-warning aja dulu ehe. Jangan baper.
Ini ketiga kalinya aku baca karya kak Suarcani, pertama yang Welcome Home Rain, lalu Purple Prose dan yang ini ketiga. Yang paling aku suka: Purple Prose jelasssss, aku suka penulis kejam ehe.





Dan jujur saja....aku agak sedikiiiit kecewa sama novel ini. Kita mulai dari judul dan kovernya, dua hal ini adalah daya tarik pertama yang memikatku buat baca, terutama karena banyaknya update-an temen-temenku di goodreads yang pada baca buku ini. Jadi yah, kepo juga. Judulnya unik, kovernya juga bagus, satu bintang buat keduanya.

Tapi, setelah baca isinya, aku jadi mikir, judulnya sama sekali tidak merepresentasikan isinya heu. Aku kira, sesuai judul, isinya bakal disampaikan pake pov pertama dan menceritakan tentang si Pri ini dong. Misalnya ternyata dia anggota sindikat gelap atau apa gitu, wkwk atau menceritakan sisi youtuber dengan lebih luas, tapi ternyata enggak.

Sesuai blurb, novel ini menceritakan tentang Rai yang sesekolah sama youtuber Pri, Rai punya bakat nyanyi tapi gak mau ditunjukin karena sesuatu, terus Pri mendukungnya buat balik lagi nyanyi, tapi permasalahan soal ukuran salah satu bagian tubuh Rai menghambatnya. Udeh. Sisanya tentang Peri Bisu yang misterius di mata Pri, buatku nggak terlalu mengesankan, mungkin kurang porsi misteriusnya? Entahlah.

Oke sekarang ke gaya bahasa, udah baca tiga bukunya doi aku jadi udah terbiasa, enak seperti biasa, mengalir, tapi menurutku kali ini terlalu banyak narasi, aku sampe skip skip gitu hehe ((mana bacanya di GD, bayangkan sj)).

Kedua, konflik: BAGUS! Wow aku terkejut ternyata salah satu yang dibahas ada ukuran yang itu, membuatku inget kalau aku juga sering insecure tentang bagian yang itu hahaha meskipun punyaku nggak segede punya Rai. Dan konflik tentang pelecehan itu uwow banget lah pokoknya, belum lagi tentang menghadapi trauma dan menemukan lagi kepercayaan diri, itu bagus banget menurutku. Satu bintang buat konfliknya.

Tapi,

Ehe, ada tapinya. Mungkin bagian ini yang membuatku nggak begitu bisa merasakan emosi dari konflik ini, jujur aku datar-datar aja bacanya...kenapa? Karena di dunia nyata, nggak semua cewek seberuntung Rai, nggak semua punya sahabat kayak Kiki, nggak semua punya ibu kayak ibu Rai dan punya kakak kayak Saka.

Apalagi yang paling membuatku tersenyum sedih merenung menatap langit-langit kamar adalah nggak semua punya temen kayak Pri yang rela lakuin ini itu buat ngedukung Rai ehe, boro-boro temen sekelas yang jadi polisi koridor dadakan. Yang ada, temen-temen paling cuma bisa bilang “sabar ya”. Ya pantes aja sih Rai bisa bangkit, ehe.

Ketiga, karakternya...hmm..cenderung biasa aja sih nggak ada yang unik. Tapi menurutku Raihani si protagonis dan Lolita si antagonis itu sangat relatable BANGET sama kehidupan nyata. Terus kesalahan Kiki juga membuat karakternya jadi nyata, suka deh. 0.5 bintang buat mereka.

Overall, aku sedikit terhibur lah baca novelnya, karena sepertinya novel ini bukan buat nyari hiburan, tapi lebih ke pelajaran hidup terutama buat para remaja ya iyalah labelnya juga teenlit ci. Pesan yang disampaikannya kuat dan menurutku bagus cocok banget buat remaja. Endingnya juga oke, anti-mainstream lah, aku suka karena nggak dilanjutin dan berenti di titik itu, terima kasih author *sungkem*

So, aku cuma ngasih 2.5 bintang dan dibuletin jadi 3 di goodreads. Recommended buat kalian yang suka insekyur sama tubuh sendiri dan kalian yang nggak pedean, pasti ada sesuatu yang bisa kalian petik dari novel ini. See you in the next review!~

p.s jangan lupa daftarin email kalian atau klik tombol follow di bawah kalau mau dapetin notif review-ku selanjutnya ^_^

Sabtu, 29 Februari 2020

[RESENSI] Bukan Nikah Biasa by Maeta

source: goodreads


Judul: Bukan Nikah Biasa
Penulis: Maeta
Penyunting: Afrianty P. Pardede
Penata Letak: Divia Permatasari
Penerbit: Elex Media Komputindo (2020)
ISBN: 978-623-00-1318-8
Jumlah halaman: 260 hlm.
Baca via: Gramedia Digital

Blurb: Bagi Dishi, cinta tak pernah menjadi syarat penting dalam pernikahan. Itulah mengapa ketika Dimas menawarkan pernikahan, Dishi menerimanya dengan tangan terbuka. Dimas yang baik, humoris, juga tampan, membuat Dishi mengira akan lebih mudah jatuh cinta kepada lelaki itu. Nyatanya, cinta ataupun debar-debar istimewa itu tak pernah muncul.

Lonjakan hormon cinta Dishi justru bereaksi kepada Ditya, bos di kantor barunya. Dishi harus berjuang mengendalikan hatinya, terlebih ketika ia tahu rahasia terbesar Ditya. Dishi merasa bersalah. Pernikahannya, walaupun tidak didasari cinta, bukanlah pernikahan main-main. Sah di hadapan hukum dan agama.

Bagaimana Dishi membangun pertahanan anti-selingkuh untuk tetap setia kepada Dimas?

---

Jujur nih, aku senyam-senyum sendiri tauuuk ngetik blurb novel ini!! Nggak tau harus mulai dari mana tapi mungkin kalimat ini boleh juga; AKU SUKA NOVELNYA!

Bercerita tentang Dishi dan Dimas, teman sejak SMA, yang sama-sama udah diteror buat nikah, akhirnya mutusin buat nikah. Dua-duanya baik, dari keluarga baik-baik, cuma satu yang kurang; cinta. Dishi dan Dimas nggak saling mencintai, tapi meskipun gitu, rumah tangganya baik-baik aja. Mungkin juga efek udah kenal dari SMA gitu ya.....Masalah datang saat Dishi kerja di kantor barunya, dia ketemu cowok novelable bernama Ditya yang bikin euforia jatuh cinta dirasakannya lagi.





Nah, jujur lagi nih, kover BNB ini bukan tipe kover yang bakal menarikku buat baca bukunya...biru muda..terang, sepasang sepatu yang nggak serasi, kesannya kayak novel b aja dan kayak bercandaan buat ukuran le marriage-nya elex. Hmmm..pendapat pribadi doang sih ini. Tapi semua berubah begitu baca blurbnya T_T

Sumpah ya blurbnya bikin aku nggak mikir dua kali buat baca novel ini dari sekian banyak novel yang aku donlot setelah sehari aktif GD! Sekepo itu aku sama blurbnya! Tapi ternyata, isinya beda dari ekspektasi aku, aku kira bakal ada sesuatu yang wow antara Dishi dan Ditya, atau malah Dimas bakalan jadi korban yang bikin hati tercabik-cabik haha ternyata engga guys dan yang aku suka adalah..novel ini memang gak sesuai ekspektasiku awalnya tapi ternyata lebih dari ekspektasi aku!!

Dari halaman pertama sampai akhir, aku nggak pernah berhenti senyam-senyum karena tingkah Dimas. Cowok satu ini berhasil bikin aku betaaaaah banget baca novel ini. Sesuai sama yang tercantum di blurb, Dimas ini cowok baik, humoris, dan ganteng (meskipun ngga keliatan tapi kerasa wkwk).

Nyaris semua unsur yang ada di novel ini aku suka semuaanyaaa. Gaya bahasanya ringan, page turnerrrrr banget, nggak ngebosenin, gak banyak narasi, dialog banyak tapi nggak bikin bosen malah tiap ada dialog tuh ada aja yang bikin ngakak. SELERA HUMOR-nya nomor satu buatku...aku cocok banget! Karakternya OKE semua hahaha.

Konfliknya sederhana banget tapi nyampe point-nya. Pernah sekali aku baca novel yang melibatkan kegalauan tokoh-tokohnya sampe aku kesel sendiri (judulnya moon and her sky), nah di sini tuh hampir sama..Dishi, Dimas dan segala pikiran mereka yang saling awut-awutan tapi bedanya aku suka banget di sini, nggak bikin kesel apalagi pusing. Menurutku, tokoh Dishi dan Dimas ini loveable banget, meskipun mereka curiga sana sini galau sana sini, tapi hubungan mereka berdua di mana pun mereka berada tetep manis...aaaaa sukaaaa.....

Kukira Dishi ini bakal jadi tokoh yang nyebelin, apalagi semenjak ketemu Ditya, tapi sama kayak Dimas, aku sendiri heran sama tingkah ajaibnya Dishi. Apalagi Dimas, ini emaknya ngidam apa sampe lahirin karakter se-loveable dia sih???? Bikin mupeng taukkk pengen punya partner kayak Dimas! T_T

Dan...yang paling enak adalah nggak ada karakter antagonis, nggak ada drama-drama klise ngga jelas, nggak ada– aaaah udah nanti malah spoiler hahaha XD

Overall, novel ini highly recommended banget ya buat yang suka karakter Dimas seperti yang aku jabarin di atas, buat yang suka romcom sweet sweet-an ala Dimshi, dan tentunya buat yang suka novel sederhana tanpa konflik drama. Tapi sayangnya, aku kurang suka endingnya, menurutku masih banyak hal yang belum kelar tapi kayak tiba-tiba di-cut aja gitu huhu sedih banget. Ending inilah yang bikin aku gak kasih full stars dan cuma masuk ke shelf favorites-level-2 di akun goodreads-ku. Hehe.

Tambahan, novel ini ada nuansa islaminya gitu, aku dari dulu nggak terlalu suka sih kalau baca novel yang nyinggung ajaran agama tertentu (kalau dikit-dikit sih gapapa) dan di novel ini lumayan banyak, tapi anehnya aku nggak terganggu sama sekali, penulis pinter banget nyempilin sisi islaminya heheheh~

“Karena bagiku jauh lebih mudah mencintai apa yang kita miliki dibandingkan memiliki apa yang kita cintai.” – Dimas (hlm119)
“Maksudku, kalian emang seakrab itu? Aku pikir kalian cuma temenan biasa.”
“Emang sekarang kami lagi temenan luar biasa?” (hlm 203)
“Siapa bilang ungkapan cinta itu nggak penting? Lu tahu kagak Allah Maha-tahu, elu nggak bilang apa-apa aja Allah tahu. Tapi kita masih perlu mengungkapkan cinta kita ke Allah, lewat surat Al Fatihah setiap kita salat misalnya. Apalagi sama suami yang nggak maha-tahu. Kalau bukan bininya yang bilang cinta, lu mau cewek lain yang bilang cinta ke doi?” – hlm 245

Yang baca novel ini gegara resensiku, aku doain dapet cowok kayak Dimas yaa hehe (kalau dia tipe kalian sih). See you in the next review!


Kamis, 13 Februari 2020

Rekomendasi Teenlit Jadul Buat Remaja Masa Kini

REKOMENDASI TEENLIT JADUL BUAT REMAJA MASA KINI



Haii! Udah lama banget nggak buka blog ini dan rasanya udah berdebu dan banyak sarang laba-labanya. Maklum, aku lagi disibukin sama tugas-tugas kampus yang makin lama nggak manusiawi. Tapi meskipun blognya berdebu, baca buku tetep jalan donggg.

Salah satu buku yang aku tamatin bulan desember lalu adalah novel teenlit jadul yang baru cetak ulang, judulnya Little White Lie karya Titish A.K. Setelah aku baca novel itu, aku jadi mikir...novel remaja yang lagi booming sekarang itu jauhhhhh beda dari novel ini loh.

Nggak kayak novel-novel sekarang yang bertebaran badboy-goodgirl atau badgirl-coolboy, novel ini nggak menunjukan sifat mencolok itu. Tokoh-tokoh di sini ya...apa adanya. Remaja biasa, ada nyebelinnya, ada kocaknya, ada polosnya hehe. Setelah suka banget sama novel ini, aku mutusin buat minta rekomendasi ke temenku tentang novel-novel teenlit lain yang temanya kayak gini; polos-polos gemes.

Nah, sekarang ini setelah cukup lama nggak nulis di blog, aku bacain dah tuh semua rekomendasi dari temenku dan ternyataaaa....novel-novel teenlit itu sebagus itu guys T____T aku sudah cukup muak dicekokin badboy, dan baca novel jadul ini bikin aku seger lagi dan terutama relate banget sama masa remajaku dulu hahaha.

Daripada aku simpen sendiri, mending aku bagiin aja deh ke kalian. Buat kalian yang sama kayak aku, muak dicekokin badboy dan novel teenlit lain yang terlalu 'berbobot' *halah mending bacain novel-novel jadul ini, biar tau gimana gemesnya kisah cinta jaman dulu sebelum badboy menyerang *eaaa

pertama-tama aku mau cerita dulu nih, menurut aku nih ya ada dua jenis teenlit jaman sekarang, yang pertama teenlit klise: udah mah banyak tema yang sama, terus kayak alur kisah cintanya gitu-gitu aja, ditambah kadang ada yang lebay udah kayak novel cinta seumur hidup bla bla, pokoknya kemodern-annya tuh kerasa banget dan kadang bikin aku jenuh. Terlalu klise. Dan yang paling utama, nggak lengkap kalau si tokoh utama nggak punya kisah kelam yang membentuk kepribadiannya yang sekarang. Hahaha.

Tapi, nggak semua kok. Ada juga novel teenlit yang beda dan berbobot malah jatuhnya menurutku terlalu berbobot. Yaitu novel teenlit yang isinya dicampuradukin dari berbagai aspek, aspek persahabatan, keluarga, ekonomi, kewarganegaraan, bisnis bla bla haha bercanda deng. Pokoknya, novel tipe kayak gini itu selalu ingin memberikan nilai moral dari setiap aspek, sampai-sampai kisah utamanya itu nggak ngena di hati. Eaaa. 

Kadang kalau aku baca novel kayak gini, udah bacanya tuh aku bingung sendiri ini novel ceritanya apa sih, dan jatohnya nggak ada yang spesial karena terlalu banyak nilai moral.

IMO, terlalu banyak pesan moral yang pengen disampaikan pun nggak bagus buat teenlit, aku malah lebih suka novel teenlit yang fokus aja di satu konflik. Ini mah, udah punya musuh di sekolah, eh emak bapaknya juga bikin masalah. Apa tidak pusing..

Dan daftar novel yang bakal kusebutin ini bener-bener sederhana dan polos, satu konflik dan pastinya ceritanya bener-bener ngena, serta karakter-karakternya yang beneran ‘remaja’ banget hehe.





Mon maap kebanyakan cingcong, ini dia daftarnya.....

1. Little White Lie karya Titish A.K

source: google

 
Nggak heran dong, kenapa novel ini masuk di daftar pertama hehe. Novel ini memang sebagussss itu. Selain kisahnya yang anti-mainstream sama novel-novel jaman sekarang, tokoh-tokohnya pun polos-polos gitu. Lebih dari itu, novel ini bikin flashback jaman belum ada smartphone kayak sekarang. Lucu deh, sumpah. FYI, novel ini udah cetak ulang ganti kover sebanyak 3 kali loh. Dan kover yang ini adalah kover favoritku.

Ceritanya tentang Ocha yang sebel banget sama Adit, idola di sekolahnya yang sering bikin dia sial. Akhirnya Ocha sengaja jailin Adit lewat SMS dengan nama samaran Ayu. Eh taunya Adit malah suka sama Ayu. Ocha jadi kelabakan sendiri deh.. Buat yang mau baca resensiku soal novel ini, baca aja di sini.

Tertarik buat baca dan beli sendiri? Psst hati-hati novel bajakan! Beli yang original di sini yuk!

2. MatemaCinta karya Razy Bintang Argian


source: google


Pertama-tama, urutan ini nggak menentukan rating ya hehe. Novel MatemaCinta ini sebenernya kurang menarik buatku, pertama karena kover jadulnya yang udah nggak menarik di mataku dan yang kedua karena aku kurang suka trope murid-guru meskipun jarak umurnya deket. Aku sengaja nggak bikin resensi novel ini karena novel ini udah jadul banget, beda sama Little White Lie yang baru terbit dengan kover baru.

Ceritanya tentang Rin yang suka memanfaatkan alam sekitar dengan cara nyolong mangga mateng di halaman orang dan berakhir ketauan sama ponakan pemilik rumah. Ternyata, si ponakan itu bernama Rio dan dia adalah guru matematika dan wali kelas pengganti di kelas Rin. Sejak itu, Rin selalu kena hukuman sama Rio, tapi lama-lama kebencian itu juga ilang sendiri, ya tau lah ya dari judulnya.

Kesannya sih memang klise, tapi setelah baca ini, novel ini pun sama polos dan gemesinnya karena novel ini belum terkontaminasi keklisean yang kayak sekarang ini banyak di mana-mana hehe. Buat yang suka trope guru-murid coba kalian baca novel ini.

Mau koleksi novel MatemaCinta? Klik di sini!

3. Miss Cupid karya Mia Arsjad


source: google


Telaaaat banget karena sepertinya aku mulai ngefans sama Mia Arsjad. Novel-novelnya bagusss. Salah satunya novel Miss Cupid ini. FYI, novel ini menang lomba kategori penulis berbakat. Awal baca buku ini aku merasa buku ini heboh banget, dari gaya penulisannya. Tapi lama-lama aku terbiasa juga, justru gaya penulisan gini bisa bikin aku lebih ngena sama ceritanya dan lebih menghayati, kesannya kayak nggak formal gitu deh.

Novel ini bercerita tentang Tinka, si makcomblang tokcer di sekolahnya. Semua yang dicomblangin Tinka sukses besarrr. Tapi kemudian datanglah Rocky, cowok b aja yang pada suatu hari berubah jadi cowok keren (pas main bola doang) tapi kayaknya cewek-cewek di sekolah Tinka udah kekunci sama penampilan Rocky yang keren itu, makanya mereka jadi ngejar-ngejar Rocky dan minta Tinka buat nyomblangin mereka sama Rocky. Salah satunya si Maya, sahabat Tinka yang super feminin. Tapi, ternyata Tinka malah jadi tertarik sendiri sama Rocky gara-gara nerima orderan Maya. Duh, pusing deh, Tinka.

Beli novel Miss Cupid di sini yaaa!

4. Satria November karya Mia Arsjad


source: google

Another from Mia Arsjad! Sesungguhnya karena novel ini lah aku jadi suka banget sama tulisan Kak Mia. Satria November masuk jadi salah satu novel remaja favoritku nyusul si Little White Lie. Gimana nggak, novel ini berlatar sesuatu yang nggak biasa di dunia remaja alias ada sisi kriminalnya, which is my type bangetttt T_T Gaya penulisannya masih sama hebohnya sama Miss Cupid, tapi cocoklah sama karakter ceweknya yang memang bawel nggak ketulungan.

Novel ini bercerita tentang Mima, cewek bawel yang harus menerima kenyataan kalau bakal ada orang asing ikut tinggal di rumahnya. Dia lah Inov, anak sahabat mamanya Mima. Inov ini kesannya nyeremin buat Mima, soalnya Inov baru keluar rehabilitasi narkoba. Hiii. Tapi setelah Inov masuk ke sekolah Mima, Mima jadi tau rahasia besar apa yang lagi dijalanin Inov. Mima takut tapi toh dia nyebur juga, hehe.

Sumpah novel ini rekomen bangetttt dehhhh. Emang sih tentang kriminal, tapi isinya sederhana kok, dan seru juga. Aku sampai mikir kalau aja novel ini difilmin dan dipoles dikit, pasti bagus. Inov juga bukan badboy gimana gitu. Pokoknya mereka ini bener-bener remaja biasa, ditambah sifat sok heroik dan sok bertanggungjawab gini bikin mereka bener-bener kerasa remajanya.


5. Satria November 2 karya Mia Arsjad

source: google

Udah baca SN 1 ya nggak lengkap kalau nggak baca SN 2. IMO, ending di SN 1 ini bener-bener gemesss. Aku nggak tau gimana jadinya kalau SN 2 nggak ada, mungkin kusudah ngamuk. Di novel ini, ceritanya lebih keren lagi loh. Dan tingkat kebucinannya naik jadi 100%. Jadi kalau pada suka novel jaman sekarang karena banyak bucin, novel ini juga banyak bucinnya hahaha. 

Nggak usah khawatir karena nggak lebay juga kok, cuma memang kadarnya tinggi banget. Aku yang memang lagi pengen bucin, bahagia banget baca kisah Mima dan Inov di sini. Meskipun latar kriminal di sini bikin agak hah hah keong, tapi aku menikmati,

Ceritanya masih tentang Mima dan Inov, susah ngasih sinopsis karena takutnya spoiler SN 1 bagi yang belum baca. Tapi yang pasti, lebih mencekam dan lebih menantang. Lebih gereget dan lebih bikin ngumpat. Di sini, Kak Mia juga cukup tega sama karakternya huhu. Seru deh!

FYI, setelah SN 2 lahir, SN 1 juga cetul alias cetak ulang pake kover baru biar serasi sama kover yang kedua. Ini nih kovernya buat kalian yang mo ngoleksi hehe.

Inov 1 dan Inov 2 bisa didapetin di sini looh!


source: google


-----

Nah, itu dia 5 novel jadul yang boleh lahh dibaca sama remaja-remaja jaman sekarang. Dan rasakan sensasinya sendiri hahaha. Pasti ada yang bertanya-tanya kemana novel legendaris Jingga dan Senja kok nggak masuk??! Ya karena aku belum baca JDS hehe dan nanti bakal ada rekomendasi part 2 dan part part selanjutnya jadiiii tenang ajaaa.

See you in another post and keep reading yhaa!~

Diberdayakan oleh Blogger.

Fav-Qoutes

"Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyum mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan." (Some Kind of Wonderful by Winna Efendi

"Billie tidak bisa berhenti bertanya-tanya dengan naif mengapa beberapa wanita mendapatkan banyak hal sejak mereka dilahirkan -kecantikan, pendidikan, kekayaan, bakat- sementara yang lain harus memulai hidup dengan begitu sedikit anugerah." (The Girl On Paper by Guillaume Musso)

“Dia akan pergi lagi. Dia akan pergi lagi dan lagi sampai umurnya cukup dewasa dan tidak ada lagi yang bisa mengirimnya pulang.” – hlm 363 (Little Fires Everywhere by Celeste Ng)