Judul: A Court of Thorns and Roses
Penulis: Sarah J. Maas
Pengalih bahasa: Kartika Sofyan
Penyunting: Shara Yosevina
Penata Letak: Andi Isa dan Astrid Arastazia
Desainer; Dea Elysia Kristianto
Penerbit: Bhuana Sastra – Imprint Penerbit Bhuana Ilmu
Populer (2018)
Jumlah halaman; 587 hlm
ISBN: 987-602-455-284-8
Blurb:
Ketika Feyre –seorang perempuan pemburu– membunuh serigala
di hutan, makhluk serupa binatang buas datang mencarinya untuk menuntut
pembalasan. Feyre disandera di tanah magis berbahaya yang hanya penah
didengarnya dari legenda. Dia pun mengetahui bahwa makhluk itu bukanlah seekor
hewan, melainkan Tamlin, peri agung abadi yang pernah menguasai dunia fana.
------
Pasti udah pada tau kan kisah dongeng Beauty and The Beast?
Nah inilah wujud novel retelling dari Beauty and The Beast.
Kisahnya tentang Feyre yang dipaksa tinggal di rumah mewah
milik Tamlin, peri agung yang terkena kutukan. Tamlin memakai topeng yang
melekat di wajahnya. Bukannya diperbudak atau apa, Feyre dipersilakan hidup
dengan nyaman di rumah itu, di Negeri Musim Semi, dan tidak boleh pulang
selamanya.
Feyre membenci Tamlin pada awalnya, dia membenci peri. Tapi
lambat laun kedekatan keduanya menimbulkan benih-benih cinta. Saat Feyre sudah
yakin dengan perasaannya, Tamlin justru menyuruhnya pulang. Dunia peri (Prythian)
sedang tidak aman, bahkan Tamlin tidak bisa melindungi Feyre lagi.
Ketika kembali ke rumahnya, Feyre mendapati pentunjuk bahwa
di Prythian sekarang sedang kacau balau, dan mungkin Tamlin sekarang sedang
dalam bahaya.
Feyre kembali ke Prythian. Untuk menyelamatkan Tamlin.
Tantangan demi tantangan dilaluinya. Bisakah Feyre menyelamatkan Tamlin?
Kutukan apa sebenarnya yang menimpa Tamlin dan seluruh Prythian?
---
Secara garis besar, alur novel ini memang mirip banget sama
Beauty and The Beast. Tapi ketika membacanya, tentu saja banyak hal-hal berbeda
yang jauh lebih keren. Memang di awal-awalnya alur terasa lambat, lebih banyak
narasi, ceritanya juga seperti kisah dongeng bahagia.
Feyre dan Tamlin masih dalam masa-masa pengenalan. Konflik
utamanya justru hadir saat novel sudah hampir ¾ bagian. Memang menyenangkan
membaca kisah Tamlin-Feyre yang bahagia (fyi, novel ini 17+) tapi aku lebih
suka membaca petualangan Feyre ketika kembali lagi ke Phrytian, menemui musuh
sebenarnya.
Terjehamannya apik sekali, cuma aku masih menemukan dua
salah ketik, tapi nggak masalah. Gaya bahasanya enak dan mudah dimengerti.
Konflik utama sangat luar biasa keren! Tantangan-tantangan
Feyre yang mustahil itu diolah dengan hebat, bikin ikut degdegan dan tegang.
Entah berapa kali sudah aku mengumpat karena kisah ini. Belum lagi ada Rhysand
yang menambah rumit kisah Feyre dan Tamlin.
Novel ini memakai sudut pandang orang pertama yaitu Feyre,
aku suka karakternya meskipun dia itu terlalu nekat menurutku, nekat yang
bodoh. Tapi kalau nggak nekat, ceritanya nggak seru. Tamlin memang menjadi
tokoh utama pria di novel ini, sosok peri agung yang kuat namun kaku di depan
Feyre, siapa pun yang membaca perlakuan Tamlin kepada Feyre pasti bakalan ikut
baper :p
Sayangnya aku merasakan dua orang itu justru kurang
istimewa, justru aku lebih suka Rhysand setelah dia muncul di bab-bab akhir.
Rhysand adalah peri agung Negeri Malam, sosoknya lebih karismatik daripada
Tamlin menurutku. Di sini juga ada tokoh Lucien, penasihat pribadi Tamlin yang
mempunyai masa lalu kelam. Lucien lebih luwes bergaul dengan Feyre ketimbang
Tamlin yang kaku.
¾ awal novel memang terasa kurang seru karena baru permulaan
tapi serius menuju ending novel ini sangat seru. Meskipun rasanya jadi agak
terburu-buru tapi tetap esensinya terasa.
Aku memang kesulitan mengulas novel yang aku suka, dan A
Court of Thorns and Roses ini adalah novel yang sangat aku sukai.
Petualangannya yang menegangkan dan endingnya yang ciamik bikin aku memutuskan
bahwa ini adalah series yang aku
tunggu-tunggu kelanjutan terjemahannya. Meskipun aku dengar-dengar, novel ini
versi terjemahannya ada yang di-cut
karena terlalu dewasa(?) sayang sekali. Padahal rate-nya udah 17+ tapi tetap ada bagian yang dipotong:(
Bagaimanapun, aku tetap kasih 5/5 bintang untuk ACOTAR!
Karena ACOTAR sukses bikin book hangover
terutama karena Rhysand ;(
My fav qoutes:
“Aku ingin kau ada di sini, di tempat aku bisa menjagamu–tempat di mana aku bisa pulag dan tahu kau ada di sini, melukis dalam keadaan aman.” – Tamlin (hlm 294)
“Akal sehatmu adalah musuh terbesarmu; akan menunggu untuk mengkhianatimu.” – Alis (hlm 409)
“Bagus. Tatap dia dengan pandangan meremehkan. Jangan menangis–menangislah kalau kau sudah kembali ke sel.” – Rhysand (hlm 513)
wow, buku ini udah ada di lemariku selama 2 bulan lebih dan belum tersentuh. Oke, setelah baca review kamu, mari kita buka plastiknya dan mulai dari halaman pertama, huhuyyyy
BalasHapusyeayy selamat membaca Kak! :D
HapusAku udah beli, tapi sengaja belum mau baca tunggu sampe sekuel ke-4 udh d terjemahin. Mengurangi cerita ngak pas bagian cut?
BalasHapusKarna rata2 biasa nya adegan2 kayak gitu nunjukkan emosi dari tokoh2.
aku nggak tau pasti sih soalnya ngga baca yang engvernya wkwk tapi kata tmn aku yang baca kedua versinya, yg dipotong itu bagian vulgarnya aja sih...katanya..
Hapusjadi menurutku sih ngga mengurangi cerita, tetep okelah :D
Thankyou infonya :D
BalasHapusSama-sama :D
Hapusmaaf kak kalo boleh tau, bagian dewasa yg dicut halaman ke berapa ya? soalnya aku mau otw baca yg series ke dua
BalasHapushai! aku sendiri nggak baca english version ACOTAR jadi aku nggak bisa jawab bagian yang dicut itu yang mana aja, karena aku juga cuma denger2 dari booklovers lain :(
Hapus