IG: @arthms12 |
[RESENSI] The 5th Wave by Rick Yancey
Judul: The 5th Wave
Penulis: Rick Yancey
Alih Bahasa: Angelic Zaizai
Editor: Barokah Ruziati
Desain kover: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (Desember 2013)
Jumlah halaman; 576 hlm.
Blurb:
Setelah Gelombang 1, hanya kegelapan yang tersisa.
Setelah Gelombang 2, hanya orang-orang beruntung yang lolos.
Dan setelah Gelombang 3, hanya yang tidak beruntung yang
bertahan.
Setelah Gelombang 4, hanya ada satu peraturan:
JANGAN PERCAYA PADA SIAPA PUN.
Alien menyerbu Bumi dan menyapu habis manusia hanya dalam
beberapa gelombang.
Cassie berhasil bertahan sampai sejauh ini. Menurutnya,
untuk tetap hidup, ia harus sendirian. Sampai ia bertemu Evan Walker. Cowok misterius
itu mungin satu-satunya harapan Cassie untuk menyelamatkan adiknya–atau bahkan
menyelamatkan dirinya sendiri. Namun, Cassie harus memilih antara percaya atau
putus asa, melawan atau menyerah, hidup atau mati.
----
Sejak ibunya meninggal karena gelombang 3, Cassie hanya
punya ayah dan adiknya, Sam. Mereka tinggal di pengungsian sampai suatu saat
para prajurit menyelamatkan mereka. Sayangnya, hanya anak kecil yang boleh
ikut. Sam pergi seorang diri sementara Cassie bersama ayahnya harus tinggal. Setelah
bus penyelamat itu pergi, ternyata pemerintah malah melakukan pembersihan,
beruntung Cassie bisa selamat karena strategi ayahnya, namun sang Ayah harus
meninggal.
Setelah itu, Cassie luntang-lantung seorang diri di jalanan,
menghindari Peredam, yang merupakan gelombang keempat. Peredam akan menembak
siapa pun yang berani berkeliaran, seperti tembakan yang jatuh dari langit.
Sampai kemudian Cassie yang kakinya tertembak oleh Peredam diselamatkan oleh
Evan Walker, cowok ganteng yang misterius. Evan merawat Cassie dengan baik,
hingga Cassie sembuh dan ingin menyusul Sam. Namun, ada yang disembunyikan Evan
dari Cassie.
---
Novel lama yang baru aku baca sekarang, bahkan aku udah
sempet nonton filmnya duluan dan jujur itu bikin aku agak kurang semangat buat
lanjutin novel ini. Tapi lama-kelamaan aku sadar kalau aku salah. Aku bukan
nggak semangat karena udah nonton filmnya, tapi karena memang alur di bab-bab
awalnya sangat lambat!
Banyak flashback
dan monolog Cassie, meskipun bahasannya seru, tapi kalau cuma narasi narasi
narasi sepertinya aku ngantuk juga. Belum lagi aku agak bingung dengan
perubahan flashback itu sendiri, kayak tiba-tiba lompat ke masa lalu dan masa
sekarang.
Di pergantian bab, aku dibuat bingung lagi karena ternyata
novel ini bukan cuma pov-nya Cassie. Tapi ada pula pov Ben. Nah bab pov Ben
yang pertama tuh nggak disebutin kalau itu pov Ben, aku kira itu Cassie lagi
soalnya memang narasinya lompat-lompat. Dan setelah balik lagi ke pov Cassie
aku makin bingung :D sampai di tengah-tengah bab aku baru sadar kalau itu pov
Ben :’)
Begitu aku sadar itu pov Ben, segera saja novel ini terasa
membakar dan aku semangat banget buat lanjutinnya. Alurnya terasa lambat cuma
pas pov Cassie aja dan nggak begitu tegang (tapi sekalinya tegang tuh tegang
banget karena Cassie mulai curiga sama Evan, di situ merinding dan bikin
degdegan). Beda halnya sama pov Ben yang luar biasa keren. Mungkin karena Ben
ada di tempat militer untuk dilatih menjadi prajurit melawan Alien. Suasananya sangat
mengintimidasi dan banyak aksi-aksi keren.
Untuk gaya bahasa, mungkin berat diawal-awal karena aku
sendiri pas baca bingung. Tapi lama-kelamaan enak kok, ngalir dan seru banget.
Karakter-karakternya juga keren semua:( sejujurnya aku
bingung apa yang mau diulas ketika aku suka semua yang ada di novel ini. Cassie
tipe cewek yang badass dan mandiri, dia juga pintar. Kisahnya sama Evan memang
nggak semenarik Ben di militer, tapi cukup bikin baper hehe.
Sedangkan Ben.. karakter favoritku di sini. Ben seorang
atlet dan pemimpin regu di militernya. Dia nyaris sempurna jika pandai
menembak. Untungnya ada cewek yang lebih badass dari Cassie dan juga kesannya
yang kelam bernama Ringer. Interaksi Ben dan Ringer ini sungguh lebih ‘manis’
daripada perlakuan Evan kepada Cassie.
Sayangnya pov Ben hanya sedikit, beberapa bab saja
bergantian di bab-bab akhir, kebanyakan sih pov Cassie.
Nggak menemukan typo dan saking menghayati keseruan novel
ini, aku juga nggak merhatiin plot hole atau apa. Novel ini bener-bener
menegangkan dan seru abis. Yang jelas, beda sama filmnya, dikit sih.
Aku juga menyayangkan kovernya yang kurang cakep. Kover film
cakep tapi aku gak suka buku yang kovernya pake wajah orang wkwk.
High recommended
bagi pecinta dystopia dengan
petualangan seru dan keren serta plot
twist.
Karena aku suka banget novel ini, aku kasih 5 bintang!
Qoutes:
“Kita ada di sini, kemudian kita mati, dan yang penting bukan berapa lama waktu kita di sini, tapi apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut.” – Evan (hlm 233)
“Ada pepatah lama yang mengatakan kebenaran akan membebaskanmu. Jangan percaya. Kadang-kadang kebenaran akan membanting pintu sel hingga tertutup rapat dan melepaskan seribu sambaran petir.” – hlm 395
“Bagaimana aku bisa mengatakan yang sebenarnya bila kebenaran akan membuatmu meninggalkanku dan meninggalkanku berarti kau akan mati?” – Evan (hlm 459)
“Kau menempa mata bajak menjadi pedang, Vosch. Kau mereka ulang kami. Kami tanah liat, kau Michelangelo. Dan kami akan jadi mahakaryamu.” – hlm 560
0 komentar:
Posting Komentar